Anda di halaman 1dari 10

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT


DENGAN STATUS KARIES (DMF-T) DAN INDEKS PLAK (BBPI)
(Kajian pada mahasiswa FKIK UMY angkatan 2013 yang dirawat dengan
alat ortodontik cekat)

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh Sarjana Strata-1 di


Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh
Nama

: Sofian Dwi Mardianto

No. Mahasiswa

: 20100340030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2014

ABSTRAK

Latar Belakang: Pengetahuan kesehatan gigi merupakan istilah yang digunakan


untuk menuturkan hasil pengalaman seseorang tentang kesehatan gigi yang juga
sebagai salah satu penentu di dalam membentuk perilaku seseorang. Kesehatan
gigi dan mulut yang baik adalah keadaan rongga mulut bebas dari akumulasi plak,
debris, stain, karies, maupun material alba.
Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan status karies (DMF-T) dan indeks
plak (BBPI) pada mahasiswa FKIK UMY angkatan 2013 yang dirawat dengan
alat ortodontik cekat.
Desain Penelitian: Penelitian ini merupakan survei analitik dengan rancangan
cross sectional. Teknik sampling dengan purposive sampling pada 20 orang
mahasiswa FKIK UMY angkatan 2013 yang menggunakan alat ortodontik cekat.
Penelitian ini menggunakan kuesioner tentang pengetahuan kesehatan gigi dan
mulut, dan dilakukan penilaian status karies (DMF-T) serta indeks plak (BBPI).
Analisis data menggunakan Uji Korelasi Spearman dengan taraf signifikansi 5%.
Hasil: Hasil uji statistik pada hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut
dengan status karies menunjukkan koefisien korelasi=0,043 (p<0,05) . Sementara
hasil uji statistik pada hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan
indeks plak menunjukkan koefisien korelasi=0,493 (p<0,05).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan kesehatan gigi dan
mulut dengan status karies (DMF-T) maupun indeks plak (BBPI).
Kata Kunci: Pengetahuan, Kesehatan Gigi dan Mulut, Status Karies (DMF-T),
Indeks Plak (BBPI)

PENDAHULUAN
Estetika merupakan salah
satu aspek yang dewasa ini banyak
menjadi perhatian orang, termasuk di
bidang kedokteran gigi. Salah satu
cabang kedokteran gigi yang
mempelajari tentang pengawasan,
bimbingan,
dan
koreksi
dari
pertumbuhan susunan gigi-geligi
adalah
ortodontik
(American
Association of Orthodontists, 2008).
Perawatan
ortodontik
menurut
jenisnya 2 macam, yaitu perawatan
dengan alat ortodontik lepasan dan
alat ortodontik cekat.
Salah satu dampak negatif
pemakaian alat ortodontik cekat

adalah karies, yang merupakan


proses penghancuran atau pelunakan
dari email maupun dentin (Baum et
al., 1995). Mekanisme terjadinya
karies merupakan hasil interaksi dari
bakteri di permukaan gigi, plak atau
biofilm, dan diet (khususnya
komponen karbohidrat yang dapat
difermentasikan oleh bakteri menjadi
asam, terutama asam laktat dan
asetat),
sehingga
terjadi
demineralisasi jaringan keras gigi
dan memerlukan cukup waktu untuk
kejadiannya.
Bakteri
yang
menyebabkan karies terutama dari
spesies Streptococcus mutans (Putri
et al., 2012).

Dampak negatif lain selain


karies
pada
pemakaian
alat
ortodontik cekat adalah munculnya
timbunan plak di sekitar bracket
yang menempel di gigi. Plak
merupakan deposit lunak yang
melekat erat pada permukaan gigi.
Plak terbentuk dalam dua tahap, yang
pertama tahap acquired pelicle dan
tahap kedua yaitu tahap proliferasi
bakteri. Penumpukan plak ini pula
dapat
menyebabkan
karies
dikarenakan
akumulasi
bakteri
terutama Streptococcus mutans dan
menyebabkan
permasalahan
di
jaringan
periodontal
seperti
gingivitis, abses periodontal, dan
periodontitis (Putri et al., 2012).
Alat ortodontik cekat adalah
alat ortodontik yang dipasang secara
cekat di permukaan gigi yang terdiri
dari beberapa komponen. Seperti
attachment yang secara garis besar
terdiri atas tube, bracket, dan
cantolan. Terdapat pula archwire
yang berfungsi sebagai komponen
tekanan pada gigi (Foster, 1999).
Derks et al (2005) menyebutkan
bahwa tingginya tingkat kejadian
karies diakibatkan oleh kondisi
kebersihan mulut yang buruk yang
ditandai dengan akumulasi plak yang
signifikan terutama di sekeliling
bracket.
Penyebab lain terjadinya
karies
adalah
karena
faktor
pengetahuan kesehatan gigi dan
mulut yang rendah. Penelitian
Hastuti (2010) mengungkapkan
bahwa status kesehatan gigi dan
mulut seseorang dipengaruhi oleh
seberapa tinggi pengetahuannya
tentang kesehatan gigi dan mulut.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh
Levin dan Shenkman (2004) yang
menunjukkan bahwa pasien yang
memiliki
sikap
dan
perilaku

kesehatan gigi dan mulut yang baik


memiliki kejadian karies lebih
sedikit.
Oleh karena itu dalam
penelitian ini peneliti melakukan
penelitian terhadap mahasiswa FKIK
UMY angkatan 2013 yang dirawat
dengan alat ortodontik cekat.
Penelitian ini berupaya untuk
memberikan
gambaran:
(1)
pengetahuan tentang kesehatan gigi
dan mulut, (2) status karies (DMFT), dan (3) indeks plak (BBPI) pada
mahasiswa FKIK UMY angkatan
2013 yang dirawat dengan alat
ortodontik cekat.

METODE PENELITIAN
Desain
penelitian
yang
digunakan adalah survei analitik,
dengan rancangan cross sectional.
Subjek sampel yang dipakai dalam
penelitian adalah mahasiswa jurusan
Pendidikan Dokter dan Pendidikan
Dokter Gigi FKIK UMY angkatan
2013 berjumlah 20 orang dengan
pemilihan sampel menggunakan
teknik
purposive
sampling.
Penelitian ini dilakukan di ruang
OSCE Center Program Studi
Pendidikan Dokter Gigi FKIK UMY
pada tanggal 25 sampai 27 Juni
2014. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut, sementara
variabel dependen dalam penelitian
ini adalah status karies (DMF-T) dan
indeks plak (BBPI). Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini antara
lain sonde, kaca mulut, cheeck
retractor, disclosing agent (untuk
mengukur status karies (DMF-T) dan
indeks plak (BBPI)) dan kuesioner
(pengetahuan) yang telah diuji
validitas dan realibilitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Jumlah
responden
dalam
penelitian ini adalah sebanyak 20
orang yang terdiri dari 14 mahasiswa
Pendidikan Dokter dan 6 mahasiswa
Pendidikan Dokter Gigi FKIK UMY,
dengan rentang usia 18 sampai 19
tahun.
Tabel
1.
Distribusi
Subjek
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis
f
(%)
Kelamin
Laki-laki
4
20
Perempuan
16
80
Jumlah

20

100

Dari tabel 1. diketahui terdapat


4 mahasiswa laki-laki atau sebanyak
20% dan 16 mahasiswi perempuan
atau sebanyak 80%.
Tabel 2. Distribusi Tingkat
Pengetahuan Kesehatan Gigi dan
Mulut
Skor
Pengetahuan
Baik (111-156)
Sedang (64-110)
Kurang (0-63)
Jumlah

(%)

13
7
0
20

65
35
0
100

Berdasarkan tabel 2. mengenai


distribusi
tingkat
pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut diketahui
bahwa 13 subjek memperoleh skor
kategori baik yaitu antara 111 hingga
156 atau sebesar 65%, 7 subjek
memperoleh skor kategori sedang
antara 64 hingga 110 atau sebesar
35%. Sementara tidak ada satupun
subjek yang memperoleh nilai di
bawah skor 64. Menurut Slameto
(2003)
dan
Mubarak
(2006)
mengungkapkan
bahwa
selain
pendidikan
yang
berpengaruh

pengetahuan seseorang ada pula


intelegensi,
perhatian,
minat
seseorang. Dalam hal ini khususnya
dalam upaya mendapatkan informasi
dari tenaga kesehatan dan keinginan
tahuan
responden
untuk
mendapatkan informasi tentang
kesehatan gigi dan mulut dari
tetangga, teman, maupun berbagai
media massa seperti surat kabar,
radio, televisi dan juga poster-poster
yang dipasang petugas kesehatan.
Sehingga meningkatkan pengetahuan
responden tentang kesehatan gigi dan
mulut.
Tabel 3. Distribusi Status Karies
(DMF-T)
DMF-T
Sangat Tinggi (>6,6)
Tinggi (4,5-6,5)
Moderat (2,7-4,4)
Rendah (1,2-2,6)
Sangat rendah (0,01,1)
Total

F
14
4
1
0
1

(%)
70
20
5
0
5

20

100

Penilaian skor karies pada


penelitian ini menggunakan DMF-T
(Decay, Missing, Filled Tooth).
Berdasarkan tabel 3. diketahui bahwa
sebagian besar subjek mengalami
karies kategori sangat tinggi (>6,6)
yaitu sebesar 70% atau 14 subjek.
Sementara 20% atau sebanyak 4
subjek memiliki skor DMF-T tinggi
(4,5-6,5). Sebanyak 5% atau 1 subjek
memiliki skor DMF-T moderat (2,74,4) dan 5% atau 1 subjek juga
memiliki skor DMF-T sangat rendah
(0,0-1,1). Tidak ada satupun subjek
yang memiliki skor DMF-T rendah
(1,2-2,6).

Tabel 4. Distribusi Indeks Plak


(BBPI)
Indeks Plak
Baik (0,1-1,7)
Sedang (1,8-3,4)
Buruk (3,5-5)
Total

f
2
15
3
20

(%)
10
75
15
100

Pada penilaian status plak


dilakukan dengan menggunakan
BBPI (the Bonded Bracket Plaque
Index).
Berdasarkan
tabel
4.
diketahui bahwa sebanyak 2 subjek
atau sebesar 10% memiliki indeks
plak baik. Sementara 15 subjek atau
sebesar 75% memiliki indeks plak
sedang, dan ada 3 subjek atau
sebesar 15% memiliki indeks plak
buruk.
Dari hasil kedua pengukuran
yaitu status karies (DMF-T) dan
indeks plak (BBPI) terlihat status
karies (DMF-T) mayoritas subjek
penelitian (70% atau sebanyak 14
subjek) memiliki skor DMF-T yang
sangat tinggi yaitu >6,6, serta indeks
plak (BBPI) berada pada skor 1,8
hingga 3,4 yaitu sebanyak 15 subjek
(75%) meskipun mayoritas subjek
memiliki skor pengetahuan yang
tinggi. Menurut Notoatmodjo (2003),
subjek masih dalam tingkat tahu
(know)
yakni
hanya
sekedar
mengetahui tentang apa kesehatan
gigi dan mulut, subjek belum sampai
tingkat aplikasi yakni tahapan
dimana subjek tahu bagaimana cara
menggunakan materi yang telah
dipelajari
pada
kondisi
riil
(sebenarnya). Sehingga meskipun
pengetahuan subjek tinggi tetapi dari
pemeriksaan klinis didapati skor
karies (DMF-T) dan indeks plak
(BBPI) ternyata hasilnya tidak baik.

Tabel 5. Hasil Analisis Spearman


pada Pengetahuan Kesehatan Gigi
dan Mulut dengan Status Karies
(DMF-T)
Variabel

Status
Karies
(DMFT)

Pengetahuan Kesehatan
Gigi dan Mulut
Koefisien
Sig.
N
Korelasi
(2tailed)
0,043
0,856 20

Untuk mengetahui hubungan


antara pengetahuan kesehatan gigi
dan mulut dengan status karies
(DMF-T) digunakan analisis korelasi
Spearman. Dari tabel 5. diketahui
hasil variabel pengetahuan kesehatan
gigi dan mulut dengan status karies
(DMF-T) memiliki koefisien korelasi
sebesar
0,043
dengan
taraf
signifikasi 5% sebesar 0,856. Ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang berarti antara
pengetahuan kesehatan gigi dan
mulut dengan status karies (DMF-T).
Tabel 6. Hasil Analisis Spearman
pada Pengetahuan Kesehatan Gigi
dan Mulut dengan Indeks Plak
(BBPI)

Variabel
Indeks
Plak
(BBPI)

Pengetahuan Kesehatan
Gigi dan Mulut
Koefisien
Sig.
N
Korelasi
(2tailed)
-0,163
0,493 20

Sementara dari tabel 6.


terlihat hasil analisis korelasi
Spearman pada tingkat pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut terhadap
indeks plak (BBPI) ditemukan

koefisien korelasi -0,163 dengan


taraf signifikansi 5% sebesar 0,493
yang berarti bahwa tidak terdapat
hubungan yang berarti pula antara
pengetahuan kesehatan gigi dan
mulut dengan indeks plak (BBPI).

Beberapa faktor selain


pengetahuan kesehatan gigi
dan
mulut
yang
mempengaruhi status karies
(DMF-T) dan indeks plak
(BBPI) seseorang terutama
yang dirawat dengan alat
ortodontik cekat yakni adalah
jenis
kelamin,
sosial
ekonomi, dan lingkungan
tempat tinggal. Hal ini
didukung oleh penelitian
Sukhia
(2002)
yang
menjelaskan
bahwa
perempuan
lebih
peduli
dalam menjaga kesehatan gigi
dan mulutnya. Sementara
Asfria (2009) menyebutkan
bahwa faktor sosial ekonomi
dianggap
sebagai
faktor
resiko
terhadap
karies
terutama pada masyarakat
berpenghasilan rendah. Selain
itu, lingkungan tempat tinggal
turut pula mempengaruhi
kesehatan gigi dan mulut
seperti
pada
penelitian
Ariningrum dan Indriasih
(2001) yang menyatakan
bahwa terdapat perbedaan
signifikan antara masyarakat
yang tinggal di lingkungan
kumuh dan tidak kumuh
dalam menjaga kesehatan
gigi.

Dalam penelitian Rosdawati


(2004)
menjelaskan
bahwa
pengetahuan yang cenderung baik,
kurang memotivasi untuk bersikap
dan
melakukan
tindakan
pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut, sehingga status kesehatan gigi
dan mulut relatif rendah dengan
banyaknya timbul karies gigi dan
penumpukan plak. Hal serupa juga
diungkapkan oleh Wasrini (2010),
bahwa tidak adanya hubungan antara
pengetahuan dengan kejadian karies
gigi. Pada penelitian, dari hasil
analisis korelasi Spearman pada
pengetahuan kesehatan gigi dan
mulut dengan status karies (DMF-T)
menunjukkan
tidak
terdapat
hubungan
bermakna
dengan
koefisien korelasi sebesar 0,043
dengan signifikansi 5% sebesar
0,856. Sementara pada analisis
korelasi Spearman pada pengetahuan
kesehatan gigi dan mulut dengan
indeks plak (BBPI) menunjukkan
koefisien korelasi sebesar -0,163
dengan signifikansi 5% sebesar
0,493. Ini berarti tidak terdapat
hubungan
bermakna
antara
pengetahuan kesehatan gigi dan
mulut dengan indeks plak (BBPI).
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa pengetahuan kesehatan gigi
dan mulut tidak berhubungan dengan
status karies (DMF-T) dan indeks
plak (BBPI) pada mahasiswa FKIK

UMY angkatan 2013 yang memakai


alat ortodontik cekat.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut dengan menggunakan sampel
yang lebih banyak agar dapat

menghindari kerancuan dari hasil


penelitian dan lebih meminimalkan
Daftar Pustaka
1. Adin. 2009. Pengetahuan dan
Faktor-faktor yang Berperan.
Diakses pada tanggal 30 Agustus
2014 dari
http://www.salsabilashafiraadin.
com
2. Ahmed, I., Haque, S., & Nazir,
R. 2011. Carious Lesions in
Patients Undergoing
Orthodontic Treatment. Vol. 61,
No. 12.
3. Al-Anezi, S.A., & Harradine,
N.W.T. 2011. Quantifying
Plaque During Orthodontic
Treatment: A Systematic
Review. Angle Orthodontist,
Vol. 82, No. 4, 2012.
4. American Association of
Orthodontist. 2008. Clinical
Practice Guidlines for
Orthodontics and Dentofacial
Orthopedics 2008. American
Association of Orthodontist.
5. American Dental Association.
2013. Find a Dentist: Specialty
Definitions. Diakses 26 April
2013, dari
http://www.ada.org/2555.aspx
6. Ariningrum dan Indriasih. 2001.
Hubungan Pengetahuan, Sikap,
Dan Perilaku Tentang Karies
Gigi Terhadap Indeks Dmf-T
Pada Siswa SD Kelas VI Di
Daerah Kumuh Dan Tidak
Kumuh Kecamatan Penjaringan
Jakarta Utara. Skripsi. Diakses 6
September 2014 dari
www.jurnal.pdii.lipi.go.id

faktor variabel tak terkendali supaya


hasil lebih akurat.

7. Asfria, Ivo. 2009. Early


Childhood Caries. Diakses pada
tanggal 4 September 2014 dari
http://www.usu.ac.id/id
8. Azwar. 2006. Sikap Manusia,
Teori dan Pengukurannya edisi
ke-2 cetakan ke IV. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
9. Barrieshi-Nusair, K., Alomari,
Q., dan Said, K., 2006. Dental
Health Attitudes and Behaviour
among Dental Students in
Jordan, Community Dental
Health, 23:147-151.
10. Baum, Phillips, & Lund. 1997.
Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi
(Tarigan, R., penerjemah).
Jakarta: EGC. (Buku asli
diterbitkan 1995).
11. Bollen, A.M., Cruz, J.C., Bakko,
D.W., Huang, G.J., & Hujoel,
P.P. 2008. The Effects of
Orthodontic Therapy on
Periodontal Health. Journal of
American Dental Association,
Vol.139.
12. Brenna, F., Breschi, L. Cavalli,
G., Devoto, W., Ferrari, P.,
Fiorini, A., et al. 2011.
Restorative Dentistry.
Philadelphia: Churchill
Livingstone Elsevier.
13. Budiharto, E. 2002. Biostatistika
untuk Kedokteran dan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC.
14. Budiharto. 2008. Metodologi
Penelitian Kesehatan dengan

Contoh Bidang Ilmu Kesehatan


Gigi. Jakarta: EGC.
15. Cantekin, K., Celikoglu, M.,
Karadas, M., Yildirim, H., &
Erdem, A. 2011. Effects of
Orthodontic Treatment with
Fixed Appliances on Oral Health
Status: A Comprehensive Study.
Journal of Dental Sciences,
2011, 6, 235-238.
16. Darwita, R.R., Novrinda, H.,
Budiharto, Pratiwi, P.D., Amalia,
R., & Asri, S.R. 2011.
Efektivitas Program Sikat Gigi
Bersama terhadap Risiko Karies
Gigi pada Murid Sekolah Dasar.
Journal of Indonesian Medical
Association, Vol. 61, No. 5, Mei
2011.
17. Derks, A., Kuijpers-Jagtman, A.,
Frencken, J.E., Hof, M.A.V., &
Katsaros, C. 2005. Caries
Preventive Measures Used in
Orthodontic Practices: An
Evidence-Based Decision?.
American Journal of
Orthodontic. 2005. 10.028.
18. Faud. 2003. Dasar-Dasar
Kependidikan. Jakarta : Rineka
Cipta.
19. Fedi, P.F., Vernino, A.R., &
Gray, J.L. 2012. Silabus
Periodonti Edisi 4 (Amaliya,
penerjemah). Jakarta: EGC.
(Buku asli diterbitkan 2000).
20. Foster, T.D. 1999. Buku Ajar
Ortodonsi Edisi III (Yuwono, L.,
penerjemah). Jakarta: EGC.
21. Hamid, T. 2009. Treatment
Results Evaluation Using the
Index of Orthodontic Treatment
Need. Dental Journal: Majalah

Kedokteran Gigi. Vol. 42, No. 4,


October-December 2009.
22. Hastuti, S., & Andriyani, A.
2010. Perbedaan Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Gigi
dalam Meningkatkan
Pengetahuan tentang Kesehatan
Gigi pada Anak Di SD Negeri 2
Sambi Kecamatan Sambi
Kabupaten Boyolali. GASTER,
Vol. 7, No. 2 Agustus 2010, 624632.
23. Heasman, P. 2008. Master
Dentistry, The Perfect Revision
Aid for Final Dentistry Exam:,
Restorative Dentistry, Paediatric
Dentistry, and Orthodontics,
Vol.2. Philadelphia: Churchill
Livingstone Elsevier.
24. Hurlock, E.B. 1998.
Perkembangan Anak. Alih
bahasa oleh Soedjarmo &
Istiwidayanti. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
25. Identalhub. 2010. Diet and
Dental Caries. Diakses 11 April
2013, dari
http://www.identalhub.com/articl
e_diet-and-dental-caries-97.aspx
26. Jacob, T. 2004. Etika Penelitian
Ilmiah. Warta Penelitian
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta (Edisi Khusus),
h.60-63
27. Jayanthi, N. 2010. Materi
Pengetahuan. Diakses 18
September 2013, dari
http://rentalhikari.wordpress.co
m/2010/03/21/materipengetahuan/
28. Kawamura, M., Spadafora, A.,
Kim, K. J., dan Komabayashi T.,
2002. Comparison of United

States and Korean Dental


Hygiene Students using
Hiroshima University-Dental
Behavioural Inventory (HUDBI), International Dental
Journal, 52: 156-162.
29. Kebung. 2011. Filsafat Ilmu
Pengetahuan. Jakarta: Prestasi
Pustaka. hal.37.
30. Kim, K. J., Komabayashi, T.,
Moon, S. E., Goo, K. M., Okada,
M., dan Kawamura, M., 2001.
Oral Health Attitudes, Behavior,
and Gingival Self-Care Level of
Korean, Dental Hygiene
Students, Journal Oral Science,
43: 49-53.
31. Langlais, R.P., & Miller, C.S.
2000. Atlas Berwarna: Kelainan
Rongga Mulut yang Lazim
(Susetyo, B., penerjemah).
Jakarta: Hipokrates. (Buku asli
diterbitkan 1992).
32. Lestariningsih. 2011. Uji
Validitas dan Reliabilitas.
Diakses 18 September 2013, dari
p4mristkippgrisda.wordpress.co
m/2011/05/10/uji-validitas-danreliabilitas/
33. Levin, L., & Shenkman, A.
2004. The Relationship Between
Dental Caries Status and Oral
Health Attitudes and Behavior in
Young Israeli Adults. Journal of
Dental Education. November
2004.
34. Mantiri, S.C., Wowor, V.N.S., &
Anindita, P.S. 2013. Status
Kebersihan Mulut dan Status
Karies Gigi Mahasiswa
Pengguna Alat Ortodontik
Cekat. Jurnal e-Gigi. Vol. 1,
No.1, Maret 2013. hlm.1-7.

35. Milton, C.L. 1999. Ethical


Issues From Nursing Theoritical
Perspective. Nursing.
36. Mobiliu, S. 2012. Hubungan
Pengetahuan Bidan dengan
Penerapan Penggunaan Partograf
di Ruang Kebidanan RSUD Toto
Kabila Kabupaten Bone
Bolango. Journal Health &
Sport. Vol. 5, No. 3, Agustus
2012.
37. Moreira, R.S. 2012.
Epidemiology of Dental Caries
in the World. Oral Health Care Pediatric, Research,
Epidemiology and Clinical
Practices, Prof. Mandeep Virdi
(Ed.). ISBN: 978-953-51-01338. InTech.
38. Mubarak, Wahit. 2006. Ilmu
Keperawatan Komunitas 2.
Jakarta : Sagung Seto.
39. Notoatmodjo. 2003. Pendidikan
dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta : PT Rineka Cipta.
40. Peker, I. & Alkurt, M.T., 2009.
Oral Health Attitudes and
Behaviour among a Group of
Turkish Dental Students,
European Journal of Dentistry,
3: 24-31.
41. Polychronopoulou, A.,
Kawamura, M., dan Athanasouli,
T., 2002, Oral Self-Care
Behavior among Dental School
Students in Greece, Journal of
Oral Science, 44(2): 73-78.
42. Putri, M.H., Herijulianti, E., &
Nurjannah, N. 2012. Ilmu
Pencegahan Penyakit Jaringan
Keras dan Jaringan Pendukung
Gigi. Jakarta: EGC.

43. Riyanti, E., & Saptarini, R.


2005. Upaya Peningkatan
Kesehatan Gigi dan Mulut
Melalui Perubahan Perilaku
Anak. Bandung: Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas
Padjajaran.

50. Tan, T.A., Utami, A.C., Herlina,


Z., Rostina, W., Monika, A.,
Nonegrina, A.S.P., et. al. 2011.
Disclosing Solution. Diakses 13
Juni 2013, dari
http://dc363.4shared.com/doc/_
XaEbXrh/preview.html

44. Rosdawati, Lilik. 2004.


Hubungan Perilaku
Pemeliharaan Kesehatan Gigi
Dan Mulut Dengan Status
Kesehatan Gigi Dan Mulut
Murid SMU Di Kabupaten
Langkat Tahun 2004. Skripsi.
Diakses pada tanggal 31 Agustus
2014 pada
http://www.researchgate.net

51. Travess, H., Roberts-Harry, D.,


& Sandy, J. 2004. Orthodontics,
Part. 6: Risks in Orthodontic
Treatment. British Dental
Journal. Vol. 196, No. 2,
January 24 2004.

45. Slameto. 2003. Belajar dan


Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta :
Rineka Cipta.
46. Sukhia, H.R., 2002. Oral
Hygiene Evaluation in
Orthodontic Practice. Pakistan
Oral & Dent. Jr. 22, (1) Juni
2002.
47. Sumarti. 2007. Hubungan
Antara Konsumsi Makanan
Kariogenik dan Kebiasaan
Menggosok Gigi dengan
Timbulnya Karies Gigi Sulung
pada Anak Prasekolah Usia 4-6
Tahun di Desa Sekaran.
Semarang: Fakultas Ilmu
Keolahragaan Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat.
48. Sunaryo, 2004, Psikologi Untuk
Keperawatan, EGC, Jakarta.
49. Talic, N.F. 2010. Adverse Effects
of Orthodontic Treatment: A
Clinical Perspective. The Saudi
Dental Journal, 2011, 23, 55-59.

52. Umairah, S. 2012. Rumus


Pearson Product Moment
Correlation. Diakses 18
September 2013 dari
http://astridmustikasiregar.blogs
pot.com/ 2012/04/rumuspearson-product-moment.html
53. Wasrini. 2010. Hubungan
Pengetahuan, Sikap Dan Praktik
Orang Tua Tentang Kebersihan
Gigi Dan Mulut Dengan
Kejadian Karies Gigi Anak Di
SD Negeri Dermaji 1 Kecamatan
Lumbir Banyumas. Skripsi.
Diakses pada 31 Agustus 2014
pada http://digilib.unimus.ac.id
54. Williams, J.K., Cook, P.A.,
Isaacson, K.G., & Thom, A.R.
1995. Alat-alat Ortodonsi
Cekat: Prinsip dan
Praktik (terjemahan dari: Fixed
Orthodontic Appliances:
Principles & Practice). Jakarta:
EGC. Chap. 1 (1).

Anda mungkin juga menyukai