Anda di halaman 1dari 6

A. PERSETUJUAN LINGGAJATI (25 Maret 1947).

Adalah merupakan suatu persetujuan antara Pemerintahan Republik Indonesia dengan


Belanda yang isinya antara lain :
1. Pemerintah Belanda mengakui kenyataan kekuasaan de facto Pemeintah Republik
Indonesia atas Jawa, Madura dan Sumatera, sedang daerah-daerah yang diduduki
oleh tentara Belanda atau Serikat dengan berangsur-angsur dan kerjasama antara
kedua belah pihak akan dimasukkan pula kedalam daerah Republik.
2. Pemerintah Belanda dan Pemerintah Republik Indonesia bersama-sama
menyelenggarakan berdirinya sebuah Negara baerdaulat dan demokratis yang
berdasarkan perserikatan dan dinamai Negara Indonesia Serikat, sedang negaranegara yang kelak merupakan Negara Indonesia Serikat itu adalah Republik
Indonesia, Borneo dan Timur Besar.
B. PERANG KOLONIAL I (21 Juli 1947).
Setelah persetujuan linggajati ditanda tangani, maka kewajiban kedua belah pihak
ialah berupaya agar segala sesuatu yang telah disepakati bersama segera dapat
dilaksanakan, tetapi tidak demikian halnya dengan pihak Belanda, mereka berupaya
melemahkan Republik Indonesia, dengan jalan mengadakan serangan disana sini,
bahkan membentuk Negara-negara Bagian lainnya, dengan maksud menarik lebih
banyak daerah-daerah yang memihak kepadanya, sehingga meletusnya perang
kolonial ke I pada tanggal 21 Juli 1947.
Akibat dari perang kolonial I sebagai berikut :
1. Resolusi Dewan Keamanan PBB. Tanggal 1 Agustus 1947 yang berisaikan seruan
kepada Belanda dan Indonesia agar segera menghentikan tembak menembak.
2. Untuk memberikan perantara dalam menyelesaikan antara Indonesia dan Belanda,
maka dibentuk Komisi Tiga Negara oleh Dewan Keamanan, yang terdiri dari
wakil-wakil Australia (dipilih oleh Indonesia), Belgia (dipilih oleh Belanda) dan
Amerika erikat (dipilih oleh Australia dan Belgia).
C. PERSETUJUAN RENVILLE (17 Januari 1948)
Melalui perantara Komisi Tiga Negara, maka diadakan perundingan kembali antara
kedua belah pihak dengan dasar :
1. Pemerintah Indonesia harus mengakui kedaulatan Belanda atas Hindia Belanda
seluruhnya, sampai waktu yang ditentukan oleh Kerajaan Belanda untuk
menyerahkan kedaulatan ini kepad Negara Indonesia Serikat, dalam hal ini status
Republik Indonesia sebagai negara yang tergabung dalam Negara Indonesia
Serikat.
2. Dalam waktu tidak kurang dari 6 bulan dan tidak lebih dari satu tahun sesudah
ditanda tangani, maka berbagai daerah di Jawa, Sumatera dan Madura akan
diadakan pemungutan suara, untuk menentukan apakah rakyat di daerah-daerah
tersebut aka turut dalam Republik Indonesia atau masuk dibagian lain didalam
lingkungan Negara Indonesia Serikat.

Dasar-dasar tersebut diterima oleh Pemerintah Republik Indonesia dan ditanda


tangani kedua belah pihak pada tanggal 17 Januati 1948 yang terkenal sebagai
Persetujuan Renville , karena perundingan tersebut diadakan di atas kapal Amerika
bernama Renville, akibat persetujuan tersebut daerah Republik Indonesia menjadi
lebih kecil lagi.
Dalam soal pemungutan suara terjadi perbedaan tafsiran yang menimbulkan
pertentangan kembali antara kedua belah pihak, yaitu Belanda lebih memperhebat
blokade ekonomi Republik Indonesia dengan negara-negara luar, serta meminta
kepada Republik Indonesia agar Tentara Nasional Indonesia (TNI) dibubarkan.
D. PERANG KOLONIAL II (19 Desember 1948)
Akibat kegentngan keadaan, maka terjadilah perang kolonial ke II tanggal 19
Desember 1948 :
1. Belanda dapat menduduki ibu kota Jogjakarta dan kota-kota besar lainnya, sedang
TNI terus mengadakan perang gerilya dengan dibantu oleh segenap lapisan
rakyat.
2. Banyak pemimpin Repubik ditawan antara lain Bung Karno dan Bung Hatta.
3. Sebelum Presiden ditawan, beliau masih sempat dengan perantara radia memberi
kekuasaan kepada Menteri Kemakmuran RI, yang pada waktu itu berada di
Sumatera, untuk membentuk Pemerintah Darurat di pulau tersebut, dengan
demikian perjuangan rakyat lebih dapat dikoordinir.
4. Walau Pemerintahan RI baik di Sumatera mauun di Jawa adalah merupakan
Pemerintah Darurat, namun Pemerintah ini ditaati oleh rakyat dan dapat bantuan
sepenuhnya.
5. Perang kolonial II dari Belanda tersebut ternyaa menyebabkan dunia terperanjat
olehnya dan karena itu timbul reaksi yang hebat sekali, baik dari dalam maupun
dari luar negeri.
Reaksi terbut adalah sebagai berikut :
1.

Dari dalam negeri :


a. Kabinet Pasundan yang dibentuk oleh pihak Belanda, karena tidak dapat
menyetujui tindakan Belanda, yang menyebabkan ia harus jatuh.
b. Kabinet Indonesia Timur, karena mencela aksi kolonial II Belanda, harus jatuh
pula.

2. Dari luar negeri :


a. Konperensi di New Delhi pada tanggal 23 Januari 1949 yang diadakan oleh
Perdana Menteri Jawaharlal Nehru, dihadiri oleh 19 Negara Asia, mengambil
resolusi yang isinya antara lain :
Pembebasan pemimpin-pemimpin Republik.
Penarikan mundur tentara Belanda dari Jogjakarta dan kemudian
berangsur-angsur dari daerah-daerah yang diduduki semenjak tanggal 19
Desember 1948.

b. Resolusi Dewan Keamanan PBB tanggal 28 Januari 1949 yaitu mengambil


oper dari resolusi New Delhi yan isinya antara lain :
Penghentian gerakan militer oleh kedua belah pihak, serta bekerjasama
dalam mencari perdamaian.
Tawanan Politik yang ditawan sejak tanggal 19 Desember 1948 harus
dikembalikan oleh Belanda.
Agar pemimpin-pemimpin Republik dikembalikan ke Jogja dan kekuasaan
Republik menurut Renville harus segera dikembalikan kepada Republik.
Pengakuan kedaulatan oleh Pemerintah Belanda kepada Negara Indonesia
Serikat hendaknya dilaksanakan secepatnya.
Dengan timbulnya berbagai reaksi, maka Dunia tidak membenarkan aksi militer
yang dilancarkan oleh Belanda dalam perang kolonial II, oleh sebab itu
mengusulkan diadakan Konperensi Meja Bundar (KMB), dimana soal pengakuan
kedaulatan atas Indonesia dapat dipertimbangkan.
Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO) adalah Konperensi Federal atau
konperensi dari wakil-wakil Negara Bagian bikinan Belanda, menyetujui resolusi
Dewan Keamanan dan menyetujui tentang usulan diadakan KMB serta tidak
menyetujui sikap penolakan dari pihak Belanda.
Agar resolusi Dewan Keamanan segera dapat berjalan, maka Komisi Tiga Negara
yang mula-mula hanya sebagai komisi jasa-jasa baik saja, sekarang kekuasaannya
diperluas, sehingga wajib melaksanakan segala sesuatu yang sudah diputuskan oleh
Dewan Keamanan PBB, nama komisi untuk Indonesia adalah United Nations
Commission for Indonesia (UNCI), dengan demikian Belanda mau tidak mau harus
melaksanakan azas-azas yang sudah ditetapkan oleh Dewan Keamanan PBB.
E. PERSETUJUAN ROEM ROYEN (7 Mei 1949)
Pada tanggal 7 Mei 1949 tercapailah persetujuan antara Pemerintah Republik
Indonesia yang diwakili oleh Mr. Moc. Roem dengan Pemerintah Belanda yang
diwakili oleh Dr. J. H. Van Royen. Persetujuan tersebut ialah :
1. Kedua belah pihak menyetujui usul-usul Dewan Keamanan.
2. Kedua belah pihak menyetujui diadakan KMB, dimana pengakuan kedaulatan
akan dilakukan.
F. KONFERENSI ANTAR INDONESIA
Untuk mempersatukan pokok pikiran yang akan diperjuangkan bersama serta
menghindari bahaya yang mungkin terjadi yaitu perpecahan serta selisih pendapat
antara delegasi Republik Indonesia dengan delegasi BFO di KMB dalam menghadapi
Belanda, maka pada tanggal 23 Juli 1949 diadakan konperensi Antar Indonesia yang
pertama di Jogjakarta, kemudian dilanjutkan konperensi yang kedua di Jakarta pada
tanggal 31 Juli 1949.

G. KONPERENSI MEJA BUNDAR (KMB)


KMB dimulai tanggal 23 Agustus 1949 sampai tanggal 2 Nopember 1949 yang
dihadiri oleh :
1. Delegasi Indonesia yang terdiri dari Delegasi RI dan Delegasi BFO.
2. Delegasi Belanda.
3. Komisi PBB untuk Indonesia (UNCI), hanya sebagai peninjau.
Tujuan KMB adalah untuk mengakhiri perselisihan antara Indonesia dengan Belanda
secara damai, dan untuk melakukan pengakuan kedaulatan dengan penuh, serta tidak
bersyarat kepada Negara Indonesia Serikat.
Pada tanggal 14 Desember 1949 Kontitusi sementara RIS ditandatangani oleh wakilwakil Republik Indonesia dan wakil-wakil dari Negara Bagian lainnya.
Pada tanggal 27 Desember 1949 dilaksanakan pengakuan kedaulatan dan penyerahan
kekuasaan kepada Republik Indonesia Serikat, ialah :
1. Dinegeri Belanda, pengakuan kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada
Pemerintah Republik Indonesia Serikat.
2. Di Jogjakarta, penyerahan kedaulatan dari Pemerintah Republik Indonesia kepada
Pemerintah RIS.
3. Sedangkan di Jakarta, dilakukan penyerahan kekuasaan pemerintahan dari Wakil
Tinggi Mahkota Belanda kepada Wakil Pemerintah RIS.
Dengan demikian berdirilah Negara Republik Indonesia Serikat yang merdeka dan
berdaulat, daerahnya meliputi bekas Hindia Belanda dulu, kecuali de facto atas Irian
Barat.
H. IRIAN BARAT
Irian Barat oleh Belanda ditetapkan de facto untuk selama-lamanya satu tahun setelah
pengakuan kedaulatan, namun pada akhir tahun 1950 konferensi antara Pemerintah
Indonesia dengan Pemerintah Belanda untuk menyelesaikan persengketaan mengenai
Irian Barat tidak berhasil.
Pada buan April 1955 di Bandung diadakan Konperensi Asia - Afrika antar lain :
memutuskan, membenarkan tuntutan Indonesia tentang Irian Barat dan mendesak
kepada Pemerintah Belanda agar bersedia membuka perundingan dengan Pemerintah
Indonesia dan dapat diselesaikan secara damai.
I. SISTEM KONSTITUSI RIS (TAHUN 1949)
Menurut UUD 1945 pertanggungan jawab pemerintahan dipegang oleh Presiden,
namun menurut Konstitusi RIS, pertanggungan jawab pemerintah dipegang oleh
Menteri-menteri, baik bersama-sama untuk seluruhnya, maupun masing-masing
untuk sebagiannya sendiri (pasal 188 Konstitusi RIS), sedangkan Presiden dalam

menjalankan kewajibannya tidak dapat diganggu gugat, dengan demikian, maka RIS
adalah menganut sistem demokrasi parlementer, hal ini hanya untuk sementara waktu,
selama susunan DPR masih bersifat sementara, Kabinet RIS tidak boleh dijatuhkan
oleh Parlemen (Pasal 122 Konstitusi RIS).
1. KERN - KABINET
Anggota Kern Kabinet terdiri Perdana Meteri, Menteri Urusan Luar Negeri,
Urusan Dalam Negeri, Urusan Pertahanan, Urusan Keuangan dan Urusan
Eknomi, yang mempunyai kedudukan istimewa yaitu dalam hal-hal yang
memerlukan tindakan dengan segera dan darurat, berkuasa mengambil keputusan
menggantikan keputusan Dewan mentri yang lengkap.
2. PARLEMEN
Parlemen RIS terdiri atas dua badan (bicameral) yaitu :
a. Senat yang anggotanya adalah wakil-wakil dari daerah-daerah bagian yang
ditunjuk oleh Pemerintah daerah-daerah bagian dari daftar yang disampaikan
oleh masing-masing perwakilan rakyat yang memuat tiga calon untuk tiap
kursi, cara penunjukan ini ditetapkan dalam peraturan yang dibuat oleh
daerah-daerah bagian sendiri (pasal 81 Konstitusi RIS) dan setiap bagian
mempunyai dua orang anggota dalam senat, sedang tiap anggota mempunyai
satu suara
b. Dewan Perwakilan Rakyat RIS anggotanya 150 orang (pasal 98 Konstitusi
RIS) yang terdiri golongan-golongan kecil : Tionghua 9 anggota, Eropah 6
anggota dan Arab 3 anggota, 50 orang. anggota DPR yang berasal dari negara
bagian RI, sedangkan 100 orang anggota DPR yang berasal dari daerahdaerah bagian lainnya diluar RI.
3. DAERAH-DAERAH BAGIAN RIS.
a. Negara R. I. S meliputi :
1.
Negara Republik Indonesia, dengan status-quo seperti tersebut
dalam persetujuan Renville tanggal 17 Januari 1948.
2.
Negara Indonesia Timur.
3.
Negara Pasundan, termasuk Distrik Federal Jakarta.
4.
Negara Jawa Timur.
5.
Negara Madura.
6.
Negara Sumatra Timur, dengan pengertian bahwa status-quo
Asahan Selatan dan Labuhan Batu berhubungan dengan Negara Sumatr
Timur tetap berlaku.
7.
Negara Sumatra Selatan.
b. Satuan-satuan kenegaraan yang tegak sendiri :
1.
Jawa Tengah.
2.
Bangka.
3.
Belitung.

4.
Riau.
5.
Kalimantan Barat (Daerah Istimewa).
6.
Dayak Besar.
7.
Daerah Banjar.
8.
Kalimantan Tenggara.
9.
Kalimantan Timur.
A dan B adalah daerah-daerah bagian yang dengan kemerdekaan menentukan
nasib sendiri bersatu dalam ikatan federasi Republik Indonesia Serikat,
berdasarkan yang ditetapkan dalam Konstitusi ini.
c. Daerah-daerah Indonesia selebihnya yang bukan daerah-daerah bagian.
4. Perubahan Konstitusi
Bila keadaan memerlukan untuk mengadakan perubahan Konstitusi R. I. S, maka
hal ini dimungkinkan oleh pasal 190 Konstitusi yang pokok berbunyi :
Bahwa perubahan Konstitusi hanya dapat mengadakan perubahan hanyalah
Pemerintah bersama-sama dengan D. P. R. Dan Senat dengan syarat, bahwa :
1.
D. P. R. Dan senat hanya boleh bermusyawarah jika sekurangkurangnya 2/3 dari anggota sidang menghadiri rapat.
2.
Keputusan hanya dapat diambil oleh D. P. R. Dan Senat apabila
paling sedikit 2/3 dari anggota yang hadir menyetujuinya.

Anda mungkin juga menyukai