Peringatan Dini
Peringatan Dini
1. Batasan
Menurut Undang-undang nomor 4 tahun 2007, peringatan dini adalah serangkaian
kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang
kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang.
Peringatan dini adalah fenomena keberadaan bahaya yang mengganggu dan atau
mengancam terhadap manusia. Sistem peringatan dini adalah suatu sistem atau
rangkaian proses pengumpulan dan analisis data serta diseminasi informasi tentang
keadaan darurat atau kedaruratan. Sistem peringatan dini merupakan mata rantai yang
spesifik (hubungan yang kritis) antara tindakan-tindakan dalam kesiapsiagaan dengan
kegiatan tanggap darurat (Depkes RI, 2002).
Peringatan dini dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan tepat dalam
rangka mengurangi risiko terkena bencana serta memperisapkan tindakan tanggap
darurat (UU Nomor 4 tahun 2007).
Menurut Undang-undang nomor 4 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana,
peringatan dini dilakukan melalui:
a. Pengamatan gejala bencana
b. Analisis hasil pengamatan gejala bencana
c. Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang
d. Penyebarluasan informasi tentang peringatan bencana, dan
e. Pengambilan tindakan oleh masyarakat.
2. Kerangka Kerja Konseptual
Terdapat dua faktor yang berperan dalam kerangka Sistem Peringatan Dini, yaitu
pihak pengambil keputusan dan masyarakat. Di pihak masyarakat, ada tiga unsur yang
menentukan bagaimana masyarakat beraksi terhadap Sistem Peringatan Dini, yakni
pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan perilaku (behaviour) (Depkes RI, 2002).
Langkah awal dalam membentuk reaksi masyarakat adalah memberikan informasi
tentang sistem peringatan dini. Terhadap masyarakat yang memperoleh pengetahun
informasi ini diharapkan adanya perubahan sikap positif terhadap sistem peringatan dini
(Depkes RI, 2002).
Selain faktor masyarakatm faktor lain yang berperan dalam kerangka kerja kerja
Sistem Peringatan Dini adalah pihak pengambil keputusan. Di Indonesia melalui Kepres
nomor 111/2001, diketahui bahwa penanggulangan bencana dan penanganan oengungsi
dikoordinasikan oleh:
a. Bakornas PBP di tingkat Nasional
b. Satkorlak PBP di tingkat Provinsi
c. Satlak PBP di tingkat Kabupaten/Kota (Depkes RI, 2002).
SATKORLAK PBP PROV
MASYARAKAT
PENGETAHUAN
PEMBUAT KESEHATAN
SIKAP
PERILAKU
PERINGATAN DINI
KESIAPSIAGAAN
Sumber : Depkes RI, 2002
RESPON
Tepat sasaran
PERENCANAAN
PRA BENCANA
Sumber: Kepmenkes RI, 2001
4. Alur Sistem Informasi pada Sistem Peringatan Dini
Berdasarkan Kepmenkes nomor 1361 tahun 2001 tentang Pedoman Sistem
Peringatan Dini pada Daerah Potensi Bencana, dijelaskan tahap alur sistem informasi
pada sistem peringatan dini, yakni:
a. Sumber informasi
Adanya ancaman atau bencana biasanya berasal dari sumber-sumber resmi atau
tetap. Informasi bersumber dan disebarluaskan dari luar sumber yang resmi
seperti penyiar radio amatir.
b. Peringatan dini
1) Sumber biasa
Dimulai oleh petugas/penduduk yang terlibat dalam penanggulangan
krisis.
2) Sumber khusus
Daftar Pustaka
Arafat, Yasir. 2007. Konsep Sistem Peringatan Dini di Wilayah Bencana Banjir Sibalaya
Kabupaten Donggala. Jurnal SMARTek vol. 5 hal: 166 172 [serial online:
http://download.portalgaruda.org/] diakses pada 2 September 2015.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2002. Pedoman Sistem Peringatan Dini
pada
Daerah
Potensi
Bencana
edisi
ke
dua
[serial
online: