gsoemart@hotmail.com
A. Latar Belakang
1. Para Pihak Proyek Karaha Bodas
Dari hasil penelitian, ditemukan adanya 3 pihak yang terkait dengan
proyek Karaha Bodas sebagai berikut:
a. Karaha Bodas Company (KBC)
KBC adalah Perseroan Terbatas yang didirikan dan bergerak berdasarkan
hukum Kepulauan Cayman yang berkedudukan di gedung Plaza Aminta
Suite 901, Jl. TB Simatupang, Kav. 10, Jakarta 12310, Indonesia. KBC
diberi kuasa berdasarkan kontrak pengembangan proyek geo-termal
(sumber panas bumi) Karaha Bodas,51 dengan kewajiban untuk
mengembangkan energi geo-termal berkapasitas 400 MW (empat ratus
mega
watt)
dengan
membangun
serta
menjalankan
fasilitas
Proyek tersebut melingkupi terutama dua wilayah, yaitu: wilayah Karaha dan wilayah Telaga Bodas,
di Jawa Barat, sehingga dikenal sebagai Proyek Karaha Bodas.
52
Measleys International Arbitration Report (2001) Final Award in An Arbitration Procedure under
the UNCITRAL Arbitration Rules, New Jersey: LexisNexis, Vol. 16, hlm. 1.
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
53
Ibid., hlm. 2.
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
54
Hal ini didasarkan pada Notulen Rapat dari beberapa pertemuan Komite Bersama yang dihadiri oleh
KBC, Pertamina, dan PLN, di mana KBC menyampaikan rencana kerja dan anggaran secara teratur
kepada Pertamina pada 1995, 1996, dan 1997.
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
c. Penangguhan proyek
Atas saran International Monetary Fund (IMF), pada tanggal 20 September
1997, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Keputusan Presiden
Nomor 39 Tahun 1997 tentang Penangguhan Proyek Pemerintah, yang
isinya: untuk memelihara kelangsungan ekonomi dan secara umum
kemajuan ekonomi nasional, perlu dilakukan langkah penanggulangan
fluktuasi keuangan dan akibat yang ditimbulkan.
Dalam rangka penanggulangan masalah tersebut, Pasal 5 Keppres
menyatakan bahwa, perlu diambil langkah penundaan/peninjauan
kembali sejumlah proyek, sebanyak 75 proyek, termasuk proyek Karaha
Bodas. Namun demikian, para pihak menganggap bahwa penangguhan
proyek Karaha Bodas tidak akan berlangsung lama, bahkan Pertamina dan
PLN dalam pertemuan Komite Bersama 14 Oktober 1997 menyatakan
keyakinannya bahwa status proyek akan dipulihkan kembali.
Prediksi yang mencerminkan sikap optimis tersebut akhirnya terbukti pada
1 November 1997, yaitu pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden
Nomor 47 Tahun 1997 tentang Tata Ruang Wilayah Nasional yang berisi
perintah agar beberapa proyek yang tertunda termasuk proyek Karaha Bodas
dapat diteruskan lagi. Dengan adanya Keppres No. 47 Tahun 1997 tersebut,
KBC melanjutkan kembali aktivitas eksplorasi dan pengembangan proyek
Karaha Bodas tersebut.
Pada 16 Desember 1997, KBC menyerahkan NORC kepada Pertamina
yang menunjukkan kemungkinan adanya kapasitas sebesar 210 MW sumber
daya alam di wilayah Karaha dan Telaga Bodas. KBC menyampaikan
pemberitahuan tersebut dengan maksud untuk mengembangkan pembangkit
tenaga listrik sebesar jumlah tersebut, yang hal ini dilanjutkan dengan
aktivitas eksplorasi dan pengembangan oleh KBC.
Namun demikian, pada tanggal 10 Januari 1998 proyek Karaha Bodas
kembali ditunda dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun
Based on Gatots Research
Only for Private Use
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
1998
tentang
Pembatalan
Proyek
Pemerintah.
Keppres
tersebut
melakukan
usaha
untuk
meyakinkan
pemerintah
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
Catatan: Pertemuan antara tiga pihak, sebagaimana yang diminta oleh KBC
tersebut, tidak pernah berlangsung.55
c. Pada 5 Maret, KBC mengirim kepada Pertamina program kerja dan
anggaran yang telah diperbaiki untuk tahun 1998 yang memperhitungkan
penangguhan proyek didasarkan pada perkiraan bahwa pekerjaan akan
dilanjutkan pada kuartal ke-4 tahun tersebut. Pertamina menyetujui
program kerja dan anggaran yang disampaikan oleh KBC tersebut pada
11 Maret 1998, sesuai dengan perbaikan yang telah dilakukan.
d. Pada 6 Maret 1998, PLN menulis kepada Pertamina dan KBC yang isinya
adalah: Berdasarkan Keputusan Presiden tersebut di atas (No. 39/1997
dan No. 5/1998) proyek geo-termal Karaha dikategorisasikan sebagai
proyek yang ditangguhkan. Oleh sebab itu, Pertamina dan Perusahaan
sebagai pihak yang dikontrak di bawah kontrak penjualan energi (ESC)
harus tunduk kepada Keputusan Presiden tersebut. Akibatnya, seluruh
aktivitas yang telah dimulai atau dilaksanakan oleh anda yang tidak
tercantum di dalam keputusan presiden tersebut sehubungan dengan
proyek geo-termal Karaha harus menjadi tanggungan dan risiko anda.
e. Pada 30 April 1998, KBC mengajukan pemberitahuan untuk penyelesaian
melalui Arbitrase.
d. Proses arbitrase
Proses arbitrase didahului dengan membentuk majelis arbitrase pada 24 Juli
1998, dengan dipilihnya Mr. Yves Derains sebagai ketua arbitrator oleh Prof.
Piero Bernardini (yang dipilih oleh KBC sebagai arbitrator pertama pada 30
April 1998) dan Dr. Ahmed S.EL Kosheri (sebagai arbitrator kedua yang
dipilih oleh Secretary General of ICSID pada 15 Juli 1998).
55
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
September
1998
pengadilan
arbitrase
mengeluarkan
putusan
Secara terpisah Simson Panjaitan, koordinator pengacara Pertamina mengatakan bahwa situasi di
dalam organisasi Pertamina saat itu sangat sibuk (karena Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi),
sehingga tidak ada koordinasi penanganan kasus tersebut. Lebih lanjut, menurut Simson, di kalangan
Pertamina sendiri terdapat perbedaan penafsiran tentang pengertian Notice OF Arbitratiton yang
diartikan sekedar pemberitahuan akan digunakannya lembaga arbitrase. Pemberitahuan tersebut hanya
sebuah informasi untuk memperingatkan, tetapi belum masuk kepada proses pelaksanaan arbitrase
sendiri. Menurutnya, jika telah masuk pada proses arbitrase maka seharusnya digunakan Notice FOR
Arbitration (bukan OF tapi FOR). Akibatnya, Pertamina terlambat mengantisipasi dalam
penunjukkan arbitrator. Simson berkesimpulan bahwa dengan tidak diangkatnya arbitrator oleh
Pertamina tersebut, sebenarnya sejak awal Pertamina telah kalah 50% dalam penyelesaian sengketa
melalui arbitrase UNCITRAL di Jenewa. (Hasil wawancara dengan penulis 21 Maret 2005 di Kantor
Pertamina, Jakarta.)
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
d. Pertamina
dan
PLN
secara
bersama-sama
dan
masing-masing
keberatannya
terhadap
permohonan
Pertamina
untuk
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
Majelis arbitrase menekankan bahwa kecuali jika ada alasan yang kuat,
jadwal tersebut di atas tidak akan dirubah dan majelis arbitrase tidak akan
memberikan ijin bagi para pihak untuk membuat perpanjangan waktu.57
Berdasarkan
kesepakatan
para
pihak,
dan
dikonfirmasikan
oleh
57
Kantor Hukum Clearly Gottlieb Steen & Hamilton (dengan surat tertanggal 6 Maret 2000)
memberitahu majelis arbitrase dan KBC bahwa para pengacara dari kantor tersebut telah ditunjuk oleh
Pertamina untuk bersama-sama Adnan Buyung Nasution & Partners menjadi penasihat hukum
Arbitrase di dalam proses Arbitrase.
10
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
11
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
diperhatikan bahwa berkas permohonan tersebut tidak ditambah faktafakta yang baru.
b. Permintaan masing-masing pihak untuk mengadakan pemeriksaan
prapersidangan ditarik kembali.
c. Putusan sela diberlakukan di dalam arbitrase ini dan dianggap sama
pentingnya dengan berkas putusan lainnya.
Berkas berisi fakta (sesudah pemeriksaan) akan dimasukkan selambatlambatnya pada 27 Agustus 2000 oleh Pertamina dan KBC. Pada tanggal 10
Agustus 2000 Pertamina mengirim surat kepada majelis arbitrase bahwa di
dalam berkas berisi fakta pemeriksaan yang dikirim oleh KBC terdapat dua
pernyataan yang salah. Melalui fax pada hari yang sama, KBC meminta
bahwa surat Pertamina tersebut dan argumen selanjutnya ditolak. Di dalam
berkas berisi fakta perkara tertanggal 7 Agustus 2000 KBC dan Pertamina
meminta untuk diberi kuasa memasukkan daftar biaya yang telah mereka
tanggung selama proses sidang perkara berlangsung.
Di dalam Procedural Order No. 7 tertanggal 31 Agustus 2000, majelis
arbitrase membuat keputusan sebagai berikut:
a. Berhubung Procedural Order No. 6 tidak lagi mencantumkan surat
Pertamina tanggal 10 Agustus 2000 dan majelis arbitrase akan
memeriksa ketepatan setiap pernyataan para pihak sehubungan dengan
keputusan ini, maka surat tersebut tidak akan dipertimbangkan oleh
majelis arbitrase.
b. Sidang perkara ditutup dan segala argumentasi atau penyerahan bukti
tidak akan diterima lagi, kecuali diijinkan atau diminta oleh majelis
arbitrase sendiri.
c. Para pihak dianjurkan untuk menyerahkan Laporan Biaya masing-masing
selama proses sidang perkara, termasuk seluruh biaya dan pengeluaran
serta ongkos pengacara selambat-lambatnya tanggal 15 September 2000
jam 6 sore waktu Paris.
Based on Gatots Research
Only for Private Use
12
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
alternatif
untuk
ganti
kerugian
akibat
kehilangan
13
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
Jenewa
memiliki
yuridiksi
terhadap
Pertamina
dan
PLN,
14
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
B. Pembahasan
1. Penyelesaian Sengketa di Arbitrase UNCITRAL
Penyelesaian sengketa yang dilaksanakan di Jenewa melalui persidangan
arbitrase UNCITRAL memeriksa beberapa hal terkait, yaitu pelanggaran atas
kontrak ESC dan JOC yang dilakukan oleh Pertamina, masalah pengakhiran
kontrak, perdebatan mengenai ganti kerugian atas kehilangan modal dan
hilangnya keuntungan yang diharapkan. Berdasarkan hasil pemeriksaan para
pihak yang bersengketa, majelis arbitrase memutuskan penggantian kerugian
yang timbul, disertai bunga dan biaya arbitrase.
15
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
Republik
Indonesia
adalah
alasan
yang
cukup
untuk
Pertamina
tersebut
sebagai
penolakan
secara
sengaja
atas
58
KBC menyimpulkan dari kontrak ESC [Pasal 9.2 (e)] dan JOC [Pasal 5.2 (e)] bahwa tindakan yang
dilakukan Pemerintah merupakan suatu keadaan memaksa jika hal itu berkenaan kepada KBC saja.
59
Lihat Pasal 21.1 JOC, dan Pasal 15.1 ESC.
16
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
1999
bahwa
tindakan
Pemerintah
tersebut
bukan
merupakan
Presiden
tersebut.
Pertamina
menekankan
bahwa
tidak
bahwa
usaha
Pertamina
telah
terbukti
gagal
dengan
17
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
arbitrase sendiri yang, di dalam putusan awalnya, membatasi masalahmasalah yang harus diselesaikan dalam waktu ini.
Menurut Pertamina, di dalam putusan awal, majelis arbitrase telah
memutuskan dengan benar bahwa keadaan memaksa yang timbul sebagai
akibat tindakan Pemerintah bukanlah tindakan pelanggaran kontrak JOC dan
ESC. Keadaan memaksa tersebut juga mengampuni KBC untuk tidak
melakukan pekerjaannya.
Pertamina menyatakan pula bahwa tindakannya dan PLN untuk menolong
KBC dengan cara mendorong Pemerintah Indonesia mengambil tindakan
merupakan bukti bahwa ia tidak memiliki kewajiban kontrak akibat tindakan
Pemerintah mengeluarkan keputusan pemberhentian proyek.
Pertamina menolak tuduhan bahwa ia telah melanggar kewajiban karena
telah memberikan jaminan kepada KBC untuk tetap melaksanakan proyek.
Sebaliknya, KBC-lah yang melanggar kewajiban karena secara sepihak
memutuskan untuk tidak meneruskan kontrak dalam waktu sebulan setelah
keputusan presiden tertanggal 10 Januari 1998 keluar.
Berlawanan dari pernyataan KBC, Pertamina tidak melanggar atau
membatalkan kontrak. Secara khusus, surat PLN tertanggal 6 Maret 1998
kepada KBC dan Pertamina yang menyatakan bahwa seluruh pihak harus
tunduk kepada Keputusan Presiden, dan jika tidak, segala tindakan masingmasing adalah tanggungan sendiri, pada prinsipnya menyampaikan bahwa
KBC dapat terus melanjutkan proyek, namun karena penundaan tidak
diketahui akan berlangsung berapa lama, tidak jelas bentuk risiko yang harus
ditanggung. Hal ini bukanlah penolakan terhadap kontrak.
Tambahan pula, KBC tidak dapat berpatokan pada surat tanggal 6 Maret
1998 untuk menuduh PLN melanggar kontrak karena melalui surat tanggal 10
Februari 1998, KBC telah mengumumkan bahwa pihaknya tidak melanjutkan
proyek. Sebaliknya, persetujuan yang dikeluarkan Pertamina terhadap
Rencana Kerja dan Anggaran KBC yang dikeluarkan pada tanggal 11 Maret
Based on Gatots Research
Only for Private Use
18
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
untuk
melaksanakan
kontrak.
Ketidakmungkinan
untuk
Tindakan lain yang dinilai oleh Pertamina sebagai pelanggaran tersebut dilakukan setelah KBC
menghentikan pelaksanaan proyek dan bahkan setelah dimulainya arbitrase.
61
Sayfi Sulaiman bersama dengan John Norris dan Assistia Semiawan adalah saksi dari Pertamina,
sedangkan saksi-saksi dari KBC adalah: Christopher McCallin, Leslie Gelber, Robert McGrath, dan
Barbara Bishop Gollan.
19
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
memakai
keputusan
presiden
sebagai
alasan
untuk
tidak
Pernyataan yang sama terdapat di dalam Pasal 9.2 (e) ESC, kata "Kontraktor diganti dengan kata
'Company, di mana keduanya mengacu kepada KBC.
20
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
untuk
melakukan
tanggungjawabnya.
hal
yang
sama,
Pernyataan
yaitu
sebaliknya
melepaskan
adalah
diri
dengan
dari
tidak
untuk
melakukan
kewajibannya
tidak
dipertimbangkan
sebagai
pekerjaannya."
Penemuan
tersebut
menekankan
bahwa
terhadap
keluarnya
Keputusan
Presiden
yang
63
Menurut Simson Panjaitan, perlu diteliti secara kronologis mengapa perjanjian (yang jelas-jelas
melemahkan Pertamina) tersebut tetap ditanda-tangani. Perjanjian yang menyatakan force majeure
hanya berlaku bagi KBC, dan tidak bagi Pertamina, merupakan suatu kelemahan yang nyata.
Menurutnya secara substansi Keppres tersebut merupakan hal di luar kekuasaan kedua belah pihak,
sehingga seharusnya force majeure berlaku pula bagi kedua belah pihak.
21
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
maka
walaupun
perusahaan
dihalangi
untuk
melaksanakan
kewajibannya,
perusahaan
tersebut
dapat
dianggap
walaupun
pembatalan
tersebut
disebabkan
oleh
keputusan
22
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
hubungan
baik
dengan
Pertamina
dan
mengandung
tidaklah
dianggap
sebagai
bagian
dari
ESC
dan
JOC.
64
Di sini Pertamina dinilai hanya mencari alasan untuk melimpahkan risiko kepada KBC yang
bertalian dengan Government Related Event; suatu risiko yang sesungguhnya hanya meliputi
Pertamina dan PLN menurut kontrak.
23
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
proyek,
tidaklah
membebaskan
Sebagaimana diketahui bahwa berkenaan dengan alasan yang sah untuk membatalkan pekerjaan,
yang diberitahukan melalui surat tanggal 10 Februari 1998, KBC menyusun rencana baru dalam
rangka pelaksanaan proyek tersebut untuk kuartal keempat 1998 dengan asumsi bahwa pada saat itu
proyek akan dilanjutkan kembali.
24
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
25
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
menyatakan dengan jelas bahwa tidak ada hal apapun yang telah dilakukan
atau diharapkan akan dilakukan. Di dalam pertemuan pada tanggal 8 Mei
1998, bertempat di kantor Pertamina, KBC diberitahu bahwa: "menurut
Bappenas, langkah-langkah yang harus diambil untuk kelanjutan proyek geotermal diharapkan akan diputuskan pada bulan Juni 1998.. Di dalam
pertemuan tersebut, dinyatakan pula bahwa: "Pertamina mendapatkan
prakarsa dari perusahaan industri swasta untuk mengatur suatu seminar para
pengusaha industri dan Menteri Pertambangan dan Energi yang baru dengan
tujuan memberitahu Menteri tersebut mengenai posisi dan pentingnya
industri geo-termal." Adapun waktu yang diajukan untuk pengadaan seminar
tersebut adalah bulan Oktober 1998, yang mendorong wakil KBC
memberikan tanggapan bahwa "bulan Oktober tampaknya terlalu terlambat
dan dapat membuat para investor kehilangan kesabaran."
Majelis arbitrase menghargai fakta bahwa Pertamina telah mengirim surat
pada tanggal 11 Juni 1998 kepada Direktur Jenderal Minyak dan Gas.
Meskipun demikian surat tersebut tidak memperlihatkan usaha keras untuk
membuat proyek Karaha Bodas dilanjutkan kembali. Surat tersebut
merupakan permohonan untuk mendapatkan penjelasan perihal situasi 6
bulan setelah dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 5 Tahun 1998 dan 5
bulan setelah dikeluarkannya surat Pertamina tertanggal 11 Februari 1998.
26
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
27
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
untuk tidak memenuhi kontrak sebagai akibat dari Keppres dan pelanggaran
kewajiban atas pelaksanaan kontrak dengan itikad baik. Tidak memenuhi
kontrak untuk sementara waktu karena keputusan pemerintah merupakan
satu hal yang tergantung pada alokasi risiko di antara para pihak, di mana
itikad baik tidak dipersoalkan. Akan tetapi sebaliknya, jika pihak pelanggar
kontrak lalai melakukan usaha sebaik mungkin untuk membatalkan
keputusan pemerintah, sedangkan menurut kontrak pihak itu berkewajiban
untuk melakukan usaha tersebut, serta mereka dalam kedudukan untuk ikut
campur secara efisien (sebagaimana halnya PLN dan Pertamina), maka
kegagalan atas kewajiban pemenuhan kontrak dengan itikad baik dan
kewajiban berdasarkan hukum yang harus dilaksanakan oleh pihak tersebut
membuat kedua pelanggaran tersebut sangat berhubungan.
Demikian pula, meskipun Pertamina telah melakukan usaha yang terbaik
demi kelanjutan proyek Karaha Bodas, menurut Kontrak mereka tetap telah
melakukan pelanggaran terhadap kewajiban melaksanakan kontrak, karena
Keppres tidak dapat dijadikan alasan yang sah untuk tidak melaksanakan
kewajiban mereka. Kesimpulan ini dikuatkan oleh kenyataan bahwa
Pertamina selanjutnya wajib untuk menolong KBC dalam hubungannya
dengan Pemerintah.66
Dengan beberapa dasar argumentasi di atas, tanpa perlu membuat
pertimbangan atas pelanggaran lainnya dari Pertamina, majelis arbitrase
memutuskan bahwa Pertamina sebagai tergugat telah melanggar kewajiban
mereka menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum di dalam ESC dan
JOC.
66
Lihat Pasal 11.2 (c) dan (d) JOC; dan Pasal 4.3 ESC, sebagaimana diacu oleh majelis arbitrase
melalui Putusan Awal bahwa di dalam kontrak, Pertamina dan Pemerintah Indonesia adalah dua pihak
yang berbeda. Dengan tidak memenuhi tanggungjawab menolong KBC tersebut, hal ini menambah
berat pelanggaran akibat kegagalan memenuhi kedua kontrak akibat dikeluarkannya Keppres.
28
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
29
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
2) Posisi Pertamina
Pertamina tidak mengakui bahwa mereka telah menolak kontrak yang sudah
disepakati dan menekankan bahwa konsep penolakan kontrak yang sudah
diantisipasi tidak ada di dalam hukum Indonesia. Walaupun mereka
mengakui bahwa pemutusan kontrak yang berdasarkan hukum dapat saja
terjadi dalam kasus pelanggaran, akan tetapi mereka menekankan bahwa
satu pihak tidak dapat mempercepat pelaksanaan kewajiban pihak lainnya.
Selanjutnya mereka menyatakan bahwa pemutusan kontrak bukanlah
tuntutan atas tindakan yang berhubungan dengan pemerintah sesuai dengan
isi Kontrak.
PLN
30
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
67
Meskipun majelis arbitrase selalu mengacu pada peraturan hukum Indonesia, koordinator pengacara
Pertamina kepada penulis (dalam wawancara 21 Maret 2005) menyatakan bahwa majelis arbitrase
telah salah menerapkan hukum karena tidak menggunakan hukum Indonesia sebagai governing law;
padahal pilihan hukumnya (choice of law) yaitu: hukum Indonesia telah ditentukan secara tegas di
dalam perjanjian. Dikatakannya bahwa mereka justru menggunakan hukum Swiss, dan hanya hukum
acaranya (procedural law) menggunakan ketentuan UNCITRAL.
68
Lihat Pasal 12.1 ESC;dan Pasal 20 JOC.
31
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
Namun
demikian,
jumlah
ganti
kerugian
tersebut
harus
32
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
kehilangan
modal,
KBC
minta
agar
Pertamina
secepatnya
1) Argumentasi KBC
KBC terutama menuntut untuk mendapatkan ganti kerugian atas sejumlah
uang yang telah dipakai untuk modal ditambah bunga sebesar 1516 persen
dari jumlah tersebut. Menurut KBC tuntutan ini didasarkan pada konsep
pendekatan ganti kerugian berdasarkan kontrak yang dinamakan damnum
emergens (kerugian yang sebenarnya dan bukan yang diantisipasi), yang
sesungguhnya telah diterapkan oleh berbagai arbitrase internasional.
Demikian pula berdasarkan asumsi bahwa hukum Indonesia dan prinsip yang
dipakai di dalam arbitrase internasional (yang telah diterima dengan baik)
memberikan ijin bagi KBC sebagai pengugat untuk menerima ganti kerugian
sesuai dengan prinsip keadilan.
KBC berpatokan pada bukti yang memperlihatkan bahwa ia telah
menggunakan uang sejumlah 94,6 (sembilan puluh empat koma enam) juta
dolar Amerika demi mencapai tujuan yang tercantum di dalam kontrak atau
perjanjian. KBC menyatakan bahwa berdasarkan dokumen dan kesaksian
Mr. Dan Campbell dan Mrs. Barbara Bishop Gollan, yang telah diuji di dalam
pemeriksaan silang saksi, ditetapkan bahwa ongkos yang telah dikeluarkan
oleh KBC adalah sehubungan dengan pembiayaan yang secara khusus
berhubungan dengan eksplorasi dan pembangunan proyek. Akibatnya,
jumlah 94,6 juta dolar tidak selayaknya dibantah dan harus dibayar bersama
dengan bunganya.
Sehubungan dengan hukum Indonesia yang membahas pula masalah
damnum emergens, maka menurut KBC, tidaklah menjadi masalah apabila
proyek tersebut tidak diselesaikan sesegera mungkin untuk memperoleh
Based on Gatots Research
Only for Private Use
33
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
2) Argumentasi Pertamina
Karena menyangkut masalah prinsip, Pertamina menolak bahwa KBC berhak
memperoleh ganti rugi atas ongkos yang dikeluarkan untuk pembangunan
proyek. Pertamina yakin bahwa KBC sendiri mengakui dengan suratnya
kepada Pertamina tertanggal 9 September 1997 dan Laporan Keuangan,
bahwa pada saat kontrak JOC dan ESC disepakati bersama, pihak ini telah
mengasuransikan risiko yang mungkin terjadi; risiko tersebut yaitu, apabila
belum ada keuntungan yang cukup dari hasil penjualan listrik kepada PLN,
yang dapat menutupi ongkos pembiayaan, maka mereka tidak dapat
memperoleh ganti rugi atas biaya yang telah dikeluarkan.
Pertamina tetap berkeyakinan bahwa sebagai pihak yang mengajukan
permohonan pemberhentian proyek, KBC harus menanggung sendiri
konsekuensi dari tidak adanya keuntungan yang dihasilkan untuk menutupi
biaya yang sudah dikeluarkan. Pertamina menuduh bahwa KBC telah
mengeluarkan ongkos yang sia-sia karena tidak tepat dan tidak efisien dalam
melakukan eksplorasi sehingga Pertamina sendiri tidak memperoleh
keuntungan apapun.
34
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
35
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
Development
Agreements
(Perjanjian
Pembangunan
36
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
37
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
ketentuan
yang
tercantum
di
dalam
kontrak
yang
hukum
tersebut
di
pihak
lain
mensyaratkan
"harus
mencerminkan penilaian atas penafsiran yang benar atas semua ketentuanketentuan yang berkaitan serta pelaksanaan yang adil dan tepat atas isi
Perjanjian sesuai dengan ketentuan-ketentuan tersebut." Oleh sebab itu,
pemberian mandat tertinggi untuk memilih cara penyelesaian perkara
bertujuan mencapai keinginan mendasar dan keinginan sah para pihak
secara tepat, sebagaimana dimengerti melalui struktur teks secara
keseluruhan dari dokumen kontrak atau perjanjian.
Bersamaan dengan hal tersebut, perlu diperhatikan pendapat hukum yang
disampaikan oleh para ahli dari kedua pihak.69 Hal ini sehubungan dengan
fakta yang tertulis di dalam KUHPerdata Pasal 1423 - 1252, yaitu hukum
yang telah dipilih untuk diterapkan, yang memberikan hak kepada pihak yang
tidak melanggar kontrak untuk menuntut uang damnum emergens, ganti rugi
atas ongkos yang dikeluarkan untuk pelaksanaan yang tercantum di dalam
kontrak.
Dengan mempertimbangkan hal-hal di atas, majelis arbitrase berpendapat
bahwa KBC harus mendapatkan ganti rugi damnum emergens bersamasama dengan ganti rugi atas pengeluaran dalam rangka pelaksanaan kedua
69
Ahli hukum yang diminta kesaksiannya dari Pertamina adalah Didi Dermawan, sedangkan Robert
Hornick adalah saksi ahli KBC.
38
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
39
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
70
Lihat Mealeys International Arbitration Report, op. cit., hlm. 33, mengutip Final Award dalam
Himpurna California Energy Ltd. Bermuda Case, hlm. 130 131.
40
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
41
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
tahun 1995-1998 dan yang telah disetujui oleh Pertamina berdasarkan Pasal
4.3.1 JOC.71
Karena majelis arbitrase tidak melihat adanya bukti bahwa Pertamina
tidak setuju, majelis arbitrase mempertimbangkan bahwa KBC berhak
menerima ganti rugi dari pembiayaan yang telah dibuktikan dan tidak
disengketakan sebesar 8,3 (delapan koma tiga) juta dolar Amerika untuk
tahun 1995; 26,4 (duapuluh enam koma empat) juta dolar Amerika untuk
tahun 1996; 48,5 (empatpuluh delapan koma lima) juta dolar Amerika untuk
tahun 1997; dan 9,9 (sembilan koma sembilan) juta dolar Amerika untuk
tahun 1998; yang semuanya dijumlah secara total adalah sebesar 93,1
(sembilan puluh tiga koma satu) juta dolar Amerika.
Majelis arbitrase tidak memiliki dokumen yang dapat digunakan sebagai
bukti atas beberapa hal, yang termasuk di dalam klaim secara global, untuk
memeriksa akurasi atas hubungan pengeluaran pada tahun 1999 dalam
rangka pelaksanaan akhir seluruh operasi yaitu sejumlah 1,6 (satu koma
enam) juta dolar Amerika sesuai dengan ketentuan yang tercantum di dalam
kontrak. Hal ini karena tidak ada lagi program kerja atau anggaran yang
diserahkan kepada Pertamina untuk disetujui. Oleh sebab itu, majelis
arbitrase tidak mengabulkan tuntutan ganti rugi sebesar 1,6 juta dolar
Amerika, karena tidak cukup bukti-bukti yang menyatakan bahwa jumlah
tersebut telah digunakan KBC sebagai modal untuk memenuhi Kontrak.
Setelah membuat keputusan bahwa KBC berhak memperoleh ganti rugi
atas modal yang sudah ditanam, dan wajib diberikan damnum emergens
yang bersamaan dengan pelaksanaan proyek sesuai kontrak berakhir
terhitung sebesar 93,1 (sembilan puluh tiga koma satu) juta dolar Amerika,
71
Pasal tersebut isinya antara lain meminta Pertamina untuk menyatakan persetujuan atau
ketidaksetujuannya dalam tempo 30 hari.
42
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
maka majelis arbitrase sekarang harus menetapkan nilai ganti rugi akibat
kehilangan modal.
Untuk membuat keputusan yang sulit ini, majelis arbitrase harus
menggunakan satu-satunya cara penyelesaian melalui bukti yang diserahkan
oleh Professor Ruback, saksi ahli dari KBC, yaitu apa yang disebuf risk-free
rate, yaitu: tingkat bunga yang dibayarkan untuk pinjaman uang ketika risiko
bahwa bunganya tidak akan dibayarkan dipertimbangkan sebagai nol,
sebesar 5,8% per tahun, tarif saat itu yang diambil dari Surat Obligasi di
Amerika Serikat yang sudah berlaku selama 20 tahun (US Government
Bond). Penggunaan risk-free rate ini memberikan keuntungan karena ukuran
yang konservatif tersebut memungkinkan seseorang bersikap hati-hati,
dengan menempatkan jumlah tertentu dalam bentuk penanaman modal yang
terjamin, serta memperoleh hasil yang tingkat spekulatifnya paling rendah.
Dengan membuat kalkulasi berdasarkan petunjuk tersebut, jumlah total
yang diperlihatkan kepada majelis arbitrase, terhitung jumlah uang tiap akhir
tahun dari mulai dikeluarkan oleh KBC sebagai biaya pengeluaran untuk
proyek Karaha Bodas sampai berakhir pada tahun 2000, adalah nilai saat ini
yaitu jumlah uang yang dipakai sebagai modal di mana KBC pantas
memperolehnya kembali sebagai ganti rugi berdasarkan damnum emergens
seperti yang diuraikan di bawah ini:
1995
10,7 Juta
1996
32,5 Juta
1997
56,9 Juta
1998
11,0 Juta
111,1 Juta
TOTAL
KBC mengajukan permohonan agar Pertamina dan PLN secara bersamasama dan masing-masing dijatuhi hukuman berupa kevvajiban membayar
ganti rugi. Dari penemuan majelis arbitrase, Pertamina dan PLN bekerja
Based on Gatots Research
Only for Private Use
43
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
sebesar 111,1
juta sebagai ganti rugi karena jumlah tersebut telah dipakai dalam rangka
pembiayaan proyek.
1) Posisi KBC
KBC menggarisbawahi bahwa alasan yang menyertai permohonan tersebut
tidak membuat penghitungan menjadi dua kali lipat karena perkiraan laba
tersebut merupakan dasar dari penanaman modal sebelumnya, demikian
bukti yang diajukan Professor R. Ruback dari Harvard Business School.
Selanjutnya KBC menyatakan bahwa klaim ini sah menurut hukum
Indonesia. Klaim tersebut, menyatakan sebagai salah satu pelanggaran
kontrak adalah ganti kerugian, termasuk pula kehilangan laba, sebagaimana
dibuktikan oleh saksi ahli KBC, Robert Hornick, dan yang saksi ahli
Pertamina sendiri tidak menunjukkan keberatan apapun. KBC menunjuk
pada Pasal 1246 KUHP yang membahas bahwa ganti rugi adalah termasuk
pula kehilangan yang diderita oleh pihak yang berpiutang dan keuntungan
yang seharusnya diperoleh.
Berdasarkan hukum Indonesia dan prinsip arbitrase internasional yang
diakui, jumlah ganti rugi dalam bentuk tersebut ditentukan berdasarkan
prinsip keadilan atau ex aequo et bono. Menurut KBC, klaim atas kehilangan
44
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
kapasitas
tenaga
listrik
sebesar
55MW
dan
110MW.
antara lain, perusahaan ini telah menanam sebesar US$ 40 (empat puluh)
juta dolar Amerika ke dalam proyek tersebut dan karena ESC dan JOC
memakai nilai mata uang Amerika.
Kalkulasi KBC atas kehilangan laba didasarkan pada cash flow yang
diperkirakan, yaitu pendapatan yang akan diperoleh dari proyek (yang
dihitung berdasarkan jumlah listrik yang akan dipasok, yaitu 210 MW kepada
PLN) untuk ditukar dengan pembayaran kapasitas sesuai dengan kontrak
ESC. Berdasarkan ESC, pemotongan tarif harga akan dikenakan setelah
dipertimbangkan bahwa hasil penjualan listrik akan diterima selama lebih 30
tahun. Menurut Profesor Ruback, tariff tersebut adalah sebesar 8,5 persen.
Berdasarkan bukti yang dikemukakan, KBC menyatakan klaim atas
kehilangan laba adalah sebesar US $ 512,5 (lima ratus dua belas koma lima)
juta dolar amerika, sesuai dengan tingkat perolehan (rate of return) sebesar
kira-kira 16,2 persen.
KBC mengklaim bahwa pengiriman pembayaran yang telah dihitung
berdasarkan ESC dianggap sebagai alternatif terhadap kehilangan laba yang
dihitung dalam bentuk cash flow yang akan diperoleh. Dalam ESC, PLN
Based on Gatots Research
Only for Private Use
45
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
2) Posisi Pertamina
Pertamina
tidak
menyangkal
bahwa
menurut
hukum
Indonesia,
tanpa
perlindungan
untuk
pelaksanaan
proyek
karena
goncangan ekonomi dan politik yang terjadi di Indonesia (dan bukan karena
Keputusan Presiden atau tindakan apapun dari KBC).
Based on Gatots Research
Only for Private Use
46
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
47
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
48
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
49
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
When exploring all the data related to the case in question, I found that
you have been appointed as one of the expert witnesses by Karaha
Bodas Company (KBC). Even though I already have collected
sufficient data (both from Pertamina and KBC), including a published
international arbitration report of LexisNexis, I was unable to have
access to some documents presented during the arbitration tribunal.
Therefore I would be grateful if you briefly could address the following
questions:
1. What is your consideration on using the trading price for the stock of
CalEnergy, a company claimed to be comparable to Pertamina?
2. Do you think it is a justifiable expectation (not merely a speculation) to
provide for the recovery of lost profit for a period of consecutive 30
years?
3. How did you come up with a discount rate of 8.5% (discounted to the
projected operating cash flows present value as of January 1998)
which, according to Pertaminas calculation, would have been equal to
the Indonesian government bonds of 22% at that time?
Since you may have a busy schedule of your own, please do not
hesitate to respond even one of the three questions.
Thank you very much in advance for your assistance, and I look
forward to hearing from you at your time convenience.
Sincerely,
Gatot Soemartono
(Di bawah adalah terjemahan atas surat di atas.
Yth. Prof. Ruback,
Saya menulis e-mail kepada anda, dan mudah-mudahan anda
menerimanya dengan baik. Nama saya Gatot Soemartono, lulusan
LL.M dari Fakultas Hukum Universitas Harvard dan saat ini adalah
dosen senior (lektor kepala) di Fakultas Hukum Universitas
Tarumanagara Jakarta, Indonesia. Sekarang saya sedang melakukan
penelitian mengenai kasus Karaha Bodas yang dibiayai oleh lembaga
penelitian Universitas Tarumanagara.
Ketika saya mencari data yang terkait dengan kasus tersebut, saya
mendapati bahwa anda adalah salah satu saksi ahli dari KBC.
Meskipun saya telah mengumpulkan data yang cukup (baik dari
Based on Gatots Research
Only for Private Use
50
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
terima
(meskipun
telah
dikirim
yang
kedua
untuk
mengingatkan).
3) Penilaian dan putusan majelis arbitrase
Menurut majelis arbitrase, hukum Indonesia sebagaimana pelbagai peraturan
hukum lainnya mengatur pula tentang pemerolehan kembali atas laba yang
hilang (lucrum cessans) sebagai bagian dari ganti kerugian terhadap mana
pihak yang tidak bersalah berhak mendapatkannya dalam hal pelanggaran
Based on Gatots Research
Only for Private Use
51
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
kontrak, selain bagian ganti kerugian yang lain, damnum emergens (ganti
rugi darurat).
Sebagaimana di dalam peraturan hukum lainnya, pemerolehan kembali
ganti rugi terbatas pada kerugian yang dapat diperkirakan ketika kontrak
disusun dan mendapat ganti rugi segera dan secara langsung atas
pelanggaran yang dilakukan.
Majelis
arbitrase
berpendapat
bahwa
KBC
berhak
memperoleh
52
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
kontrak
adalah
termasuk
keadaan
memaksa
yang
secara
benar
menggarisbawahi
risiko
yang
mungkin
listrik
dan
pengoperasian
besarnya
persediaan
yang
telah
53
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
sehubungan
dengan
pembangunan
proyek
dan
54
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
Hal ini didasarkan pada notulen tertanggal 14 Desember 1997 yang dibuat di dalam pertemuan
Komite Bersama yang menyatakan bahwa persetujuan tersebut telah ditandatangani oleh kedua pihak.
55
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
kembali.
Menurut pendapat majelis arbitrase sikap KBC seperti telah dibuktikan di
atas memperlihatkan keyakinan mereka bahwa proyek akan tetap dilanjutkan
dan memberikan keuntungan meskipun dihalangi oleh perkembangan politik
dan kesulitan ekonomi yang terjadi di Indonesia. Secara sederhana adalah
masuk akal bahwa kesulitan tersebut dapat diatasi bersamaan dengan
berlalunya waktu dan penerimaan tindakan-tindakan yang diusulkan oleh
IMF.
Sebagaimana telah diuraikan tentang perlunya mempertimbangkan
sejumlah risiko akibat tidak adanya perlindungan yang dapat dijamin oleh
JOC dan ESC termasuk biaya modal yang lebih tinggi dari cash flow yang
telah diperkirakan KBC, penundaan pembangunan pembangkit tenaga listrik
dan pengoperasiannya, jumlah persediaan sumber geo-termal yang akan
dikelola yang ternyata lebih rendah dari yang diharapkan, dan/atau
pengelolaan modal dan ongkos operasional lebih tinggi dari cash flow yang
direncanakan.
Karena terlalu banyaknya variabel yang muncul di dalam proses
pengevaluasian tersebut, beberapa pendekatan lain perlu dilakukan dengan
tetap mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, yang ternyata dapat
mengurangi klaim penggugat atas kehilangan laba. Setelah melakukan
pertimbangan secara hati-hati atas elemen-elemen yang dapat timbul di
dalam analisis yang disebut, dan untuk menetapkan jumlah kerugian akibat
kehilangan laba berdasarkan bukti-bukti yang telah diserahkan oleh kedua
pihak maka majelis arbitrase menetapkan jumlah kehilangan laba yang
berhak diperoleh penggugat sebagai ganti rugi adalah sebesar US $ 150
(seratus lima puluh) juta dolar Amerika.
Based on Gatots Research
Only for Private Use
56
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
penuh
untuk
menetapkan
tarif
bunga
tersebut
dengan
Biaya Arbitrase
Yves DERAINS
Piero BERNARDINI
Jumlah
pembiayaan
arbitrase
oleh
majelis
arbitrase
adalah
US
$34.140,00 (tiga puluh empat ribu seratus empat puluh) dolar Amerika.
Secara total, ongkos dan biaya tahap kedua ini adalah US$ 399.982,38 (tiga
ratus sembilan puluh sembilan ribu sembilan ratus delapan puluh dua koma
Based on Gatots Research
Only for Private Use
57
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
tiga puluh delapan) dolar Amerika. Jumlah ini ditebus melalui pembayaran
para pihak dengan rincian Pertamina membayar US $ 199.982,38 (seratus
sembilan puluh sembilan ribu sembilan ratus delapan puluh dua koma tiga
puluh delapan) dolar Amerika dan KBC membayar US $ 200.000 (dua ratus
ribu) dolar Amerika, tetapi karena KBC telah diputuskan hanya membayar
sepertiga dari jumlah US $ 399.982,38 Dolar Amerika, maka Pertamina
diwajibkan untuk membayar sisa dari yang seharusnya dibayar oleh
penggugat yaitu sebesar US $ 66.654,92 (enam puluh enam ribu enam ratus
lima puluh empat dan sembilan puluh dua sen) dolar Amerika.
Pasal 40 (2) Arbitrase UNCITRAL memberikan kebebasan kepada majelis
arbitrase untuk memutuskan ongkos penasehat hukum beserta asisten
mereka.
58
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
juta dolar Amerika untuk laba yang seharusnya diperoleh kepada KBC
termasuk bunga sebesar 4% pertahun, terhitung tanggal 1 Januari 2001
sampai lunas.
4. Pertamina dan PLN secara bersama-sama dan masing-masing dijatuhi
hukuman pembayaran ganti rugi sebesar US $ 66.654,92 (enam puluh
enam ribu enam ratus lima puluh empat dan sembilan puluh dua sen)
dolar Amerika kepada KBC untuk biaya dan ongkos yang dikeluarkan
sehubungan dengan fase kedua dan terakhir dari arbitrase ini, termasuk
bunga sebesar 4% pertahun terhitung tanggal 1 Januari 2001 sampai
lunas.
5. Masing-masing pihak harus menanggung ongkos pembiayaan penasehat
hukum dan para asisten mereka.
6. Tuntutan lainnya dari para pihak dinyatakan dibantah atau dihapuskan.
73
Simson Panjaitan sebagai koordinator pengacara Pertamina mengakui bahwa upaya banding ke
pengadilan di Jenewa sebenarnya telah dilakukan tetapi terlambat; artinya jangka waktu maksimum 30
hari telah terlewati. Menurutnya, peristiwa ini perlu dilakukan penyelidikan (oleh pihak internal
Pertamina sendiri): mengapa sampai terjadi keterlambatan tersebut. Artinya, perlu diselidiki mengapa
hal yang fatal ini dapat terjadi, apakah ada unsur kelalaian atau bahkan telah terjadi permainan kotor
di belakang semua ini.
59
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
arbitrase
telah
melampaui
wewenangnya
karena
tidak
b.
c.
Arbitrase
UNCITRAL
tidak
menghiraukan
dan
telah
74
60
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
arbitrator
dalam
memberikan
pertimbangannya
wanprestasi
dan
karenanya
dihukum
untuk
61
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
suatu
tindakan
kebijaksanaan
pemerintah
untuk
Pertamina
dari
kewajiban
untuk
membayar
Keputusan
Presiden
No.
Tahun
1998
tersebut
62
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
Penasihat
hukum
Pertamina
dalam
penjelasannya
JOC
dan
Perjanjian
ESC
tidak
dapat
diteruskan
maka
pemerintah
Indonesia
menganggap
perlu
untuk
63
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
maka
pemerintah
Indonesia
memandang
perlu
untuk
b.
64
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
untuk sahnya satu perjanjian harus dipenuhi antara lain syarat adanya
suatu sebab yang halal sedangkan menurut Pasal 1337 KUHPerdata
suatu
tersebut,
Pertamina
seharusnya
diberi
kesempatan
Kedua pasal tersebut telah dilanggar, yaitu Pasal V (1) huruf B: Pertamina sebagai termohon
eksekusi tidak diberitahukan secara layak tentang pengangkatan arbitrator; dan Pasal V (1) (D):
susunan tim arbitrase tidak sesuai dengan perjanjian JOC dan ESC.
65
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
66
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
67
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
memberikan
laporan
kepada
Pertamina
mengenai
pendanaan
tersebut.
b. Namun demikian selama persidangan arbitrase berlangsung KBC tidak
dapat membuktikan dengan bukti-bukti yang sah bahwa KBC telah
siap dan sanggup untuk melaksanakan kontrak-kontrak JOC dan ESC
dengan
menyediakan
pembiayaan
yang
dana
bonafide,
yang
nyata
sebagaimana
dari
sumber-sumber
disyaratkan
untuk
68
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
69
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
atau telah terjadi berat sebelah dari majelis arbitrase, atau tidak
dipenuhinya
suatu
asas
berperkara
yang
prinsipil
seperti
harus
memperlakukan para pihak secara sama dan tidak boleh berat sebelah
seperti ditentukan Pasal 15 UNCITRAL Arbitration.
70
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
dan
Telaga
Bodas.
Kedua
kontrak
ini,
sekalipun
ada
harus
menanggung
risiko
dan
pembiayaan
ekplorasi
dan
71
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
72
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
73
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
putusan
diambil
ditemukan
dokumen
yang
bersifat
74
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
Pasal
70
UU
Arbitrase
secara
tegas
menyatakan:
yang
sudah
didaftarkan
di
pengadilan.
Alasan-alasan
mengenai
pendaftaran
putusan
arbitrase
internasional,
75
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
memiiki
kewenangan
untuk
melakukan
pendaftaran
76
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
permohonan
pembatalan
terhadap
putusan
arbitrase
putusan
arbitrase
internasional
tersebut?
Pertamina
77
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
78
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
antara Pertamina dan KBC diperiksa dan diadili kembali oleh Majelis
Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, padahal berdasarkan ketentuan
Pasal 13.2 JOC dan Pasal 8.2 ESC Pertamina telah menyepakati untuk
menyelesaikan sengketa yang terjadi melalui arbitrase dan tempat
arbitrase tersebut adalah di Jenewa, Swiss.
Pertamina
dan
KBC
telah
menyepakati
untuk
menyelesaikan
79
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
dengan
mendasarkan
permohonannya
tersebut
dengan
gugatan
dikabulkan
oleh
Majelis
Hakim
yaitu
dengan
80
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
81
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
kecuali dalil yang secara tegas diakui dan diterima oleh KBC. Selanjutnya,
untuk memperkuat uraiannya tersebut, KBC menyampaikan beberapa hal,
yaitu:
1. Setelah putusan arbitrase internasional dijatuhkan tidak ada surat atau
dokumen yang diakui atau dinyatakan palsu. Penjelasan mengenai hal ini
dapat disampaikan sebagai berikut:
a. Berdasarkan
dalil-dalil
yang
diajukan
oleh
Pertamina
dalam
gugatannya, Pertamina sama sekali tidak dapat menguraikan faktafakta adanya surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan
yang diakui palsu atau dinyatakan palsu, apalagi Pertamina dalam
gugatannya tidak mengajukan dalil atau bukti apapun yang dapat
menyatakan hal tersebut. Padahal hal ini merupakan salah satu syarat
yang harus dipenuhi oleh Pertamina dalam mengajukan permohonan
pembatalan putusan arbitrase sebagaimana yang dinyatakan dalam
Pasal 70 huruf a UU Arbitrase, khususnya putusan arbitrase
internasional dalam perkara a quo.
b. Dokumen JOC dan ESC yang dipermasalahkan oleh Pertamina dan
bahkan dinyatakan oleh Pertamina batal demi hukum, bukanlah
dokumen palsu dan sama sekali tidak diakui palsu oleh Pertamina.
Dokumen berupa JOC dan ESC yang diajukan dalam pemeriksaan
arbitrase di Jenewa, Swiss tersebut merupakan dokumen asli.
adanya
dokumen
yang
bersifat
menentukan
yang
82
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
dalam
mengajukan
permohonan
pembatalan
putusan
arbitrase
83
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
84
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
oleh
pihak
yang
hendak
mengajukan
permohonan
85
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
mengajukan
permohonan
pembatalan
putusan
arbitrase
86
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
Adanya
alasan
pelanggaran
ketertiban
umum
bukanlah
87
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
88
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
putusan
arbitrase
internasional
dan
bukan
gugatan
untuk
merupakan
salah
satu
alasan
untuk
mengajukan
89
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
terhadap
putusan
arbitrase
yang
sudah
didaftarkan
di
90
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
1999,
tetapi
dalam
positanya
mengemukakan
bahwa
perjanjian kerjasama dan perjanjian kontrak jual beli energi adalah batal
demi hukum. Selain itu dalam posita tidak menguraikan alasan untuk
mengajukan permohonan pembatalan putusan arbitrase internasional
tersebut. Dalam gugatannya justru lebih banyak menguraikan dalil-dalil
yang bertujuan untuk menyatakan serta memohonkan agar kedua kontrak
dinyatakan batal atau batal demi hukum, akibatnya maksud gugatan a
quo menjadi tidak jelas, apakah untuk membatalkan putusan arbitrase
internasional atau menginginkan membatalkan perjanjian kerjasama dan
perjanjian kontrak jual beli energi. Bahwa petitum tidak didukung oleh
posita yang jelas tepat akurat dan benar mengakibatkan gugatan menjadi
kabur dan tidak jelas.
91
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
gugatan
pembatalan
putusan
arbitrase
internasional
oleh
92
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
Atas dasar seluruh pertimbangan di atas, eksepsi KBC dinilai telah tidak
beralasan hukum, karenanya harus ditolak.
93
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
94
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
Di samping itu terdapat beberapa hal yang masih menjadi perselisihan, yaitu:
1) Menurut Pertamina
a. Putusan arbitrase internasional tersebut telah bertentangan dengan
Konvensi New York 1958 maupun UU No. 30 tahun 1999;
b. Dalam perjanjian kerjasama (JOC) antara Pertamina dan KBC
disepakati dalam hal timbul sengketa diselesaikan dengan arbitrase
berdasarkan ketentuan UNCITRAL dan terhadap kontrak tersebut
berlaku hukum Indonesia;
c. Dalam kontrak jual beli energi (ESC) antara Pertamina dan KBC,
disepakati dalam hal timbul sengketa diselesaikan dengan arbitrase
berdasarkan ketentuan UNCITRAL dan dalam kontrak tersebut berlaku
hukum Indonesia;
d. Majelis Hakim Arbitrase telah melampaui wewenangnya karena tidak
mempergunakan hukum Indonesia, dalam pertimbangan majelis
arbitrase Jenewa telah mengenyampingkan dan telah melanggar
ketentuan hukum Indonesia yang seharusnya diberlakukan;
e. Putusan
arbitrase
tanggal
18
Desember
2000
secara
keliru
arbitrator
tidak
diberitahukan
Pertamina
selaku
95
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
2) Menurut KBC
a. Setelah putusan arbitrase internasional dijatuhkan tidak terdapat satupun
surat atau dokumen yang diajukan diakui palsu atau dinyatakan palsu,
tidak ada dokumen yang bersifat menentukan, yang disembunyikan oleh
KBC, tidak diambil dari tipu muslihat KBC dan alasan pembatalan putusan
arbitrase harus dibuktikan dengan putusan pengadilan, dan Pertamina
telah pula menerima pembertitahuan secara patut untuk proses arbitrase,
penunjukan Majelis Arbitrator sesuai yang ditentukan dalam JOC dan
ESC;
b. Klausula arbitrase dalam JOC dan ESC memiliki kekuatan hukum untuk
dilaksanakan dan tidak dapat dibatalkan.
Berdasarkan bukti-bukti dari putusan arbitrase tersebut, isinya adalah halhal mengenai telah terjadinya suatu kesepakatan yang menghasilkan dua
kontrak kerjasama yaitu:
96
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
a. Joint
Operation
Contract
(JOC),
yang
menetapkan
Pertamina
Dalam Pasal 20 JOC dan Pasal 12.1 ESC disebutkan Perjanjian ini
tunduk pada hukum dan peraturan Republik Indonesia. Dari pasal tersebut
dapat disimpulkan bahwa para pihak dalam kontrak tersebut telah
menundukkan dan memilih hukum Indonesia. Karena Kontrak JOC dan ESC
berlaku hukum Indonesia, upaya hukum dari Pertamina terhadap putusan
arbitrase internasional untuk mengajukan suatu pembatalan putusan
arbitrase adalah tepat untuk diajukan di pengadilan Indonesia dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Karena Indonesia telah meratifikasi Konvensi New York 1958 sejak tahun
1981 hingga kini maka Indonesia termasuk negara yang mengikatkan diri
pada ketentuan-ketentuan hukum yang tercantum dalam Konvensi
tersebut;
b. Meskipun Pasal 70 Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase
mengatur mengenai alasan-alasan yang dapat dipergunakan untuk
mengajukan pembatalan suatu putusan arbitrase internasional, akan
tetapi karena Pasal V Konvensi New York 1958 menyatakan bahwa
terhadap pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase dapat ditolak
atas permohonan pihak yang diminta untuk melaksanakan putusan
tersebut, namun terhadap penolakan tersebut harus dapat dibuktikan halhal yang tercantum dalam Pasal V.
97
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
Yang tercantum dalam Pasal V huruf b, d, dan e Konvensi New York 1958
ini adalah :
a. Pihak yang diminta untuk melaksanakan keputusan tidak mendapat
pemberitahuan yang wajar mengenai penunjukan para arbitrator;
b. Komposisi dari kekuasaan arbitrase atau prosedur arbitrase tidak sesuai
dengan perjanjian yang dibuat oleh para pihak;
c. Putusan tersebut mempunyai kekuatan mengikat terhadap para pihak.
Pasal V ayat 2 b Konvensi New York menyatakan bahwa pengakuan dan
pelaksanaan dari suatu putusan arbitrase dapat juga ditolak jika badan yang
berwenang dari negara tempat pengakuan dan pelaksanaan putusan
dimohonkan menemukan bahwa pengakuan atau pelaksanaan putusan
arbitrase akan bertentangan dengan kepentingan umum.
98
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
wewenangnya
karena
tidak
mempergunakan
hukum
99
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
terhadap
putusan
arbitrase
internasional
tersebut
harus
Presiden
sebagai
alasan
untuk
tidak
melaksanakan
100
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
kewajibannya, sedangkan Pertamina dan PLN tidak berhak sejauh ini untuk
melakukan hal yang sama, dan seterusnya.
Berhubung Pertamina dan PLN tidak dapat memakai Keputusan Presiden
sebagai alasan yang sah untuk tidak melakukan kewajiban mereka di bawah
ESC dan JOC, maka tindakan tidak melakukan kewajiban tersebut adalah
pelanggaran
kontrak
sehubungan
dengan
tanggung
jawab
mereka.
proyek
geo-termal
KBC,
dengan
pertimbangan
untuk
101
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
102
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
103
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
dulu
meskipun
ada
banding,
verzet
atau
kasasi,
Majelis
104
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
putusan
105
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
akte
permohonan
82/Srt.Pdt.Kas/2002/PN.JKT.PST.Jo
Nomor:
banding
Nomor:
86/PDT.G/2002PN.JKS.PST
yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, yang kemudian
disusul dengan memori banding yang memuat alasan-alasan yang diterima
oleh Kepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut pada tanggal 23 September
2002.
Setelah itu Pertamina, yang pada tanggal 25 September 2002 telah
diberitahu tentang memori banding oleh KBC, mengajukan jawaban memori
banding yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
pada tanggal 7 Oktober 2002. Mengenai tambahan memori banding yang
diajukan oleh KBC, mengingat tambahan memori banding tersebut baru
diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 25
Based on Gatots Research
Only for Private Use
106
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
107
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
pertimbangan
hukum
judex
factie,
Putusan
terhadap
Putusan
Arbitrase
Internasional
dengan
108
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
Arbitrase
secara
tegas
dinyatakan
bahwa
permohonan
terhadap
menggunakan
format
suatu
putusan
permohonan
arbitrase
serta
diajukan
terlebih
dahulu
dengan
harus
109
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
e. Dari segi kompetensi relatif, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat juga tidak
berwenang untuk mengadili perkara ini, karena berdasarkan ketentuan
dalam Pasal 72 dan Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang Arbitrase, di mana
Pengadilan Negeri yang berwenang untuk memeriksa perkara a quo
adalah Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat tinggal
termohon (in casu tempat tinggal KBC). Oleh karena itu Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat tidak mempunyai kewenangan (kompetensi) untuk
menerima dan memeriksa gugatan pambatalan Putusan Arbitrase
Internasional a quo, sebab wilayah hukum Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat tidak meliputi tempat tinggal Pemohon Kasasi/tergugat (KBC).
f. Gugatan Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional yang diajukan oleh
Pertamina tidak memiliki dasar hukum untuk dapat diajukan, karena
berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam Penjelasan Pasal 70 UU
Arbitrase, jelas ditentukan bahwa suatu putusan arbitrase hanya dapat
dibatalkan apabila sudah didaftarkan di Pengadilan. Dalam perkara a quo,
Pertamina sama sekali tidak dapat mengajukan satu bukti pun yang dapat
membuktikan bahwa putusan Arbitrase Internasional tersebut sudah
didaftarkan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Oleh karena Putusan
Arbitrase Internasional belum didaftarkan secara sah menurut ketentuan
hukum yang berlaku, maka sebenarnya Putusan Arbitrase Internasional
belum didaftarkan oleh arbiter atau kuasanya.
110
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
Swiss
sesuai
dengan
Undang-Undang
Hukum
Perdata
111
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
Catatan: Untuk butir e di atas, Mahkamah Agung mengacu pada asas nebis
in idem yang menyatakan bahwa untuk suatu perkara yang sama tidak dapat
diperiksa dan diadili untuk kedua kalinya.76
Atas dasar pertimbangan-pertimbangan butir a e tersebut, Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang untuk memeriksa dan memutus
gugatan pembatalan putusan Arbitrase Internasional yang dilakukan oleh
Pertamina.
d. Isi Putusan MA
Setelah melakukan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, tanpa perlu
mempertimbangkan
keberatan-keberatan
lainnya,
Mahkamah
Agung
76
Tentang pengajuan kasus tersebut di Swiss, koordinator pengacara Pertamina membantah bahwa
putusan arbitrase UNCITRAL telah diperiksa dan ditolak oleh Mahkamah Agung Swiss. Menurutnya,
upaya mengajukan pembatalan putusan ke pengadilan di Jenewa terlambat dilakukan sehingga tidak
sempat diperiksa dan diputuskan. Menurutnya, Mahkamah Agung RI telah salah ketika menyatakan
berlakunya asas nebis in idem dalam kasus ini. Asas tersebut, yang menyatakan untuk suatu perkara
yang sama tidak dapat diperiksa dan diadili untuk kedua kalinya, tidak berlaku di sini, karena kasus ini
belum pernah diperiksa dan diputus oleh Pengadilan Swiss.
112
Gatot Soemartono
gsoemart@hotmail.com
77
Menurut Mulyana, pakar arbitrase dan konsultan di MKK, dalam wawancara dengan penulis
melalui telepon dan korespondesi melalui e-mail, putusan MA tersebut telah tepat di dalam penerapan
hukumnya. Menurutnya arbitrator dan kuasa hukum KBC tidak pernah mendaftarkan putusan arbitrase
UNCITRAL di PN Jakarta Pusat, karena itu bagaimana putusan yang tidak pernah didaftarkan tersebut
dapat dibatalkan.
78
Dalam wawancara dengan penulis, Simson Panjaitan sebagai koordinator pengacara Pertamina
mengatakan bahwa saat ini Pertamina sedang menyiapkan upaya hukum peninjauan kembali (PK) atas
kasus Karaha Bodas. PK saat ini sedang disusun oleh Pertamina dengan bantuan kantor pengacara
Sudargo Gautama, dan akan diajukan kepada Mahkamah Agung RI untuk membatalkan putusan
tersebut.
113