SISTEM NEUROBEHAVIOUR 1
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN
MENINGITIS
Disusun oleh :
FAUZIAH DYAN AYU
(220110120024)
(220110120048)
TANTRI NOVIANTI
(220110120120)
EVA FAUZIYAH
(220110120132)
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah ini sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
Makalah ini membahas tentang Sistem Neurobehaviour 1 khususnya mengenai
Meningitis. Dalam penulisan makalah ini, penulis menemui beberapa kendala, tetapi dapat
teratasi berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
2. Ibu Anastasia Anna S.Kp., Ners., M.Kep. selaku dosen koordinator mata pelajaran.
3. Ibu Ristina Nirwanti, S.Kep., Ners., M.Kep. selaku dosen tutor kelompok 1.
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun demi
penyempurnaan makalah ini di waktu yang akan datang. Akhirnya, penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Semoga
Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada kita. Amin.
Jatinangor, 25 September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
1.2.
1.3.
Latar Belakang .. 4
Rumusan Masalah 4
Tujuan .. 5
2.2. Definisi ..
2.3. Patofisiologi .
2.4. Etiologi ..
10
23
3.1 Pengkajian . 23
Kesimpulan
4.2.
32
Saran
..
32
Daftar Pustaka . 33
Lampiran . 34
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Meningitis adalah Infeksi terbatas pada meningeal yang menyebabkan gejala yang
menunjukkan meningitis (kaku kuduk, sakit kepala, demam) sedangkan bila parenkim otak
terkena, pasien memperlihatkan penurunan tingkat kesadaran, kejang, defisit neurologis fokal,
dan kenaikan tekanan intrakranial (Harsono, 2005).
Penyakit meningitis merupakan penyakit yang serius karena letaknya dekat dengan otak
dan tulang belakang sehingga dapat menyebabkan kerusakan kendali gerak, pikiran, bahkan
kematian. Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme seperti virus, bakteri,
jamur atau parasit yang menyebar dalam darah dan cairan otak. Menurut WHO, di Negara
Amerika Serikat pada tahun 2009 terdapat 3000 kasus penyakit meningococcus dan di Eropa
bagian Barat terjadi 7.700 kasus meningococcus pada setiap tahunnya. (WHO, 2009)
Menurut jurnal Gesnerd, 2005 yang disebutkan dalam jurnalnya Anngraini Alam yang
berjudul Kejadian Meningitis Bakterial pada Anak usia 6-18 bulan yang Menderita Kejang
Demam Pertama Di Indonesia, kasus meningitis bakterialis sekitar 158/100.000 per tahun,
dengan etiologi Hib 16/100.000 dan bakteri lain 67/100.000, angka ini lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan negara maju.
Melihat kejadian diatas bahwa meningitis merupakan salah satu penyakit infeksi utama di
Indonesia kami sebagai mahasiswa keperawatan sangat penting mempelajari penyakit ini agar
kami dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai. Maka dari itu kami persembahkan
salah satu rangkuman makalah tentang asuhan keperawatan pada meningitis sebagai bahan
belajar dan pendidikan bagi mahasiswa keperawatan.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa definisi dari Meningitis?
1.2.2. Bagaimana patofisiologi dari meningitis?
1.2.3. Apa etiologi dari meningitis?
1.2.4. Apa saja klasifikasi dari meningitis?
1.2.5. Apa saja manifestasi klinis dari meningitis?
1.2.6. Apa saja komplikasi dari meningitis?
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
belakang, melindungi struktur saraf halus yang membawa pembuluh darah dan cairan sekresi
(cairan serebrospinalis/CSS), memperkecil benturan atau getaran yang terdiri dari tiga lapisan:
2.1.1. Duramater (lapisan luar) adalah selaput keras pembungkus otak yang berasal dari
jaringan ikat tebal dan kuat. Durameter pada tempat tertentu mengandung rongga
yang mengalirkan darah vena dari otak.
2.1.2. Arakhnoid (lapisan tengah) merupakan selaput halus yang memisahkan durameter
dengan piamater membentuk sebuah kantong atau balon berisi cairan otak yang
meliputi seluruh susunan saraf sentral.
2.1.3. Piamater (lapisan sebelah dalam) merupakan selaput tipis yang terdapat pada
permukaan jaringan otak. Ruangan di antara arakhnoid dan piamater disebut subarakhnoid. Pada reaksi radang, ruangan ini berisi sel radang. Di sini mengalir cairan
serebrospinalis dari otak ke sumsum tulang belakang.
2.1.4.
2.2.
Definisi
Dalam buku patofisiologi karangan John Daly dkk tahun 2010, meningitis adalah
inflamasi pada meningen otak dan medulla spinalis, hal ini disebabkan oleh adanya
mikroorganisme yang masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui sirkulasi darah.
Mikroorganisme ini berasal dari infeksi yang sudah ada sebelumnya yaitu dari infeksi bakteri
atau infeksi virus, atau dapat pula melalui perluasan infeksi dari sumber ekstrakranial. (Esther
Chang, 2009)
Meningitis adalah peradangan pada otak dan meningen medulla spinalis, peradangan ini
dapat menyerang tiga membran meningen yaitu durameter, membran araknoid, dan piameter.
Meningitis ini pada umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri atau infeksi virus. (Kimberly,
2011)
2.3.
Patofisiologi
emah,
disposisi:
jenis
ISPA
kelamin
(sinusitis,
(laki-laki
epiglottis,
lebih rentan),
pneumonia),
sosio-ekonomi
otitis media,
rendah,
trauma
lingkungan
kepala dengan
padat kebocoran
penduduk, CSS
musim
(cairan
panas,
sere
ri
VIRUS
BAKTERI
JAMUR
ontoh: Mumps virus, Echo virus,
(contoh:
Coxsackie
E. coli, Listeria
virus) monositogenesis, H.(contoh:
influenzae)
Criptococcus, Neofarmans)
Invasi kuman ke jaringan serebral melalui darah (vena nasofaring posterior), telinga bagi
Ensefalitis
Abses otak
Kehilangan pendengaran
Demam
Masuk ke SSP
Meningitis Serosa
Meningitis Tuberculosis
Meningitis Purulenta
Eksudat (pus berwarna keruh)
Lanjutan.
Tingkat
kesadaran,
perub. Perilaku, disorientasi, fotophobia, sekresi ADH
Penekanan
area
fokal
kortikal
an pada pusat refleksPerub.
muntah
di medulla
spinalis
Bradikardi
Permeabilitas
Prosedur
pungsi fisik kapiler dan retensi cairan
Kelemahan
Adhesi kelumpuhan
saraf invasif, lumbal
Koma kematian
Ansietas
Gangguan ADL
retardasi
mental
Gangguan
teritis pembuluh darah otak Infark
kematian
jaringan
otak perkembangan mental dan i
Keterangan:
Etiologi
Klasifikasi
Manifestasi
2.4.
Etiologi
Meningitis disebabkan oleh virus, bakteri, riketsia, jamur, cacing, dan protozoa. Namun
yang paling banyak terjadi disebabkan oleh bakteri dan virus. Meningitis karena bakteri
berakibat lebih fatal dibandingkan dengan penyebab lain karena mekanisme kerusakan &
gangguan otak yang disebabkan oleh bakteri ataupu produk bakteri yang lebih berat.
2.4.1. Bakteri
Meningitis oleh bakteri memiliki kecenderungan menyerang pada golongan usia tertentu,
diantaranya, golongan neonatus (E.Coli, S.beta hemolitikus, dan listeria monositogenes),
golongan balita (h.influenzae, meningococcus dan pneumococcus),golongan umur 5 20
tahun
(Haemophilus
influenzae,
Neisseria
meningitidis
dan
Streptococcus
menghirup debu atau partikel kotoran burung yang kering. Jamur ini dapat menginfeksi
paru-paru, kulit dan bagian tubuh lain.
2.5.
Sepsis
b. Kelainan yang berkaitan dengan penekanan reaksi imunologis seperti
agamaglobulinemia
c. Pemirauan (shunting) ventrikel
d. Punsi lumbal dan anastesi spinal
e. Infeksi parameningeal
2.5.3. Faktor maternal
Hal-hal seperti ruptur membran fetal dan infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan dapat menjadi penyebab terjadinya meningitis.
2.5.4. Faktor imunologi
Biasanya disebabkan oleh faktor imunologi seperti defisiensi mekanisme imun dan
defisiensi immunoglobulin.
2.5.5. Kelainan sistem saraf pusat, riwayat pembedahan atau injury yang berhubungan
dengan sistem persarafan yang mengakibatkan terjadinya meningitis.
2.5.6. Faktor lingkungan
Keadaan lingkungan dengan kebersihan yang buruk dan terlalu padat dapat menyebabkan
timbulnya kontak dengan penderita sehingga berpotensi terpapar oleh bakteri seperti
Haemophilus influenza.
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 11
2.6.
Manifestasi Klinis
Secara umum, gejala klinis yang sering muncul pada pasien penderia meningitis adalah
sebagai berikut:
2.6.1. Sakit kepala hebat
paha dalam keadaan fleksi kearah abdomen, kaki pasien tidak dapat di
ekstensikan dengan sempurna. Tanda kernig positif (+) bila ekstensi sendi
lutut tidak mencapai sudut 135o (kaki tidak dapat diekstensikan sempurna)
disertai spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri.
brudzinski I positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada
lutut dan panggul.
Tanda Brudzinki positif II
fleksi pasif salah satu paha dan sendi panggul (seperti pada pemeriksaan
Kernig). Tanda brudzinski II positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi
involunter pada sendi panggul dan lutut pada kaki yang satunya
(kontralateral).
Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan, berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan
Meningitis serosa
Merupakan radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak
yang jernih. Penyebab yang paling sering adalah Mycobacterium tuberculosa.
Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
b. Meningitis purulenta
Merupakan radang bernanah pada arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan
medula spinalis. Penyebabnya adalah bakteri antara lain: Diplococcus
pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitides (meningokok), Streptococus
haemolyticuss, Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli,
Klebsiella pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
Pada meningitis ini infeksi jamur dan parasit pada susunan saraf pusat merupakan
penyakit oportunistik yang pada beberapa keadaan tidak terdiagnosa sehingga
penanganannya juga termasuk sulit. Manifestasi pada infeksi jamur dan parasit
pada susunan saraf pusat dapat berupa meningitis dan proses desak ruang (abses
atau kista).
Meningitis kriptokokus neoformans biasa disebut meningitis jamur yang
disebabkan oleh infeksi jamur pada sistem saraf pusat yang sering terjadi pada
pasien AIDS. Biasanya infeksi jamur cenderung menimbulkan meningitis kronis
atau abses otak.
2.8.
Komplikasi
Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat dari komplikasi meningitis antara lain:
2.8.1. Trombosis vena serebral, yang menyebabkan kejang, koma, atau kelumpuhan.
2.8.2. Efusi atau abses subdural, yaitu penumpukan cairan di ruangan subdural karena
adanya infeksi oleh kuman.
2.8.3. Hidrosefalus, yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan abnormal yang
disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospinalis.
2.8.4. Ensefalitis, yaitu radang pada otak.
2.8.5. Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah di otak.
2.8.6. Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infark otak karena
adanya infeksi pada pembuluh darah yang mengakibatkan kematian pada jaringan
otak.
2.8.7. Kehilangan pendengaran, dapat terjadi karena radang langsung saluran
pendengaran.
2.8.8. Gangguan perkembangan mental dan inteligensi karena adanya retardasi mental
2.9.
Chloramfenicol
Penyebab
H. Influenza,
Dosis Obat
Pneumococcus, Dewasa : 20 mu/6 jam IV
Anak-anak
:
300.000
Staphilococcus
non
PNC,
unit/kg/hari IV dibagi 3-4 dosis
Staphilococcus PNC
S. pneumoniae, H. Influenzae
Dewasa : 4 gr/hari IV dibagi 4
dosis
Anak-anak : 100 mg/kgBB/hari
Ampisilin
Ciprofloxacin
Cefotaxime
S. pneumonia, H. influenzae
P. aeruginosa
Streptococcus,
IV dalam 4 dosis
Dewasa : 200mg/kgBB/hari IV
dalam 4 dosis
Anak-anak : 200mg/kgBB/hari
400mg/hari
staphilococcus, Dewasa : 12 gr/hari IV
Neonatus < 1 minggu : 50
m/kgBB/hari/ 12 jam IV
Neonatus 1-4 minggu : 50
mg/kg/ 8 jam
Bayi dan anak-anak
50-
Ceftazidine
Vancomycine
IV/IM
H. influenzae, N. Meningitides, Dewasa : 4 gr/hari IV
Anak : 75 mg/kg IV dibagi 2-3
S. Pneumonia
dosis
P. aeruginosa
6 gr/hari IV
Staphylococcus epidermidis
Dewasa : 2 gr/hari IV selama 21
hari
Anak : 20-40 mg/kg/hari dibagi
Meropenem
P. aeruginosa, N. Meningitides
2 dosis
6 gr/hari IV
b. Kortikosteroid
Efek antiinflamasi dari terapi steroid dapat menurunkan edema serebri dan
menurunkan tekanan intrakranial. Tetapi penggunaan steroid hanya bagi pasien
dengan resiko tinggi, pasien dengan status mental yang sangat terganggu, edema
otak atau tekana intrakranial tinggi. Mengingat obat ini mempunyai efek samping
seperti perdarahan traktus GIT, penurunan fungsi imun seluler.
Prognosis
Pencegahan
2.11.1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan untuk mencegah timbulnya faktor resiko meningitis bagi
individu yang belum mempunyai faktor resiko dengan melaksanakan hal-hal sebagai
berikut :
.
segera mencuci tangan dengan bersih dan menggunakan sabun atau cairan
antiseptik.
e. Hindari penggunaan piranti makan yang bersamaan dengan penderita untuk
meminimalisir terjadinya proses penularan bakteri melalui eksudat yang
menempel di piranti makan tersebut.
f. Sebisa mungkin mengurangi tingkat kepadatan di lingkungan perumahan dan
lingkungan sekitar tempat kita beraktivitas sehari-hari seperti lingkungan
sekolah, lingkungan kerja, dan lain-lain untuk meminimalisisir potensi
penyebaran bakteri maupun virus.
(Harsono, 2007)
2.11.2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan diagnosis dini dan pengobatan segera,
antara lain yaitu:
.
Diagnosis Meningitis
Gejala-gejala dan tanda-tanda meningitis bakteri didahului oleh gejala saluran
nafas bagian atas atau saluran cerna selama beberapa hari sebelumnya. Biasanya
radang selaput otak akan disertai panas mendadak mual, muntah, anoreksia,
fotofobia, dan kaku kuduk. Bila infeksi memberat, timbul peradangan korteks dan
edema otak dengan gejala-gejala penurunan tingkat kesadaran, koma, kejangkejang, kelumpuhan saraf otak yang bersifat sementara atau menetap, dan pada
bayi fontanella mencembung. Pada anak dengan demam dan kejang, bila
diagnosis kejang demam dan epilepsi telah disingkirkan, maka diagnosinya
hampir pasti meningitis atau meningoensefalitis.
Pada bayi umur 28 hari gejala mungkin samar dan tidak spesifik, seperti tidak
mau menyusu, menjadi sangat tenang atau sangat gelisah, muntah, atau tampak
tidak sehat. Temperatur cenderung rendah daripada tinggi. Jika ada muntah, maka
fontanel akan mendatar atau mencekung. Sehingga lingkaran kepala bayi harus
diukur setiap hari. Pada bayi yang lebih besar (sampai umur dua tahun), gejala
meliputi kegelisahan, demam, muntah, fotofobia, ketegangan, dan kejang.
Anak tampak kejang dan gugup. Pada bagian akhir penyakit, fontanel akan
menggelembung, terasa nyeri bila menekuk leher dan akan timbul Kernigs sign
yang positif (tidak dapat menaikkan tungkai dengan membengkokkannya di sendi
pinggul).4 Pada anak yang berumur lebih dari dua tahun, sebagai tambahan dari
gejala di atas, mungkin mengeluh sakit kepala, pusing, bahkan sampai koma.4
Gejala klinis meningitis virus yang benigna, gejalanya dapat sedemikian rupa
ringannya sehingga diagnosis meningitis menjadi tidak terlihat. Jika gejala agak
berat biasanya ditandai dengan nyeri kepala dan nyeri kuduk.
Pendidikan Kesehatan
Para tenaga kesehatan perlu untuk memberi pendidikan kesehatan tentang penyakit
meningitis seperti:
2.12.1. Menjelaskan tentang tanda dan gejala penyakit meningitis.
2.12.2. Menjelaskan tentang penyebab dan cara penularan pada penyakit meningitis serta
cara untuk menghindarinya.
2.12.3. Menjelaskan penanganan yang tepat yang harus dilakukan termasuk tentang
terapi, pemberian obat, dosis, dan kemungkinan efek samping.
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 21
BAB 3
PROSES KEPERAWATAN
3.1.
Pengkajian
3.1.1. Pengumpulan data
.
Biodata
)
Nama
:
2) Usia
:
3) Alamat
4) Jenis kelamin
:
5) Pendidikan
:
6) Agama
:
7) Suku bangsa
:
8) Diagnosa medis:
b. Riwayat kesehatan :
1) Keluhan utama :Hal yang sering menjadi alasan pasien atau orang tua membawa anaknya
ke rumah sakit adalah suhu badan tinggi, kejang, dan penurunan tingkat kesadaran
2) Riwayat penyakit sekarang
Pada pengkajian pasien dengan meningitis biasanya keluhan berhubungan
dengan akibat infeksi dan akibat tekanan intrakranial seperti sakit kepala, demam
juga kejang. Hal tersebut harus dilakukan pengkajian lebih mendalam, seperti :
baaimana sifat timbulnya, stimulus yang sering menimbulkan keluhan, dan
tindakan yang biasa diberikan untuk menurunkan keluhan tersebut.
3) Riwayat kesehatan dahulu
Perlu adanya pengkajian terhadap riwayat penyakit yang pernah diderita
pasien seperti infeksi jalan napas bagian atas, otitis media, mastoiditis, dan
hemoglobinopatis, riwayat trauma kepala, juga riwayat tindakan bedah saraf.
Selain hal tersebut, perawat perlu mengkaji pemakaian obat-obatan yang
sering digunakan pasien seperti obat kortikosteroid, jenis antiboitik dan reaksinya
(untuk menilai resistensi pemakaian antiboitik).
4) Riwayat Kesehatan Keluarga/ keadaan lingkungan tempat tinggal
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 23
b) Denyut nadi :
Denyut nadi menurun sebaai tanda peningkatan tekanan intrakranial
c) Respirasi :Peningkatan frekuensi napas berhubungan dengan peningkatan laju
metabolisme umum
d) Tekanan darah:Biasanya normal atau meningkat berhubungan dengan tanda tanda
peningkatan tekanan intrakranial.
e) Pemeriksaan menyeluruh
B1 (breathing)
B2 (blood)
pada
meningitis
meningokokus
dengan
tanda-tanda
B3 (brain)
Pengkajian B3 (Brain) menilai tingkat kesadaran dan status mental
berdasarkan fungsi serebri. Kesadaran klien meningitis biasanya berkisar
pada tingkat lethargic, strupor dan semikomatosa.
B4 (bladder)
Pemeriksaan pada system perkemihan biasanya didapatkan volume
haluaran urine, hal ini berhubungan dengan penurunan perfusi dan
penurunan curah jantung ke ginjal.
B5 (bowel)
Mual sampai muntah karena peningkatan produksi asam lambung.
Pemenuhan nutrrisi pada klien meningitis menurun karena anoreksia
dan adanya kejang.
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Meningitis | 25
B6 (bone)
Adanya bengkak dan nyeri pada sendi-sendi besar (khususnya lutut dan
pergelangan kaki). Ptekia dan lesi purpura yang didahului oleh ruam. Pada
penyakit yang berat dapat ditemukan ekimosis yang besar pada wajah.
Klien sering mengalami penurunan kekuatan otot dan kelemahan fisik
secara umum sehingga mengganggu aktifitas hidup sehari-hari (ADL).
atau sensitive
pada otot wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
simetris.
Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli
persepsi.
Saraf IX dan X. kemampuan menelan baik.
Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan
trapezius. Adanya usuha dari klien untuk melakukan fleksi leher
Pemeriksaan refleks
Pemeriksaan refleks dalam, pengetukan pada tendon, lagamentum atau
periosteum derajat refleks pada respons normal. Refleks patologis akan
didapatkan pada klien meningitis dengan tingkat kesadaran koma. Adanya
refleks Babinski (+) merupakan tanda adanya lesi UMN.
e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Rangsangan Meningeal
a) Pemeriksaan Kaku kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan
rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan
tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot.
Dagu tidak dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkan tahanan pada
hiperekstensi dan rotasi kepala. (Harsono,2007)
b) Pemeriksaan Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mungkin
tanpa rasa nyeri. Tanda kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak
mencapai sudut 1350 (kaki tidak dapat diekstensikan sempurna) disertai
spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri. (Harsono,2007)
c) Pemeriksaan Tanda Brudzinski I (Brudzinski Leher)
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah
kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala
dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda brudzinski I positif (+) bila
pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher. (Harsono,2007)
d) Pemeriksaan Tanda Brudzinski II (Brudzinski Kontra Lateral Tungkai)
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda brudzinski II positif (+)
bila pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut
kontralateral. (Harsono,2007)
2) Pemeriksaan Penunjang Meningitis
a) Pemeriksaan cairan serebrospinalis
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak, meningitis dibagi
menjadi dua golongan yaitu meningitis serosa dan meningitis purulenta.
Pada
meningitis
serosa,
diperoleh
hasil
pemeriksaan
cairan
3.2.
3.3.
DIAGNOSA
TUJUAN
O
1.
KEPERAWATAN
Perubahan perfusi
Untuk mencegah
3x24
berhubungan dengan
setelah
menyertai
inflamasi pada
diberikan
perubahan
meningen
DO : Bradikardi,
intervesi
tekanan
Monitor tanda-tanda
intrakranial
Untuk mendeteksi
peningkatan tekanan
tanda-tanda syok,
intrakranial selama
yang harus
perjalanan penyakit(nadi
dilaporkan ke
dokter untuk
meningkat, kesadaran
intervensi dini
tekanan darah
meningkat
DS : malaise, pusing,
perfusi
jaringan
ke
otak
mual, muntah,
meningkat
Kriteria :
Tingkat
penurunan kesadaran
kesadaran
INTERVENSI
meningkat
RASIONAL
menjadi sadar,
disorientasi
negatif,
kelemahan)
Monitor tanda-tanda vital
Perubahan
konsentrasi
perubahan ini
baik,
jaringan
menandakan
adanya perubahan
oksigenasi
baik,
laporkan segera
tekanan
intrakranial dan
tanda
vital
penting untuk
dalam
batas
Hindari posisi
intervensi dini
Untuk mencegah
tunngkaiditekuk atau
peningkatan
normal,
syok
dihindari
dan
dapat
intrakranial
Untuk
mengurangi
tekanan
intrakranial
Mencegah
keregangan otot
yang dapat
menimbulkan
pasien untuk
tekanan intra
Mencegah
eksitasi yang
merangsang otak
dan dapat
tidak perlu
menimbulkan
kejang
Mengurangi
disorientasi dan
pasien
untuk klarifikasi
persepsi sensori
yang terganggu
Untuk merujuk ke
penyembuhan terhadap
rehabilitasi
Untuk
kortikosteroid
menurunkan
edema serebri dan
tekanan
Kolaborasi pemberian
intrakranial
Untuk mematikan
antibiotik
virus. Pemberian
antibiotik
diberikan secepat
mungkin tanpa
menunggu hasil
biakan, setelah
ada hasil baru
diberikan
antibiotik yang
sesuai
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Meningitis adalah inflamasi atau peradangan pada meningen otak dan medulla spinalis
dan dapat menyerang tiga membran meningen yaitu durameter, membran araknoid, dan piameter.
Hal ini disebabkan oleh adanya mikroorganisme yang masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui
sirkulasi darah. Mikroorganisme ini berasal dari infeksi yang sudah ada sebelumnya yaitu dari
infeksi bakteri atau infeksi virus, atau dapat pula melalui perluasan infeksi dari sumber
ekstrakranial. Biasanya hal ini ditandai pula dengan adanya sel darah putih dalam cairan
serebrospinal.
4.2 Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini pembaca, khususnya mahasiswa keperawatan
dapat memperoleh ilmu yang lebih mengenai penyakit meningitis dan cara penerapan asuhan
keperawatan pada pasien penderita meningitis, serta dapat menstimulasi pembaca untuk
menggali pemahaman yang lebih dalam.
DAFTAR PUSTAKA
1. A, Kimberly. 2011; Kapita Selekta Penyakit. Jakarta: EGC.
2. Chang, E, John, D & Doug, E. 2009; Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan.
Jakarta: EGC.
3. Corwin, Elizabeth J. 2009; Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
4. Harsono. 2007; Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
5. Muttaqin, Arif. 2008; Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.
Jakarta: EGC.
6. http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/download/833/855 diakses
pada tanggal 23september 2014, jam 19.40 WIB
7. www.who.int diakses pada tanggal 23 September 2014, jam 19.15 WIB
8. Wilkinson, Judith M. 2011; Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC