MENINGITIS
oleh:
Nita Eka Wijaya, S. Kep.
NIM 102311101097
LAPORAN PENDAHULUAN
MENINGITIS
Oleh: Nita Eka Wijaya, S. Kep.
A. Konsep Teori Penyakit
1. Pengertian
Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges, lapisan yang
tipis/encer yang mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang punggung,
disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang dapat terjadi secara
akut dan kronis (Harsono., 2003). Meningitis dibagi menjadi dua golongan
berdasarkan perubahan yang terjadi pada cairan otak yaitu meningitis serosa dan
meningitis purulenta. Meningitis serosa ditandai dengan jumlah sel dan protein
yang meninggi disertai cairan serebrospinal yang jernih. Penyebab yang paling
sering dijumpai adalah kuman Tuberculosis dan virus. Meningitis purulenta atau
meningitis bakteri adalah meningitis yang bersifat akut dan menghasilkan eksudat
berupa pus serta bukan disebabkan oleh bakteri spesifik maupun virus. Meningitis
Meningococcus merupakan meningitis purulenta yang paling sering terjadi.
Penularan kuman dapat terjadi secara kontak langsung dengan penderita dan
droplet infection yaitu terkena percikan ludah, dahak, ingus, cairan bersin dan
cairan tenggorok penderita. Saluran nafas merupakan port dentre utama pada
penularan penyakit ini. Bakteri-bakteri ini disebarkanpada orang lain melalui
pertukaran udara dari pernafasan dan sekresi-sekresi tenggorokan yang masuk
secara hematogen (melalui aliran darah) ke dalam cairan serebrospinal dan
memperbanyak diri didalamnya sehingga menimbulkan peradangan pada selaput
otak dan otak.
2. Etiologi
Penyebab
infeksi
ini
dapat
diklasifikasikan
atas:
Penumococcus,
tahun
dan
orang
dewasa: Meningococcus,
atau
tahi
burung
yang
kering.
Kriptokokus
ini
dapat
pemeriksaan
cairan
otak, antigen bakteri pada cairan otak, darah tepi, elektrolit darah,
biakan dan test kepekaan sumber infeksi, radiologik, pemeriksaan
EEG (Harsono., 2003).
4. Manifestasi Klinis
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke
tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh
mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu
tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan punggung dalam sikap
hiperekstensi.Kesadaran menurun. Tanda Kernigs dan Brudzinky positif.
(Harsono., 2003).
5. Tanda dan Gejala
Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta
virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam
yang tinggi, sakit
penderita merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran
serta penglihatan menjadi kurang jelas. Gejala pada bayi yang terkena meningitis,
biasanya menjadi sangat rewel, muncul bercak pada kulit, tangisan lebih keras dan
nadanya tinggi, demam ringan, badan terasa kaku, dan terjadi gangguan
kesadaran seperti tangannya membuat gerakan tidak beraturan. (Japardi, Iskandar.,
2002).
6. Patofisiologi
Meningitis pada umumnya sebagai akibatdari penyebaran penyakit di
organ atau jaringan tubuh yang lain. Virus/bakteri menyebar secara hematogen
sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia,
Bronchopneumonia dan Endokarditis. Penyebaran bakteri/virus dapat pula secara
perkontinuitatum dari peradangan organ ataujaringan yang ada di dekat selaput
otak, misalnya Abses otak, Otitis Media, Mastoiditis, Trombosis sinus kavernosus
dan Sinusitis. Penyebaran kuman bisa juga terjadi akibat trauma kepala dengan
fraktur terbuka atau komplikasi bedah otak.Invasi kuman-kuman ke dalam ruang
subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS (Cairan
Serebrospinal) dan sistem ventrikulus. Mula-mula pembuluh darah meningeal
yang kecil dan sedang mengalami hiperemi; dalam waktu yang sangat singkat
terjadi
penyebaran
sel-sel
leukosit
polimorfonuklear
ke
dalam
ruang
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi dan
rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan
pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot. Dagu tidak
dapat disentuhkan ke dada dan juga didapatkantahanan pada hiperekstensi dan
rotasi kepala.
b. Pemeriksaan Tanda Kernig
Pasien berbaring terlentang, tangan diangkat dan dilakukan fleksi pada sendi
panggul kemudian ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa
rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut
135 (kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha
biasanya diikuti rasa nyeri.
c. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I ( Brudzinski Leher)
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya dibawah
kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan fleksi kepala
dengan cepat kearah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzinski I positif (+) bila
pada pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada leher.
d.
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi panggul
(seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada
pemeriksaan terjadi fleksi involunter padasendi panggul dan lutut kontralateral.
8. Pemeriksaan Penunjang Meningitis
a. Pemeriksaan Pungsi Lumbal
Lumbal pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan
protein
cairan
cerebrospinal,
dengan
syarat
tidakditemukan
adanya
kasus dengangambaran CSF yang khas tapi gram stain negatif, dapat
dilakukan pemeriksaan latex aglutination test untuk antigen bakteri.
Sensitivitas dari test ini sekitar 50-100% dengan spesifisitas yang tinggi.
Bagaimanapun test yang negatif belum menyingkirkan diagnosa
meningitis yang disebabkan oleh meningococcus. Polymerase chain
reaction dapat digunakan untuk pemeriksaan DNA dari pasien dengan
meningitis meningococcus dengan sensitivitas dan spesifisitas.
9. Komplikasi
a. Hidrosefalus obstruktif;
b. Meningo Septicemia (mengingocemia);
c. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
bilateral);
SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone);
Efusi subdural;
Kejang;
Edema dan herniasi serebral;
Cerebral palsy;
Gangguan mental dan gangguan belajar;
Attention deficit disorder.
10. Pengobatan
Pengobatan biasanya diberikan antibiotik yang paling sesuai.
(1) Pinicilin G diberikan pada meningitis yang disebabkan oleh organisme
pneumoccocci, meningoccocci dan streptococci. Sedangkan pada
meningitis yan disebabka oleh organism microbaterium tuberculosis
diberikan streptomicyn, INH dan PAS.
(2) Gentamicyn diberikan pada meningitis yang disebabkan oleh organisme
klebsiella, Pseudomonas dan Proleus.
(3) Chlorampenikol diberikan pada meningitis yang disebabkan oleh
organisme haemofilus dan Influenza.
B. Clinical Pathway
C. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Biodata klien
2) Riwayat kesehatan yang lalu
a) Apakah pernah menderita penyait ISPA dan TBC?
b) Apakah pernah jatuh atau trauma kepala?
c) Pernahkah operasi daerah kepala?
3) Riwayat kesehatan sekarang
4) Aktivitas
Gejala: Perasaan tidak enak (malaise). Tanda: ataksia, kelumpuhan,
gerakan involunter.
5) Sirkulasi
Gejala: Adanya riwayat kardiopatologi seperti endokarditis dan PJK.
Tanda: tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat,
taikardi, disritmia.
6) Eliminasi, tanda: Inkontinensi dan atau retensi.
7) Makanan/cairan
Gejala: Kehilangan nafsu makan, sulit menelan. Tanda: anoreksia, muntah,
turgor kulit jelek dan membran mukosa kering.
(8) Higiene
Tanda: Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
9) Neurosensori
Gejala: Sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada persarafan yang terkena,
kehilangan sensasi, hiperalgesia, kejang, diplopia, fotofobia, ketulian dan
halusinasi penciuman. Tanda: letargi sampai kebingungan berat hingga
koma, delusi dan halusinasi, kehilangan memori, afasia, anisokor,
nistagmus, ptosis, kejang umum/lokal, hemiparese, tanda brudzinki positif
dan atau kernig positif, rigiditas nukal, babinski positif, reflek abdominal
menurun dan reflek kremastetik hilang pada laki-laki.
10) Nyeri/keamanan
Gejala: sakit kepala (berdenyut hebat, frontal). Tanda: gelisah, menangis.
11) Pernafasan
Gejala: riwayat infeksi sinus atau paru. Tanda: peningkatan kerja
pernafasan.
12) Pemeriksaan fisik (Head to Toe)
a. Kepala
Inspeksi: bentuk kepala oval, rambut kusam, sedikit pembengkakan
pada bagian kepala.
Palpasi: nyeri tekan pada bagian kepala.
b. Mata :
Inspeksi: ketika dilakukan pemeriksaan reaksi pupil menggunakan
senter klien memejamkan matanya dengan kuat, konjungtiva pucat,
warna sklera putih, terdapat lingkaran hitam disekitar mata.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan pada bagian mata.
c.
Hidung
Inspeksi: simetris kiri dan kanan, warna hidung sama dengan warna
kulit sekitar wajah.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan
d. Mulut
Inspeksi: mukosa bibir kering dan pucat, terdapat warna keputihputihan pada lidah, gusi warna merah muda, gigi kurang bersih.
Palpasi:
tidak
terdapat
nyeri
tekan
di
sekitar
mulut.
e. Telinga
Inspeksi: warna kulit sama dengan warna kulit disekitar, simetris
telinga kiri dengan yang kanan.
Palpasi: nyeri tekan disekitar telinga.
f.
leher
Inspeksi: warna kulit sama dengan warna kulit disekitar , tidak ada
pembesaran vena jugularis.
Palpasi: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, terdapat nyeri tekan
pada punggung leher.
g.
Ekstremitas atas
Dada
Inspeksi: warna kulit sama dengan warna kulit disekitar, tidak ada
pembengkakan.
Palpasi: nyeri tekan pada dada.
Perkusi: pekak.
Auskultasi: bunyi pernafasan rales (crekles).
i.
Abdomen
Inspeksi: warna kulit sama dengan warna kulit disekitar, bentuk
abdomen cekung.
Auskultasi: bunyi peristaltik usus 37x/menit
Palpasi : nyeri tekan di abdomen kiri atas
Perkusi: bunyi timpani
k. Ektremitas bawah
Inspeksi: ektremitas bawah simetris kiri dan kanan dan terdapat
pembengkakan pada bagian lutut dan pergelangan kaki, babinski
positif
Palpasi: nyeri tekan pada bagian lutut dan pergelangan kaki
2. Diagnosis keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
tidak adekuat;
Gangguan orientasi b.d defisit neurologis;
Defisit ADL b.d kelemahan.
Tujuan/Kriteria Hasil
Rencana Tindakan
1.
Hipertermia
NOC:
NIC :
Berhubungan dengan :
Thermoregulasi
- penyakit/ trauma
Setelah
dilakukan
tindakan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
keperawatan selama..pasien
menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
menunjukkan :
Yakinkan diet yang dimakan mengandung
Suhu tubuh dalam batas normal
dengan kriiteria hasil:
tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- peningkatan metabolisme
- aktivitas yang berlebih
- dehidrasi
DO/DS:
Suhu 36 37C
membuat
fowler
atau fowler
2.
Ketidakseimbangan
nutrisi NOC
NIC
kurang dari kebutuhan tubuh
nutrisi
terpenuhi 1) Kaji kemampuan pasien untuk makan,
berhubungan dengan anoreksia Kebutuhan
terpenuhi dan berat badan terkontrol
batuk dan mengatasi sekresi
dalam waktu 7 x 24 jam
Rasional : untuk memilihkan jenis makanan
Kriteria Hasil:
- Adanya peningkatan berat badan
sesuai dengan tujuan
-
mampu
mengidentifikasi
kebutuhan nutrisi
Tidak
ada
tanda-tanda
malnutrisi, dan tidak ada
penurunan berat badan yang
berarti
keefektifan
3.
untuk
NOC :
NIC :
Berhubungan dengan :
Electrolit
Mekanisme
melemah
balance
Fluid
DO/DS :
Berat badan meningkat
waktu yang singkat.
balance
pada Hydration
Kolaborasi
kecemasan.
Terbebas dari distensi vena obat: ....................................
jugularis,
Monitor berat badan
pemberian
Memelihara tekanan
vena Monitor elektrolit
sentral, tekanan kapiler paru, output
Monitor tanda dan gejala dari odema1) Kaji
jantung dan vital sign DBN
kemampuan pasien untuk makan, batuk dan
Terbebas dari
kelelahan, mengatasi sekresi
kecemasan atau bingung
Rasional : untuk memilihkan jenis makanan
dan mencegah aspirasi
2) Timbang BB sesuai indikasi
Rasional
:
Mengevaluasi
pemenuhan kebutuhan nutrisi
keefektifan
makan
Rasional : dapat meningkatkan pemasukan dan
menormalkan fungsi makan
4) berikan makan dalam jumlah kecil sering
dan teratur
Rasional : Meningkatkan toleransi pasien
terhadap makanan yang diberikan
5) Konsultasikan dengan ahli gizi
Rasional : sumber yang efektif
mengidentifikasi kebutuhan klien.
4.
Kurang
Pengetahuan
Berhubungan
dengan
keterbatasan
kognitif,
interpretasi terhadap informasi
yang
salah,
kurangnya
keinginan
untuk
mencari
informasi, tidak mengetahui
sumber-sumber informasi.
untuk
NOC:
NIC :
pengobatan
atau
NOC :
NIC :
Circulation status
Monitor TTV
Neurologic status
DO
selama
ketidakefektifan Monitor level kebingungan dan orientasi
perfusi jaringan cerebral teratasi
dengan kriteria hasil:
Monitor tonus otot pergerakan
- Kesulitan menelan
- Kelemahan
ekstrermitas
atau
stimulus
Monitor status cairan
6.
bicara
Nyeri
Kronisberhubungan NOC:
dengan ketidakmampuan fisikpsikososial kronis (metastase Comfort level
kanker,
injuri
neurologis, Pain control
artritis)
Pain level
DS:
Setelah
dilakukan
tindakan
- Kelelahan
keperawatan selama . nyeri kronis
pasien berkurang dengan kriteria
- Takut untuk injuri ulang
DO:
hasil:
- Atropi otot
- Gangguan aktifitas
- Anoreksia
NIC :
Pain Manajemen
- Monitor
kepuasan
manajemen nyeri
pasien
terhadap
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Volume
3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doenges, Marilynn E, dkk. 1993. Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman
Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Doenges, Marilynn E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC :
Jakarta, hal 569 595.
Harsono, 2003. Kapita Selekta Neurologi. Edisi Kedua, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Japardi, I, 2002. Patofisiologi Stroke Infark Akibat Tromboemboli. Bagian
Bedah FK-USU, Medan.
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Volume 2.
EGC: Jakarta.