Anda di halaman 1dari 22

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

HEMODIALISIS DAN DIET BAGI TN.Y


DENGAN DIAGNOSA MEDIS CKD + DYSPNEU
DI RUANGAN FLAMBOYAN, RSUD SALATIGA

A.

Hari/tanggal

: Rabu, 20 Mei 2015

Waktu

: 45 menit

Tempat

: Ruangan Flamboyan, RSUD SALATIGA

Sasaran

: Keluarga Pasien

kegiatan

: Diet bagi pasien yang menjalani hemodialisa.

LATAR BELAKANG
Penyakit gagal ginjal kronik utamanya diderita oleh pasien pasien yang telah mengalami
usia lanjut. Pasien pasien yang menjalani hemodialisa, tidak cukup dilakukan sekali saja, ada
yang menjalani hemodialisa secara regular / rutin tiap minggu. Bahkan, ada pula yang menjalani
hemodialisa sampai dua kali dalam tiap minggunya. Hal ini tentu saja akan menimbulkan
berbagai dampak dan komplikasi yang dialami oleh pasien.
Pasien yang menjalani hemodialisa tentu saja memiliki rasa cemas dan khawatir mengenai
tindakan tersebut. Oleh karena itu, sebelum menjalani proses hemodialisa ada hal hal yang
perlu diketahui oleh setiap pasien agar kecemasan yang dialami pasien pasien tersebut minimal
dapat berkurang. Sebagai perawat diharapkan memberikan informasi dan pengarahan
pengarahan, serta motivasi terhadap pasien yang menjalani hemodialisa.
Untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan hemodialisis diperlukan penatalaksanaan
lain seperti management dit. Anggota keluarga memiliki potensi untuk menjadi pendorong utama
koping. Selain itu, lingkungan keluarga cepat menjadi faktor yang kritis pada pengarahan
individu terhadap sebuah krisis (Hough, 1991). Oleh karena itu dibutuhkan pendidikan kesehatan
kepada Tn. Y dan keluarga Tn.Y.

B.

TUJUAN
1. Tujuan instruksional umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan peserta mengetahui tentang diit pada
pasien dengan CKD
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan sasaran penyuluhan mampu:
a. Memahami dan mampu menjelaskan pentingnya diit pada pasien hemodialisis.
b. Memahami dan mampu menyebutkan macam-macam diit pada pasien hemodialisis.
c. Memahami dan mampu memberikan contoh makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan bagi pasien hemodialisis.

C. SASARAN PENYULUHAN : Tn.Y


D. MATERI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
E.

Definisi hemodialisis
Konsep Dialisis
Tujuan hemodialisis
Indikasi dan kontraindikasi hemodialisis
Komplikasi hemodialisis
Diet untuk pasien hemodialisis
Pentingnya diet bagi pasien hemodialisis
Macam-macam diet pada pasien hemodialisis

STRATEGI PEMBELAJARAN
No

Tahap

Kegiatan Penyuluh
Kegiatan Peserta
1. Moderator mengucapkan salam
1.
Sasaran menjawab salam
kepada sasaran
2. Moderator

2.
merkenalkan

Sasaran menyimak

kelompok pada sasaran


3. Moderator menyampaikan topic
3.
penyuluhan, tujuan penyuluhan

Pendahuluan
5 menit

dan

menjelaskan

Sasaran menyimak

waktu

pelaksanaan.
4. Fasilitator membagikan leaflet
4.
2

Penyajian
tanya jawab
35 menit

Menerima leaflet

dan
1. Penyaji menyampaikan materi

1.

Mendengarkan
memperhatikan

dan

2. Memberikan kesempatan pada 2. Bertanya dan berdiskusi


peserta untuk bertanya
1. Menyimpulkan hasil penyuluhan1.
2. Moderator melakukan evaluasi
secara
3

verbal/

lisan

dengan
2.
beberapa

Penutup

memberikan

5 menit

pertanyaan tentang materi yang


sudah dibahas.
3. Mengakhiri

Memperhatikan
Menjawab pertanyaan

dengan

mengucapkan salam
3.
H.

Menjawab salam

METODE
1. Ceramah
2. Diskusi

I.

MEDIA
1. LCD Proyektor
2. Leaflet
3. Laptop

J.

RENCANA EVALUASI KEGIATAN


1. Evaluasi Struktur :
a. Satuan acara penyuluhan (SAP) sudah siap
b. 80% alat dan bahan yang diperlukan sudah tersedia
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan berlangsung tepat waktu
b. Peserta yang hadir 90 % dari total peserta
c. 90 % peserta berada ditempat sesuai waktu yang telah ditentukan
d. 90% peserta tetap mengikuti kegiata penyuluhan sampai selesai
e. 70% peserta yang aktif bertanya dari total
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta dapat menyebutkan definisi hemodialisis
b. Peserta dapat menyebutkan komplikasi hemodialisis
c. Peserta dapat menjelaskan pentingnya diit pasien hemodialisis
d. Peserta dapat menyebutkan contoh makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan
untuk dikonsumsi pasien hemodialisis

LAMPIRAN MATERI
2.1

Pengertian
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan
dan produk limbah dalam tubuh kita, ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut
(Brunner& Sunddarth, 2001).
Salah satu terapi yang diberikan pada pasien dengan gagl ginjal kronis adalah
hemodialisa. Tujuan terapi dialisa adalah untuk mempertahankan kehidupan dan
kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali (Brunner & Suddarth, 2001).
Hemodialisis berasal dari kata hemo artinya darah, dan dialisis artinya
pemisahan zat-zat terlarut. Hemodialisis berarti proses pembersihan darah dari zatzat sampah,

melalui

proses

penyaringan

di

luar tubuh.

Hemodialisis

menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialisis. Hemodialisis dikenal secara awam
dengan istilah cuci darah.
2.2

Konsep Proses Dialisa


Pada hemodialisis darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan diedarkan dalam
sebuah mesin di luar tubuh, sehingga cara ini memerlukan jalan keluar-masuk aliran
darah. Untuk itu dibuat jalur buatan di antara pembuluh arteri dan vena atau
disebut fistula arteriovenosa melalui pembedahan. Lalu dengan selang darah dari fistula,
darah dialirkan dan dipompa ke dalam mesin dialisis. Untuk mencegah pembekuan darah
selama proses pencucian, maka diberikan obat antibeku yaitu Heparin.
Sebenarnya proses pencucian darah dilakukan oleh tabung di luar mesin yang
bernama dialiser. Di dalam dialiser, terjadi proses pencucian, mirip dengan yang
berlangsung di dalam ginjal. Pada dialiser terdapat 2 kompartemen serta sebuah selaput
di tengahnya. Mesin digunakan sebagai pencatat dan pengontrol aliran darah, suhu,
dan tekanan. Aliran darah masuk ke salah satu kompartemen dialiser. Pada kompartemen
lainnya dialirkan dialisat, yaitu suatu carian yang memiliki komposisi kimia menyerupai
cairan tubuh normal. Kedua kompartemen dipisahkan oleh selaput semipermeabel yang
mencegah dialisat mengalir secara berlawanan arah. Zat-zat sampah, zat racun,
dan air yang ada dalam darah dapat berpindah melalui selaput semipermeabel menuju
dialisat. Itu karena, selama penyaringan darah, terjadi peristiwa difusi dan ultrafiltrasi.
Ukuran molekul sel-sel dan protein darah lebih besar dari zat sampah dan racun, sehingga
tidak ikut menembus selaput semipermeabel. Darah yang telah tersaring menjadi bersih
dan dikembalikan ke dalam tubuh penderita. Dialisat yang menjadi kotor karena
mengandung zat racun dan sampah, lalu dialirkan keluar ke penampungan dialisat.

Difusi adalah peristiwa berpindahnya suatu zat dalam campuran, dari bagian
pekat ke bagian yang lebih encer. Difusi dapat terjadi bila ada perbedaan kadar zat
terlarut dalam darah dan dalam dialisat. Dialisat berisi komponen seperti larutan garam
dan glukosa yang dibutuhkan tubuh. Jika tubuh kekurangan zat tersebut saat proses
hemodialisis, maka difusi zat-zat tersebut akan terjadi dari dialisat ke darah.
Ultrafiltrasi merupakan proses berpindahnya air dan zat terlarut karena
perbedaan tekanan hidrostatis dalam darah dan dialisat. Tekanan darah yang lebih tinggi
dari dialisat memaksa air melewati selaput semipermeabel. Air mempunyai molekul
sangat kecil sehingga pergerakan air melewati selaput diikuti juga oleh zat sampah
dengan molekul kecil.
Kedua peristiwa tersebut terjadi secara bersamaan. Setelah proses penyaringan
dalam dialiser selesai, maka akan didapatkan darah yang bersih. Darah itu kemudian akan
dialirkan kembali ke dalam tubuh.
Rata-rata tiap orang memerlukan waktu 9 hingga 12 jam dalam seminggu untuk
menyaring seluruh darah dalam tubuh. Tabi biasanya akan dibagi menjadi tiga kali
pertemuan selama seminggu, jadi 3 - 5 jam tiap penyaringan. Tapi hal ini tergantung juga
pada tingkat kerusakan ginjalnya.
Menurut PERNEFRI (2003) waktu atau lamanya hemodialisa disesuaikan dengan
kebutuhan individu. Tiap hemodialisa dilakukan 45 jam dengan frekuensi 2 kali
seminggu. Hemodialisa idealnya dilakukan 1015 jam/minggu dengan QB 200300
mL/menit. Sedangkan menurut Corwin (2000) hemodialisa memerlukan waktu 35 jam
dan dilakukan 3 kali seminggu. Pada akhir interval 23 hari diantara hemodialisa,
keseimbangan garam, air, dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa ikut berperan

menyebabkan anemia karena sebagian sel darah merah rusak dalam proses hemodialisa.
Price dan Wilson (1995) menjelaskan bahwa dialisat pada suhu tubuh akan meningkatkan
kecepatan difusi, tetapi suhu yang terlalu tinggi menyebabkan hemolisis sel-sel darah
merah sehingga dapat menyebabkan pasien meninggal. Robekan pada membran dializer
yang mengakibatkan kebocoran kecil atau masif dapat dideteksi oleh fotosel pada aliran
keluar dialisat. Hemodialisa rumatan biasanya dilakukan tiga kali seminggu, dan lama
pengobatan berkisar dari 4 sampai 6 jam, tergantung dari jenis sistem dialisa yang
digunakan dan keadaan pasien.

Tujuan Hemodialis
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa antara lain :
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.

2.4

Indikasi dan Kontraindikasi


1.

Indikasi
Price dan Wilson (1995) menerangkan bahwa tidak ada petunjuk yang jelas
berdasarkan kadar kreatinin darah untuk menentukan kapan pengobatan harus
dimulai. Kebanyakan ahli ginjal mengambil keputusan berdasarkan kesehatan

penderita yang terus diikuti dengan cermat sebagai penderita rawat jalan. Pengobatan
biasanya dimulai apabila penderita sudah tidak sanggup lagi bekerja purna waktu,
menderita neuropati perifer atau memperlihatkan gejala klinis lainnya. Pengobatan
biasanya juga dapat dimulai jika kadar kreatinin serum diatas 6 mg/100 ml pada pria ,
4 mg/100 ml pada wanita dan glomeluro filtration rate (GFR) kurang dari 4 ml/menit.
Penderita tidak boleh dibiarkan terus menerus berbaring ditempat tidur atau sakit
berat sampai kegiatan sehari-hari tidak dilakukan lagi.
Menurut konsensus Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) (2003)
secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi Goal (LFG) kurang dari 15 mL/menit,
LFG kurang dari 10 mL/menit dengan gejala uremia/malnutrisi dan LFG kurang dari
5 mL/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani dialisis. Selain indikasi tersebut
juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila terdapat komplikasi akut seperti
oedem paru, hiperkalemia, asidosis metabolik berulang, dan nefropatik diabetik.
Kemudian Thiser dan Wilcox (1997) menyebutkan bahwa hemodialisa
biasanya dimulai ketika bersihan kreatinin menurun dibawah 10 mL/menit, ini
sebanding dengan kadar kreatinin serum 810 mg/dL. Pasien yang terdapat gejalagejala uremia dan secara mental dapat membahayakan dirinya juga dianjurkan
dilakukan hemodialisa. Selanjutnya Thiser dan Wilcox (1997) juga menyebutkan
bahwa indikasi relatif dari hemodialisa adalah azotemia simtomatis berupa
ensefalopati, dan toksin yang dapat didialisis. Sedangkan indikasi khusus adalah
perikarditis uremia, hiperkalemia, kelebihan cairan yang tidak responsif dengan
diuretik (oedem pulmonum), dan asidosis yang tidak dapat diatasi.
2.

Kontra Indikasi

Menurut Thiser dan Wilcox (1997) kontra indikasi dari hemodialisa adalah hipotensi yang
tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak organik. Sedangkan
menurut PERNEFRI (2003) kontra indikasi dari hemodialisa adalah tidak mungkin didapatkan
akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan koagulasi.
Kontra indikasi hemodialisa yang lain diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia multi
infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut
(PERNEFRI, 2003).

2.5

Komplikasi Hemodialisa
Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005) selama tindakan
hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain :
1. Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai
mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi
(penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.
2. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat
natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan
berat cairan.
3. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan kalsium,
magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap aritmia pada
pasien hemodialisa.
4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari
osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari darah,

yang mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini.


Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang menyebabkan
oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya terjadi pada pasien yang menjalani
hemodialisa pertama dengan azotemia berat.
5. Hipoksemia
6. Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu dimonitor pada pasien
yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
7. Perdarahan
8. Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat dinilai dengan
mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama hemodialisa juga merupakan
faktor risiko terjadinya perdarahan.
9. Ganguan pencernaan
10. Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang disebabkan
karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan sakit kepala.
11. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.
12. Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak adekuat
ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
2.6

Diet untuk Pasien Hemodialisa


Seseorang yang sudah mengalami gagal ginjal harus menjaga pola makannya karena
banyak makanan yang justru bisa memperparah kondisi penyakitnya. Penderita sakit ginjal
tidak bisa mengonsumsi buah dan sayur sesukanya, dengan jumlah yang sama seperti
orang sehat. Harus dipahami bahwa ada sayur dan buah yang berpotensi memperparah
kondisi kesehatan penderita. Oleh karena itu, penderita gagal ginjal harus benar-benar
mengetahui kandungan buah dan sayur yang mereka konsumsi. Penderita gagal ginjal
sebaiknya mengurangi konsumsi buah-buahan karena sebagian buah-buahan berkadar
Kalium (potassium) tinggi, ujar dokter Dian Novita Chandra, M.Gizi, Staf Departemen
Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia kepada Warta Kota belum lama ini.

Kadar kalium yang sangat tinggi (hiperkalemia) dapat menyebabkan irama jantung
terganggu. Penderita harus bisa membatasi jumlah konsumsi buah setiap harinya.
Misalnya buah apel, penderita ginjal hanya bisa mengonsumsi setengahnya saja. Namun
yang juga harus diingat, jika kondisi penderita ginjal sudah tidak bisa lagi berkermh, maka
sebaiknya hentikan konsumsi buah dan sayur hingga lancar berkemih.
Sementara itu, bagi penderita yang belum menjalani cuci darah. dianjurkan untuk
melakukan diet rendah protein 40-45 gram/hari. Hal ini tentunya tergantung fungsi ginjal
penderita yang dapat diketahui dengan pemeriksaan laboratorium. Jika fungsi ginjal
kurang dari 15 persen, maka pertu melakukan cuci darah.
Lain lagi pada penderita gagal ginjal yang sudah lama alias menahun atau kronis.
Penderita gagal ginjal kronis harus menjalani diet ketat dengan beberapa tujuan yaitu
untuk mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dan untuk menjaga agar
penderita dapat beraktivitas seperti orang normal. Prinsip diet bagi penderita gagal ginjal
kronis adalah:
1.
2.
3.
4.

Diet lunak atau biasa.


Sebagai sumber karbohidrat: gula pasir, selai, sirup, dan permen.
Cukup energi dan rendah protein
Sebagai sumber protein, diutamakan protein hewani, misalnya: susu, sapi, daging,

dan ikan. Banyaknya sesuai dengan kegagalan fungsi ginjal penderita.


5. Sebagai sumber lemak, diutamakan lemak tidak jenuh, dengan kebutuhan sekitar 25
persen dari total energi yang diperlukan.
6. Untuk kebutuhan air, dianjurkan sesuai dengan jumlah urine 24 jam; sekitar 500
mililiter melalui minuman dan makanan.
7. Untuk kebutuhan kalium dan natrium dengan keadaan penderita.
8. Untuk kebutuhan kalori, sekitar 35 Kkal/Kg berat badan/hari.
9. Membatasi asupan garam dapur jika ada hipertensi(darah tinggi) atau edema
(bengkak).

10. Dianjurkan juga mengonsumsi agar-agar karena selain mengandung sumber energi
juga mengandung serat yang larut.
Makanan yang sebaiknya dibatasi bagi penderita gagal ginjal kronik antara lain:
1. Sumber karbohidrat seperti: nasi, jagung, kentang, makaroni, pasta, hevermout, ubi.
2. Protein hewani, seperti: daging kambing, ayam, ikan, hati, keju, udang, telur.
3. Sayuran dan buah-buahan tinggi kalium, seperti: apel, alpukat, jeruk, pisang, pepaya dan
daun pepaya, seledri, kembang kol, peterseli, buncis.

2.7 Pentingnya Diit pada Pasien Hemodialisis


Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisa mengingat adanya
efek uremia. Apabila ginjal tidak mampu mengekskresikan produk akhir metabolisme,
substansiyang bersifat asam ini akan menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai
racun. Gejala yang terjadi akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal dengan gejala uremik dan
akanmempengaruhi setiap sistem tubuh. Lebih banyak toksin yang menumpuk, lebih berat
gejala yang timbul.
Diet rendah protein akan mengurangi penumpukan limbah nitrogen dan de
ngan demikian meminimalkan gejala. Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat
mengakibatkan gagal jantung kongestifserta edema paru. Dengan demikian pembatasan
cairan juga merupakan bagian dari resep diet untuk pasien ini. Dengan penggunaan
hemodialisa yang efektif, asupan makanan pasien dapat diperbaiki meskipun biasanya
memerlukan beberapa penyesuaian atau pembatasan pada asupan protein, natrium, kalium
dan cairan.
2.7.1 Masalah cairan

Pembatasan asupan cairan sampai 1 liter perhari sangat penting karena meminimalkna
risiko kelebihan cairan antar sesi hemodialisa. Jmlah cairan yang tidak seimbang dapat
menyebabkan terjadinya edema paru ataupun hipertensi pada 2-3 orang pasien hemodialisa.
Ketidakseimbangan cairan juga dapat menyebabkan terjadinya hipertropi pada ventrikel kiri.
Beberapa laporan menyatakan bahwa pembatasan cairan pada pasien hemodialisa
sangatdipengaruhi oleh perubahan musim dan masa-masa tertentu dalam hidupnya. Seperti penelitian
Argiles (2004) menyatakan bahwa asupan cairan pasien akan sangat tidak terkont
rol pada m u s i m p a n a s k a r e n a p a d a m u s i m p a n a s merangsang rasa. Jumlah
asupan cairan pasien baik cairan yang diminum langsung ataupun yang dikandung oleh
makanan dapat dikaji secara langsung dengan mengukur kenaikan berat badan an
tar sesihemodialisa (Interdialytic weight gain/IDWG) (Welch, 2006). IDWG adalah peningkatan
berat badan antar hemodialisa yang paling utama dihasilkan oleh asupan
garam dan cairan. Secara teori, konsekuensi dari asupan tersebut terdiri atas dua
bagian yaitu:

on the one hand


yang artinya asupan air dan salin dapat bekerja sama dengan kalori dan protein dalam makanan, yang akan
disatukan untuk memperoleh status nutrisi yang lebih baik.

on the other hand


asupan air dan garam dapat menimbulkan peningkatan cairan tubuh. Yang menjadi kunci untuk
k e j a d i a n h i p e r t e n s i d a n h i p e r t r o p i v e n t r i k e l k i r i ( Vil l a v e r d e , 2 0 0 5 ) . I D
W G y a n g d a p a t ditoleransi oleh tubuh adalah tidak lebih dari 1,0-1,5 kg (Lewis et al., 1998) atau tidak
lebih dari3 % dari berat kering (Fisher, 2006).

Berat kering adalah berat tubuh tanpa adanya kelebihan cairan yang menumpuk
diantara dua terapi hemodialisa. Berat kering ini dapat disamakan dengan berat badan orang
dengan ginjal sehat setelah buang air kecil. Berat kering adalah berat terendah yang dapat
ditoleransi
oleh pasien sesaat setelah terapi dialysis tanpa menyebabkan timbulnya gejala turunnya tekan
an darah, kram atau gejala lainnya yang merupakan indikasi terlalu banyak cairan dibuang.
Berat kering ditentukan oleh dokter dengan mempertimbangkan masukan dari pasien. Dokter
akan menentukan berat kering dengan mempertimbangkan kondisi pasien sebagai berikut :
tekanan

darah

normal,

tidak adanya

edema

atau pembengkakan,

tidak adanya

indikasi kelebihan cairansaat pemeriksaan paru paru, tidak ada indikasi sesak nafas.
Dengan demikian pembatasancairan juga merupakan bagian dari resep diet untuk pasien ini.
Cairan dibatasi, yaitu denganmenjumlahkan urin/24jam ditambah 500-750 ml (Almatsier, 2004). Urin 24
jam ditambah 500-700 ml adalah jumlah cairan yang dapat dikonsumsi pasien dan masih dapat
ditoleransi olehginjal pasien.

2.7.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Penderita Gagak Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisis Dalam Mengurangi Asupan Cairan
Faktor usia Pendapat Dunbar & Waszak (1990) yang menunjukkan bahwa ketaatan
terhadapaturan pengobatan pada anak-anak dan remaja merupakan persoalan yang sama dengan ketaatan pada
pasien dewasa. Pada penelitian ini didapat penderita yang patuh rata-rara usia 52 tahun
dan penderita yang tidak patuh rata-rata usia 46 tahun,ini bukan
berarti usia lebih tua cenderung patuh dan sebaliknya usia lebih muda cenderung tidak patuh.

Pendidikan penderita yang patuh74,3% untuk pendidikan SMA keatas ternyata lebih tinggi
dibandingkan dengan pendidikan pada penderita yang tidak patuh.

Faktor lama menjalani HD


Semakin lama pasien menjalaniHD adaptasi pasien semakin baik karena pasien telah
mendapat pendidikan kesehatan
Atau
informasi yang diperlukan semakin banyak dari petugas kesehatan. Hal ini didukung
oleh pernyataan bahwa
semakin lama pasien menjalani HD, semakin patuh dan pasien yang tidak patuh cenderung meru
pakan pasien yang belum lama menjalani HD, karena pasien sudah
mencapai tahap accepted (menerima) dengan adanya pendidikan kesehatan dari petu
gas kesehatan.
Faktor Keterlibatan tenaga kesehatan.
Keterlibatan tenaga kesehatan sangat diperlukan oleh pasien dalam hal sebagai pem
beri pelayanan kesehatan, penerimaan informasi bagi pasien dan keluarga, serta rencana
pengobatanselanjutnya.
Faktor keterlibatan keluarga pasien
Pada penderita yang patuh lebih mempunyai kepercayaan pada kemampuannya sendiri
untuk mengendalikan aspek permasalahan yang sedang dialami, ini dikarenakan individu
memilikifaktor internal yang lebih dominan seperti tingkat pendidikan yang tinggi,
pengalamanyang pernah dialami, dan konsep diri yang baik akan membuat individu lebih dapat
mengambil keputusan yang tepat dalam mengambil mengambil tindakan, sementara

keterlibatankeluargad a p a t d i a r t i k a n s e b a g a i s u a t u b e n t u k h u b u n g a n s o s i a l y a n g
b e r s i f a t m e n o l o n g d e n g a n melibatkan aspek

perhatian,

bantuan

dan

penilaian

dari keluarga. Schwarzt and Griffin (1995),mengatakan perilaku kepatuhan tergantung pada situasi klinis
spesifik, sifat alam penyakit
dan program pengobatan. Berbeda dengan pernyataan Baekeland & Luddwall (1975) bahwa
keluarga juga

merupakan

faktor yang

berpengaruh dalam

menentukan program pengobatan pada pasien, derajat dimana seseorang terisolasi dari pendampi
ngan orang lain, isolasi sosialsecara negatif berhubungan dengan kepatuhan

2.7.3 Macam-macam diit pada pasien hemodialisis


Unsur-unsur gizi (nutrient) yang memiliki makna khusus dalam pengobatan conventional
yangdapat digunakan sebagai terapi pendamping sudah harus dilaksanakan dan memerlukan
pemantauanketat.
1. Cairan dan Natrium
Gejala pertama pada keadaan gagal ginjal menahun adalah ketidakmampuan nefron yang masih berfungsi itu
untuk meningkatkan filtarat glomelurus secara baik dan mengatur eksresi
natriumkedalam air seni, dengan semakin parahnya kegagalan ginjal dan men
urunnya glomerulus(GFR) hingga 10 % atau kurang dari nilai normlnya,
maka produksi air seni akan
menjadisedikit sehingga masukan air dan natrium dalam jumlah yang lazim t
idak dapat ditolerir.K e b u t u h a n p e n d e r i t a a k a n a i r d a p a t d i t e n t u k a n l e
w a t p e n g u k u r a n j u m l a h a i r s e n i y a n g dikeluarkan selama 24 jam dengan

memakai gelas silinder dan ditambah air 500 ml, ini akanmenganti jumlah kehilangan air yang
hilang dari dalam tubuh (volume urine + 500 ml).
2. Natrium
Natrium

perlu dibatasi karena natrium

diperlukan di dalam tubuh

walaupun faal ginjal sudahmenurun. Hal ini penting bila terdapat hipertensi, edema dan
bendungan paru- paru. Parameter yang digunakan untuk menilai kecukupan natrium
adalah berat badan, kadar Na urine, serumdan laju filtrasi glomerulus. Pemberian natrium
harus diberikan dalam jumlah maksimal yangdapat ditolerir dengan tujuan untuk
mempertahankan volume cairan ekstraseluler terkendalinyaasupan natrium yang ditandai nya
terkontrolnya tekanan darah dan pembengkakan (oedema).
3.Protein
Asupan protein disesuaikan dengan derajat ganguan fungsi ginjal/ laju filtrasi glome
ruluskurang dari 25%, berdasarkan berbagai hasil- hasil penelitian di dapatkan bahwa
pada GGK

di perlukan peranan asupan protein

sampai 0,5-0,6 gr/kg

BB/hari,

rata- rata 0,5 gr / kg BB/ hariagar tercapai keseimbangan metabolisme protein yangoptimal. Dari
protein 0,5 gr/kg BB/hari ini hendaknya diusahakan sekurang-kurangnya 60%atau
0,35 gr/kg BB/ hari berupa proteindengan nilai biologik tinggi. Protein denga
n nilai biologik tinggi adalah protein dengan susunan asam amino yang menyerupai atur
an aminoessensial dan pada umumnya berasal dari protein hewani (susu, telur, ikan, unggas, daging
tidak berlemak).
4. Kalium
Kalium

jarang

meningkat

pada

GGK,

bila

terjadi

hiperkalemia

maka

biasanya

berkaitan

denganoliguri ( berkurangnya volume urine/, keadaan metabolic, obat- obatan y

ang mengandungkalium. Kadar kalium dalam dalam serum harus dijaga dalam suatu
kisaran yang sempit yaitu3,5 hingga 5 Eq/I untuk mencegah timbulnya kegawatan jantung karena
hiperkalmia.
5. Kalori/ Energi
Asupan energi kebanyakan penderita GGK menunjukkan kurang gizi, hal ini disebabkan oleh berbagaifactor
metabolisme dan kurangnya asupan kalori. Kalori cukup tinggi di hasilkan
darisumber karbohidrat dan lemak merupakan hal yang
penting bagi penderita kronik pembatasan masukan protein yang diperlukan untuk
memperbaiki keseimbangannitrogen, guna mencegah oksidasi protein. Untuk me
mproduksi energi disarankanmasukan kalori paling sedikit 35kkal/kg BB/hari,
kebutuhan asupan kalori penderitaGGK yang stabil adalah 35 kkal/kg BB/hari. Kebutuhan kalori
harus dipenuhi guna mencegah terjadinya pembakaran proteintubuh dan merangsang pengeluaran
insulin.
6. Lemak
Lemak terbatas, diutamakan pengguna lemak tak jenuh ganda. Lemak normal untuk
pasiendialisis 15-30 % dari kebutuhan energi total.7. VitaminDefisiensi asam folat, piridoksin dan
vitamin C dapat terjadi sehingga perlu suplemen vitamintersebut. diantaranya vitamin
larut lemak, kadar vitamin A meningkat sehingga harus dihindari pemberian vitamin A
pada GGK. Vitamin E dan K tidak membutuhkan suplementasi.

2.7.4 Tujuan Diet Penyakit Ginjal Kronik


1.Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa
fungsiginjal,

agar

tidak

memberatkan

kerja

ginjal.2.Mencegah

dan

menurunkan

kadar ureum darah yang tinggi (uremia).3.Mengatur


elektrolit.4.Mencegah

atau

mengurangi

keseimbangan

progresifitas

gagal

cairan
ginjal,

dan

dengan

memperlambat turunnya lajufiltrasi glomerulus (Almatsier, 2006). Pada penderita GGK sering
terjadi mual, muntah, anoreksia, dan gangguan lain yang menyebabkanasupan gizi tidak adekuat/tidak
mencukupi. Syarat Pemberian Diet pada Gagal Ginjal Kronik Syarat pemberian diet pada gagal ginjal
kronik adalah (Almatsier 2006):
1.Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB.
2.Protein rendah, yaitu 0,6 0,75 gr/kg BB. Sebagian harus bernilai biologik tinggi.
3.Lemak cukup, yaitu 20-30% dari kebutuhan total energi, diutamakan lemak tidak
jenuhganda.
4.Karbohidrat cukup, yaitu : kebutuhan energi total dikurangi yang berasal dari
protein danlemak.
5.Natrium dibatsi apabila ada hipertensi, edema, acites, oliguria, atau anuria, banyak natriumyang
diberikan antara 1-3 g.
6.Kalium dibatasi (60-70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5 mEq), oliguria,atau
anuria.
7.Cairan

dibatasi

yaitu

sebanyak

jumlah

urine

sehari ditambah dengan

pengeluaran cairanmelalui keringat dan pernapasan (500 ml).


8.Vitamin cukup, bila perlu berikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C, vitamin D.
9.Ada tiga jenis diet yang diberikan menurut berat badan pasien, yaitu :

Diet Protein Rendah I : 30 gr protein diberikan kepada pasien dengan berat badan 50 kg.
Diet Protein Rendah II : 35 gr protein diberikan kepada pasien dengan berat badan 60 kg.
Diet Protein Rendah III : 40 gr protein diberikan kepada pasien dengan berat badan 65 kg.Karena
kebutuhan gizi pasien penyakit ginjal kronik sangat bergantung pada keadaan dan

berat badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan dapat lebih tinggi atau lebih
rendah daripadastandar. Untuk protein dapat ditingkatkan dengan memberikan asam amino esensial
murni.
2.7.5 Menu diit yang dianjurkan
Pola Konsumsi Makanan Penderita Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisa
Pola konsumsi makanan merupakan gambaran mengenai jumlah jenis dan frekuensi bahan makananyang
dikonsumsi seseorang sehari-hari dan merupakan ciri khas pada suatu kelompok
masyarakattertentu. Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi
kebutuhan gizi seseorang(Harper, 1985). Sedangkan menurut Suharjo (1996), pola
konsumsi pangan adalah cara seseorangatau sekelompok orang dalam memilih makanan
sebagai tanggapan terhadap pengaruh
fisiologis, psikologis, kebudayaan, dan sosial. Pengaturan diet atau makanan pada gagal g
injal sangat berpengaruh bagi penyakit ginjal.
Contoh susunan bahan makanan sehari untuk pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialis
Waktu
Pagi

Pukul
10.00

Siang

Bahan makanan
Beras
Telur
Mezena
Sayuran
Gula pasir
Minyak
Tepung susu whole
Maizena
Gula pasir
Minyak
Beras
Daging
Telur
Sayuran
Buah
Minyak

berat
75 gr
50 gr
20 gr
50 gr
20 gr
10 gr
10 gr
10 gr
20 gr
10 gr
75 gr
25 gr
25 gr
75 gr
100gr
10 gr

URT
1 gelas tim
1 butir
4 sdm
gelas
2 sdm
1 sdm
2 sdm
2 sdm
2 sdm
1 sdm
1 gelas tim
1 potong kecil
butir
gelas
1 potong pepaya
1 sdm

gula pasir
10 gr
Pukul 16.00
Maizena
10 gr
Gula pasir
20 gr
Minyak
10 gr
Sore
Beras
75 gr
Daging
25 gr
Telur
25 gr
Sayuran
75 gr
Buah
100 gr
Minyak
10 gr
Gula pasir
10 gr
Pukul 21.00 Tepung susu whole
20 gr
Gula pasir
20 gr
Sumber : Poli gizi RSUD dr. Pringadi Medan 2009

1 sdm
1 sdm
2 sdm
1 sdm
1 gelas tim
1 potong kecil
butir
gelas
1 potong papaya
1 sdm
1 sdm
4 sdm
4 sdm

Dimana energi = 2000 kal; protein 40 gr;diet rendah protein rendah garam
Pagi
< 10.00
Nasi

10.00
Kue talam

Siang
< 16.00
Nasi

16.00
Agar-agar

Malam
< 20.00
Nasi

Telur ceplok

Teh manis

Ikan

Teh manis

Daging bistik

Tumis

labu

20.00
susu

panggang

Sup sayur

siam

Cah sayur

Papaya

Susu

Papaya

Teh manis

Teh manis
Pada Penderita ginjal kronik hemodialisa demikian kompleks, dengan mengatur asupan
energi, protein, dan beberapa mineral

seperti kalium, natrium, dan

air. Pengaturan diit sukar

dipatuhioleh pasien sehingga memberikan dampak terhadap status gizi dan kualitas hidup
penderita (Sidabutar, 1992).

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & sunddarth.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Rendi, clevo M. 2012. Asuhan Keperawatan Medikah Bedah Dan Penyakit Dalam.
Jogjakarta:Noha Medika
http://b11nk.wordpress.com/hemodialisa/ jam 19.35
http://www.minuman-sehat.com/penyakit-dan-obatnya/obat-untuk-ginjal/diet-bagi-penderitagagal-ginjal.html Di unduh hari senin jam 21.00
http://www.scribd.com/doc/94003823/Sap Diunduh Hari senin Jam 24.00

Anda mungkin juga menyukai