OLEH
KELOMPOK TRAMED E
1. Muhyiddin
2. Faradila Khoirun Nisa Hakim
3. Dzaky Ahmada
4. Faradilla Elmi
5. Putu Ria Dharma Patni
6. Vini Fardila
7. Kadek Soga Prayaditya Putra
8. Putu Ayu Rila Ariasmi
9. Rian Segal Hidajat
10. Baiq Ria Raissa Fala
H1A 010002
H1A 010007
H1A 010011
H1A 010012
H1A 010016
H1A 010028
H1A 010033
H1A 010045
H1A 010056
H1A 009041
Analisa Resep 1
POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAM
Dr. Cantik
Mataram, 10 Juni 2013
R/ GG
No III
DMP
No III
Parasetamol
No III
Kotrimoksazol
No III
: Anita
Umur
: 3 tahun
A. Kelengkapan Resep
Superscirptio
Inscriptio
Lengkap/Tidak
Tidak
Benar (jelas)/Tidak
Tidak
Tempat dan
tanggal
penulisan resep
Simbol R/
Nama, umur,
alamat pasien
Lengkap
Benar
Lengkap
Tidak
Benar
Tidak
R/1
Tidak
Tidak
Nama, alamat,
nomor izin
praktek dokter
Keterangan
Tidak ada alamat,
nomor telepon klinik,
serta nomor ijin
praktek dokter atau
klinik praktek
Subscriptio
R/1
Tidak
Tidak
Signatura
R/1
Tidak
Tidak
Paraf/Tanda
tangan
Identitas
pasien
R/1
Lengkap
Benar
Lengkap
Tidak benar
B. Formula resep
1
Macam Formula
R/1
: Formula Magistralis
Khasiat/Fungsi
Mekanisme:
gol.
Ekspektoran,
meningkatkan volume dan mengurangi
kekentalan sputum yang terdapat di
trakhea
dan
bronki.
Dapat
meningkatkan reflek batuk dan
memudahkan untuk membuang sputum
Indikasi: Produksi sputum yang tidak
normal dan batuk.
Dextromethorpan
Parasetamol
Kotrimoksazol
produksi PG
Indikasi: Pengobatan nyeri ringan
sampai sedang seperti nyeri kepala,
mialgia,
nyeri
pascapersalinan,
analgesik tambahan pada terapi
antiinflamasi
Mekanisme Kerja: kombinasi dari
Trimetropin-sulfametoksazol, hambat
pembentuk asam folat pada bakteri.
Sulfometoksazol
:
menghambat
masuknya molekul PABA ke dalam
molekul Asam folat
Trimetropim : menghambat terjadinya
reaksi reduksi dari Asam dihidrofolat
menjadi Tetrahidrofolat.
Indikasi: infeksi bakteri
Ajuvan
Corrigensia
Constituent
C. Obat
1
Dosis Obat
a. Dosis obat dalam resep
R/1
GG
DMP
Parasetamol
Kotrimoksazol
- Trimetropin
- Sulfametoksazol
100 mg
15 mg
500 mg (lazim)
: 3 x 100 mg = 300 mg
: 3 x 15 mg = 45 mg
: 3 x 500 mg = 1500 mg
80 mg
400mg
: 3 x 80 mg
: 3 x 400mg
= 240 mg
= 1200 mg
GG
Dextromethorpan HBr
Paracetamol
Kotrimoksazol
:
:
:
:
50-100 mg/pemberian
6 12 mg/pemberian
130 200mg/pemberian
240 mg/ pemberian
Jadwal pemberian
Nama Obat
Interval
Waktu
Durasi
GG
3-4 x
sehari
Setiap 6 8
jam
DMP
34x
sehari
Setiap 6 8
jam
Parasetamol
34x
sehari
Setiap 6 8
jam
Kotrimoksazol
3-4 x
sehari
Setiap 6-8
jam
Keterangan
Seharusnya
diberikan 2 3 x
sehari setiap 8 12
jam dan diberikan
setelah makan
Interaksi obat
Pada R/1 dengan formula magistralis, jadwal pemberian kotrimoksazol dengan
obat lainnya berbeda, yaitu 2x/hari
Pemberian kotrimoksazol harus sampai habis sedangkan obat lainnya diberikan
saat timbul gejala, sehingga tidak dapat dijadikan satu.
E. Diagnosis
1. Rhinitis (common cold)
Anak-anak lebih sering mengalami rhinitis daripada dewasa dengan gejala
demam, sekret pada hidung encer dan jernih (lebih kental dan purulen jika terjadi
infeksi sekunder oleh bakteri), nyeri tenggorok, batuk, rewel, gangguan tidur,
penurunan nafsu makan.
2. Asma Bronkial
Kemungkinan terjadi asma bronchial yang disertai dengan infeksi pada saluran
pernapasan.
F. Kesimpulan dan saran
a
Kesimpulan
Peresepan belum rasional karena:
Dalam peresepan tidak dituliskan bentuk sediaan tablet yang akan
dilakukan puyer. Hal ini akan meyulitkan ketika terdapat lebih dari satu
bentuk sediaan dosis.
Penggunaan obat simtomatik dan pengobatan kausal sebaiknya tidak
dilakukan. Hal ini dikarenakan penggunaan obat causa (antibiotik)
diberikan hingga dosis yang diberikan habis. Tetapi untuk obat simtomatik
hanya diberikan ketika gejala timbul.
Obat yang jadwal pemberiannya tidak sama tidak baik jika diberikan
bersamaan.
Perintah penulisan peracikan obat seharusnya tanpa d.t.d sehingga bukan
dibuat sebanyak tapi dibuat menjadi.
b Saran Peresepan
Lembar perbaikan resep
POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAM
Jalan Pendidikan no 18, Ampenan
No. Telp. (0370) 626632
SIP No: 006/030/UP/DINKES
dr. Cantik
Mataram, 10 Juni 2013
R/ GG 100mg tab
No III
DMP 15 mg tab
No III
No III
Sacch. Lact.
q.s.
No III
q.s.
: Anita
Umur
: 3 tahun
BB
: 12 kg
Analisa Resep II
POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAM
dr. Ganteng
Mataram, 1 Juni 2013
R/ Demacolin tab
No X
3 dd I
Paraf
R/ Salbutamol 4 mg
No X
3 dd I
Paraf
R/ Captopril 25 mg
No XX
2 dd I
Paraf
Pro
: Tn. Aladin
Umur
: 40 tahun
Alamat : Perumnas
Susunan Resep
Superscirptio Nama, alamat,
nomor izin
praktek dokter
- Inscriptio
Jenis dan
jumlah
bahan obat
Subscriptio
cara
pembuatan
(nama dan
jumlah bentuk
sediaan
Lengkap/Tidak
Tidak Lengkap
Benar (jelas)/Tidak
Benar
Lengkap
Benar
Tempat dan
tanggal
penulisan resep
Simbol R/
Nama, umur,
alamat pasien
R/1
R/2
Lengkap
Lengkap
Benar
Tidak
Lengkap
Tidak lengkap
benar
Tidak
R/3
Tidak lengkap
Tidak
R/1
R/2
R/3
Keterangan
Tidak ada alamat,
nomor telepon klinik,
serta nomor ijin
praktek dokter atau
klinik praktek
Signatura
petunjuk
penggunaan
obat
Paraf/Tanda
tangan
R/1
Tidak Lengkap
Tidak benar
R/2
Tidak Lengkap
Tidak benar
R/3
Tidak Lengkap
Tidak benar
R/1
Lengkap
Benar
R/2
Lengkap
Benar
R/3
Lengkap
Benar
Seharusnya ditulis
S.3.d.d tab.1 p.c
Seharusnya ditulis
S.3.d.d tab. 1 p.c
Seharusnya ditulis
S.2.d.d tab. 1 a.c
Obat yang
pemakaiannya sama
dapat digabung dalam
satu R/ (Invocatio)
Obat yang
pemakaiannya sama
dapat digabung dalam
satu R/ (Invocatio)
B. Formula resep
R/1 : Formula Officinalis
R/2 : Formula Officinalis
R/3 : Formula Officinalis
C. Dosis Obat
Demacolin
Tiap tablet mengandung :
Parasetamol 500 mg, Pseudoefedrin HCI 7,5 mg, Klorfeniramin maleat 2 mg, Kofein 10 mg
Tiap sendok takar (5 ml) sirup mengandung :
Parasetamol 120 mg, Pseudoefedrin HCI 7,5 mg, Klorfeniramin maleat 1 mg
Farmakologi :
Bekerja sebagai anaigesik - antipiretik, antihistamin dan dekongestan hidung
Indikasi :
Untuk meringankan gejala flu seperti demam, sakit kepaia, hidung tersumbat dan bersin-bersin.
Kontraindikasi :
-
Perhatian :
-
Tidak boleh diberikan pada penderita yang peka terhadap obat simpatomimetik lain (missal
efedrin,fenilpropanolamin, fenilefrin), penderita tekanan darah tinggi berat, dan yang mendapat
Efek Samping :
Dosis :
Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun 1-2 tablet, 3-4 kali sehari
Anak-anak umur 6-12 tahun 1/2-1 tablet, 3-4 kali sehari.
Anak-anak 2 - 5 tahun 1 sendok takar (5 ml), 3 kali sehari.
Anak-anak 6-12 tahun 2 sendok takar (5 ml), 3 kali sehari.
Interaksi Obat :
Penggunaan bersama antidepresan tipe penghambat MAO dapat mengakibatkan krisis hipertensi.
Interaksi obat dalam resep: Tidak ada
Salbutamol Tablet 4 mg
Salbutamol adalah selective Beta-2 adrenoceptor agonist.
Indikasi :
asthma, bronkospasme, reversible airways obstruction.
Komposisi:
Setiap tab mengandung 4mg Salbutamol
Perhatian:
tidak untuk penderita DM, ibu menyusui
Kaptopril
antihipertensi (Angiotensin Converting Enzyme" (ACE) inhibitor
Dosis:
Kaptopril harus diberikan 1 jam sebelum makan, dosisnya sangat tergantung dari kebutuhan penderita
(individual).
Dewasa:
Hipertensi, dosis awal: 12,5 mg tiga kali sehari.
Bila setelah 2 minggu, penurunan tekanan darah masih belum memuaskan maka dosis dapat
ditingkatkan menjadi 25 mg tiga kali sehari. Bila setelah 2 minggu lagi, tekanan darah masih belum
terkontrol sebaiknya ditambahkan obat diuretik golongan tiazida misal hidroklorotiazida 25 mg setiap
hari.
Dosis diuretik mungkin dapat ditingkatkan pada interval satu sampai dua minggu. Maksimum dosis
kaptopril untuk hipertensi sehari tidak boleh lebih dari 450 mg.
Gagal jantung 12,5- 25 mg tiga kali sehari; diberikan bersama diuretik dan digitalis, dari awal terapi
harus dilakukan pengawasan medik secara ketat. Untuk penderita dengan gangguan fungsi ginjal dsiis
perlu dikurangi disesuaikan dengan klirens kreatinin penderita.
Perhatian:
Tidak untuk wanita hamil. Pemakaian obat pada kehamilan dapat menyebabkan gangguan/kelainan
organ pada fetus atau neonatus, bahkan dapat menyebabkan kematian fetus atau neonatus.
Pada kehamilan trimester ll dan lll dapat menimbulkan gangguan antara lain: hipotensi,
hipoplasiatengkorak neonatus, anuria, gagal ginjal reversible atau irreversible dan kematian.
Juga dapat terjadi oligohidramnios, deformasi kraniofasial, perkembangan paru hipoplasi, kelahiran
prematur, perkembangan retardasi-intrauteri, paten duktus arteriosus. Bayi dengan riwayat di mana
selama di dalam kandungan ibunya mendapat pengobatan penghambat ACE, harus diobservasi
intensif tentang kemungkinan terjadinya hipotensi, oligouria dan hiperkalemia.
Harus diberikan dengan hati-hati pada wanita menyusui.
Pemberian pada anak-anak masih belum diketahui keamanannya, sehingga obat ini hanya diberikan
bila tidak ada obat lain yang efektif.
Pemakaian pada lanjut usia harus hati-hati karena sensitivitasnya terhadap efek hipotensif.
Hati-hati pemberian pada penderita penyakit ginjal.
Pengobatan agar dihentikan bila terjadi gejala-gejala angiodema seperti bengkak mulut, mata, bibir,
lidah, laring juga sukar menelan, sukar bernafas dan serak.
Efek Samping:
Kaptopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 g sehari pada 0,5% penderita dan pada 1,2% penderita
dengan penyakit ginjal. Dapat tejadi sindroma nefrotik serta membran glomerulopati pada penderita
hipertensi. Karena proteinuria umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan pengobatan maka penderita
sebaiknya melakukan pemeriksaan protein urin sebelum dan setiap bulan selama 8 bulan pertama
pengobatan.
Neutropenia/agranulositosis terjadi kira-kira 0,4 % penderita. Efek samping ini terutama terjadi pada
penderita dengan gangguan fungsi ginjal. Neutropenia ini muncul dalam 1-3 bulan pengobatan,
pengobatan agar dihentkan sebelum penderita terkena penyakit infeksi. Pada penderita dengan resiko
tinggi harus dilakukan hitung leukosit sebelum pengobatan, setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama
pengobatan dan secara periodik. Pada penderita yang mengalami tanda-tanda infeksi akut (demam,
faringitis) pemberian kaptopril harus segera dihentikan karena merupakan petunjuk adanya
neutropenia.
Hipotensi dapat terjadi 1-1,5 jam setelah dosis pertama dan beberapa dosis berikutnya, tapi biasanya
tidak menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan rasa pusing yang ringan. Tetapi bila mengalami
kehilangan cairan, misalnya akibat pemberian diuretik, diet rendah garam, dialisis, muntah, diare,
dehidrasi maka hipotensi tersebut menjadi lebih berat. Maka pengobatan dengan kaptopril perlu
dilakukan pengawasan medik yang ketat, terutama pada penderita gagal jantung yang umumnya
mempunyai tensi yang nomal atau rendah. Hipotensi berat dapat diatasi dengan infus garam faal atau
dengan menurunkan dosis kaptopril atau diuretiknya.
Sering terjadi ruam dan pruritus, kadang-kadang terjadi demam dan eosinofilia. Efek tersebut
biasanya ringan dan menghilang beberapa hari setelah dosis diturunkan.
Teriadi perubahan rasa (taste alteration), yang biasanya terjadi dalam 3 bulan pertama dan
menghilang meskipun obat diteruskan. Retensi kalium ringan sering terjadi, terutama pada penderita
gangguan ginjal, sehingga perlu diuretik yang meretensi kalium seperti amilorida dan pemberiannya
harus dilakukan dengan hati-hati.
Interaksi Obat:
Alkohol, Obat anti inflamasi terutama indometasin, Suplemen potassium atau obat yang mengandung
potassium, Obat-obat berefek hipotensi.
Perbaikan resep
POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAM
Jalan Pendidikan no 18, Ampenan
No. Telp. (0370) 626632
SIP No: 006/030/UP/DINKES
a
R/
a
Pro
: Tn. Aladin
Umur : 40 tahun
Alamat : Jalan Anggrek Nomor 6 Perumnas
Mataram, 1/6-13
R/ Diaform tab no X
S 3 dd I
R/ Loperamid 4 mg no X
S 3 dd I
R/ Kotrimoksazol no X
S 3 dd I
Pro
Umur
Alamat
: Tn. Sugeng
: 16 tahun
: Unram
KELENGKAPAN RESEP
Superscriptio
Inscriptio
Nama, alamat,
nomor izin
klinik
Tempat dan
tanggal
penulisan
resep
Simbol R/
Nama, umur,
alamat pasien
R/1
R/2
Lengkap/
Tidak
Tidak
Lengkap
Benar
Keterangan
(jelas)/ tidak
Tidak
Tidak ada alamat, nomor telepon
klinik, serta nomor ijin praktek
dokter atau klinik praktek
Benar
Lengkap
Tidak
Benar
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Signatura
Paraf/Tanda
tangan
R/3
Tidak
Tidak
R/1
Tidak
Tidak
R/2
Tidak
R/3
Tidak
R/1
R/2
R/3
Tidak
Tidak
Tidak
ANALISA RESEP
Obat
1. Dosis Obat
Dosis obat dalam resep
R/1
Diaform no X
s. 3 da I
Pada resep tersebut seharusnya dicantumkan jumlah satuan berat obat yang digunakan
untuk mengetahui jumlah dosis pasti yang digunakan. Tetapi karena sediaannya hanya 1
yakni 550 mg kaolin dan 20 mg pectin, maka bisa dituliskan tanpa menyertakan jumlah
satuan berat obat. Dan juga harus dilengkapi s.p.r.n (jika perlu) yakni jika masih diare
tiap BAB. Dosis obat seharusnya untuk dewasa 2,5 tablet tiap diare maksimal 15 tablet
dalam 24 jam.
R/2
Loperamid no. X
s. 3 da I
Pada resep tersebut seharusnya dicantumkan jumlah satuan berat obat yang digunakan
untuk mengetahui jumlah dosis pasti yang digunakan. Dan juga harus dilengkapi s.p.r.n
(jika perlu) yakni jika masih diare tiap BAB.. Tetapi karena sediaannya hanya 1 yakni 2
mg, maka bisa dituliskan tanpa menyertakan jumlah satuan berat obat. Dosis obat
seharusnya : Diare akut dewasa awal 2 tablet diikut 1 tablet tiap BAB. Diare kronik awal
seperti diare akut. Diberikan sampai didapatkan fesesnya padat/hari. Maksimal 8 tablet
perhari.
R/3
Kotrimoksazol
s. 3 da I
Pada resep tersebut seharusnya dicantumkan jumlah satuan berat obat yang digunakan
untuk mengetahui jumlah dosis pasti yang digunakan karena ada dua bentuk sediaan non
forte sulfamethoxazole 400 mg, trimetoprim 80 mg, sedangkan table forte
sulfametoxazole 800 mg, trimetoprim 160 mg. Dosis dewasa dan anak > 12 tahun 2-3
tablet hari.
2. Jadwal pemberian
Nama Obat
Interval
Waktu
Durasi
Keterangan
Diaform
Tiap BAB
Maksimal 15 tablet
dalam 24 jam.
Loperamid
Tiap BAB
Maksimal 8 tablet
perhari
Kotrimoxazol
3x sehari
Setiap 8 jam
Diberikan segera
sesudah makan.
3. Interaksi obat
Pada obat antibiotik kotrimoxazol tidak memiliki interaksi dengan obat antidiare,
kombinasi ini sesuai karena antibiotik yang bertujuan menghambat bakteri dan
pengurangan jumlah keluarnya cairan dari dalam tubuh untuk mencegah terjadi dehidrasi.
Obat anti diare diaform bekerja sebagai absorben yang berfungsi menyerap cairan,
sedangkan loperamid bekerja dengan anti motilitas dan anti sekresi. Pada penggunaan
klinis, obat antidiare cukup hanya dengan satu saja, tidak efektif jika digunakan 2 obat
antidiare bersamaan.
PENULISAN RESEEP : dapat dpilih satu resep dibawah ini yakni loperamid dengan kotrimoxazol
atau diaform dengan kotrimoxazol.
POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAM
Alamat
Nomor Ijin Klinik
Alamat
Nomor Ijin Klinik
Dr. Yuyu
R/ Tab Loperamid no X
S.p.r.n t.d.d.d I
Dr. Yuyu
R/ Tab Diaform no X
S.p.r.n t.d.d I
paraf
paraf
Pro
Umur
Alamat
: Sugeng
: 16 tahun
: UNRAM
Pro
Umur
Alamat
: Sugeng
: 16 tahun
: UNRAM
Analisa Resep 4
A. Kelengkapan Resep
Lengkap/Tidak
Lengkap
Tidak Lengkap
Benar (jelas)/Tidak
Benar
Tidak Benar
Tempat dan
tanggal
penulisan resep
Simbol R/
Nama, umur,
alamat pasien
Lengkap
Benar
Lengkap
Lengkap
Benar
Tidak Benar
Inscription
R/1
R/2
Tidak Lengkap
Tidak Benar
Subscriptio
R/1
R/2
Tidak Lengkap
Tidak benar
Signatura
R/1
R/2
Tidak Lengkap
Tidak benar
Identitas dokter
Superscriptio Nama, alamat,
nomor izin
praktek dokter
Keterangan
Nomor telepon,
alamat lengkap dan
nomor ijin klinik tidak
dicantumkan
dilengkapi apakah
diminum a.c (ante
cuenam)atau p.c
(post cuenam)
Paraf/Tanda
tangan
Identitas
pasien
R/1
R/2
Lengkap
Benar
Lengkap
Tidak Benar
Paraf sudah
dicantumkan
Nomor rumah pasien
tidak dicantumkan dan
berat badan pasien
tidak dicantumkan
(anak kecil)
B. Formula resep
Macam Formula : R/1 merupakan resep formula marginalis dan R/2 merupakan resep
formula officinalis
1. Resep formula Magistralis yang kami anggap benar:
Remidium
Cardinale
Khasiat/Fungsi
Merupaka antibiotic
luas
golongan
spectrum
penisilin untuk
kulit,
dan
saluran
pernapasan
bawah
oleh Streptococcus
spp, S.
pneumoniae, Staphylococcus
spp, H.
influenzae., E.coli,
juga
bermanfaat
komplikasi
gonorrhoeae.
Ajuvan
Corrigensia
Constituent
2. Resep formula Officinalis
oleh N.
Paracetamol syr
Komposisi
: Paracetamol
Fungsi
: obat analgesik dan antipiretik yang populer dan
digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan,
serta demam.
Vitamin anak
Komposisi : vitamin B kompleks dan vitamin C
Fungsi :
Riboflavin (vitamin B2), berfungsi melindungi tubuh dari penyakit kanker, mencegah
migren serta katarak.
Niacin (vitamin B3), bermanfaat untuk melepaskan energi dari zat-zat nutrien,
membantu menurunkan kadar kolesterol, mengurangi depresi dan gangguan pada
persendian.
Pyridoxine (vitamin B6), membantu produksi sel darah merah dan meringankan
gejalahipertensi, asma serta PMS.
Biotin (vitamin B7), bermanfaat dalam proses pelepasan energi dari karbohidrat,
pembentukan kuku serta rambut.
Asam Folic (vitamin B9), membantu perkembangan janin, pengobatan anemia dan
pembentukan hemoglobin.
Cobalamine (vitamin B12), membantu merawat system syaraf dan pembentukan sel
darah merah
Vitamin C
Berperan penting dalam pemulihan keadaan tubuh setelah sakit, membantu
pertumbuhan, memperbaiki mood, dan mengendalikan kolesterol.
(Tidak ada)
(Tidak ada)
C. Obat
5 Dosis Obat
R/1
Dosis obat seharusnya (Amoksisilin)
Keterangan: * Rumus Young (anak 1-8 tahun)
n
DM
Da = n+12
Ket : Da
= dosis anak
n
DM
= umur anak
= dosis maksimum
Interaksi obat
Pada R/1 terdapat ketumpangtindihan, dimana dalam pembuatan obat puyer,
boleh dicampurkan dengan vitamin sebagai bahan penambah saja, namun
tidak boleh mencampurkan vitamin yang sifatnya oksidasi misalnya vitamin c
seperti pada resep diatas.
Bentuk sediaan obat
Bentuk sediaan obat yang dipilih
1. R/1
a. Spesifikasi : puyer
b. Keuntungan :
Penyerapan oleh gastrointestinal cukup baik
Dosis obat secara tepat sesuai kebutuhan
Dapat diberikan untuk anak-anak yang sukar menelan tablet atau kapsul
Lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada bentuk sediaan yang
dipadatkan
c. Kerugian
:
Rasa pahit yang tidak enak dan tidak dapat disembunyikan
Dapat terjadi interaksi obat dalam satu resep puyer.
Pencampuran obat dalam puyer menyulitkan penelusuran reaksi alergi.
d. Ketepatan pemilihan
Bentuk sediaan obat yang tepat diberikan untuk anak usia 5 tahun adalah
bentuk tablet atau kapsul, akan tetapi bentuk puyer lebih tepat diberikan
apabila anak mengalami kesulitan menelan.
2. R/2 & R/3
a. Spesifikasi
: sirup
b. Keuntungan :
rasa lebih enak
cocok diberikan untuk anak-anak yang sukar menelan
onset kerja cepat karena cepat diabsorpsi
c. Kerugian
:
bahan obat tidak stabil dalam penyimpanan yang lama
8
9
Analisis 5
Nama struktur
resep
Kop resep
Nama dokter
R/ (pertama)
Sub struktur
resep
Alamat lengkap
instansi, No Telp.
Nama dokter
BSO
dosis
Aturan pakai
R/ (Kedua)
BSO
Dosis
R/ (Ketiga)
Aturan pakai
BSO
Dosis
Aturan Pakai
Identitas
Alamat
Koreksi
Alamat lengkap instansi, no telp
Seharunya nama lengkap, sebaiknya
mencantumkan SIP
Sebelum nama obat di tulis BSO
Jika dimaksud merk dagang acublok
hanya tersedia satu sediaan tablet
150 mg.
Setelah 3 d.d. mencatumkan lambang
Tab diikuti jumlah I
Baik kapan saja, sehingga tidak perlu
dicantumkan . baik sebelum maupun
sesudah makan
BS0 (Tab) di cantumkan sebelum
nama obat
Tidak dicantumkan karena hanya satu
sediaan . Sediaan ini merupakan
kombinasi dari berbagai macam
vitamin dan mineral. Tidak ada aturan
tertentu, dosis dapat dinaikkan sesuai
kebutuhan.
Tidak ada aturan tertentu
BS0 (Tab) di cantumkan sebelum
nama obat
POLIKLINIK UNIVERSITAS
MATARAM
Dr. Putra
2013
Mataram,6 Juni
R/ Tab Antasida no X
S t.d.d.d tab I
paraf
R/ Tab Caviplex no X
S u.d.d I
paraf
R/ Tab Metoclopramid no X
S t.d.d I a.c
paraf
Pro
: Cucuk
Umur : 18 tahun
Alamat : (alamat lengkap)
Skenario
1. Seorang ibu hamil, 30 tahun datang memeriksakan kehamilannya yang kedua di Puskesmas. Saat
ini kehamilannya memasuki usia 4 bulan. Ibu tersebut mengeluh, dalam 1 minggu terakhir ini
sering sakit kepala. Dari pemeriksaan fisik ditemukan TD 160/100, N: 86x/menit, P: 24x/menit,
edema tungkai (-). Sejak mengetahui dirinya hamil pasien rajin memeriksakan kandungannya,
pada ANC sebelumnya TD ibu tersebut selalu normal. Keluhan yang sama tidak dirasakannya
pada kehamilan pertama. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium, ditemukan proteinuria
(+)., glukosa urine (-), oleh dokter yang merawatnya, pasien ini diberikan obat antihipertensi dan
analgetik.
Analisis:
1. Keluhan utama:
a. Ibu hamil 4 bulan sakit kepala
2. Pemeriksaan tanda vital:
a. Tekanan darah : 160/100 mengalami kenaikan dan termasuk hipertensi grade 2
b. Nadi : 86x/menit masih dalam batas normal
c. Pernapasan : 24x/menit meningkat, mungkin akibat kehamilannya
d. Suhu: masih belum diketahui
3. Pemeriksaan
a. Edema tungkai (-)
4. Pemeriksaan laboratorium :
a. Proteinuria (+)
b. Glukosa urine (-)
5. Diagnosa:
Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia
6. Tujuan pengobatan:
- Menurunkan tekanan darah dengan obat antihipertensi yang aman untuk ibu hamil
- Pemberian analgesik untuk meredakan nyeri kepala
Golongan obat yang bisa diberikan:
POSR
Obat antihipertensi:
- golongan diuretika
- golongan simpatolitik
- golongan calcium chanel blockers
- golongan ACE-inhibitor
- golongan ARB (angiotensin II receptor blocker)
- vasodilator
Obat analgesik
Obat antihipertensi
Golongan obat
Efikasi (keuntungan)
D
Diuretik
Suitability (kecocokan)
Safety(keamanan)
Indikasi
Efek samping
perifer
Hipertensi
ringan-
Hipokalemia,
sedang
dengan
mengganggu
diabetes, hiperuricemia,
ginjal normal
kejang
meningkatkan
Kontraindikasi:
kontrol
Belum
otot,
rasio
LDL/HDL (Thiazide)
diketahui
(tiazid
dapat menyebabkan
hiperglikemi karena
mengurangi sekresi
insulin).
ACEI
Menghambat
pembentukan
angiotensin
angiostensi
II
mampu
Indikasi
menjadi
sehingga
menurunkan
resistensi perifer TD
Tidak terjadi refleks takikardi,
diduga karena penyesuaian
kembali
baroreseptor
peningkatan
atau
aktivitas
parasimpatis.
Penghambatan
perubahan
Angiotensin
menjadi
Angiotensin
II
sehingga
terjadi
vasodilatasi
dan
sedangkan
berkurangnya
aldosteron
pembentukan
Efek samping
Hipertensi
ringan,
sedang, berat.
Gagal jantung
Disfungsi
kiri
ventrikel
Nefropati
diabetes
akibat
batuk
kering,
nyeri
Merupakan
obat
first line untuk
pasien
pasien
dengan
DM
(Terutama
diindikasikan untuk
hipertensi
pada
pasien diabetes)
Kontraindikasi
Bersifat teratogenik
sehingga
dikontraindikasikan
untuk ibu hamil
trombositopenia,
kepala,
hipoglikemi
edema
abdomen,
nyeri
hipotensi,
DM
dan
akan
memperlambat
perkembangan
dan
progresifitas
diabetik
glomerulopati.
dapat
memperbaiki
Simpatolitik
mikroalbuminuria.
Mengurangi aktivitas saraf
pembuluh
Indikadi
Hipertensi
darah
Efek samping
Sedasi,
mulut
bradikardi,
Kontraindikasi
gangguan
pergerakan,
hiperprolaktinemia,
perifer
Calcium
Menghambat
masuknya
Channel
Blockers
terjadi
vasokonstriksi pembuluh
Indikasi
Hipertensi
perifer
oleh
angiotensin
II,
perangsangan reseptor .
Juga ke otot miokard
menurun
dapat
miokard
Gagal jantung
Blokade jantung
Tidak
boleh
dikombinasi
dengan
beta
blockers
memperbaiki
Menghambat
angiostensi
efek
II
sehingga
mengakibatkan vasodilatasi,
Meningkatkan
retensi
garam dan air di ginjal,
menurunkan
plasma,
dan
hipertropi sel.
Sub
tipe
volume
Indikasi:
hipertensi
hipertensi
pada
DM tipe 2 dgn
nefropati
mengurangi
Kontraindikasi
reseptor
bradikardi,
konstipasi
dan
(terutama
Kontraindikasi:
mikroalbuminuria
ARB
hipotensi
asma bronchial.
yang
disebabkan
kontraktilitas
kering,
Efek samping:
Biasanya ringan
hiperkalemi,
pusing,
angioedema,
jaringan
vaskuler
dan
dan
sel-sel
Vasodilator
aldosteron.
Sedangkan
AT2
banyak
ditemukan
pada
medul
mikroalbuminuria
vasodilatasi
langsung
Indikasi:
Efek samping
Takikardi, angina pektoris,
digunakan
pada hipertensi
yang resisten
dan
kasus
kegawatdarura
tan terutama
pada
kehamilan
menurunkan
retensi
air,
Kontaindikasi:
mual-muntah
hipotensi
mualyang
berkepanjangan (diazoxid)
Skoring
Golongan Obat
Diuretik
ACEI
Simpatolitik
Efikasi
60
70
80
80
60
70
Suitability
60
70
80
80
60
70
Safety
70
10
60
90
60
70
Efikasi
Suitability
Safety
Obat
Nifedipin
Indikasi:
Efek samping:
Pengobatan
dan
pencegaha
jantung
insufisiensi
koroner
(terutama
kurang.
takikardi,
kepala,
sakit
edema
Merupakan antihipertensi
perifer, pemberian
jantung)
terhadap
lebih
Kontraindikasi:
pertimbangan yang
bermakna
pada
dan
sebagai
terapi
wanita
Verapamil
Hipersensitifitas
terhadap
hati-hati.
nifedipin
dan berat.
Efek vasodilatasi dan efek
Indikasi:
Efek samping:
Hipertensi
pusing,
sakit
Kontraindikasi:
kepala,
edema,
bradikardi
sinoatrial),
sick
sinus
Efek samping:
ke jantung
pusing,
sakit
hipertensi
kepala,
edema,
Kontraindikasi:
bradikardi
2-3 (kecuali
memakai
kehamilan,
dan
menyusui.
Skoring
Golongan obat
Nifedipin
Verapamil
Diltiazem
Efikasi
80
70
70
Suitability
80
70
70
Safety
80
60
20
Jadi obat anti hipertensi yang digunakan untuk ibu hamil tersebut adalah nifedipin bentuk sediaan
tablet dengan dosis 10 mg diminum tiga kali sehari setelah makan.
Analgetik non opioid: Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada
enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator
nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini
adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim
COX pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator
Golongan
Obat
Analgesik
opioid
Efficacy
Safety
Suitability
Depresi
pernafasan
Hipotensi
Analgesic
non opioid
Pemilihan golongan obatnya yaitu golongan analgetik non opioid karena dapat mengurangi
mediator nyeri dan relative aman pada ibu hamil, serta tidak menimbulkan efek
ketergantungan.
Pemilihan Obat
Obat
Aspirin/ salisilat
Paracetamol/
Acetaminophen
Efficacy
mengurangi
produksi
prostaglandin
tromboksan,
aspirin juga dapat
mencegah
penggumpalan
darah
dan
bertindak sebagai
sebuah
antikoagulan.
Daya
kerja
antipiretik
dan
analgetik
dari
pada
Aspirin
diperkuat
oleh
pengaruh
langsung terhadap
susunan
saraf
pusat.
menghambat
prostaglandin
Safety
Sindrom
reye,
gangguan
ginjal,
mengantuk,
sakit
kepala,
gangguan
lambung, nyeri ulu
hati
Suitability
Cost
KI:
ulkus Rp
lambung
dan
duodenum,
penderita yang
sedang
terapi
dengan
antikoagulan,
penderita
hemofolia dan
trombositopenia
Kadang-kadang
KI:
Penderita Rp
timbul peningkatan gangguan fungsi
Indometachin
Meclofenamate
Ibuprofen
nyeri
KI:
abdomen,diare,
Ibu hamil
pendarahan saluran
cerna, pancreatitis,
nyeri kepala
Diare,
KI:
gangguan ginjal
hipermagnesemia
(pada
pasien
insufisiensi ginjal).
KI : pada pasien
yang menderita
polip
hidung
,angioedema,
dan reaktivitas
bronkospastik
Rp
Phenylbutazone
(Butazolidin)
Piroxicam
(Feldene)
analgesik
dan
antipiretik. Obat
ini menghambat
prostaglandin dan
dengan kadar 400
mg atau lebih
digunakan dimana
rasa nyeri dan
inflamasi
merupakan gejala
utama
untuk pengobatan
artristis
rmatoid,dan
berbagai kelainan
otot rangka.obat
ini
mempunya
efek
antiinflamasi
yang
kuat.
terhadap
aspirin
agranulositosis,
KKI
:
Udem,
anemia
dekompensasi
aplastik,anemia
jantung, ulkus
hemolitik,dan
lambung,
nekrosis
tubulus riwayat
ginjal.
diskrasia darah,
anak
berusia
kurang dari 14
tahun, kerusakan
ginjal dan hati,
hipersensitif
terhadap
Fenilbutazon.
Penderita
dengan
hipertensi,
penyakit
jantung,
penyakit ginjal,
dan gangguan
fungsi
hati
sehubungan
dengan sifatnya
yang
menyebabkan
retensi air dan
natrium
struktur
tinitus
,nyeri
baru.waktu
kepala,dan rash
paruhnya panjang
untuk pengobatan
artristis
KI:
Penderita
yang
hipersensitif
terhadap
piroksikam dan
rmatoid,dan
berbagai
kelainan
rangka
Diclofenac
(Voltaren)
otot
penghambat
siklooksigenase
yang kuat dengan
efek
antiinflamasi,anal
getik,
dan
antipiretik.
waktu
parunya
pendek.
dianjurkan untuk
pengobatan
artristis
rmatoid,dan
berbagai kelainan
otot rangka
penderita yang
mengalami
urtikaria,
angioderma,
bronkospasme,
rinitis berat dan
syok
akibat
Antiinflamasi
Nonsteroid
Agent
distres saluran cerna, KI:
Penderita
perdarahan
yang
saluran
cerna,dan hipersensitif
tukak lambung
terhadap
diklofenak atau
yang menderita
asma, urtikaria
atau alergi pada
pemberian
aspirin
atau
NSAIA
lain
Penderita
tukak lambung.
Efficacy
70
90
Savety
60
100
Suitability
70
90
Cost
90
90
70
80
75
85
80
70
75
80
70
70
80
70
85
80
90
80
80
80
80
85
75
80
70
80
R/ Nifedipin 10 mg
No XXX
S t.d.d 1 tab pc
R/Parasetamol 500 mg
No XX
S p.r.n t.d.d 1 tab pc
Seorang laki-laki 40 tahun dating berobat ke praktek dokter swasta dengan keluhan lapar,
haus dan sering kencing sejak 1 bulan terakhir. Hasil anamnesis, pasien memiliki riwayat DM
dalam keluarganya. Setelah dilakukan pemeriksaan Didapatkan tekanan darah pasien
170/100, N: 80 x/menit, dan P: 20x/menit, TB 160 cm, BB 90 kg. oleh dokter yang
memeriksanya, pasien kemudian dirujuk ke laboratorium untuk memeriksa gula darahnya.
Gula darah yang diminta oleh dokter adalah gula darah puasa pasien dan 2 jam setelah
makan. Dari hasil lab ditemukan GDP : 200 mg/dl, GD 2 jam PP 20 mg/dl, kolesterol total
250 mg/dl, TG 300 mg/dl, HDL 30 mg/dl, dokter kemudian meresepkan obat 2 macam
antidiabetik oral, antihipertensi dan obat hiperkolesterol golongan HMG CoA reduktase
Inhibitor.
Diagnosis DM menurut ADA
Dan menurut Cholesterol Education Program: Panduan terapi Untuk orang dewasa
(2001)
Ideal (mg/dl)
Kolesterol Total
Kolesterol LDL
Kolesterol HDL
Laki-laki
Perempuan
Trigliserida
Tinggi (mg/dl)
<200
<130
Perbatasan Tinggi
(mg/dl)
200 239
130 159
>40
> 50
<120
120 199
>200
>240
> 160
>60
Analisis Skenario
Golongan Obat
Antidiabetik oral
Tujuan Pemberian
Digunakan untuk menurunkan kadar glukosa
darah pasien,
Antihipertensi
Obat yang digunakan untuk menurunkan
tekanan darah pasien, dengan mekanisme
mengurangi
volume
darah(diuretic),
mengurangi tahanan vascular tepi, menghambat
fungsi
jantung,
dan
meningkatkan
pembendungan darah vena di vena di
pembuluh-pembuluh
vena
kapasitan(Simpatoplegik),
mendilatasi
pembuluh darah resisten dan meningkatkan
kapasitan(vasodilator), mengurangi tahanan
vascular perifer dan volume darah secara
potensial dengan menghambat produksi dan
kerja angiostensin.
Obat hiperkolesterol golongan HMG CoA Menurunkan
kadar
trigliserida
plasma,
reduktase Inhibitor
kemampuan menurunkan trigliserida plasma
pada level sedang, sedikit memiliki efek
menaikan kadar HDL.
Mekanisme kerja
Meningkatkan Pelepasan insulin di pancreas
Mekanisme sebernarnya belum diketahui,
menurunkan kadar gula darah tidak bergantung
pada sel yang berfungsi, hipotesis mengenai
Tiazolidinedion
Inhibitor -glukosidase
dan Glibenklamid
Obat hiperkolesterol golongan HMG CoA reduktase Inhibitor : Simvastatin, sediaan dosis 5,
10, 20 mg)
Seorang mahasiswa berumur 18 tahun datang ke poliklinik UNRAM dengan keluhan nyeri
ulu hati yang dialami sejak kemarin. Mahasiswa tersebut juga merasa mual dan ingin muntah.
Sejak kuliah dia memang sudah sering mengalami keluhan yang sama, namun beberapa hari
terakhir keluhan memberat. Dari anamnesa dokter diketahui belakangan ini ia memang sangat
sibuk dengan tugas kuliah sehingga merasa stress dan sering telat makan. Dokter memberikan
obat berupa antasida yang dikombinasi dengan simetikon, obat anti mntah dan H2 bloker.
A. Permasalahan
Nyeri ulu hati
Disertai rasa mual dan ingin muntah
Keluhan telah dirasakan sejak awal kuliah
Sangat sibuk dengan tugas kuliah
Dipengaruhi faktor pskologi (stress) dan sering telat makan
B. Diagnosa Kerja
Stress dan kebiasan terlambat makan akan berpotensi meningkatkan sekresi asam
lambung sehingga menimbulkan keluhan seperti nyeri ulu hati, mual dan muntah.
C. Tujuan Terapi
Menekan produksi asam lambung.
D. Golongan Obat dan Nama Obat
1. Antasida
Pada umumnya antasida berisi kombinasi Aluminium Hidroksida dan Magnesium
hidroksida, bekerja dengan cara menetralkan asam lambung dan menginaktifkan
pepsin sehingga rasa nyeri ulu hati akibat iritasi oleh asam lambung dan pepsin
berkurang.
Antasida dapat diindikasikan unuk mengurangi gejala-gejala yang berhubungan
dengan kelebihan asam lambung, gastritis, tukak lambung, tukak pada duodenum
dengan gejala-gejala seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati, kembung dan
perasaan penuh pada lambung.
Efek samping yang umum adalah sembelit, diare, mual, muntah dan gejala-gejala
tersebut akan hilang bila pemakaian obat dihentikan. Pemberian bersama Simetidin
atau Tetrasiklin dapat mengurangi absorpsi obat tersebut.
2. Simetikon
Menyebabkan perubahan tekanan pada gelembung gas, menyebabkan buih
gelembung kollaps, dan mencegah timbulnya gas pada sistem gastrointestinal.
Diindikasikan pada kembung dan rasa kurang nyaman pada perut karena kelebihan
gas, distensi perut dan dyspepsia sebagai zat anti busa pada radiografi dan endoskopi
saluran pencernaan. Kontraindikasi pada hipersensitifitas terhadap simetikon,
perforasi dan obstruksi usus. Efek samping : diare, mual, muntah, sakit kepala.
Sediaan tablet 80mg & 125mg, kapsul : 125mg dan 180mg, tablet kunyah : 80mg dan
125mg, suspensi oral 20mg/0.3mL dan 40mg/0.6mL.
Dosis :
Dewasa : 40-360 mg peroral setiap 6 jam sehari, setelah makan dan sebelum tidur,
dosis tidak boleh lebih dari 500 mg/hari
Anak-anak : <2 tahun : 20 mg (0.3 mL) peroral setiap 6 jam sehari, setelah makan dan
sebelum tidur, dosis tidak boleh lebih dari 120 mg/hari
2-12 tahun : 40 mg (0.6 mL) peroral setiap 6 jam sehari, setelah makan dan sebelum
tidur, dosis tidak boleh lebih dari 240 mg/hari
>12 tahun : 40-360 mg peroral setiap 6 jam sehari, setelah makan dan sebelum tidur,
dosis tidak boleh lebih dari 500 mg/hari
3. Antasid Combos
Merupakan kombinasi antasida dan simetikon. Antasida bekerja dengan cara
menetralisir asam lambung, meningkatkan pH lambung. Penambahan simetikon
berfungsi untuk mengurangi efek samping antasida dengan cara mengurangi produksi
gas yang ada di saluran pencernaan.
4. Penghambat Sekresi asam lambung
Zat penghambat sekresi asam dapat dibagi dalam beberapa kelompok menurut
mekanisme kerjanya, yaitu:
a. Antagonis reseptor H2/ARH2
Obat-obat ini menempati reseptor histamine-H2 secara selektif di permukaan sel
parietal, sehingga sekresi asam lambung dan pepsin akan berkurang. Efektivitas
ARH2 pada penyembuhan tukak lambung dang usus dengan terapi kombinasi
melebihi 80%. ARH2 paling efektif untuk pengobatan tukak duodeni yang khusus
berkaitan dengan masalah hiperasiditas. Pada terapi tukak lambung, obat ini
kurang tinggi efektivitasnya. Simetidin, ranitidin, dan nizatadin (Naxidine) dapat
melintasi plasenta dan mencapai air susu, sehingga tidak boleh digunakan oleh
wanita hamil, tidak pula oleh ibu-ibu yang menyusui. Famotidine dan roksatidin
belum memiliki cukup data.
b. Penghambat pompa proton (PPI)
Obat-bat ini mengurangi sekresi asam (yang normal dibuat) dengan cara
menghambat enzim H+/K+-ATPase secara selektif dalam sel-sel parietal.
Kerjanya panjang akibat kumulasi di sel-sel tersebut. Kadar penghambatan asam
tergantung dari dosis dan pada umumnya lebih kuat daripada ARH2.
c. Antikolinergik
Obat-obat ini menghambat kegiatan muskarinik dari asetilkolin, yang dalam
saluran cerna berefek menekan sekresi getah lambung dna motilitasnya
(peristaltik). Namun, penggunaan obat ini juga dapat menimbulkan efek
antikolinergik lain, seperti mulut kering dan gangguan fungsi jantung, mata,
ginjal, dan otot polos. Efek tersebut telah membatasi penggunaan antikolinergik
klasik, seperti atropine dan propantelin. Penggunaan secara ilmiah mengenai
efektivitasnya pada terapi tukak belum terbukti, sehingga kini jarang digunakan
lagi.
d. Analog Prostaglandin-E1
Misoprostol (Cytotec) menghambat sel parietal secara langsung. Obat ini juga
melindungi mukosa dengan cara menstimulasi produksi mucus dan bikarbonat.
Maka ditambahkan pada terapi dengan NSAIDs.
5. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antiemetik dapat dibedakan menjadi:
a. Antikolinergik
Obat-obatan ini efektif dalam segala jenis muntah, dan banyak digunakan pada
mabuk
darat
dan
mual
kehamilan.
Efektifitasnya
berdasarkan
sifat
Efficacy
Safety
Suitability
Dosis
Cost
Skor
Cara kerja :
menetralisir asam
Indikasi : antasida
untuk mengatasi
510 mL 4
kali sehari
Botol
60
150 ml
(mghidroksi
da
200mg,
alhidroksi
da 200225mg,
simetiko
n 25mg
per tab/5
ml susp)
lambung,
meningkatkan pH
lambung, serta efek
simetikon yang
mengurangi gas
pada lambung.
T : puasa= 20-60
menit
1 jam setelah
makan = sampai 3
jam
hiperasiditas
(kelebihan asam)
yang menyertai
tukak lambung
gastritis esofagus
atau hiatus hernia
dengan gejala
perasaan panas,
perih di ulu hati,
menghilangkan
kembung.
KI: hipersensitif
terhadap obat
tersebut
(setelah
makan dan
sebelum
tidur) atau
jika
dibutuhkan
; Anakanak: <5th
5 mL 3 kali
sehari,
>5th
seperti
dewasa
susp.
Rp.
27.500
,-;
botol
50 tab
Rp,24.200
Actal
plus (Alhidroksi
da
200mg,
Mghidroksi
da
150mg,
simetiko
n 25mg)
Cara kerja:
menetralkan asam
lambung dan
menginaktifkan
pepsin sehingga
rasa nyeri ulu hati
akibat iritasi oleh
asam lambung dan
pepsin berkurang.
Di samping itu efek
laksatif dari
Magnesium
hidroksida akan
mengurangi efek
konstipasi dari
Aluminium
Hidroksida, serta
efek simetikon
menyebabkan
perubahan tekanan
pada gelembung
gas yang
menyebabkan
kembung.
I: mengurangi
gejala
berhubungann
dengan kelebihan
asam lambung,
gastritis, tukak
lambung, tukak
usus 12 jari, dengan
gejala mual, nyeri
lambung, dan nyeri
ulu hati dan
perasaan penuh
pada lambung
KI: penderita
dengan gangguan
fungsi ginjal parah,
karena dapat
menimbulkan
hipermagnesia
Dewasa:
sehari 3-4x
1-2 tablet,
anak-anak
6-12th
sehari 3-4x
-1 tablet.
Diminum 1
jam
sebelum
atau 2 jam
setelah
makan dan
menjelang
tidur,
sebaiknya
tablet
dikunyah
dahulu.
Dus
3x10
tab
Rp.
13.500
,-
2. Antagonis reseptor H2
80
Nama Obat
Simetidin
Eficacy
Bekerja dengan
menghambar
Suitability
Indikasi:
Terapi dan
Safety
ES: diare
Cost
Gastritis: 1 dd
sementara, nyeri
800mg setelah
otot, pusing,
makan malam
reseptor H2 di
profilaksis
lambung, SSP
dan pembuluh
darah. Seluruh
sekresi asam
baik alamiah
maupun yang
disebabkan oleh
rangsangan
makanan, insulin
atau kafein.
Produksi pepsin
dan seluruh
getah lambung
berkurang,
pHnya dapat
meningkat
sampai pH 6-7.
Ulkus peptikum
duodenum
GERD ringan-
impotensi dan
2 dd 400 mg
ginekomasti
pada wktu
sedang
Sindroma
(penggunaan
makan dan
jangka lama),
sebelum tidur
memperpanjang
selama 4
waktu
minggu dan
perombakan
maksimum 8
obat karena
minggu
merintangi
Dosis
enzim oksidatif
pemeliharaan:
hati.
400mg malam
ZollingerEllison
T singkat,
hanya 2 jam.
Melintasi barrier
darah-otak.
Dalam hati hanya
25%
bulan
dibiotransformasi
4-6 dd 200mg
menjadi
IV
sulfoksidanya,
Skor: 80
yang bersama
sisanya yang
tidak diubah
diekskresikan
terutama melalui
ginjal. Guna
menghambat
resorpsinya dari
usus agar supaya
efeknya bertahan
lama, tabet harus
ditelan waktu
Ranitidin
Memiliki daya
makan.
Indikasi
ES: mirip
1 dd 300mg
penghambat
Gastritis, tukak
simetidin tapi
sesudah makan
lambung dan
tidak
malam, selama
daripada
digunakan
menimbulkan
4-8 minggu
simetidin tetapi
sebagai terapi
ginekomasti
Profilaktif: 1 dd
lebih lemah
tambahan pada
(karena tidak
150mg, IV 50
daripada PPI.
pengguna
bersifat
mg sekali
Resorpsi cepat
prednisone untuk
antiandrogen)
Skor: 90
menghindari
dan efek-efek
dipengaruhi
keluhan lambung
psikis (perasaan
makanan.
kalut)
Eksresinya
melalui kemih
terutama dalam
Famotidin
keadaan utuh.
Farmakokinetik
Indikasi:
Menyerupai ES
Esophagitis: 2
menyerupai
Esophagitis,
ranitidin
dd 20-40 mg
ranitidin. Daya
tukak lambung-
Tukak lambung-
penekanan
duodenum
duodenum 1 dd
sekresi lebih
40 mg malam
kuat daripada
ranitidin. Plasma
4-8 minggu
t 3 jam
Profilaksis: 1 dd
20 mg
Roxatidin
Plasma t 6-7
Skor: 80
Esophagitis: 2
jam
dd 75 mg
(garam asetatHCl) selama 6-8
minggu
Tukak lambungduodenum 1 dd
150 mg malam
hari selama 4-6
minggu
Profilaksis: 1 dd
75 mg malam
hari.
Skor: 80
Penulisan Resep:
Resep yang diberikan berupa kombinasi antasida-simetikon untuk mengatasi gejala akut dan
ARH2 untuk profilaksis. Ranitidine dipilih karena penyerapannya tidak dipengaruhi oleh
makanan, sehingga efek obat akan tetap optimal meski pasien memiliki riwayat makan yang
tidak teratur.
POLIKLINIK UNIVERSITAS MATARAM
Jalan Pendidikan no 18, Ampenan
No. Telp. (0370) 626632
SIP No: 006/030/UP/DINKES
dr. Cantik
Mataram, 1 Juli 2013
R/
no. XII
Ranitidin 150 mg
no. XX
1 dd I tab p.c**
Paraf
Pro
: Nn. X
Umur : 18 tahun
Alamat: Jalan langko no.12 Dasan Agung
* : tandai : bila perlu 3x sehari masing-masing 2 tablet, berikan 1 jam sebelum makan
**: tandai: 1x sehari masing-masing 1 tablet, berikan setelah makan
4. Seorang anak laki-laki, umur 4 tahun , dibawa ke Puskesmas dengan batuk pilek dan
demam sejak kemarin. Pasien mempunyai riwayat sakit asma yang sering kambuh jika
batuk pilek. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan: suhu 38,5 C, ronchi basah (+) dikedua
lapang paru, wheezing positif. Dokter kemudian memberikan penatalaksanaan berupa
mukolitik dan ekspetoran, analgetik dan bronkolitik, serta antibiotik.
Resep:
NAMA DOKTER
ALAMAT
SIP
s.t.t.d Cth I
R/ Eliksir Tusapres Sandoz 60 ml
s.t.t.d Cth I
R/ SIrup Bodrexin Demam 60 ml
s.t.t.d Cth I
R/ Sirup Chloramex Actavis 60 ml
s.t.t.d Cth I
Catatan:
Nama :
Umur:
Alamat:
bronkik, mucus sputum berlebihan. Efek samping: mual, muntah nyeri epigastrium.
Sediaan 60 mL (Rp 18.000)
3. Kandungan Sirup Bodrexin demam:Parasetamol. Indikasi: menurunkan demam,
termasuk pasca demam imunisasi, meredakan nyeri misalnya sakit kepala, sakit gigi.
Kontraindikasi: gangguan fungsi ginjal dan hati. Efek samping:kerusakan hati.
Sediaan sirup (rasa jeruk) 120 mg/5 mL x 60 mL x 1 (Rp4.545)
4. Kandungan Sirup Chloramex Actavis: Kloramfenikol 60 ml. Indikasi: demam tifoid
dan paratifoid, infeksi berat disebabkan oleh karena Salmonela sp, H influenza,
riketsia. Pemberian obat: berikan pada saat perut kosong 1 jam sebelum atau 2 jam
sesudah makan. Kontraindikasi: gangguan fungsi hati dan ginjal berat. Efek samping;
depresi sumsum tulang, anemia aplastik, ruam kulit, urtikaria. Interaksi obat:
dikumarol, fenitoin, tolbutamid, fenobarbital. Sediaan Kapsul 250 mg x 500 (Rp
175.000). 500 mg x 100 (Rp 110.000). Sirup 125 mg/4 mL x 60 mL x 1 (Rp 11.000).
a. Keluhan
demam: 38,5oC
batuk berdahak dan pilek
b. Diagnosis
ISPA
c. Tujuan Pengobatan
Meminimalisasi atau menghilangkan keluhan demam, serta batuk dan
pilek.
Keluhan ini juga dihilangkan untuk mencegah terjadinya sesak pada anak
tersebut, karena pada riwayat dahulu anak tersebut mengalami sesak jika
batuk dan pilek.
Keluhan diminimalisasi atau dihilangkan dengan menggunakan obat yang
mempunyai efek samping sedikit atau tidak ada.
d. Pemilihan Obat Sesuai Tujuan Terapi
Antipiretik : berfungsi sebagai penurun demam
Mukolitik : berfungsi sebagai memecah ikatan disulfida pada mukus
Ekspektoran : berfungsi sebagai obat yang dapat merangsang
hidung tersumbat
Salbutamol : berfungsi untuk meringankan obstruksi saluran napas yang
reversibel.
Antipiret
ik
Mukoliti
k
Parasetamol
Dosis : 1- 5 th 120250 mg diulangi
tiap 4-6 jam
(maksimum 4 kali
dosis dalam 24 jam)
Sediaan : 60
ml/botol dengan
120 mg/5ml sirup
Ibuprofen
3-7 th : 100-125 mg
3-4 kali sehari
Ambroksol
Dosis :
Sirupusia 2-6
tahun 3 kali sehari
sendok takar
Sediaan : 60
ml/botol dengan 15
mg / 5 ml
Kemanjuran
(Efficacy)
Cara kerja :
menghambat
enzim COX 3
Keamanan (Safety)
Kecocokan (Suitability)
Indikasi : pireksia
Peringatan : gangguan
fungsi hati, ggangguan
fungsi ginjal,
ketergantungan alcohol,
Cara kerja :
NSAID
Indikasi : menurunkan
demam pada anak anak
Peringatan : ibu menyusui
Kontaindikasi :
Mengencerkan
secret saluran
Efek samping
napas dengan
memecah
- reaksi intoleran pernah
benangdilaporkan tetapi jarang
benang
terjadi
mukoprotein
dan
- Efek samping ringan pada
mukopolisakar
saluran cerna pernah
ida dari
dilaporkan
sputum.
- Reaksi alergi, seperti reaksi
pada kulit, pembengkakan
wajah, dispnea, demam, tapi
jarang terjadi.
Indikasi : Sebagai
sekretolitik pada gangguan
saluran nafas akut dan
kronis, khususnya pad
aeksaserbasi bronkhitis
kronis dan bronkhitis
asmatik dan asma
bronkhial.
Peringatan : ambroksol
hanya digunakan selama
kehamilan terutama
trimester I, dan menyusui
jika benar-benar dibutuh
ambroksol tidak boleh
digunakan dalam jangka
waktu yang lama
Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap
ambroksol
Asetilsistein
Dosis : Nebulasi
1 ampul 1-2 kali
sehari selama 5 -10
hari
Menurunkan
viskositas
sekret paru
pada pasien
radang paru.
Indikasi:- terapi
hipersekresi mukus kental
dan tebal pad saluran
pernafasan
Peringatan: pasien yang
sulit mengeluarkan sekret,
penderita asma bronkial,
berbahaya untuk pasien
asma bronkial akut
Cost
Kontraindiks: hipersensitif
terhadap N-asetilsistein
Bromheksin
Dosis
Mengencerkan
secret saluran
napas dengan
memecah
benangbenang
mukoprotein
dan
mukopolisakar
ida dari
sputum.
Efek Samping
Dapat terjadi mual dan diare,
gangguan pencernaan, rasa
penuh diperut tapi niasanya
ringan.
Pernah dilaporkan terjadi sakit
kepala, vertigo, berkeringat
banyak, dan gangguan kulit juga
dapat terjadi peningkatan
transaminase.
Erdostein
Dosis :
- anak-anak 15-19
kg, 175mg 2x
sehari
Peringatan: hamil,
menyusui, DM.
Kontraindikasi :
hipersensitif terhadap
erdostein, pasien sirosis
hati dan kekurangan enzim
crystathioninmine
sintetase, fenil ketonuria,
pasien gagal ginjal
(dengan kreatin klerens <
25 ml/min)
Karbosistein
Indikasi : mukolitik,
pembasah pada afeksi
saluran nafas akut dan
kronis
Indikasi : mengurangi
Dosis : anak-anak 2
-5 tahun 62,5 125
mg, 4 x sehari
Ekspekt
oran
Amonium Klorida
Gliseril Guaikolat
Sehari 3 kali -1
tablet.
Dekong
estan
Efedrin
hidroklorida 1-2
tetes tiap lubang
hidung samapai 3-4
kali per hari jika
dibutuhkan.
Dianjurkan bila
kekuatan tidak
disebutkan tetes 0,5
%.
viskositas sputum
Kontraindikasi: ulkus
peptik aktif
Cara kerja
secara umum :
Diduga
menstimulasi
mukosa
lambung dan
selanjutnya
secara
refleks melalui
N. Vagus
merangsang
sekresi
kelenjar pada
saluran
napas
menurunkan
viskositas dan
mempermuda
h pengeluaran
dahak
Mekanisme
kerja
sebenarnya
belum jelas
Cara Kerja :
merupakan
zat
simpatomi
metik yang
bekerja
pada
reseptor
adrenergic
pada
mukosa
hidung
menyebabk
an
vasokontrik
si,
menciutkan
mukosa
yang
membengk
ak, dan
Umumnya digunakan
dalam bentuk kombinasi
dengan ekspektoran
lain, mukolitik atau
antitusif
Efek samping :
Indikasi : Obstruksi
saluran napas yang
reversibel
Kontraindikasi :
hipertiroideisme, DM,
Penyakit jantung iskemik,
Hipertensi, gangguan
ginjal, lansia, interaksi
dengan penghambat MAO.
Sistemik
(oral) :
Pseudoefedri
n,
Pseudoefedri
n sustainedrelease.
Dosis : oral :
anak 2-5 th =
15 mg tiap 4-6
jam
Sirup 2-5 th ;
2,5 ml 3 kali
sehari
Salbutam
ol
Sediaan : 2 mg,
4 mg. dosis 1-2
mg 3-4 kali
sehari per oral.
memperbai
ki ventilasi.
Cara Kerja :
SDA
Dekongestan
oral memiliki
onset kerja
lebih lambat
dibandingkan
dengan obat
topical tetapi
bekerjalebih
lama dan
kurang
menyebabkan
iritasi lokal.
Cara Kerja :
Agonis
adrenosept
or beta 2
kerja
pendek
Kontraindikasi :
hipertiroideisme, DM,
Penyakit jantung iskemik,
Hipertensi, gangguan
ginjal, lansia, interaksi
dengan penghambat MAO.
Kontraindikasi :
Hipersensitivitas.
Interaksi Obat : Beta
bloker seperti propanolol
menghambat efek
selbutamol.
Scoring
Golongan obat
Keamanan
(Safety)
70
0
Keamanan
(Safety)
60
Kecocokan
(Suitability)
70
0
Kecocokan
(Suitability)
70
Total Skor
Ambroksol
Kemanjuran
(Efficacy)
70
0
Kemanjuran
(Efficacy)
70
Asetilsistein
Parasetamol
Ibuprofen
Golongan obat
210
0
Total Skor
200
Bromheksin
70
40
70
180
Erdostein
60
60
70
190
Karbosistein
60
50
70
180
Golongan obat
Kemanjuran
(Efficacy)
Keamanan
(Safety)
Kecocokan
(Suitability)
Total Skor
Kemanjuran
(Efficacy)
70
Keamanan
(Safety)
60
Kecocokan
(Suitability)
70
Total Skor
60
60
70
190
Kemanjuran
(Efficacy)
70
Keamanan
(Safety)
60
Kecocokan
(Suitability)
70
Total Skor
Amonium
Klorida
Gliseril Guaikolat
Golongan obat
Efedrin
hidroklorida
Pseudoefedrin
Golongan obat
Salbutamol
200
200
Obat yang dipilih adalah Paracetamol sirup, Ambroksol sirup, Gliseril Guaiakolat, Efredrin
tetes, Salbutamol.
Resep:
dr. Aya
SIP No: 300/010030/UP/DINKES
Praktek:Jl. Pemuda I Mataram,
Telp 0370 655555
----------------------------------------------------------------------------Mataram, 28 Juni 2013
R/ Syr Paracetamol ml 60 lag I
S.p.r.n.q.d.d. Cth I
Paraf
R/ Syr Ambroksol ml 60 lag I
S.t.d.d. Cth p.c.
Paraf
R/ Tab Gliseril Guayakolat mg 50
Sacch. Lact. q.s.
m.f.l.a. pulv d.t.d. no. XV
s.t.d.d. pulv I
Paraf
R/ Gtt nasal Efredrin lag I
s.p.r.n.t.d.d. gtt nasal II OD & OS
Paraf
R/ Tab Salbutamol mg 2
4. Balita, 16 bulan dibawa ke puskemas dengan keluhan utama BAB encer. BAB encer
sudah terjadi sejak tadi malam disertai muntah. Dari anamnesis diketahui dengan lender
dan bau amis. Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum agak lemah, mata sedikit
cekung, bibir kering, turgor lambat.
Analisa Kasus
Dari gejala diskenario, didapatkan bahwa pasien mengalami dehidrasi ringan/sedang. Hal ini
di diperoleh melalui kriteria :
Terdapat dua atau lebih tanda-tanda berikut:
Untuk penanganannya, tatalaksana menurut manajemen terpadu balita sehat 2008 berupa :
Beri cairan & makanan sesuai Rencana Terapi B (termasuk pemberian tablet Zinc)
Jika anak juga mempunyai klasifikasi berat lainnya:
o Rujuk SEGERA ke Rumah Sakit
o Jika masih bisa minum berikan ASI dan oralit selama perjalanan
Nasihati kapan segera kembali
Kunjungan 5 hari jika tidak ada perbaikan
Penulisan Resep
Sediaan oralit yang tersedia perbungkusnya disiapkan untuk membuat sekitar 200 ml. Maka
dengan umur pasien 16 bulan, maka jumlah oralit yang harus diresepkan yaitu 900 ml/200 ml
x 1 bungkus +6 bungkus = 10,5 bungkus atau 11 bungkus. Diajarkan pada ibu cara
menggunakan oralit, yaitu :
Minumkan sedikit-sedikit dari gelas/mangkok/cangkir
Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian lanjutkan pemberian oralit
Berikan ASI sebanyak yang bayi mau
Selain itu, pemberian zinc juga perlu diberikan pada penderita, dengan :
Dosis tablet zinc (1 tablet = 20 mg). Berikan dosis tunggal selama 10 hari:
o Umur 2-6 bulan
o Umur 6 bulan
: 0,5 tablet
: 1 tablet
Maka, dengan umur pasien yang 16 bulan, zinc yang diperlukan sebanyak 10 tablet selama 10
hari.
no.XI
s.u.c
----------------------------------------paraf
R/ Tab Zinc 20 mg
no.X
s.u.d.d.tab.1.p.c.
----------------------------------------paraf
Nama : Bayi X
Umur : 16 bulan
Alamat : Cakra
BB : 10 kg
DAFTAR PUSTAKA
Boxtel, C.J., et al. 2001. Drug benefits and Risk. Willey: New York
Brunton, et al, 2006. Goodman&Gilmans The Pharmacological Basis of Therapeutics, 11th
edition, Mc-Graw Hill: New York
Depkes RI. 2008. Pelayanan Kefarmasian Untuk Penyakit Malaria. Available at :
ebooks.lib.unair.ac.id/files/.../22/adln--departemen-1093-1-12034255-s.pdf
Dipiro, JT et al. 2002, Pharmacoterapy a Pathophysiologic Approach, Mc Graw Hill, New
York
FKUI. 2008. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Departemen Farmakologi dan Terapeutik
Fakultas kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
ISFI, 2009, ISO Indonesia, PT.ISFI Penerbitan, Jakarta
Katzung, Bertram G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik, Edisi IV. EGC: Jakarta
Kumar, Cotran, Robins. 2007. Buku Ajar: Patologi, edisi 7, volume 2. EGC: Jakarta
Neal MJ, 2002, Medical Pharmaclogy at a glance, Black-well science, UK.
Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. EGC: Jakarta
Rang, H.P., et al.2003. Pharmacology fifth Ed. Churchill Livingstone
Suyono, Slamet, dkk. 2010. Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke empat. Balai penerbit
FKUI. Jakarta