Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI
(Stase Keperawatan Medikal Bedah)

Disusun oleh
Nama

: Diyanah Syolihan Rinjani Putri

NIPP

: 2014 403 1 -043

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2014/2015
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI
A. Konsep dasar Hipertensi
1. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90
mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001)
Menurut WHO tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi.
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu
gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen
dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh
yang membutuhkan. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh
gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang mematikan tanpa
disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi
korbannya (Lanny Sustrani, dkk, 2004).
Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa
hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik
karena gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke
jaringan tubuh yang membutuhkannya
2. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan
menjadi 2 golongan besar yaitu :
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh
penyakit lain.

Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO


Kategori
Optimal
Normal
Normal-Tinggi

Tekanan Darah Tekanan Darah


Sistol (mmHg)
Diastol (mmHg)
< 120
< 130
130-139
140-159
140-149
160-179
180
140

Tingkat 1 (Hipertensi Ringan)


Sub-group: perbatasan
Tingkat 2 (Hipertensi Sedang)
Tingkat 3 (Hipertensi Berat)
Hipertensi sistol terisolasi
(Isolated
systolic
hypertension)
Sub-group: perbatasan
140-149
(Andy Sofyan, 2012)

< 80
< 85
85-89
90-99
90-94
100-109
110
< 90
<90

3. Etiologi
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya
perubahan perubahan pada :
1. Elastisitas dinding aorta menurun.
2. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Hal ini terjadi karenakurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi Meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer.
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti
penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa
faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor
tersebut adalah sebagai berikut :

1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah:
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Kebiasaan hidup
d. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah :
e. Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
f. Kegemukan atau makan berlebihan
g. Stress
h. Merokok
i. Minum alcohol
j. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
1. Ginjal ; Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular
akut dan Tumor.
2. Vascular ; Aterosklerosis,

Hiperplasia,

Trombosis,

Aneurisma, Emboli kolestrol, dan Vaskulitis.


3. Kelainan endokrin ; DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidismed
4. Saraf ; Stroke, Ensepaliti.
5. Obat obatan ; Kontrasepsi oral, Kortikosteroid
4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia

simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor


dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan
hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor
ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural

dan

fungsional

pada

system

pembuluh

perifer

bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada


usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume

darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan


penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2001). Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya
hipertensi palsu disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak
dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).

5. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh

dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan
pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang
mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing
Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis,
Kesadaran menurun.
6. Komplikasi
Komplikasi hipertensi karena tekanan darah tidak terkontrol.
Komplikasi hipertensi sangat erat kaitannya dengan riwayat tekanan
darah tinggi yang tidak terkontrol. Tekanan darah tinggi yang tidak
terkontrol dapat mengakibatkan:
a. Serangan Jantung
Serangan jantung disebabkan oleh gangguan aliran darah
melalui arteri koroner, yang berperan memasok oksigen dan nutrisi
ke otot jantung. Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko serangan
jantung dan meningkatkan keparahan serangan jantung apabila
sudah terjadi. Peningkatan risiko ini terjadi karena tekanan darah
tinggi akan membuat jantung bekerja lebih keras dari biasanya dan
berkontribusi terhadap pembentukan penyumbatan yang dapat
mengganggu aliran darah.
b. Stroke
Stroke, seperti serangan jantung, disebabkan oleh gangguan
aliran darah. Dalam kasus stroke, gangguan pembuluh darahnya
terletak di otak. Ketika aliran darah ke otak terganggu, maka area
otak yang terlibat akan rusak. Kadang-kadang stroke, seperti

serangan jantung, terjadi karena tersumbatnya pembuluh darah dan


darah tidak dapat mengalir melewati sumbatan tersebut. Dalam
kasus lain, pembuluh darah kecil di otak dapat pecah (stroke
hermoragik), dan aliran berkurang karena kebocoran darah keluar
dari pembuluh darah. Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko
kedua peristiwa ini.
c. Kerusakan Ginjal
Ginjal memiliki banyak pembuluh darah yang berukuran
sangat kecil, pembuluh darah tersebut sensitif terhadap peningkatan
tekanan darah. Jika tekanan darah dibiarkan tinggi dalam waktu
yang cukup lama akan membuat pembuluh darah diginjal
mengalami kerusakan akibatnya fungsi ginjal pun menjadi
terganggu bahkan sampai gagal. Hubungan darah tinggi dan
kerusakan ginjal bagai lingkaran setan, artinya tekanan darah tinggi
membuat kerusakan ginjal, dan kerusakan ginjal tersebut makin
memperparah hipertensi. Kerusakan ginjal adalah salah satu
komplikasi jangka panjang yang paling berbahaya dari tekanan
darah tinggi.
d. Atrial Fibrillation
Atrial fibrilasi adalah jenis aritmia, atau irama jantung yang
tidak teratur. Atrial fibrilasi menyebabkan perubahan dalam efisiensi
pompa jantung yang mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh
juga perubahan aliran darah dalam jantung itu sendiri dan Kondisi
atrial fibrilasi tersebut mendukung pembentukan bekuan darah kecil
(trombus). Gumpalan-gumpalan darah (trombus) yang terbentuk
tersebut kemudian dipompa keluar ke aliran darah dalam tubuh,
sesampainya di pembuluh darah kecil yang memasok otak, trombus
dapat terjebak. Hal ini akan menyebabkan gangguan aliran darah
karena terjebaknya trombus membuat aliran darah tersumbat,
akhirnya terjadilah stroke (stroke iskemik). Tekanan darah tinggi
mengubah dinamika pemompaan jantung, dan dapat menyebabkan

jantung menjadi meregangan dan lebar (pembengkakan jantung),


sehingga mendukung perkembangan komplikasi darah tinggi yang
berupa fibrilasi atrium (Atrial Fibrillation)
e. Penyakit Arteri Koroner
Komplikasi hipertensi yang berupa penyakit arteri koroner
ini mengacu pada pembentukan sumbatan di pembuluh darah yang
mensuplai oksigen dan nutrisi untuk jantung. Sumbatan ini terbuat
dari lemak, kolesterol, dan jenis sel yang disebut makrofag.
Sementara hubungan antara tekanan darah tinggi dan penyakit arteri
koroner masih diselidiki, bukti menunjukkan bahwa peningkatan
kronis tekanan darah berkontribusi terhadap kerusakan dan
peradangan pada dinding pembuluh darah. Kerusakan dan
peradangan ini menarik makrofag, yang pada gilirannya, akan
membuat pembuluh darah lengket artinya, lemak dan kolesterol
lebih mungkin untuk menempel, lama-kelamaan akan terjadi
penyempitan bahkan penyumbatan. Sumbatan pada arteri koroner
adalah penyebab utama serangan jantung.
f. Masalah dengan memori atau pemahaman.
Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol juga dapat
mempengaruhi kemampuan Anda untuk berpikir, mengingat dan
belajar. Masalah dengan konsep memori atau pemahaman yang
lebih

umum

pada

orang

yang

memiliki

tekanan

darah

tinggi/hipertensi.
g. Angina.
Ini dikenal sebagai jenis khusus dari nyeri dada. Bila Anda
memiliki angina, Anda akan merasa nyeri di dada, lengan, bahu,
atau punggung. Anda mungkin merasa sakit lebih saat jantung Anda
bekerja lebih cepat, seperti ketika Anda berolahraga tetapi rasa sakit
mungkin hilang waktu kita istirahat.
7. Pemeriksaan penunjang

1. Hemoglobin / hematocrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel sel terhadap volume cairan
( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor factor resiko
seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN: memberikan informasi tentang perfusi ginjal.
3. Glukosa
Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan

oleh

peningkatan

katekolamin

(meningkatkan

hipertensi).
4. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
5. Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler).
6. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
7. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau
adanya diabetes.
8. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
Steroid urin.
9. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran
jantung.
10. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopat.

11. EKG

Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan


konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.
8. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr,
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.
b. Penurunan berat badan
c. Menghentikan merokok
d. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang
dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu :
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari,
jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas
aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut
zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit
berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x
perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
2. Edukasi Psikologis

a. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam
tubuh menjadi rileks.
b. Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan
pengelolaannya

pasien

tentang

sehingga

penyakit

pasien

dapat

hipertensi

dan

mempertahankan

hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.


3. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat
hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan
hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Konsep dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas
1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup
monoton.
2) Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama
jantung, takipnea.
b. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit
jantung koroner/katup dan penyakit cebrovaskuler, episode
palpitasi.
2) Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis,
jugularis, radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular,
distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin
(vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin lambat/
tertunda.
c. Integritas Ego

1) Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor


stress multiple (hubungan,keuangan, yang berkaitan dengan
pekerjaan.
2) Tanda : Letupan suasana hat, gelisah, penyempitan continue
perhatian, tangisan meledak,otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
1) Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi
atau riwayatpenyakit ginjal padamasa yang lalu).
e. Makanan/cairan
2) Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan
tinggi garam, lemak sertakolesterol, mual, muntah dan
perubahan

BB

akhir

akhir

ini

(meningkat/turun),

Riwayatpenggunaan diuretic
3) Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya edema,
glikosuria.
f. Neurosensori
1) Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit
kepala, suboksipital (terjadi saatbangun dan menghilangkan
secara

spontansetelah

beberapa

jam),

Gangguan

penglihatan (diplobia, penglihatan kabur,epistakis).


2) Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi,
pola/isi

bicara,efek,

proses

piker,penurunan

keuatan

genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
1) Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan
jantung), sakitkepala.
h. Pernafasan
1) Gejala:

Dispnea

yang

takipnea,ortopnea,dispnea,

berkaitan
batuk

dari

kativitas/kerja
dengan/tanpa

pembentukan sputum, riwayat merokok.


2) Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori
pernafasan bunyinafas tambahan(krakties/mengi), sianosis.
i. Keamanan
1) Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi
postural.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan
afterload,

vasokonstriksi,

iskemia

miokard,

hipertropi

ventricular
b. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan
vaskuler serebral
c. Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung
berhubungan dengan adanya tahanan pembuluh darah
d. Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output
e. Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepala
f. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya
kelemahan fisik.
g. Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder
adanya hipertensi yang diderita klien

3.
No
1.

Rencana Tindakan

Diagnose
Penurunan curah Setelah

Tujuan
dilakukan

tindakan

Intervensi
1. Pantau TD, ukur pada kedua

jantung

keperawatan selama 3x 24 jam.

berhubungan

Tidak terjadi penurunan curah

dengan

jantung dengan kriteria hasil :

nyaman

peningkatan

1.

punggung

Berpartisipasi

dalam

tangan
2. Lakukan

tindakan
spt
dan

yang
pijatan
leher,

afterload,

aktivitas yang menurunkan

meninggikan kepala tempat

vasokonstriksi,

TD

tidur.

iskemia miokard, 2.

Mempertahankan TD dalam

hipertropi

rentang yang dapat diterima

ventricular

3.

Memperlihatkan irama dan


frekuensi jantung stabil

3. Anjurkan untuk relaksasi


dan perbanyak istirahat
4. Colaborasi dengan dokter
untuk

pemberian

obat

hipertensi
2.

Nyeri

(sakit Setelah

dilakukan

tindakan

1. Kaji

nyeri

secara

kepala)

keperawatan selama 2 x 24 jam

berhubungan

Nyeri atau sakit kepala hilang

dengan

atau berkurang dengan kriteria

nonfarmakologi

peningkatan

hasil :

menghilangkan sakit kepala

tekanan

vaskuler 1.

serebral

Pasien

mengungkapkan

komperhensif
2. Beri

tindakan
untuk

seperti kompres dingin pada

tidak adanya sakit kepala

dahi, pijat punggung dan

2.

Pasien tampak nyaman

leher, posisi nyaman, tehnik

3.

TTV dalam batas normal

relaksasi,

bimbingan

imajinasi dan distraksi


3. Anjurkan pertahankan tirah
baring,

lingkungan

yang

tenang, sedikit penerangan


4. Kolaborasi Pemberian obat
sesuai indikasi : analgesik,
antiansietas
3.

Resiko perubahan Setelah


perfusi
serebral,

dilakukan

tindakan

1. Kaji tekanan darah saat

jaringan: keperawatan selama 3x24 jam

masuk pada kedua lengan;

ginjal, Tidak terjadi perubahan perfusi


:

serebral,

ginjal,

tidur,

jantung

jaringan

berhubungan

jantung dengan kriteria hasil:

dengan

adanya

1. TD dalam batas yang dapat

tahanan pembuluh

diterima, tidak ada keluhan

darah

sakit kepala, pusing.

tidur

2. Tanda-tanda vital stabil

4. Ambulasi

duduk

dengan

pemantau tekanan arteri jika


tersedia
2. Pertahankan tirah baring
3. Tinggikan

kepala

tempat
sesuai

kemampuan;

hindari

kelelahan
4.

Intoleransi

Setelah

dilakukan

tindakan

aktifitas

keperawatan selama 2 x 24 jam.

berhubungan

Tidak terjadi intoleransi aktifitas

penurunan cardiac dengan kriteria hasil :


output

1. Meningkatkan

1. Kaji respon pasien terhadap


aktifitas
2. Observasi TTV tiap 4 jam
3. Berikan

energi

dorongan

aktifitas / perawatan diri

untuk melakukan aktifitas

bertahap

sehari hari

ditoleransi.

2. Menunjukkan penurunan
gejala gejala intoleransi
aktifitas

untuk

jika

dapat

4. Instruksikan pasien tentang


penghematan energy
5. Berikan istirahat yang tidak
terganggu, berikan waktu
istirahat

sepanjang

siang

keluhan

nyeri

atau sore
5.

Gangguan

pola Setelah

dilakukan

tindakan

tidur berhubungan keperawatan selama 2 x 24 jam


adanya
kepala

nyeri Tidak terjadi gangguan pola tidur


dengan kriteria hasil :
1. Mampu

1. Monitor
kepala
2. Ciptakan

suasana

lingkungan yang tenang dan

menciptakan

pola tidur yang adekuat 6


8 jam per hari

nyaman
3. Beri kesempatan klien untuk
istirahat / tidur

2. Tampak dapat istirahat


dengan cukup

4. Berikan makanan kecil sore


hari dan / susu hangat

3. TTV dalam batas normal

5. Lakukan masase punggung


6. Putarkan musik yang lembut

6.

Kurangnya
perawatan

Setelah

dilakukan

tindakan

diri keperawatan selama 1 x 24 jam

1. Kaji

kemampuan

klien

untuk melakukan kebutuhan

berhubungan
dengan

Perawatan diri klien terpenuhi

adanya dengan kriteria hasil :

kelemahan fisik.

2. Beri pasien waktu untuk

1. Mampu melakukan aktifitas


perawatan

diri

sesuai

kemampuan
2. Dapat

mengerjakan tugas
3. Bantu

pasien

memenuhi

mendemonstrasikan

tehnik

perawatan diri

untuk

memenuhi

kebutuhan perawatan diri

untuk
kebutuhan

perawatan diri
4. Berikan umpan balik yang
positif untuk setiap usaha
yang dilakukan klien / atas
keberhasilannya

7.

Kecemasan

Setelah

berhubungan

keperawatan selama 1 x 24 Jam

dengan

krisis Kecemasan

situasional
sekunder

dilakukan

tindakan

hilang

atau

berkurang dengan kriteria hasil :


adanya 1.

hipertensi

yang

Klien

mengatakan

sudah

tidak cemas lagi / cemas

diderita klien

berkurang

1. Kaji

keefektifan

strategi

koping

dengan

mengobservasi perilaku
2. Kaji

tingkat

kecemasan

klien baik secara verbal


maupun non verbal
3. Catat

laporan

gangguan

2.

Ekspresi wajah rilek

tidur, peningkatan keletihan,

3.

TTV dalam batas normal

kerusakan konsentrasi, peka


rangsang,
toleransi

penurunan
sakit

kepala,

ketidakmampuan

untuk

menyelesaikan masalah
4. Bantu

klien

untuk

mengidentifikasi

stressor

spesifik dan kemungkinan


strategi untuk mengatasinya
5. Libatkan

pasien

dalam

perencanaan perawatan dan


beri

dorongan

partisipasi

maksimum dalam rencana


pengobatan
6. Dorong

pasien

untuk

mengevaluasi prioritas atau


tujuan hidup
7. Dengarkan
kesempatan
untuk

dan

beri

pada

klien

mengungkapkan

perasaanya
8. Berikan

support

mental

pada klien
9. Anjurkan
untuk

pada

keluarga

memberikan

dukungan pada klien

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2.
Jakarta: EGC
Marilynn E Doenges, dkk., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Muttaqin,

Arif.

2009. Asuhan

Keperawatan

Dengan

Pasien

Gangguan

Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika


Panggabean M.(2002). Dalam: Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta: EGC.
Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,
Proses, Dan Praktik. Edisi 4.Volume 1. Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk.
Jakarta : EGC.
Rokhaeni, dkk, (2001). Buku Ajar Keperawatan Kardiovasculer. Edisi I. Bidang
Pendidikan & Pelatihan Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah
Nasional Harapan Kita
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC
Sofyan, Andy. 2012. Hipertensi. Kudus

Anda mungkin juga menyukai