Secara UMLIM, kebijakan makroekonomi didefinisikan sebagai kebijakan yang diambil olch
pemerintah untuk mengatasi berbagai masalah makroekonomi yang dihadapi oleh suatu perekonomian,
seperti pengangguran, inflasi , pertumbuhan ekonomi yang lamban, defisit neraca pembayaran (deficit
balance of Paymenf), dan lain sebagainya.
Dalam garis besarnya, kebijakan makroekonomi dapat dibedakan ke dalam empat macam kebijakan,
yaitu:
a. Kebijakan Fiskal
Adapun yang dimaksud dengan kebijakan fiskal (fiscal policy) atau disebut juga kebijakan
anggaran (budgetary policy) adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah melalui manipulasi
instrumen fiskal seperti pengeluaran pemerintah (G) dan/atau pajak (T) yang dittujukan untuk
mempengaruhi tingkat permintaan agregat di dalarn perekonomian. Kebijakan fiskal dapat dibedakan
ke dalarn kebijakan fiskal aktif atau diskresioner (discretionary fiscal policy) dan kebijakan fiskal
yang pasif atau nondiskresioner (nondiscretionary fiscalpolicy). Kebijakan fiskal diskresioner adalah
kebijakan dimana pemerintah melakukan perubahan tingkat pajak atau program-program
pengeluarannya, dan hal ini dapat bersifat ekspansif (expansionary fiscal policy) ataupun kontraktif
(contractionaryfiscal policy). Kebijakan fiskal ekspansif adalah kebijakan fiskal yang dilakukan
melalui peningkatan pengeluaran pemerintah (G dan/atau penurunan penerimaan pajak (T), dengan
tujuan untuk meningkatkan permintaan agregat di dalam perekonomian. Sedangkan kebijakan fiskal
yang kontraktif adalah kebijakan fiskal yang dilakukan melalui pengurangan pengeluaran pemerintah
(G) dan/atau peningkatan penerimaan pajak (T) dengan an tujuan untuk menurunkan tingkat
permintaan agregat di dalam perekoorman.
Di lain pihak, kebijakan fiskal nondiskresioner (nondiscretionary policy) atau disebut
juga penstabil otomatis atau melekat (automatix or builtin stabilizers) adalah segala
sesuatu yang menurunkan marginal propensity to spend dari pendapatan nasional, sehingga
mengurangi besarnya pengganda. Dengan perkataan lain, penstabil otomatis adalah segala
sesuatu yang cenderung meningkatkan defisit pemerintah (atau menurunkan surplus peme-
rintah) selama periode resesi, dan cenderung meningkatkan surplus pemerintah (atau
menurunkan defisit pemerintah) selama periode intlasi tanpa harus ada tindakan eksplisit
oleh para pembuat kebijakan (Samuelson and Nordhaus, 1992; dan McConnel and
Brue, 1990).
b. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter (monetary policy) adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah atau
otoritas moneter dengan menggunakan peubah jumlah uang beredar (money supply) dan
tingkat bunga (interest rates) untuk mempengaruhi tingkat permintaan agregat (aggregate
demand) dan mengurangi ketidakstabilan di dalam perekonomian. Dengan kebijakan
moneter, pemerintah juga dapat apat melakukan pengendalian terhadap jumlah uang
beredar, kredit dan sistem perbankan. Dalam, implementasinya, kebijakan moneter bisa
bersifat ekspansioner (expansionary monetary policy) yaitu kebijakan moneter yang
dilakukan melalui peningkatan uang beredar (Ms) dan/atau penurunan tingkat bunga
(i) dengan tujuan untuk meningkatkan permintaan agregat didalam perekonomian; ataupun
kontraksioner (contractionary monetary policy) yaitu kebijakan moneter yang dilakukan
melalui pengurangan jumlah uang beredar (Ms) dan/atau peningkatan tingkat bunga (i)
dengan tujuan untuk mengurangi permintaan agregat di dalam perekonomian.
Kebijakan moneter memiliki beberapa instrumen yaitu operasi pasar terbuka (open
market operation), cadangan wajib minimum (minimum reserve requirement), tingkat
diskonto (discount rate), pengendalian langsung (directcontrol), dan lain sebagainya.
c. Kebijakan Pendapatan
Kebijakan pendapatan (income policy) atau disebut kebijakan harga dan upah (price and
wage policy) adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mempengaruhi atau
mengendalikan tingkat kenaikan harga-harga, upah nominal, dan bentuk-bentuk pendapatan
lainnya. Contohnya : kebijakan upah minimum (minimum wages policy) (di Indonesia
UMR), kebijakan harga tertinggi (ceiling price policy) yang diterapkan untuk beberapa
jenis barang kebutuhan pokok, kebijakan harga dasar (floor price policy) (di
Indonesia
kebijakan harga dasar gabah), dan lain-lain.