I. Konsep Dasar
A. Pengertian Remaja
Remaja atau adolesens adalah periode perkembangan selama di mana individu
mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, biasanya antara
usia 13-20 tahun. Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 s/d 24 th Namun jika
pada usia remaja sudah menikah maka ia sudah tergolong dalam kelompok dewasa.
Istilah adolesens biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika pubertas
menunjukan titik di mana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan hormonal
pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan perkembangan
mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan berhadapan dengan
abstraksi.
Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan
dari satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh,
minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock,1998). Oleh
karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni
masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial
(TP-KJM,2002).
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang
batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang
dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai
patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu
terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan
sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau
sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai
remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap
menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan
anak-anak lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat
diukur,
memiliki
dampak
penting
terhadap
perilaku
pada
saat
individu menampilkan
mereka akan diminta untuk berperilaku sesuai dengan usianya, namun pada
kebalikannya jika individu mencoba untuk berperilaku seperti orang dewasa
sering dikatakan bahwa mereka berperilaku terlalu dewasa untuk usianya.
c) Masa remaja adalah periode perubahan
Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat,
perubahan fisik yang cepat membawa konsekuensi terjadinya perubahan
sikap dan perilaku yang juga cepat. Terdapat lima karakteristik perubahan
yang khas dalam periode ini yaitu, (1)
diselesaikan oleh orang tua atau guru, sedangkan sekarang individu dituntut
untuk bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Kedua, karena mereka dituntut
untuk mandiri maka seringkali menolak untuk dibantu oleh orang tua atau
guru, sehingga menimbulkan kegagalan-kegagalan dalam menyelesaikan
persoalan tersebut.
e) Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri
Pada periode ini, konformitas terhadap kelompok sebaya memiliki
peran penting bagi remaja. Mereka mencoba mencari identitas diri dengan
berpakaian, berbicara dan
berperilaku
sebisa
dan
masyarakat
itu
menjalankan perannya dan enggan meminta bantuan orang tua atau pun guru
untuk memecahkan masalahnya.
g) Masa remaja adalah masa yang tidak realistis
Remaja memiliki kecenderungan untuk melihat hidup secara kurang
realistis, mereka memandang dirinya dan orang lain sebagaimana mereka
inginkan dan bukannya sebagai dia sendiri. Hal ini terutama terlihat pada
aspirasinya, aspiriasi yang tidak realitis ini tidak sekedar untuk dirinya
sendiri namun bagi keluarga, teman. Semakin tidak realistis aspirasi
mereka maka akan semakin marah dan kecewa apabila aspirasi tersebut
tidak dapat mereka capai.
h) Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa
Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap dewasa
secara hukum, mereka merasa cemas dengan stereotype remaja dan
menciptakan impresi bahwa mereka mendekati dewasa. Mereka merasa
bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang dewasa seringkali tidak
cukup, sehingga mereka mulai untuk memperhatikan perilaku atau simbol
yang berhubungan dengan status orang dewasa seperti merokok, minum,
menggunakan obat-obatan bahkan melakukan hubungan seksual.
B. Perubahan yang Terjadi pada Masa Remaja
pada setiap usia yang dilalui. Misalnya, pada usia 14 tahun, remaja menjadi
mudah marah, mudah gembira, dan meledak secara emosional, sedangkan pada
usia 16 tahun terjadi kebalikannya mereka mengatakan tidak terlalu merasa
khawatir.
Hal yang paling membuat remaja marah adalah apabila
mereka
diperlakukan seperti anak-anak atau pada saat merasa diperlakukan tidak adil.
Ekspresi kemarahannya mungkin berupa mendongkol, menolak untuk bicara,
atau mengkritik secara keras. Hal yang juga cukup mengemuka yaitu pada
masa ini remaja lebih iri hati terhadap mereka yang memiliki materi lebih.
3. Perubahan Sosial pada remaja
Salah satu tugas perkembangan yang paling sulit pada masa remaja adalah
penyesuaian sosial. Penyesuaian ini harus dilakukan terhadap jenis kelamin yang
berlainan dalam suatu relasi yang sebelumnya tidak pernah ada dan terhadap
orang dewasa diluar keluarga dan lingkungan sekolah.
Pada masa ini remaja paling banyak menghabiskan waktu mereka di luar
rumah bersama dengan teman sebaya mereka, sehingga bisa dipahami apabila
teman sebaya sangat
berpengaruh
terhadap
sikap,
cara
bicara,
minat,
lawan jenis. Secara umum dapat dikatakan bahwa minat terhadap lawan jenis
meningkat. Selain itu, perubahan sosial yang terjadi dengan adanya nilai-nilai
baru dalam memilih teman, dimana sekarang remaja lebih memilih yang
memiliki minat dan nilai-nilai yang sama, bisa memahami dan membuat merasa
aman, dapat dipercaya dan bisa diskusi mengenai hal-hal yang tidak bisa
dibicarakan dengan guru atau orang tua. Pada masa ini pun remaja memiliki
keinginan untuk tampil
lingkungannya.
4. Tanda-tanda bahaya dari penyesuaian diri yang salah pada remaja
Dengan adanya perubahan yang terjadi dalam fisik, psikologis dan sosial
pada remaja yang sangat cepat dan drastis menuntut remaja tersebut untuk bisa
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut dan tuntutan-tuntutan lingkungan
baru yang
menyertainya.
rasionalisasi,
perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok
sendiri maupun orang-orang disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat
di dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh penghisapnya.
Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah untuk
mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan
(reliefing beliefs), dan menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar
norma (permissive beliefs/ fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan
kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan
orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat
tertarik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan
kelompoknya. Penyebab remaja merokok, antara lain :
a) Pengaruh orangtua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda
yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak
begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang
keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang
berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam
Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294).
b) Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja
merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok
juga dan demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan
yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau
bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut
yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok
terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang
perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991).
c) Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin
melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari
kebosanan. Namun satu sifat
pengguna
yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah
menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang
rendah (Atkinson,1999).
d) Pengaruh Iklan
ada
dalam
untuk
mengikuti
perilaku
seperti
IX,1991).
2. Remaja dan Peyalahgunaan Minuman Keras dan Narkoba
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus
penyalahgunaan narkoba di Indonesia dari tahun 1998-2003 adalah 20.301 orang,
di mana 70% diantaranya berusia antara 15 -19 tahun.
a) Narkoba
Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan
Aditif
sebenarnya
digunakan
untuk
menyebabkan
ketergantungan
atau
bergantian. Bangsa ini akan kehilangan remaja yang sangat banyak akibat
penyalahgunaan narkoba dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja
sama dengan kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa.
b) Alkohol
Alkohol adalah zat penekan susuan syaraf pusat meskipun dalam
jumlah
Perasaan
segar (well-
Santai
being)
Risiko
0.05 0.08 g %
Rendah
Banyak bicara
Bertindak dan lebih
merasa percaya diri
Berkurangnya kemampuan
untuk berfikir dan bergerak
Berkurangnya rasa malu
Risiko
0.08 0.15 g %
Sedang
Bicara cadel
Berkurangnya
keseimbangan dan
koordinasi tubuh
Refleks menjadi lambat
Penglihatan kabur
Emosi yang labil
terjadi pada remaja diluar pernikahan. Apalagi apabila Kehamilan tersebut terjadi
pada usia sekolah. Siswi yang mengalami kehamilan biasanya mendapatkan
respon dari dua pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi
kehamilan
pada
remaja sebagai
individu dan bayi mereka namun juga mempengaruhi secara luas pada seluruh
strata di masyarakat dan juga membebani sumber-sumber kesejahteraan. Namun,
alasan-alasannya tidak sepenuhnya dimengerti. Beberapa sebab kehamilan
termasuk rendahnya pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budaya
yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja akan
ketidakamanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan yang
sangat untuk mendapatkan kebebasan. Selain masalah
masalah yang juga sangat menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak
terjadi pada masa remaja adalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS.
4. Kecelakaan
Kecelakaan tetap merupakan penyebab utama kematian pada adolesens (sekitar
70%). Kecelakaan kendaraan bermotor, yang merupakan penyebab umum
terbanyak, mengakibatkan hamper setengah kematian pada usia 16 sampai 19
tahun (Edelmen da Mandel, 1994). Kecelakaan ini sering dikaitkan dengan
intoksikasi alcohol atau penyalahgunaan obat.
5. Bunuh Diri
Bunuh diri merupakan penyebab utama kemtian ketiga pad adolesens usia antara
15 dan 24 tahun (Hawton, 1990); kecelakaan dan pembunuhan merupakan
penyebab utama. Depresi dan isolasi social biasanya mendahului usha diri, tetapi
bunuh diri mungkin juga sebagai akibat dari kombinasi beberapa factor.
D. Remaja dan Perilaku Hidup Sehat
Remaja yang bersikap hidup sehat adalah remaja yang mengerti tujuan hidup,
memahami faktor penghambat maupun pendukung perkembangan kematangannya,
bergaul dengan bijaksana, dan terus menerus memperbaiki diri. Dengan demikian
remaja dapat diharapkan menjaga remaja yang handal dan sehat. Remaja harus
mengetahui dirinya memiliki kekhawatiran dan harapan, dengan kata lain remaja
harus mengerti dirinya sendiri. Faktor yang berkembang pada setiap remaja antara
lain
fisik,
sebagai
tanda
kedewasaan,
kejantanan
dan
menghadapi
tekanan
kelompoknya
dan
meningkatkan
Dapat
membantu
klien
dengan
NAPZA mengatasi
masalah
ketergantungan
Intervensi :
1. Mendiskusikan
dampak
penggunaan
NAPZA
bagi
kesehatan,
cara
Tujuan :
-
c) Pada Masyarakat :
Tujuan : Dapat mengurangi stigma negatif masyarakat mengenai keadaan klien
yang sedang menjalani proses rehabilitasi
Intervensi :
1. Diskusikan bersama masyarakat mengenai proses rehabilitasi pasien NAPZA
ketika sudah kembali di masyarakat
2. Pendidikan kesehatan tentang obat dan penggunaannya
3. Diskusi dengan kader untuk memberikan kegiatan pada remaja dalam karang
taruna
4. Bekerja sama dengan LSM setempat untuk mengadakan penyuluhan tentang
penggunaan NAPZA dan akibatnya
2. Masalah Keperawatan : Resiko penyimpangan seksual
Intervensi yang dilakukan:
a) Pada Klien :
Tujuan : Menghindarkan remaja dari perilaku penyimpangan seksual
Intervensi :
berkendara kebut-kebutan
Intervensi :
1) Diskusi tentang upaya memberi pengertian pada remaja bahaya berkendara
kebut-kebutan dan pentingnya menaati peraturan lalu lintas
2) Diskusi tentang pentingnya memakai helm saat berkendara
3) Menganjurkan keluarga untuk selalu memantau pergaulan anaknya (misalnya
anak berteman dengan geng motor)
c. Pada Masyarakat
Tujuan : Mengurangi kecelakaan lalu lintas dikalangan remaja
Intervensi :
1) Bekerja sama dengan Polres setempat untuk mengadakan penyuluhan tentang
cara berkendara yang baik dan dampak melanggar peraturan lalu lintas
b. Intervensi dari Pemerintah
1. Melalui Puskesmas
a. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
Adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau oleh remaja,
menyenangkan,menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja,
menjaga kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta
efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan tersebut.Singkatnya, PKPR adalah
pelayanan kesehatan kepada remaja yang mengakses semua golongan remaja, dapat
diterima, sesuai, komprehensif, efektif dan efisien. Tujuan umum dari adanya
program
ini
adalah
Optimalisasi
pelayanan
kesehatan
remaja
di
wilayahnya
Kelompok sasaran prioritas yang akan diintervensi
Terobosan dan inovasi kegiatan
Strategi advokasi sebelum dilaksanakannya PKPR
Strategi menjalin kemitraan
Data dasar untuk menilai dampak keberhasilan PKPR di kemudian hari.
minat remaja datang ke PIK remaja, nama generik ini dapat dikembangkan dengan
nama-nama yang sesuai dengan kebutuhan program dan selera remaja setempat.
Tujuan umum dari PIK Remaja adalah untuk memberikan informasi
PKBR, Pendewasaan Usia Perkawianan, Keterampilan Hidup (Life Skills),
pelayanan konseling dan rujukan PKBR. Disamping itu, juga dikembangkan
kegiatan-kegiatan lain yang khas dan sesuai minat dan kebutuhan remaja untuk
mencapai Tegar Remaja dalam rangka tegar Keluarga guna mewujudkan Keluarga
Kecil Bahagia Sejahtera.
Ruang lingkup PIK Remaja meliputi aspek-aspek kegiatan pemberian
informasi KRR, Pendewasaan Usia Perkawinan, Keterampilan Hidup (Life
Skills), pelayanan konseling, rujukan, pengembangan jaringan dan dukungan,
serta kegiatan-kegiatan pendukung lainnya sesuai dengan ciri dan minat remaja.
PIK Remaja tidak mengikuti tingkatan wilayah administrasi seperti tingkat
desa, tingkat kecamatan, tingkat kabupaten/kota atau provinsi. Artinya PIK
Remaja dapat melayani remaja lainnya yang berada di luar lokasi wilayah
administrasinya. PIK Remaja dalam penyebutannya bisa dikaitkan dengan tempat
dan institusi pembinanya seperti PIK Remaja Sekolah, PIK Remaja Masjid, PIK
remaja Pesantren, dan lain-lain.
Pengelola PIK Remaja adalah pemuda/remaja yang pnya komitmen dan
mengelola langsung PIK Remaja serta telah mengikuti pelatihan dengan
mempergunakan modul dan kurikulum standard yang telah disusun oleh BKKBN
atau yang sejenis. Pengelola PIK Remaja terdiri dari Ketua, Bidang Administrasi,
Bidang Program dan Kegiatan, Pendidik Sebaya, dan Konselor Sebaya.
Pembina PIK Remaja adalah seseorang yang mempunyai kepedulian yang
tinggi terhadap masalah-masalah remaja, memberikan dukungan dan aktif
membina PIK Remaja, baik yang berasal dari Pemerintah, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) atau organisasi kepemudaan/remaja lainnya, seperti:
1. Pemerintah: kepala desa/lurah, camat, bupati, walikota, pimpinan SKPDKB
2. Pimpinan LSM: pimpinan kelompok-kelompok organisasi masyarakat (seperti:
pengurus masjid, partor, pendeta, pedande, bukisu) dan pimpinan kelompok
dan organisasi pemuda.
3. Pimpinan media massa (surat kabar, majalah, radio, dan TV)
4. Rektor/dekan, kepala SLTP, kepala SLTA, pimpinan pondok pesantren, komite
sekolah.
5. Orang tua, melalui Bina Keluarga Remaja (BKR), majlis talim, program
PKK.
6. Pimpinan kelompok sebaya melalui program karang taruna, pramuka, remaja
masjid/gereja/vihara.
c. Program Sekolah dan Lembaga Pendidikan
Program kesehatan Remaja yang termasuk dalam Program Indonesia Sehat 2010 di atur
oleh Program Usaha Kesehatan Sekolah. UU No. 23 tahun 1992 pasal 45 tentang
Kesehatan menyebutkan bahwa Usaha Kesehatan Sekolah wajib di selenggarakan di
sekolah.Program ini bertujuan meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui
peningkatan derajat kesehatan. Dan tujuan khusus dari program ini:
1. Menciptakan lingkungan kehidupan sekolah yang sehat
2. Meningkatkan pengetahuan, mengubah sikap dan membentuk perilaku masyarakat
sekolah yang sehat
3. Memelihara kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan masyarakat sekolah
Sebagai suatu institusi pendidikan, sekolah mempunyai peranan dan
kedudukan strategi dalam upaya promosi kesehatan. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar anak usia 5-19 tahun terpajan dengan lembaga pendidikan dalam
jangka waktu cukup lama. Jumlah usia 7-12 berjumlah 5.409.200 jiwa dan sebanyak
25.267.914 anak (99.4%) aktif dalam proses belajar. Untuk kelompok umur 13-15 thn
berjumlah 12.070.200 jiwa dan sebanyak 10.438.667 anak (86,5%) aktif dalam
sekolah (sumber: Depdiknas,2007).
Promosi kesehatan di sekolah merupakan suatu upaya untuk menciptakan
sekolah menjadi suatu komunitas yang mampu meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat sekolah melalui 3 kegiatan utama (a) penciptaan lingkungan sekolah yang
sehat,(b) pemeliharaan dan pelayanan di sekolah, dan (c) upaya pendidikan yang
berkesinambungan. Ketiga kegiatan tersebut dikenal dengan istilah TRIAS UKS.
Kegiatan Promkes ini antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
kesehatan masyarakat
Program pemberantasan kecacingan
Pendidikan kebersihan saluran pembuangan/SPAL
Pelatihan guru dan murid tentang PHAST
Kampanye, Sungai Bersih, Sungai Kita Semua
https://www.scribd.com/doc/180251482/LAPORAN-PENDAHULUAN-KepKeluarga-Dengan-Remaja-Merokok#download
https://www.scribd.com/doc/189578741/Komunitas-Remaja#download
https://www.scribd.com/doc/223158263/Asuhan-Keperawatan-Keluarga-PadaAnak-Usia-Remaja#download
https://www.scribd.com/doc/136156051/ASKEP-REMAJA-docx
https://www.scribd.com/doc/126367119/Askep-Kelompok-KhususRemaja#download