I. PENDAHULUAN
2
perpindahan lateral dari lantai 2 gedung ini yang tinggi total
7.2 m. Alasan pengambilan sumbu panjang sebagai segmen
yang diuji dikarenakan dimensi kolom yang tidak simestris,
yaitu 350 mm x 400 mm. Pada gedung ini, sumbu pendek
kolom diposisikan sejajar dengan sumbu panjang gedung yang
menjadikan hal ini sebagai landasan awal dalam pemilihan
arah pengetesan.
Start
Studi Literatur
Pengumpulan
Data
Permodelan Struktur
Menggunakan Program Analisis
Struktur Komersial
No
Displacement Displacement
Target
Value
%
mm
0.00
0.00
0.25
18.39
0.50
36.78
0.75
55.16
1.00
73.55
1.25
91.94
1.50
110.33
1.75
128.71
2.00
147.10
2.50
183.88
3.00
220.65
4.00
294.20
Yes
Kesimpulan
Selesai
C2
C3
C4
C5
C6
C7
3.85
Base
Shear
Ton
0
90
114
116
115
114
111
107
102
91
87
36
120
100
80
60
40
20
0
0
50
100
150
200
250
300
Displacement (mm)
Gambar 3. Grafik Hasil Pengetesan di Lapangan
3.85
A1
A2
A4
A3
A5
A7
A6
3.10
3.10
1
3.10
2
3.10
3
3.10
4
3.10
5
3.10
6
3
2. Displacement 36,78 mm, Base Shear 114 ton
Pemberian beban pada tahap ini dilakukankan hingga
bangunan mencapai target perpindahan sebesar 36,78 mm.
Berbeda dari tahap sebelumnya, dari hasil pengujian ini
kerusakan dapat terlihat jelas, baik itu pada frame-A maupun
frame-C.Bangunan sudah memasuki kondisi plastis, dimana
kemampuan elemen struktur bangunan dalam menerima
beban sudah tidak sekuat kondisi awal sebelum bangunan
dibebani. Bangunan sudah dikategorikan dalam tingkatan
life safety
3. Displacement 55,16 mm, Base Shear 116 ton
Bangunan didorong hingga mencapai displacement
55.16 mm. kerusakan yang terjadi semakin parah.Terutama
pada frame-A.kerusakan diperparah dengan rusaknya selimut
beton pada kolom A3 dan kolom A5. Kerusakan juga mulai
muncul pada frame-C.Berbeda dengan kondisi frame-A,
kerusakan pada frame-C relatif lebih ringan.bangunan sudah
berada pada titik maksimumnya dalam menerima beban,
sehingga jika dibebani lagi, kerusakan akan terus
bermunculan.
4. Displacement 73,55 mm, Base Shear 115 ton
Bangunan diuji kembali hingga mencapai displacement
73.55 mm, retakan-retakan mulai terlihat jelas muncul pada
frame-A, kolom A2 terjadi retakan yang cukup besar.
Sedangkan pada kolom A3 kolom beton hancurditandai
dengan retakan yang besar dan terlihatnya tulangan pada
kolom tersebut.Pada frame-C, kolom C3 muncul retakanretakan kecil di ujung atas kolom.Pada kolom C5 retakan
yang terjadi semakin merambat hingga sisi tengah kolom
tersebut.
5. Displacement 91,94 mm, Base Shear 114 ton
Setelah bangunan diberi beban dorong kembali hingga
mencapai displacement sebesar 91,94 mm, retakan besar
yang menyebabkan kegagalan struktur yang terjadi pada
kolom A2, kolom A3, kolom A5 serta kolom C5 menjadi
lebih besar. Akibat penambahan displacement tersebut
menimbulkan keretakan baru pada kolom-kolom bangunan,
kolom tersebut adalah kolom A4, A6, A7 dan C4.Walau
kemampuan struktur bangunan tidak berbeda jauh dari
kemampuan maksimumnya (116 ton), tetapi dengan
berbagai kerusakan yang sudah terjadi, bangunan ini sudah
dikategorikan dalam tingkatan collapse prevention
6. Displacement 110,33 mm, Base Shear 111 ton
Bangunan objek studi kembali diberikan beban lateral
hingga mencapai displacement sebesar 110,33 mm. Retak
yang terdapat pada kolom A2 dan kolom A3 menjadi
semakin besar. Hal ini dikarenakan sebelumnya kedua
kolom tersebut sudah mengalami kegagalan, sehingga kedua
kolom itu tidak mampu menerima beban lebih jauh lagi.
Kerusakan lain yang terjadi berupa lepasnya sebagian dari
selimut beton terjadi pada kolom A5 dan kolom A6. Lebar
celah retakan yang membesar juga terlihat terjadi pada
kolom C3 dan kolom C5.
4
berupa kemiringan pada kolom yang disertai dengan retakan
pada kedua ujung kolom A1.Dalam keadaan seperti ini,
bangunan sudah berada di ambang keruntuhannya, dan jika
bangunan menerima suatu beban lateral lagi, dapat
menyebabkan terjadinya keruntuhan pada bangunan.
C. Analisis Struktur dan Analisis Statis Non-Linear Pushover
1. Data Umum Bangunan
Bangunan gedung yang menjadi objek studi ini adalah
bangunan yang menggunakan material beton bertulang,
dengan data-data sebagai berikut:
- Tipe bangunan : Gedung Sekolah.
- Zona gempa : Zona 2, tanah keras.
- Tinggi
: 7,2 m (2 lantai, @lantai 3,6 m).
- Panjang
: 18,6 m
- Lebar
: 7,7 m
- Mutu beton (fc)
: 15,1 MPa
- Mutu tulangan (fy) : 287,2 MPa
- Dimensi Kolom
Kolom 1 (C1) : 35 cm x 40 cm
Kolom 2 (C2) : 24 cm x 40 cm
- Dimensi Balok
Balok 1 (B1) : 35 cm x 60 cm
Balok 2 (B2) : 24 cm x 35 cm
Balok 3 (B3) : 24 cm x 45 cm
Balok 4 (B4) : 40 cm x 45 cm
Balok 5 (B5) : 40 cm x 40 cm
- Tebal Pelat Lantai/atap : 14 cm
2. Perhitungan Pembebanan
- Beban Mati
Lantai : 106 kg/m2
Atap : 75 kg/m2
- Beban Hidup
Beban hidup lantai sekolah : 250 kg/m2
Beban hidup atap
: 100 kg/m2
- Beban Gempa
Tabel 1 Gaya vertikal yang bekerja pada bangunan
Lantai
Atap
Lantai 1
Total
(kg)
10044 154535.7
25110
217729
Wt 372265
=
372264.7
= 31908.4 kg
.
Distribusi Gaya Geser Horizontal Akibat Gempa ke
Sepanjang Tinggi Gedung
Tabel 2 gaya vertikal yang bekerja pada bangunan
Lantai Zi (m) Wi (kg) Wi x Zi (kg.m) Fi (kg) 30% Fi (kg)
2
7.2 154535.7
1112657.0 18720.5
5616.2
1
3.6 217729.0
783824.4 13187.9
3956.4
7.2
3.6
5.9
2.01
Batas
Simpangan Keterangan
S (mm)
3.89
2.01
30 OKE
30 OKE
Lokasi
Balok
B1
Balok
B2
Balok
B3
Balok
B4
Balok
B5
Neg. eksterior
positif
Neg. eksterior
positif
Neg. eksterior
positif
Neg. eksterior
positif
Neg. eksterior
positif
As pasang
Mu
Tulangan
2
(kg.m)
(mm )
18859
15040
4774.5
1809.3
1669
1146.5
1829.8
1203.1
2534.2
1735.8
6 D19
6 D19
2 D19
2 D19
3 D19
3 D19
3 D19
3 D19
3 D19
3 D19
Mn
(kg.m)
Ket
120
100
80
60
40
20
0
0
50
300
100
80
60
40
20
0
0
50
100
150
200
250
300
Displacement (mm)
6
bangunan mengalami penurunan kinerja. Akan tetapi,
walau hasil dari analisis pushover tidak persis sama
dengan grafik hasil pengujian di lapangan, hasil dari
analisis pushover dirasa sudah dapat diterima,
mengingat bahwa hasil analisis ini masih berupa suatu
pendekatan.
IV. KESIMPULAN/RINGKASAN
Kesimpulan yang didapat setelah dilakukannya analisis
kategori kerusakan, analisis elastisitas struktur, dan analisis
pushover adalah sebagai berikut:
- Analisis kategori kerusakan menunjukka bahwa
bangunan hanya mengalami kerusakan ringanstruktural pada saat dibebani secara lateral hingga
mencapai displacement 18,39 mm. Bangunan masih
dalam kondisi elastis, sehingga dalam hal ini bangunan
bisa dikategorikan dalam level kinerja IO (Immediate
Occupancy).
- Bangunan memasuki level kinerja LS (Life Safety)
ketika pemberian beban lateral dilanjutkan hingga
bangunan mengalami displacement sebesar 36,78 mm.
bangunan dikategorikan dalam level kinerja LS karena
kondisi bangunan yang mengalami kerusakan sedang
pada elemen struktur nya, dalam hal ini kolom.
Kerusakan yang terjadi berupa retakan dengan lebar
celah yang lebih besar dari 0,5 cm.
- Kerusakan semakin parah ketika bangunan mengalami
displacement lebih besar dari 55,16 mm. Kerusakankerusakan pada elemen struktur yang bermunculan
setelahnya menyebabkan bangunan tidak aman lagi jika
digunakan, sehingga dalam hal ini bangunan sudah
memasuki level kinerja CP (Collapse Prevention),
maka akan lebih baik jika bangunan segera
dikosongkan demi keselamatan penggunanya.
- Analisis elastisitas menunjukkan bahwa elemen
struktur secara umum mampu menahan beban-beban
yang diberikan. Hanya pada 1 bagian saja dimana ada
elemen balok yang tidak mampu menahan beban yang
diterimanya.
- Dari hasil analisis pushover menunjukkan perilaku
keruntuhan bangunan. Bangunan masih berada pada
level kinerja IO ketika mengalami displacement
sebesar 28.69 mm. Kemudian berada pada level LS
ketika displacement 60 mm, dan CP pada displacement
141.43 mm, hingga akhirnya bangunan mulai runtuh.
- Dari perbandingan hasil uji lapangan dengan hasil
analisis pushover, diperoleh persentase perbedaan pada
level kinerja IO sebesar 35.90%, LS 38.70% dan CP
61% yang bisa dirata-ratakan hasilnya sebesar 45.2%.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]
[3]