Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Keperawatan sebagai salah satu profesi, memiliki peran spesifik dalam kegiatan
pencapaian kesehatan individu secara optimal, yaitu memiliki tanggung jawab dalam
pemenuhan kebutuhan dasar manuisa yang terganggu sebagai akibat perubahan
status/derajad kesehatan, baik pada individu maupun pada masyarakat umum. Perawat
memiliki peran praktis untuk memberikan bantuan kepada klien menemukan masalah,
memilih dan melakukan tindakan baik secara mandiri maupun dengan bantuan untuk
mengatasi masalah kesehatan tertentu ( Kozier; 1991 ).
Klien yang mendapatkan tindakan amputasi organ tubuhnya, merupakan salah
satu bentuk masalah yang tersendiri yang juga menjadi objek penyelenggaraan asuhan
keperawatan. Keperawatan secara holistik akan memandang masalah yang dihadapi klien
melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Masalah yang
dihadapi oleh klien yang mengalami amputasi tidak hanya pada upaya memnuhi kebutuhan
fisik semata, tetapi lebih dari itu, perawat berusaha untuk mempertahankan integritas diri
klien secara utuh, sehingga tidak menibulkan komplikasi fisik selama kegiatan intraoperatif,
tidak mengakibatkan gangguan mental, klien dapat menerima dirinya secara utuh dan
diterima dalam masyarakat, yang akhirnya klien mampu mencapai kesehatan yang optimal
dalam pengertian klien produktif bagi diri, keluarga dan masyarakat.
Dalam prakteknya, perawat tentu saja tidak dapat terpisah dengan tim kesehatan
lainnya yang memberikan kontribusi yang berbeda untuk mencapai keadaan sehat optimal
pada klien. Sehingga perlu bagi perawat untuk memahami tanggungjawabnya secara pebuh
dalam penanganan klien yang mendapatkan tindakan amputasi sekaligus memahami tugas
dan peran dari anggota kesehatan lain untuk melakukan kegiatan kerjasama dalam
menciptakan kesehatan optimal klien yang diamputasi.
1.2. Tujuan penulisan
a. Tujuan Umum
Menambah pengetahuan seputar penyakit Amputasi serta asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh perawat pada pasien Amputasi
b. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Amputasi


Untuk mengetahui gejala-gajala yang timbul pada penderita Amputasi
Untuk mengetahui apa saja penyebab Amputasi
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Amputasi

1.3. Manfaat penulisan

Mahasiswa akan lebih mengetahui tentang Amputasi


Lebih mengerti tentang penatalaksanaan terhadap klien dengan Amputasi
Lebih memahami tentang penerapan asuhan keperawatan Amputasi

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Teoritis Masalah utama


2.1. Pengertian amputasi
Hilangnya sebagian alat gerak yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang
dalam derajat yang bervariasi ( tergantung dari luas hilangnya alat gerak, usia pasien,
ketepatan operasi dan manajemen paska operasi).( Truck SL )Kehilangan sebagian alat
gerak akan menyebabkan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan aktivitas.
Kehilangan alat gerak tersebut dapat disebabkan berbagai hal, seperti penyakit,factor
cacat bawaan lahir,ataupun kecelakaan.operasi pengangkatan alat gerak pada tubuh
manusia ini disebut dengan amputasi. (D.Jumeno)
Amputasi dapat dianggap sebagai jenis pembedahan rekontruksi drastis,
digunakan untuk menghilangkan gejala, memperbaiki fungsi dan menyelamatkan atau
memperbaiki kualitas hidup pasien. Bila tim keperawatan mampu berkomunikasi dengan
gaya positif , maka pasien akan lebih mampu menyesuaikan diri terhadap amputasi dan
berpartisipasi aktif dalam rencana rehabilitasi ( Suzanne & Brenda , 2001).
Amputasi adalah pengangkatan / pemotongan sebagian anggota tubuh/ anggota
gerak yang disebabkan oleh adanya trauma, gangguan peredaran darah, osteomilitis,
kanker( PISIK FKUI, 1996). Amputasi adalah pengangkatan melalui bedah/traumatic
pada tungkai ( Doenges.2000)
2.2. Etiologi
Penyakit vaskuler perifer progresif( sering terjadi sebagai gejala sisa
diabetesmelitus) , gangrene ,trauma( cedera remuk,luka bakar),deformitas congenital,atau
tumor ganas. Penyakit vaskuler perifer merupakan penyebab tertinggi amputasi
ekstermitas bawah( smeltzer,2002). Footner (1992) mengemukakan alas an diperlukannya
amputasi terjadi pada penyakit vascular perifer, trauma,infeksi ( misalnya infeksi akut :
gangrene infeksi kronik ,osteomilitis). Secara umum menurut doenges (2000) penyebab
amputasi adalah kecelakaan , penyakit , dan gangguan congenital.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan penyebab amputasi adalah
penyakit vaskuler perifer ,infeksi, trauma, deformitas, tumor ganas ,dan paralisis.

2.3. Patofisiologi
Terjadinya amputasi (kehilangan bagian tubuh) pada seseorang dapat disebabkan
karena berbagai faktor antara lain penyakit vaskuler perifer yaitu penyakit pada pembuluh
darah, trauma disebabkan kerena kecelakaan, tumor ganas seperti osteosarkoma (tumor
tulang) serta congenital (bawaan sejak lahir). Amputasi sendiri bisa diartikan sebagai
diskontinuitas jaringan tulang dan otot yang dapat mengakibatkan terputusnya pembuluh
darah dan syaraf serta kehilangan bagian tubuh, dimana pada terputusnya pembuluh darah
dan syaraf ini akan menimbulkan rasa nyeri yang sering kali berdampak pada resiko
terjadinya infeksi pada luka yang ada dan gangguan mobilitas fisik yang dapat
menimbulkan resiko kontraktur fleksi pinggul. Selain disebabkan oleh nyeri, gangguan
mobilitas fisik juga bisa disebabkan oleh kehilangannya bagian tubuh terutama pada
ekstremitas bawah. Kehilangan bagian tubuh juga dapat menimbulkan stress emosional
dikarenakan gangguan psikologis yang disebabkan oleh adanya perubahan dari struktur
tubuh yang berdampak pada timbulnya gangguan citra diri dan penurunan intake oral.
Pada penurunan intaka oral ini biasanya akan menimbulkan resiko kurangnya pemenuhan
nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh dan akan terjadi kelemahan fisik serta resiko
penyembuhan luka yang lambat.
2.4. Klasifikasi
a. Berdasrkan tujuannya amputasi dibagi atas
1. Amputasi sementara. Amputasi ini mungkin diperlukan jika penyembuhan
primertidak mungkin terjadi. Alat gerak diamputasi sedistal mungkin, kemudian
dibuatflap kulit yang djahit secara longgar diatas gumpalan kasa. Reamputasikemudian dilakukan saat kondisi stump memungkinkan.
2. Ddefenitive end bearing amputation. Amputasi ini dilakukan jika kemudian
akandiberikan beban berat badan pada ujung stump. Pada keadaan ini parut
amputasitidak boleh terletak diujung stump dan tulang harus padat tidak berongga.
Untukitu tulang harus dipotong melewati sendi atau mendekati sendi.
Contohnyaadalah amputasi melewati sendi lutut dan Symes amputation.
3. Defenitive non-end bearing amputation. Ini merupakan amputasi yang palingsering
dilakukan. Seluruh amputasi anggota gerak atas dan kebanyakan amputasianggota

gerak bawah termasuk dalam jenis ini. Karena beban berat badan tidakakan
ditumpukan pada ujung stump, maka parut luka dapat terletak terminal.b.
Berdasarkan teknik yang dipakai secara garis besar amputasi dibagi atas :
1. Closed amputation
pada amputasi jenis ini, ujung stum ditutup dengan flap kulit. Amputasi
jenis ini memerlukanpemasangan drain yang biasanya dibiarkan selama 48-72
jam setelah operaasi. Ujung stumpakan memiliki bentuk yang lebih baik dengan
letak parut yang diatur tidak pada ujung stumpsehingga memudahkan pemakaian
prostesis kemudian.Amputasi seperti ini dilakukan padakeadaan yang tidak
disertai infeksi berat dengan kerusakan jaringan lunak atau kontaminasiyang
minimal.
2.5. Menifestasi klinis
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada pasien dengan post operasi
amputasi antara lain :

Nyeri akut
Keterbatasan fisik
Pantom syndrome
Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman
Adanya gangguan citra tubuh, mudah marah, cepat tersinggung, pasien
cenderung berdiam diri

2.6. Komplikasi
Kompelikasi yang dapat terjadi pada amputasi adalah :

Pendarahan
Infeksi
Nyeri phantom
Neuroma
Kerusakan kulit
Fleksi kontraktur

2.7. Penatalaksanaan medis


Amputasi dianggap selesai setelah dipasang prostesis yang baik dan berfungsi :

a. Rigid Dressing
Rigid dressing yaitu dengan menggunakan plester of paris yang
dipasang waktu dikamar operasi. Pada waktu memasang harus direncanakan
apakah penderita harus imobilisasi atau tidak. Bila tidak memasang segera
dengan memperhatikan jangan sampai menyebabkan konstriksi stump dan
memasang balutan pada ujung stump serta tempat-tempat tulang yang
menonjol. Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan
mobilisasi segera, mobilisasi setelah 7-10 hari post operasi dengan
mobilisasi segera, mobilisasi setelah luka sembuh. Setelah 2-3 minggu
setelah luka stump dan mature.
b. Masalah Terhadap System Tubuh
1. Kecepatan Metabolisme
Jika seseorang dalam keadaan imobilisasi maka akan menyebabkan
pada bfungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah
sehingga menurunkan metabolisme basal.
2. Ketidak Seimbangan Cairan Dan Elektolit
Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih
besar dari anabolisme maka akan mengubah tekanan osmotic koloid
plasma hal ini menyebabkan pergeseran cairan intravaskuler keluar
keruang intestisial pada bagian tubuh.
3. System Respirasi
a) Penurunan Kapasitas Paru
Pada klien imibilisasi dalam posisi baring terlentang maka
kontraksi otot intercosta relative kecil, diafragma otot perut dalam
rangka mencapai inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.
b) Perubahan Perfusi Setempat
Dalam posisi tidur telentang pada sirkulasi pulmonal terjadi rasio
ventilasi dengan perfusi setempat.
c) Mekanisme Batuk Tidak Efektif
akibat imobilisasi terjadi penurunan

kerja

sillaris

saluran

pernafasan sehingga sekresi mucus cenderung menumpuk dan


menjadi lebih kental dan mengganggu gerakan giliran normal.
4. System Kardiovaskuler
- Peningkatan denyut nadi
- Penurunan cardiac reserve
- Orthostatic hipotensi
5. System Musculoskeletal

a. Penurunan Kekuatan Otot


Dengan adanya imobilisasi dan gangguan system vascular
memungkinkan suplai O2 dan nutrisi sangat berkurang pada
jaringan demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme
akan terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot.
b. Atropi Otot
Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan
adanya penurunan fungsi pernafasan.
c. Kontraktur Sendi
Terjadi

penurunan

metanbolisme

kalsium,

hal

persenyawaan organic dan anorganik sehingga massa tulang.

ini

menurunkan

B. Tinjauan teoritis asuhan keperawatan


1) Pengkajian
Biodata
Keluhan Utama: Keterbatasan aktivitas, gangguan sirkulasi, rasa nyeri dan

gangguan neurosensori.
Riwayat kesehatan Masa Lalu: kelainan muskuloskeletal (jatuh, infeksi, trauma dan

fraktur), cara penanggulangan dan penyakit (diabetes melitus).


Riwayat kesehatan sekarang: kapan timbul masalah, riwayat trauma, penyebab,

gejala (tiba tiba/perlahan), lokasi, obat yang diminum, dan cara penanggulangan.
Pemeriksaan Fisik: keadaan umum dan kesadaran, keadaan integumen (kulit dan
kuku), kardiovaskuler (hipertensi dan takikardia), neurologis (spasme otot dan
kebas atau kesemutan), keadaan ekstremitas, keadaan rentang gerak dan adanya

kontraktur, dan sisa tungkai (kondisi dan fungsi).


Riwayat Psikososial: reaksi emosional, citra tubuh, dan sistem pendukung
Pemeriksaan diagnostik: rontgen (lokasi/luas), Ct scan, MRI, arteriogram, darah

lengkap dan kreatinin.


Pola kebiasaan sehari-hari: nutrisi, eliminasi, dan asupan cairan.
1) Aktifitas / Istirahat
Gejala : keterbatasan actual / antisipasi yang dimungkinkan oleh kondisi
/amputasi
2) Integritas Ego
Gejala : masalah tentang antisipasi perubahan pola hidup, situsi financial,
reaksiorang lain, perasaan putus asa, tidak berdaya
Tanda : ansietas, ketakutan, peka, marah, menarik diri, keceriaan semu.
3) Seksualitas
Gejala : masalah tentang keintiman hubungan
4) Interaksi Sosial
Gejala : masalah sehubungan dengan kondisi tentang peran fungsi, reaksi
orang lain
2) Diagnose keperawatan
Perumusan diagnosa keperawatan adalah bagaimana diagnosa keperawatan
digunakan dalam proses pemecahan masalah. Melalui identifikasi, dapat digambarkan
berbagai masalah keperawatan yang membutuhkan asuhan keperawatan (Hidayat,
2002:24)

Diagnosa keperawatan menurut Doenges (2000:787-793) yang mungkin muncul


pada klien amputasi sebagai berikut:

Nyeri berhubungan dengan cidera fisik/jaringan dan trauma syaraf. Dampak

psikologis dari kehilangan bagian tubuh


Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan primer (kulit

robek, jaringan traumatik) prosedur invasif, terpajan pada lingkungan


Gangguan citra diri berhubungan dengan faktor biopsiko atau kehilangan bagian

tubuh
Deficit perawatan diri berhubungan dengan hilangnya sebagian tubuh
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan tungkai, gangguan

perseptual.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan post oprasi
3) Intervensi

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami amputasi merupakan bentuk
asuhan kompleks yang melibatkan aspek biologis, spiritual dan sosial dalam proporsi yang
cukup besar ke seluruh aspek tersebut perlu benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.

Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi dengan resiko yang cukup besar
bagi klien sehingga asuhan keperawatan perioperatif harus benar-benar adekuat untuk
memcapai tingkat homeostatis maksimal tubuh. Manajemen keperawatan harus benar-benar
ditegagkkan untuk membantu klien mencapai tingkat optimal dalam menghadapi perubahan
fisik dan psikologis akibat amputasi
3.2. saran
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi
fisik yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa mengalami
hambatan.Maka menjaga kesehatan seluruh organ yang berada didalam tubuh menjadi
sangat penting mengingat betapa berpengaruhnya sistem organ tersebut terhadap
kelangsungan hidup serta aktifitas seseorang.

DAFTAR PUSTAKA

Lukman, Ningsih Nurna. 2009. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL. Jakarta : Salemba Medika


174342513-Woc-Amputasi-Baru.Doc
155480433-Askep-Pada-Pasien-Amputasi.Doc
http://www.healthyenthusiast.com/amputasi.html (18 Agustus 2015)
CASFER II PDF
Amin hudah nurarif dan hardi kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosis Medis & NANDA NIC NOC ed Revisi Jilid 1. Jakarta: MediAction

Anda mungkin juga menyukai