PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.3. Patofisiologi
Terjadinya amputasi (kehilangan bagian tubuh) pada seseorang dapat disebabkan
karena berbagai faktor antara lain penyakit vaskuler perifer yaitu penyakit pada pembuluh
darah, trauma disebabkan kerena kecelakaan, tumor ganas seperti osteosarkoma (tumor
tulang) serta congenital (bawaan sejak lahir). Amputasi sendiri bisa diartikan sebagai
diskontinuitas jaringan tulang dan otot yang dapat mengakibatkan terputusnya pembuluh
darah dan syaraf serta kehilangan bagian tubuh, dimana pada terputusnya pembuluh darah
dan syaraf ini akan menimbulkan rasa nyeri yang sering kali berdampak pada resiko
terjadinya infeksi pada luka yang ada dan gangguan mobilitas fisik yang dapat
menimbulkan resiko kontraktur fleksi pinggul. Selain disebabkan oleh nyeri, gangguan
mobilitas fisik juga bisa disebabkan oleh kehilangannya bagian tubuh terutama pada
ekstremitas bawah. Kehilangan bagian tubuh juga dapat menimbulkan stress emosional
dikarenakan gangguan psikologis yang disebabkan oleh adanya perubahan dari struktur
tubuh yang berdampak pada timbulnya gangguan citra diri dan penurunan intake oral.
Pada penurunan intaka oral ini biasanya akan menimbulkan resiko kurangnya pemenuhan
nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh dan akan terjadi kelemahan fisik serta resiko
penyembuhan luka yang lambat.
2.4. Klasifikasi
a. Berdasrkan tujuannya amputasi dibagi atas
1. Amputasi sementara. Amputasi ini mungkin diperlukan jika penyembuhan
primertidak mungkin terjadi. Alat gerak diamputasi sedistal mungkin, kemudian
dibuatflap kulit yang djahit secara longgar diatas gumpalan kasa. Reamputasikemudian dilakukan saat kondisi stump memungkinkan.
2. Ddefenitive end bearing amputation. Amputasi ini dilakukan jika kemudian
akandiberikan beban berat badan pada ujung stump. Pada keadaan ini parut
amputasitidak boleh terletak diujung stump dan tulang harus padat tidak berongga.
Untukitu tulang harus dipotong melewati sendi atau mendekati sendi.
Contohnyaadalah amputasi melewati sendi lutut dan Symes amputation.
3. Defenitive non-end bearing amputation. Ini merupakan amputasi yang palingsering
dilakukan. Seluruh amputasi anggota gerak atas dan kebanyakan amputasianggota
gerak bawah termasuk dalam jenis ini. Karena beban berat badan tidakakan
ditumpukan pada ujung stump, maka parut luka dapat terletak terminal.b.
Berdasarkan teknik yang dipakai secara garis besar amputasi dibagi atas :
1. Closed amputation
pada amputasi jenis ini, ujung stum ditutup dengan flap kulit. Amputasi
jenis ini memerlukanpemasangan drain yang biasanya dibiarkan selama 48-72
jam setelah operaasi. Ujung stumpakan memiliki bentuk yang lebih baik dengan
letak parut yang diatur tidak pada ujung stumpsehingga memudahkan pemakaian
prostesis kemudian.Amputasi seperti ini dilakukan padakeadaan yang tidak
disertai infeksi berat dengan kerusakan jaringan lunak atau kontaminasiyang
minimal.
2.5. Menifestasi klinis
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada pasien dengan post operasi
amputasi antara lain :
Nyeri akut
Keterbatasan fisik
Pantom syndrome
Pasien mengeluhkan adanya perasaan tidak nyaman
Adanya gangguan citra tubuh, mudah marah, cepat tersinggung, pasien
cenderung berdiam diri
2.6. Komplikasi
Kompelikasi yang dapat terjadi pada amputasi adalah :
Pendarahan
Infeksi
Nyeri phantom
Neuroma
Kerusakan kulit
Fleksi kontraktur
a. Rigid Dressing
Rigid dressing yaitu dengan menggunakan plester of paris yang
dipasang waktu dikamar operasi. Pada waktu memasang harus direncanakan
apakah penderita harus imobilisasi atau tidak. Bila tidak memasang segera
dengan memperhatikan jangan sampai menyebabkan konstriksi stump dan
memasang balutan pada ujung stump serta tempat-tempat tulang yang
menonjol. Setelah pemasangan rigid dressing bisa dilanjutkan dengan
mobilisasi segera, mobilisasi setelah 7-10 hari post operasi dengan
mobilisasi segera, mobilisasi setelah luka sembuh. Setelah 2-3 minggu
setelah luka stump dan mature.
b. Masalah Terhadap System Tubuh
1. Kecepatan Metabolisme
Jika seseorang dalam keadaan imobilisasi maka akan menyebabkan
pada bfungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah
sehingga menurunkan metabolisme basal.
2. Ketidak Seimbangan Cairan Dan Elektolit
Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih
besar dari anabolisme maka akan mengubah tekanan osmotic koloid
plasma hal ini menyebabkan pergeseran cairan intravaskuler keluar
keruang intestisial pada bagian tubuh.
3. System Respirasi
a) Penurunan Kapasitas Paru
Pada klien imibilisasi dalam posisi baring terlentang maka
kontraksi otot intercosta relative kecil, diafragma otot perut dalam
rangka mencapai inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa.
b) Perubahan Perfusi Setempat
Dalam posisi tidur telentang pada sirkulasi pulmonal terjadi rasio
ventilasi dengan perfusi setempat.
c) Mekanisme Batuk Tidak Efektif
akibat imobilisasi terjadi penurunan
kerja
sillaris
saluran
penurunan
metanbolisme
kalsium,
hal
ini
menurunkan
gangguan neurosensori.
Riwayat kesehatan Masa Lalu: kelainan muskuloskeletal (jatuh, infeksi, trauma dan
gejala (tiba tiba/perlahan), lokasi, obat yang diminum, dan cara penanggulangan.
Pemeriksaan Fisik: keadaan umum dan kesadaran, keadaan integumen (kulit dan
kuku), kardiovaskuler (hipertensi dan takikardia), neurologis (spasme otot dan
kebas atau kesemutan), keadaan ekstremitas, keadaan rentang gerak dan adanya
tubuh
Deficit perawatan diri berhubungan dengan hilangnya sebagian tubuh
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kehilangan tungkai, gangguan
perseptual.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan post oprasi
3) Intervensi
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami amputasi merupakan bentuk
asuhan kompleks yang melibatkan aspek biologis, spiritual dan sosial dalam proporsi yang
cukup besar ke seluruh aspek tersebut perlu benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.
Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi dengan resiko yang cukup besar
bagi klien sehingga asuhan keperawatan perioperatif harus benar-benar adekuat untuk
memcapai tingkat homeostatis maksimal tubuh. Manajemen keperawatan harus benar-benar
ditegagkkan untuk membantu klien mencapai tingkat optimal dalam menghadapi perubahan
fisik dan psikologis akibat amputasi
3.2. saran
Sehat merupakan sebuah keadaan yang sangat berharga, sebab dengan kondisi
fisik yang sehat seseorang mampu menjalankan aktifitas sehari-harinya tanpa mengalami
hambatan.Maka menjaga kesehatan seluruh organ yang berada didalam tubuh menjadi
sangat penting mengingat betapa berpengaruhnya sistem organ tersebut terhadap
kelangsungan hidup serta aktifitas seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Diagnosis Medis & NANDA NIC NOC ed Revisi Jilid 1. Jakarta: MediAction