Anda di halaman 1dari 4

Agama dan Semangat Kapitalisme

Minggu, 15 Agustus 2010 02:50

Oleh : Lalu M. Ariadi

Pendahuluan
Kapitalisme, sebuah konsep ekonomi yang terbilang kontroversial, namun sulit untuk digugat
keberadaannya. Sifat dinamis dan adaptifnya mempercepat proses akulturasi dan
transformasinya dengan sistem ekonomi di negara-negara lain, sekaligus menjadi ciri
kapitalisme itu sendiri.
Perkembangan pesat Kapitalisme tidak bisa lepaskan dari perubahan perubahan yang terjadi
selama beberapa dekade, terutama di awal abad 20, dimana tekanan dari sistem ekonomi
sosialisme dan komunisme terhadap penekanan yang berlebihan atas peran individu telah
merubah bentuk gerakan Kapitalisme dari peran individu ke pasar dan pentingnya intervensi
pemerintah.
Peran penting konsep-konsep yang diajukan Max Weber, yaitu mengenai
peran dan pengaruh keagamaan atas semangat Kapitalisme pada individu-individu maupun
komunitas-komunitas masyarakat tidak bisa dinafikan dalam hal ini.
Begitu pentingnya peran Weber dalam transformasi kapitalisme, sehingga elaborasi lebih lanjut
bagi konsep Weber menjadi kemestian dan keharusan dalam makalah ini.
Pengertian dan Sejarah Kapitalisme

Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang menekankan peran kapital (modal), yakni
kekayaan dalam segala jenisnya, termasuk barang-barang yang digunakan dalam produksi
barang lainnya . Ebenstein menyebut kapitalisme sebagai sistem sosial yang menyeluruh, lebih
dari sekedar sistem perekonomian. Ia mengaitkan perkembangan kapitalisme sebagai bagian
dari gerakan individualisme. Sedangkan Hayek memandang kapitalisme sebagai perwujudan
liberalisme dalam ekonomi.
Dalam kapitalisme, pemerintah bisa turut ambil bagian untuk memastikan kelancaran dan
keberlangsungan kegiatan perekonomian yang berjalan, tetapi bisa juga pemerintah tidak ikut
campur dalam ekonomi.
Dalam perekonomian kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan
kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba
sebesar-besarnya. Semua orang bebas malakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan
bebas dengan berbagai cara.
Sistem kapitalisme, mulai berkembang di Inggris pada abad 18 M dan kemudian menyebar luas
ke kawasan Eropa Barat laut dan Amerika Utara. Risalah terkenal Adam Smith, yaitu The
Wealth of Nations (1776), diakui sebagai tonggak utama kapitalisme klasik yang
mengekspresikan gagasan "laissez faire"1) dalam ekonomi. Bertentangan sekali dengan
merkantilisme yaitu adanya intervensi pemerintah dalam urusan negara. Smith berpendapat
bahwa jalan yang terbaik untuk memperoleh kemakmuran adalah dengan membiarkan
individu-individu mengejar kepentingan-kepentingan mereka sendiri tanpa keterlibatan

1/4

Agama dan Semangat Kapitalisme


Minggu, 15 Agustus 2010 02:50

perusahaan-perusahaan negara
Awal abad 20 kapitalisme harus menghadapi berbagai tekanan dan ketegangan yang tidak
diperkirakan sebelumnya. Munculnya kerajaan-kerajaan industri yang cenderung menjadi
birokratis uniform dan terjadinya konsentrasinya pemilikan saham oleh segelintir individu
kapitalis memaksa pemerintah (Barat) mengintervensi mekanisme pasar melalui
kebijakan-kebijakan seperti undang-undang anti-monopoli, sistem perpajakan, dan jaminan
kesejahteraan. Fenomena intervensi negara terhadap sistem pasar dan meningkatnya
tanggungjawab pemerintah dalam masalah kesejahteraan sosial dan ekonomi merupakan
indikasi terjadinya transformasi kapitalisme. Transformasi ini, menurut Ebenstein, dilakukan
agar kapitalisme dapat menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan ekonomi dan sosial.
Lahirlah konsep negara kemakmuran (welfare state) yang oleh Ebenstein disebut sebagai
"perekonomian campuran" (mixed economy) yang mengkombinasikan inisiatif dan milik swasta
dengan tanggungjawab negara untuk kemakmuran sosial.

Calvinisme dan Kapitalisme


Tesis terkenal Max Weber, The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism pada intinya
membicarakan tentang etika dari suatu keyakinan religius dan semangat dari sebuah sistem
ekonomi dan terbangunnya hubungan antara jiwa dengan keseimbangan neraca. Dalam
konteks ini, kata kapitalisme atau semangat kapitalisme digunakan dalam pengertian yang
sangat partikular, yaitu mengenai struktur yang mengatur sikap masyarakat Barat, bukan hanya
ekonominya, tetapi juga sistem hukumnya, struktur politik, ilmu dan teknologi yang
terinstitusionalisasi dan seni.
Struktur yang mengatur masyarakat Barat Weber sebut sebagai rasionalitas. Rasionalitas ini
merembes ke semua bidang perilaku sosial, organisasi buruh dan manajemen serta ilmu-ilmu
kreatif, hukum dan ketertiban, filsafat dan seni, negara dan politik, dan bentuk-bentuk dominan
kehidupan privat. Rasionalitas ini didorong oleh perlawanan terhadap fitrah manusia yang
cenderung kepada pra-rasional dan magis. Akhirnya, dengan perlawanan ini, motif-motif dibalik
perilaku manusia imaji, pemujaan, magis dan tradisi- direformasi melalui jantung keyakinan
agama.
Inilah yang dimaksud Reformasi oleh Weber, kesimpulan yang dengannya dihubungkan teori
ekonomi dan doktrin agama, yang mana tesisnya dikembangkan dari pemahamannya tentang
Protestanisme, khususnya dari Calvinisme. Protestan, dalam ragam Calvinisnya
menganggap bahwa perilaku orang yang beriman sebagai individu tidak bisa dikenai sanksi
oleh otoritas spriritual eksternal, tapi hanya dikenai sanksi-batin dari hati nuraninya sendiri.
Perilaku kaum Protestan ini termanifestasikan dalam signifikansi religius kerja dalam sebuah
panggilan (calling). Atau dengan kata lain, agama dipandang sebagai sebuah orientasi
ideologis yang cenderung mengarahkan seseorang pada peran kerja/wirausaha, dimana
kemudian mereka memberikan sumbangan pada pertumbuhan ekonomi.
Dengan demikian, calvinisme tidak mengakuii skema mengenai etika sosial. Dipengaruhi
kenyataan bahwa "Tuhan telah memberikan janji-janji-Nya untuk kehidupan saat ini dan juga
kehidupan yang akan datang," Calvinisme menolak pencampuradukan masalah-masalah yang
berhubungan dengan negara dan dengan Tuhan.
Titik tolak Weber dalam mengemukakan tesisnya adalah sebuah survey statistik yang dilakukan

2/4

Agama dan Semangat Kapitalisme


Minggu, 15 Agustus 2010 02:50

pada 1900 oleh sosiolog Jerman Max Offenbacher, tentang kondisi ekonomi umat Katolik dan
Protestan di Grand Duchy of Baden yang dari segi agama merupakan campuran (60 persen
pemeluk Katolik). Offenbacher menemukan bahwa warga negara Protestan Grand Duchy
memiliki persentase aset modal yang sangat besar dan menduduki jabatan-jabatan pimpinan,
kualifikasi pendidikan, posisi akademis, dan pekerjaan-pekerjaan yang menuntut keterampilan.
Dari survey Max Offebacher lah, Weber termotimativasi untuk melakukan penyelidikan tentang
pengaruh etika religius kepada religius kerja dan semangat kapitalisme pada budaya-budaya
dan agama-agama yang lain, seperti Cina dan kekhalifahan Arab.
Kritik atas The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism Weber
Telaah Weber dalam Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, meski memiliki kontribusi bagi
transformasi kapitalisme, namun sulit terealisasi, jika unsur asketis Calvinis yang ditonjolkan
Weber tidak ada dalam suatu tradisi ataupun agama. Agama Budha, misalnya, membebaskan
manusia dari roda, dari lingkaran abadi kematian dan kelahiran kembali, melalui kontemplasi
dan penghancuran kehendak individu. Akibatnya ia merepresentasikan tipe asketisme yang
secara diametral bertentangan dengan Calvinis. Begitu pula dengan konsep Zakat dan
Sedekah dalam Islam, yang menjadi batas bagi kepemilikian individu, melalui distribusi harta
kepada fakir dan miskin sebagai bentuk keadilan sosial secara diametral bertentangan dengan
Calvinis.
Selain itu, Weber cenderung memperhatikan perbedaan sosio-ekonomi pada tesisnya pada
pihak yang berlawanan pada hubungan antara kondisi sosial dan dogma. Kecenderungan ini
dibawa sampai kepada tingkat pemahaman dimana perbedaan antara Timur dan Barat,
dibawah semua perbedaan iman, terutama merupakan masalah kelas.
Penutup
Etika Protestan dan semangat kapitalisme, merupakan sebuah tema yang mempertanyakan
bentuk hubungan agama dan semangat kapitalisme, apakah berlawanan atau saling
melengkapi? Weber, dalam hal ini, secara tidak langsung menjawab melalui tesisnya tersebut,
yang mana motivasi untuk merubah wacana dalam beragama sangat tergantung terhadap
individu-individu dalam suatu komunitas agama.
Meski tesis Weber masih sangat dibatasi oleh pandangannya terhadap perilaku Kristen
Katolik-Protestan, namun, wacana yang diajukan Weber pada akhirnya memiliki peran yang
sangat signifikan dalam transformasi kapitalisme itu sendiri yaitu pergeseran pandangan
kapitalisme mengenai peran motivasi agama dan budaya terhadap individu dalam kapitalisme
dari tidak ada menjadi ada.
Lalu M. Ariadi
(Aktivis IMSAK dan sekarang menempuh study Sekolah Pasca Serjana Universitas Islam
Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta)
Referensi
Bagus, L., Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta, 1996.
Ebenstein, W., Isme-Isme Dewasa Ini, (terjemahan), Erlangga, Jakarta, 1990.
Hayek, F.A., The Prinsiples of A Liberal Social Order, dalam Anthony de Crespigny and Jeremy
Cronin, Ideologies of Politics, Oxford University Press, London, 1978.
Weber, Max, Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, (Surabaya: Pustaka Promethea,

3/4

Agama dan Semangat Kapitalisme


Minggu, 15 Agustus 2010 02:50

2000).
Wrong, Dennis, Ed., Max Weber, Sebuah Khazanah, (Yogyakarta: Ikon Teralitera, 2003).

4/4

Anda mungkin juga menyukai