Anda di halaman 1dari 13

BAB II

KEHAMILAN RISIKO TINGGI

A. Definisi Kehamilan Risiko Tinggi


Kehamilan Risiko Tinggi adalah salah satu kehamilan yang di dalamnya
kehidupanatau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat gangguan kehamilan yang
kebetulan atau unik.. (Irene M. Bobak, add all, 1998)
B. Macam-macam kehamilan risiko tinggi
Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut berbeda-beda,
namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan kasus-kasus risiko tinggi.
1. Menurut Poedji Rochyati dkk. Mengemukakan kriteria KRT sebagai berikut:
a. Risiko
Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk
terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa
mendatang, seperti kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau
ketidak puasan (5K) pada ibu dan bayi.
Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebutSKOR.Digunakan
angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk
membedakan risiko yang rendah, risiko menengah, risiko tinggi. Berdasarkan
jumlah skor kehamilan dibagi tiga kelompok:
1) Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2 Kehamilan tanpa
masalah / faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh
persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat.
2) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10 Kehamilan dengan
satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang
memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya,
memiliki risiko kegawatan tetapi tidak darurat.
3) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor 12 Kehamilan
dengan faktor risiko:
a) Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi
jiwa ibu dan atau banyinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan
tindakan segera untuk penanganan adekuat dalam upaya menyelamatkan
nyawa ibu dan bayinya.

b) Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya
meningkat, yang membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh
dokter Spesialis. (Poedji Rochjati, 2003).
Data statistik memperlihatkan kenyataan bahwa kehamilan yang sehat
mencapai persentase 85%. Selebihnya merupakan porsi kehamilan beresiko, 10%
kehamilan beresiko tinggi dan 5% kehamilan dengan resiko sangat tinggi.
b. Batasan Faktor Risiko / Masalah
1) Ada Potensi Gawat Obstetri / APGO (kehamilan yang perlu diwaspadai)
a) Primi muda
Ibu hamil pertama pada umur 20 tahun, rahim dan panggul belum
tumbuh mencapai ukuran dewasa.Akibatnya diragukan keselamatan dan
kesehatan janin dalam kandungan.Selain itu mental ibu belum cukup
dewasa. Bahaya yang mungkin terjadi antara lain: bayi lahir belum cukup
umur dan perdarahan bisa terjadi sebelum atau sesudah bayi lahir.
b) Primi tua
Seorang wanita yang telah mencapai usia 35 tahun atau lebih pada saat
hami pertama. Pada usia tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu dan
organ kandungan yang menua, jalan lahir juga tambah kaku.
Adakemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi
persalinan macet dan perdarahan.
c) Anak terkecil < 2 tahun
Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2
tahun. Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat sehingga
dapat menyebabkan terjadinya penyulit seperti keguguran, anemia,
gangguan kekuatan kontraksi, kelainan letak dan posisi janin. Ada
kemungkinan ibu masih menyusui.Selain itu anak masih butuh asuhan dan
perhatian orang tuanya.
d) Primi tua sekunder
Ibu hamil dengan persalinan terakhir 10 tahun yang lalu. Ibu dalam
kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang
pertama lagi.Bahaya yang dapat terjadi seperti persalinan dapat berjalan
tidak lancer dan perdarahan pasca persalinan.
e) Grande multi

Ibu pernah hamil / melahirkan 4 kali atau lebih. Karena ibu sering
melahirkan maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan:
(1) Kesehatan terganggu
(2) Kekendoran pada dinding perut
(3) Tampak ibu dengan perut menggantung
(4) Kekendoran dinding rahim
Bahaya yang dapat terjadi:
(1)
(2)
(3)
(4)

Kelainan letak, persalinan letak lintang


Robekan rahim pada kelainan letak lintang
Persalinan lama
Perdarahan pasca persalinan (Poedji Rochjati, 2003).
Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali

atau lebih hidup atau mati. (Rustam M. 1998)


Pada grandemultipara bisa menyebabkan:
(1) Solusio plasenta
(2) Plasenta previa (F Garry C add all. 2001)
f) Umur 35 tahun atau lebih
Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, dimana pada usia tersebut
terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak
lentur lagi. Selain itu ada kecenderungan didapatkan penyakit lain dalam
tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi:
(1) Tekanan darah tinggi dan pre-eklamsia
(2) Ketuban pecah dini
(3) Persalinan tidak lancar / macet
(4) Perdarahan setelah bayi lahir (Poedji Rochjati, 2003).
g) Tinggi badan 145 cm atau kurang
Terdapat tiga batasan pada kelompok risiko ini:
(1) Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus. Luas
panggul ibu dan besar kepala janin mungkin tidak proporsional,dalam
hal ini ada dua kemungkinan yang terjadi:
(a) Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin /
kepala tidak besar.
(b) Panggul ukuran normal tetapi anaknya besar / kepala besar

(2) Ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi lahir cukup bulan tetapi
mati dalam waktu (umur bayi) 7 hari atau kurang.
(3) Ibu hamil kehamilan sebelumnya belum penah melahirkan cukup
bulan, dan berat badan lahir rendah < 2500 gram. Bahaya yang dapat
terjadi: persalinan berjalan tidak lancar, bayi sukar lahir, dalam
bahaya. Kebutuhan pertolongan medik : persalinan operasi sesar.
(Poedji Rochjati, 2003).
h) Riwayat obstetric jelek (ROJ)
Dapat terjadi pada ibu hamil dengan:
(1) Kehamilan kedua, dimana kehamilan yang pertama mengalami:
(a) Keguguran
(b) Lahir belum cukup bulan
(c) Lahir mati
(d) Lahir hidup lalu mati umur 7 hari
(2) Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami
keguguran 2 kali
(3) Kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam
kandungan
Bahaya yang dapat terjadi:
(1) Kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi, dengan tandatanda pengeluaran buah kehamilan sebelum waktunya, keluar darah,
perut kencang.
(2) Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan, misalnya:
Diabetes mellitus, radang saluran kencing, dll. (Poedji Rochjati, 2003).
i) Persalinan yang lalu dengan tindakan
Persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa atau pervaginam:
(1) Tindakan dengan cunam / forcep / vakum. Bahaya yang dapat terjadi:
(a) Robekan / perlukaan jalan lahir
(b) Perdarahan pasca persalinan
(2) Uri manual, yaitu: tindakan pengeluaran plasenta dari rongga rahim
dengan menggunakan tangan. Tindakan ini dilakukan pada keadaan
bila:
(a) Ditunggu setengah jam uri tidak dapat lahir sendiri
(b) Setelah bayi lahir serta uri belum lahir terjadi perdarahan banyak >
500 cc

Bahaya yang dapat terjadi yaitu radang, bila tangan penolong tidak
steril
Perforasi, bila jari si penolong menembus Rahim Perdarahan
(3) Ibu diberi infus / tranfusi pada persalinan lalu. Persalinan yang lalu
mengalami perdarahan pasca persalinan yang banyak lebih dari 500 cc,
sehingga ibu menjadi syok dan membutuhkan infus, serta transfusi
darah. (Poedji Rochjati, 2003).
j) Bekas operasi sesar
Ibu hamil, pada persalinan yang lalu dilakukan operasi sesar. Oleh
karena itu pada dinding rahim ibu terdapat cacat bekas luka
operasi. Bahaya pada robekan rahim : kematian janin dan kematian ibu,
perdarahan dan infeksi.(Poedji Rochjati, 2003).
2) Ada Gawat Obstetri / AGO(tanda bahaya pada saat kehamilan,
persalinan, dan nifas)
a) Penyakit pada ibu hamil
(1) Anemia (kurang darah)
Keluhan yang dirasakan ibu hamil:
(a) Lemah badan, lesu, lekas lelah
(b) Mata berkunang-kunang
(c) Jantung berdebar
Dari inspeksi didapatkan keadaan ibu hamil:
(a) Pucat pada muka
(b) Pucat pada kelopak mata, lidah dan telapak tangan.
Dari hasil Laboratorium:Kadar Hb < 11 gr%
Pengaruh anemia pada kehamilan:
(a) Menurunkan daya tahan ibu hamil, sehingga ibu mudah sakit
(b) Menghambat pertumbuhan janin, sehingga janin lahir dengan berat
badan lahir rendah
(c) Persalinan premature
Bahaya yang dapat terjadi bila terjadi anemia berat (Hb < 6 gr%):
(a) Kematian janin mati

(b) Persalinan prematur, pada kehamilan < 37 minggu


(c) Persalinan lama
(d) Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar
Hemoglobin di bawah 11 g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5
g% pada trimester 2. Bila kadar hemoglobin lebih rendah dari 6 g/dL,
maka dapat timbul komplikasi yang signifikan pada ibu dan janin.
Kadar hemoglobin serendah itu tidak dapat mencukupi kebutuhan
oksigen pada janin dan ibu sehingga dapat menyebabkan hipoksia.
Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu
pada persalinan sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan. Juga bagi
hasil konsepsi, anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang
baik, seperti: kematian mudigah, kematian perinatal, prematuritas,
dapat terjadi cacat bawaan dan cadangan besi kurang.
(2) Malaria
Keluhan yang dirasakan ibu hamil, adalah:
(a) Panas tinggi
(b) Menggigil, keluar keringat
(c) Sakit kepala
(d) Muntah-muntah
Bila penyakit malaria ini disertai dengan panas yang tinggi dan
anemia, maka akan mengganggu ibu hamil dan kehamilannya.Bahaya
yang dapat terjadi:
(a) Abortus
(b) IUFD
(c) Persalinan premature. (Poedji Rochjati, 2003).
(3) Tuberculosa paru
Keluhan yang dirasakan aeperti batuk lama tak sembuh-sembuh,
tidak nafsu makan, badan lemah dan batuk darah.Penyakit ini tidak
secara langsung berpengaruh pada janin. Janin baru tertular setelah
dilahirkan. Jika TBC berat dapat menurunkan fisik ibu, tenaga, dan

ASI ikut berkurang. Bahaya yang dapat terjadi adalah keguguran, bayi
lahir belum cukup umur, dan janin mati dalam kandungan.
(4) Payah jantung
Keluhan yang dirasakan:
(a) Sesak napas
(b) Jantung berdebar
(c) Dada terasa berat, kadang-kadang nyeri
(d) Nadi cepat
(e) Kaki bengkak
Bahaya yang dapat terjadi:
(a) Payah jantung bertambah berat
(b) Kelahiran premature
(c) Dalam persalinan:BBLR, bayi dapat lahir mati. (Poedji Rochjati,
2003).
Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan
dan janin dalam kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan
sianosis, hasil konsepsi dapat menderita pula dan mati, yang kemudian
disusul oleh abortus. (Abdul Bari S., 2002)
(5) Diabetes mellitus
Dugaan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila:
(a) Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang besar
(b) Pernah mengalami kematian janin dalam rahim pada kehamilan
minggu-minggu terakhir
(c) Ditemukan glukosa dalam air seni (Glikosuria)
Bahaya yang dapat terjadi:
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)

Persalinan premature
Hydramnion
Kelainan bawaan
Makrosomia
Kematian janin dalam kandungan sesudah kehamilan minggu ke-

36
(f) Kematian bayi perinatal (bayi lahir hidup, kemudian mati < 7 hari).
(Poedji Rochjati, 2003).

Diabetes mempengaruhi timbulnya komplikasi dalam kehamilan


sebagai berikut:
(a) pre-eklamsia
(b) kelainan letak janin
(c) insufisiensi plasenta
Diabetes sebagai penyulit yang sering dijumpai dalam persalinan ialah:
(a) inersia uteri dan atonia uteri
(b) distosia bahu karena anak besar
(c) lebih sering pengakhiran partus dengan tindakan, termasuk seksio
sesarea
(d) lebih mudah terjadi infeksi
(e) angka kematian maternal lebih tinggi
Diabetes lebih sering mengakibatkan infeksi nifas dan sepsis, dan
menghambat penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur perinea
maupun luka episiotomi. (Hanifa Wiknjosastro, 1999)
(6) HIV / AIDS
Bahaya yang dapat terjadi:
(a) Terjadi gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan ibu hamil
mudah terkena infeksi
(b) Kehamilan memperburuk progesifitas infeksi HIV, HIV pada
kehamilan adalah pertumbuhan intra uterin terhambat dan berat
lahir rendah, serta peningkatan risiko premature
(c) Bayi dapat tertular dalam kandungan atau tertular melalui ASI.
(Poedji Rochjati, 2003).
(7) Toksoplasmosis
Toksoplasmosis penularannya melalui makanan mentah atau
kurang masak, yang tercemar kotoran kucing yang terinfeksi.Bahaya
yang dapat terjadi:
(a) Infeksi pada kehamilan muda menyebabkan abortus
(b) Infeksi pada kehamilan lanjut menyebabkan kelainan kongenital,
hidrosefalus. (Poedji Rochjati, 2003).
b) Pre-Eklamsia ringan
Tanda-tanda:

(1) Edema pada tungkai, muka, karena penumpukan cairan disela-sela


jaringan tubuh
(2) Tekanan darah tinggi
(3) Dalam urin terdapat Proteinurin.
Sedikit bengkak pada tungkai bawah atau kaki pada kehamilan 6
bulan ke atas mungkin masih normal karena tungkai banyak di gantung
atau kekurangan Vitamin B1.tetapi bengkak pada muka, tangan disertai
dengan naiknya tekanan darah sedikit, berarti ada Pre-Eklamsia
ringan.Bahaya bagi janin dan ibu:
(1) Menyebabkan gangguan pertumbuhan janin
(2) Janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).
c) Hamil kembar
Ibu hamil dengan dua janin (gemelli), atau tiga janin (triplet) atau
lebih dalam rahim. Rahim ibu membesar dan menekan organ dalam dan
menyebabkan keluhan-keluhan:
(1) Sesak napas
(2) Edema kedua bibir kemaluan dan tungkai
(3) Varises
(4) Hemorrhoid
Bahaya yang dapat terjadi:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Keracunan kehamilan
Hidramnion
Anemia
Persalinan premature
Kelainan letak
Persalinan sukar
Perdarahan saat persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
Kehamilan kembar ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih.

Kehamilan dan persalinan membawa risiko bagi janin dan ibu. Pengaruh
terhadap ibu, yaitu:
(1) Kebutuhan akan zat-zat bertambah, sehingga dapat menyebabkan
anemia dan defisiensi zat-zat lainnya.

(2) Kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar


(3) Frekuensi pre-eklamsi dan eklamsi lebih sering
(4) Karena uterus yang besar, ibu mengeluh sesak napas, sering miksi,
serta terdapat edema dan varises pada tungkai dan vulva
(5) Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan postpartum, dan solusio plasenta
sesudah anak pertama lahir.
Pengaruh terhadap Janin:
(1) Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin
pada kehamilan kembar : 25% pada gemeli, 50% pada triplet, dan 75%
pada quadruplet, yang akan lahir 4 minggu sebelum cukup bulan. Jadi
kemungkinan terjadinya bayi prematur akan tinggi.
(2) Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, maka angka
kematian bayi kedua tinggi.
(3) Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan mempertinggi
angka kematian janin.(Hanifa Wiknjosastro, 1999)
d) Hidramnion / Hamil kembar air
Kehamilan dengan jumlah cairan amnion lebih dari 2 liter, dan biasanya
nampak pada trimester III, dapat terjadi perlahan-lahan atau sangat
cepat.Keluhan-keluhan yang dirasakan:
(1) Sesak napas
(2) Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi cairan amnion > 2
liter
(3) Edema labia mayor, dan tungkai
Bahaya yang dapat terjadi:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Keracunan kehamilan
Cacat bawaan pada bayi
Kelainan letak
Persalinan premature
Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).
Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh

lebih banyak dari normal, biasanya kalau lebih dari 2 liter. Walau etiologi
belum jelas, namun ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

hidramnion, antara lain:penyakit jantung, nefritis, edema umum


(anasarka), anomaly congenital (pada anak), seperti enensepali, spina
bifida, atresia atau striktur esophagus, hidrosefalus, dan struma blocking
oesophagus. (Rustam M., 2002)
e) Janin mati dalam rahim
Keluhan-keluhan yang dirasakan:
(1) Tidak terasa gerakan janin
(2) Perut terasa mengecil
(3) Payudara mengecil
Pada kehamilan normal gerakan janin dapat dirasakan pada umur
kehamilan 4-5 bulan. Bila gerakan janin berkurang, melemah, atau tidak
bergerak sama sekali dalam 12 jam, kehidupan janin mungkin
terancam.Dari keluhan ibu dapat dilakukan pemeriksaan:
(1) DJJ tidak terdengar
(2) Hasil tes kehamilan negative
Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam rahim, yaitu:
gangguan pembekuan darah ibu, disebabkan dari jaringan-jaringan mati
yang masuk ke dalam darah ibu. (Poedji Rochjati, 2003).
f) Hamil serotinus / Hamil lebih bulan
Ibu dengan umur kehamilan 42 minggu. Dalam keadaan ini, fungsi
dari jaringan uri dan pembuluh darah menurun. Dampak tidak baik bagi
janin:
(1) Janin mengecil
(2) Kulit janin mengkerut
(3) Lahir dengan berat badan rendah
(4) Janin dalam rahim dapat mati mendadak. (Poedji Rochjati, 2003).
Kehamilan lewat bulan dapat juga menyebabkan resiko pada ibu,
antara lain distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir, janin besar, dan
moulding (moulase) kepala kurang. Sehingga sering dijumpai partus lama,
kesalahan letak, inersia uteri, distosia bahu, dan perdarahan postpartum.
g) Letak sungsang

Letak sungsang: pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak janin
dalam rahim dengan kepala diatas dan bokong atau kaki dibawah.Bahaya
yang dapat terjadi:
(1) Bayi lahir bebang putih yaitu gawat napas yang berat
(2) Bayi dapat mati. (Poedji Rochjati, 2003).
h) Letak lintang
Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua
(hamil 8-9 bulan): kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu.
Bayi letak lintang tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa, karena sumbu
tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu.Pada janin letak lintang
baru mati dalam proses persalinan, bayi dapat dilahirkan dengan alat
melalui jalan lahir biasa. Sedangkan pada janin kecil dan sudah beberapa
waktu mati masih ada kemungkinan dapat lahir secara biasa.Bahaya yang
dapat terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan yang tidak di
tangani dengan benar, dapat terjadi Robekan rahim, dan akibatnya:
perdarahan yang mengakibatkan anemia berat, infeksi, ibu syok dan dapat
mati, dan janin mati. (Poedji Rochjati, 2003).
3) Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO (Ada ancaman nyawa ibu dan
bayi)
a) Perdarahan

antepartum

(Perdarahan

sebelum

persalinan,

perdarahan terjadi sebelum kelahiran bayi)


(1) Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil setelah 28
minggu, disebut perdarahan antepartum.Perdarahan antepartum harus
dapat perhatian penuh, karena merupakan tanda bahaya yang dapat
mengancam nyawa ibu dan atau janinnya. Pada perdarahan antepartum
dapat menyebabkan ibu anemia sampai syok karena kehilangan darah
sedangkan pada janin dapat menyebabkan bayi lahir premature dan
asfiksia sampai kematian janin dalam rahim karena terganggung
sirkulasi dan nutrisi kearah janin.
Perdarahan dapat terjadi pada:
(a) Plasenta Previa plasenta melekat dibawah rahim dan menutupi
sebagian / seluruh mulut rahim.
(b) Solusio Plasenta plesenta sebagian atau seluruhnya lepas dari
tempatnya. Biasanya disebabkan karena trauma / kecelakaan,

tekanan darah tinggi atau pre-eklamsia, maka terjadi perdarahan


pada tempat melekat plasenta. Akibat perdarahan, dapat
menyebabkan adanya penumpukan darah beku dibelakang
plasenta.
b) Pre-Eklamsia berat / Eklamsia
Pre-eklamsi berat terjadi bila ibu dengan pre-eklamsia ringan tidak
dirawat, ditangani dengan benar. Pre-eklamsia berat bila tidak ditangani
dengan benar akan terjadi kejang-kejang, menjadi eklamsia. Pada waktu
kejang, sudip lidah dimasukkan ke dalam mulut ibu diantara kedua rahang,
supaya lidah tidak tergigit.Bahaya yang dapat terjadi seperti ibu dapat
tidak sadar (koma) sampai meninggal, mengganggu pertumbuhan janin
dan bayi lahir kecil hingga mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati,
2003).
C. Cara pemberian skor
Tiap kondisi ibu hamil (umur dan paritas) dan faktor risiko diberi nilai 2,4 dan 8.
Umur dan paritas pada semua ibu hamil diberi skor 2 sebagai skor awal.Tiap faktor risiko
skornya 4 kecuali bekas sesar, letak sungsang, letak lintang, perdarahan antepartum dan
pre-eklamsi berat/eklamsi diberi skor 8.

Anda mungkin juga menyukai