Sap HD
Sap HD
A.
Hari/tanggal
Waktu
: 45 menit
Tempat
Sasaran
: Keluarga Pasien
kegiatan
LATAR BELAKANG
Penyakit gagal ginjal kronik utamanya diderita oleh pasien pasien yang telah mengalami
usia lanjut. Pasien pasien yang menjalani hemodialisa, tidak cukup dilakukan sekali saja, ada
yang menjalani hemodialisa secara regular / rutin tiap minggu. Bahkan, ada pula yang menjalani
hemodialisa sampai dua kali dalam tiap minggunya. Hal ini tentu saja akan menimbulkan
berbagai dampak dan komplikasi yang dialami oleh pasien.
Pasien yang menjalani hemodialisa tentu saja memiliki rasa cemas dan khawatir mengenai
tindakan tersebut. Oleh karena itu, sebelum menjalani proses hemodialisa ada hal hal yang
perlu diketahui oleh setiap pasien agar kecemasan yang dialami pasien pasien tersebut minimal
dapat berkurang. Sebagai perawat diharapkan memberikan informasi dan pengarahan
pengarahan, serta motivasi terhadap pasien yang menjalani hemodialisa.
Untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan hemodialisis diperlukan penatalaksanaan
lain seperti management dit. Anggota keluarga memiliki potensi untuk menjadi pendorong utama
koping. Selain itu, lingkungan keluarga cepat menjadi faktor yang kritis pada pengarahan
individu terhadap sebuah krisis (Hough, 1991). Oleh karena itu dibutuhkan pendidikan kesehatan
kepada Tn. Y dan keluarga Tn.Y.
B.
TUJUAN
1. Tujuan instruksional umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan diharapkan peserta mengetahui tentang diit pada
pasien dengan CKD
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan sasaran penyuluhan mampu:
a. Memahami dan mampu menjelaskan pentingnya diit pada pasien hemodialisis.
b. Memahami dan mampu menyebutkan macam-macam diit pada pasien hemodialisis.
c. Memahami dan mampu memberikan contoh makanan yang dianjurkan dan tidak
dianjurkan bagi pasien hemodialisis.
Definisi hemodialisis
Konsep Dialisis
Tujuan hemodialisis
Indikasi dan kontraindikasi hemodialisis
Komplikasi hemodialisis
Diet untuk pasien hemodialisis
Pentingnya diet bagi pasien hemodialisis
Macam-macam diet pada pasien hemodialisis
STRATEGI PEMBELAJARAN
No
Tahap
Kegiatan Penyuluh
Kegiatan Peserta
1. Moderator mengucapkan salam
1.
Sasaran menjawab salam
kepada sasaran
2. Moderator
2.
merkenalkan
Sasaran menyimak
Pendahuluan
5 menit
dan
menjelaskan
Sasaran menyimak
waktu
pelaksanaan.
4. Fasilitator membagikan leaflet
4.
2
Penyajian
tanya jawab
35 menit
Menerima leaflet
dan
1. Penyaji menyampaikan materi
1.
Mendengarkan
memperhatikan
dan
verbal/
lisan
dengan
2.
beberapa
Penutup
memberikan
5 menit
Memperhatikan
Menjawab pertanyaan
dengan
mengucapkan salam
3.
H.
Menjawab salam
METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
I.
MEDIA
1. LCD Proyektor
2. Leaflet
3. Laptop
J.
LAMPIRAN MATERI
2.1
Pengertian
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan
dan produk limbah dalam tubuh kita, ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut
(Brunner& Sunddarth, 2001).
Salah satu terapi yang diberikan pada pasien dengan gagl ginjal kronis adalah
hemodialisa. Tujuan terapi dialisa adalah untuk mempertahankan kehidupan dan
kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali (Brunner & Suddarth, 2001).
Hemodialisis berasal dari kata hemo artinya darah, dan dialisis artinya
pemisahan zat-zat terlarut. Hemodialisis berarti proses pembersihan darah dari zatzat sampah,
melalui
proses
penyaringan
di
luar tubuh.
Hemodialisis
menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialisis. Hemodialisis dikenal secara awam
dengan istilah cuci darah.
2.2
Difusi adalah peristiwa berpindahnya suatu zat dalam campuran, dari bagian
pekat ke bagian yang lebih encer. Difusi dapat terjadi bila ada perbedaan kadar zat
terlarut dalam darah dan dalam dialisat. Dialisat berisi komponen seperti larutan garam
dan glukosa yang dibutuhkan tubuh. Jika tubuh kekurangan zat tersebut saat proses
hemodialisis, maka difusi zat-zat tersebut akan terjadi dari dialisat ke darah.
Ultrafiltrasi merupakan proses berpindahnya air dan zat terlarut karena
perbedaan tekanan hidrostatis dalam darah dan dialisat. Tekanan darah yang lebih tinggi
dari dialisat memaksa air melewati selaput semipermeabel. Air mempunyai molekul
sangat kecil sehingga pergerakan air melewati selaput diikuti juga oleh zat sampah
dengan molekul kecil.
Kedua peristiwa tersebut terjadi secara bersamaan. Setelah proses penyaringan
dalam dialiser selesai, maka akan didapatkan darah yang bersih. Darah itu kemudian akan
dialirkan kembali ke dalam tubuh.
Rata-rata tiap orang memerlukan waktu 9 hingga 12 jam dalam seminggu untuk
menyaring seluruh darah dalam tubuh. Tabi biasanya akan dibagi menjadi tiga kali
pertemuan selama seminggu, jadi 3 - 5 jam tiap penyaringan. Tapi hal ini tergantung juga
pada tingkat kerusakan ginjalnya.
Menurut PERNEFRI (2003) waktu atau lamanya hemodialisa disesuaikan dengan
kebutuhan individu. Tiap hemodialisa dilakukan 45 jam dengan frekuensi 2 kali
seminggu. Hemodialisa idealnya dilakukan 1015 jam/minggu dengan QB 200300
mL/menit. Sedangkan menurut Corwin (2000) hemodialisa memerlukan waktu 35 jam
dan dilakukan 3 kali seminggu. Pada akhir interval 23 hari diantara hemodialisa,
keseimbangan garam, air, dan pH sudah tidak normal lagi. Hemodialisa ikut berperan
menyebabkan anemia karena sebagian sel darah merah rusak dalam proses hemodialisa.
Price dan Wilson (1995) menjelaskan bahwa dialisat pada suhu tubuh akan meningkatkan
kecepatan difusi, tetapi suhu yang terlalu tinggi menyebabkan hemolisis sel-sel darah
merah sehingga dapat menyebabkan pasien meninggal. Robekan pada membran dializer
yang mengakibatkan kebocoran kecil atau masif dapat dideteksi oleh fotosel pada aliran
keluar dialisat. Hemodialisa rumatan biasanya dilakukan tiga kali seminggu, dan lama
pengobatan berkisar dari 4 sampai 6 jam, tergantung dari jenis sistem dialisa yang
digunakan dan keadaan pasien.
Tujuan Hemodialis
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan hemodialisa antara lain :
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain.
2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi ginjal.
4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan yang lain.
2.4
Indikasi
Price dan Wilson (1995) menerangkan bahwa tidak ada petunjuk yang jelas
berdasarkan kadar kreatinin darah untuk menentukan kapan pengobatan harus
dimulai. Kebanyakan ahli ginjal mengambil keputusan berdasarkan kesehatan
penderita yang terus diikuti dengan cermat sebagai penderita rawat jalan. Pengobatan
biasanya dimulai apabila penderita sudah tidak sanggup lagi bekerja purna waktu,
menderita neuropati perifer atau memperlihatkan gejala klinis lainnya. Pengobatan
biasanya juga dapat dimulai jika kadar kreatinin serum diatas 6 mg/100 ml pada pria ,
4 mg/100 ml pada wanita dan glomeluro filtration rate (GFR) kurang dari 4 ml/menit.
Penderita tidak boleh dibiarkan terus menerus berbaring ditempat tidur atau sakit
berat sampai kegiatan sehari-hari tidak dilakukan lagi.
Menurut konsensus Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) (2003)
secara ideal semua pasien dengan Laju Filtrasi Goal (LFG) kurang dari 15 mL/menit,
LFG kurang dari 10 mL/menit dengan gejala uremia/malnutrisi dan LFG kurang dari
5 mL/menit walaupun tanpa gejala dapat menjalani dialisis. Selain indikasi tersebut
juga disebutkan adanya indikasi khusus yaitu apabila terdapat komplikasi akut seperti
oedem paru, hiperkalemia, asidosis metabolik berulang, dan nefropatik diabetik.
Kemudian Thiser dan Wilcox (1997) menyebutkan bahwa hemodialisa
biasanya dimulai ketika bersihan kreatinin menurun dibawah 10 mL/menit, ini
sebanding dengan kadar kreatinin serum 810 mg/dL. Pasien yang terdapat gejalagejala uremia dan secara mental dapat membahayakan dirinya juga dianjurkan
dilakukan hemodialisa. Selanjutnya Thiser dan Wilcox (1997) juga menyebutkan
bahwa indikasi relatif dari hemodialisa adalah azotemia simtomatis berupa
ensefalopati, dan toksin yang dapat didialisis. Sedangkan indikasi khusus adalah
perikarditis uremia, hiperkalemia, kelebihan cairan yang tidak responsif dengan
diuretik (oedem pulmonum), dan asidosis yang tidak dapat diatasi.
2.
Kontra Indikasi
Menurut Thiser dan Wilcox (1997) kontra indikasi dari hemodialisa adalah hipotensi yang
tidak responsif terhadap presor, penyakit stadium terminal, dan sindrom otak organik. Sedangkan
menurut PERNEFRI (2003) kontra indikasi dari hemodialisa adalah tidak mungkin didapatkan
akses vaskuler pada hemodialisa, akses vaskuler sulit, instabilitas hemodinamik dan koagulasi.
Kontra indikasi hemodialisa yang lain diantaranya adalah penyakit alzheimer, demensia multi
infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut
(PERNEFRI, 2003).
2.5
Komplikasi Hemodialisa
Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005) selama tindakan
hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi, antara lain :
1. Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya hemodialisa sampai
mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi
(penarikan cairan) yang cepat dengan volume yang tinggi.
2. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat, rendahnya dialisat
natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik, dan kelebihan tambahan
berat cairan.
3. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan kalsium,
magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh terhadap aritmia pada
pasien hemodialisa.
4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat diakibatkan dari
osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat dibandingkan dari darah,
Kadar kalium yang sangat tinggi (hiperkalemia) dapat menyebabkan irama jantung
terganggu. Penderita harus bisa membatasi jumlah konsumsi buah setiap harinya.
Misalnya buah apel, penderita ginjal hanya bisa mengonsumsi setengahnya saja. Namun
yang juga harus diingat, jika kondisi penderita ginjal sudah tidak bisa lagi berkermh, maka
sebaiknya hentikan konsumsi buah dan sayur hingga lancar berkemih.
Sementara itu, bagi penderita yang belum menjalani cuci darah. dianjurkan untuk
melakukan diet rendah protein 40-45 gram/hari. Hal ini tentunya tergantung fungsi ginjal
penderita yang dapat diketahui dengan pemeriksaan laboratorium. Jika fungsi ginjal
kurang dari 15 persen, maka pertu melakukan cuci darah.
Lain lagi pada penderita gagal ginjal yang sudah lama alias menahun atau kronis.
Penderita gagal ginjal kronis harus menjalani diet ketat dengan beberapa tujuan yaitu
untuk mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dan untuk menjaga agar
penderita dapat beraktivitas seperti orang normal. Prinsip diet bagi penderita gagal ginjal
kronis adalah:
1.
2.
3.
4.
10. Dianjurkan juga mengonsumsi agar-agar karena selain mengandung sumber energi
juga mengandung serat yang larut.
Makanan yang sebaiknya dibatasi bagi penderita gagal ginjal kronik antara lain:
1. Sumber karbohidrat seperti: nasi, jagung, kentang, makaroni, pasta, hevermout, ubi.
2. Protein hewani, seperti: daging kambing, ayam, ikan, hati, keju, udang, telur.
3. Sayuran dan buah-buahan tinggi kalium, seperti: apel, alpukat, jeruk, pisang, pepaya dan
daun pepaya, seledri, kembang kol, peterseli, buncis.
Pembatasan asupan cairan sampai 1 liter perhari sangat penting karena meminimalkna
risiko kelebihan cairan antar sesi hemodialisa. Jmlah cairan yang tidak seimbang dapat
menyebabkan terjadinya edema paru ataupun hipertensi pada 2-3 orang pasien hemodialisa.
Ketidakseimbangan cairan juga dapat menyebabkan terjadinya hipertropi pada ventrikel kiri.
Beberapa laporan menyatakan bahwa pembatasan cairan pada pasien hemodialisa
sangatdipengaruhi oleh perubahan musim dan masa-masa tertentu dalam hidupnya. Seperti penelitian
Argiles (2004) menyatakan bahwa asupan cairan pasien akan sangat tidak terkont
rol pada m u s i m p a n a s k a r e n a p a d a m u s i m p a n a s merangsang rasa. Jumlah
asupan cairan pasien baik cairan yang diminum langsung ataupun yang dikandung oleh
makanan dapat dikaji secara langsung dengan mengukur kenaikan berat badan an
tar sesihemodialisa (Interdialytic weight gain/IDWG) (Welch, 2006). IDWG adalah peningkatan
berat badan antar hemodialisa yang paling utama dihasilkan oleh asupan
garam dan cairan. Secara teori, konsekuensi dari asupan tersebut terdiri atas dua
bagian yaitu:
Berat kering adalah berat tubuh tanpa adanya kelebihan cairan yang menumpuk
diantara dua terapi hemodialisa. Berat kering ini dapat disamakan dengan berat badan orang
dengan ginjal sehat setelah buang air kecil. Berat kering adalah berat terendah yang dapat
ditoleransi
oleh pasien sesaat setelah terapi dialysis tanpa menyebabkan timbulnya gejala turunnya tekan
an darah, kram atau gejala lainnya yang merupakan indikasi terlalu banyak cairan dibuang.
Berat kering ditentukan oleh dokter dengan mempertimbangkan masukan dari pasien. Dokter
akan menentukan berat kering dengan mempertimbangkan kondisi pasien sebagai berikut :
tekanan
darah
normal,
tidak adanya
edema
atau pembengkakan,
tidak adanya
indikasi kelebihan cairansaat pemeriksaan paru paru, tidak ada indikasi sesak nafas.
Dengan demikian pembatasancairan juga merupakan bagian dari resep diet untuk pasien ini.
Cairan dibatasi, yaitu denganmenjumlahkan urin/24jam ditambah 500-750 ml (Almatsier, 2004). Urin 24
jam ditambah 500-700 ml adalah jumlah cairan yang dapat dikonsumsi pasien dan masih dapat
ditoleransi olehginjal pasien.
2.7.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Penderita Gagak Ginjal Kronik Yang
Menjalani Hemodialisis Dalam Mengurangi Asupan Cairan
Faktor usia Pendapat Dunbar & Waszak (1990) yang menunjukkan bahwa ketaatan
terhadapaturan pengobatan pada anak-anak dan remaja merupakan persoalan yang sama dengan ketaatan pada
pasien dewasa. Pada penelitian ini didapat penderita yang patuh rata-rara usia 52 tahun
dan penderita yang tidak patuh rata-rata usia 46 tahun,ini bukan
berarti usia lebih tua cenderung patuh dan sebaliknya usia lebih muda cenderung tidak patuh.
Pendidikan penderita yang patuh74,3% untuk pendidikan SMA keatas ternyata lebih tinggi
dibandingkan dengan pendidikan pada penderita yang tidak patuh.
keterlibatankeluargad a p a t d i a r t i k a n s e b a g a i s u a t u b e n t u k h u b u n g a n s o s i a l y a n g
b e r s i f a t m e n o l o n g d e n g a n melibatkan aspek
perhatian,
bantuan
dan
penilaian
dari keluarga. Schwarzt and Griffin (1995),mengatakan perilaku kepatuhan tergantung pada situasi klinis
spesifik, sifat alam penyakit
dan program pengobatan. Berbeda dengan pernyataan Baekeland & Luddwall (1975) bahwa
keluarga juga
merupakan
faktor yang
berpengaruh dalam
menentukan program pengobatan pada pasien, derajat dimana seseorang terisolasi dari pendampi
ngan orang lain, isolasi sosialsecara negatif berhubungan dengan kepatuhan
memakai gelas silinder dan ditambah air 500 ml, ini akanmenganti jumlah kehilangan air yang
hilang dari dalam tubuh (volume urine + 500 ml).
2. Natrium
Natrium
walaupun faal ginjal sudahmenurun. Hal ini penting bila terdapat hipertensi, edema dan
bendungan paru- paru. Parameter yang digunakan untuk menilai kecukupan natrium
adalah berat badan, kadar Na urine, serumdan laju filtrasi glomerulus. Pemberian natrium
harus diberikan dalam jumlah maksimal yangdapat ditolerir dengan tujuan untuk
mempertahankan volume cairan ekstraseluler terkendalinyaasupan natrium yang ditandai nya
terkontrolnya tekanan darah dan pembengkakan (oedema).
3.Protein
Asupan protein disesuaikan dengan derajat ganguan fungsi ginjal/ laju filtrasi glome
ruluskurang dari 25%, berdasarkan berbagai hasil- hasil penelitian di dapatkan bahwa
pada GGK
BB/hari,
rata- rata 0,5 gr / kg BB/ hariagar tercapai keseimbangan metabolisme protein yangoptimal. Dari
protein 0,5 gr/kg BB/hari ini hendaknya diusahakan sekurang-kurangnya 60%atau
0,35 gr/kg BB/ hari berupa proteindengan nilai biologik tinggi. Protein denga
n nilai biologik tinggi adalah protein dengan susunan asam amino yang menyerupai atur
an aminoessensial dan pada umumnya berasal dari protein hewani (susu, telur, ikan, unggas, daging
tidak berlemak).
4. Kalium
Kalium
jarang
meningkat
pada
GGK,
bila
terjadi
hiperkalemia
maka
biasanya
berkaitan
ang mengandungkalium. Kadar kalium dalam dalam serum harus dijaga dalam suatu
kisaran yang sempit yaitu3,5 hingga 5 Eq/I untuk mencegah timbulnya kegawatan jantung karena
hiperkalmia.
5. Kalori/ Energi
Asupan energi kebanyakan penderita GGK menunjukkan kurang gizi, hal ini disebabkan oleh berbagaifactor
metabolisme dan kurangnya asupan kalori. Kalori cukup tinggi di hasilkan
darisumber karbohidrat dan lemak merupakan hal yang
penting bagi penderita kronik pembatasan masukan protein yang diperlukan untuk
memperbaiki keseimbangannitrogen, guna mencegah oksidasi protein. Untuk me
mproduksi energi disarankanmasukan kalori paling sedikit 35kkal/kg BB/hari,
kebutuhan asupan kalori penderitaGGK yang stabil adalah 35 kkal/kg BB/hari. Kebutuhan kalori
harus dipenuhi guna mencegah terjadinya pembakaran proteintubuh dan merangsang pengeluaran
insulin.
6. Lemak
Lemak terbatas, diutamakan pengguna lemak tak jenuh ganda. Lemak normal untuk
pasiendialisis 15-30 % dari kebutuhan energi total.7. VitaminDefisiensi asam folat, piridoksin dan
vitamin C dapat terjadi sehingga perlu suplemen vitamintersebut. diantaranya vitamin
larut lemak, kadar vitamin A meningkat sehingga harus dihindari pemberian vitamin A
pada GGK. Vitamin E dan K tidak membutuhkan suplementasi.
agar
tidak
memberatkan
kerja
ginjal.2.Mencegah
dan
menurunkan
atau
mengurangi
keseimbangan
progresifitas
gagal
cairan
ginjal,
dan
dengan
memperlambat turunnya lajufiltrasi glomerulus (Almatsier, 2006). Pada penderita GGK sering
terjadi mual, muntah, anoreksia, dan gangguan lain yang menyebabkanasupan gizi tidak adekuat/tidak
mencukupi. Syarat Pemberian Diet pada Gagal Ginjal Kronik Syarat pemberian diet pada gagal ginjal
kronik adalah (Almatsier 2006):
1.Energi cukup, yaitu 35 kkal/kg BB.
2.Protein rendah, yaitu 0,6 0,75 gr/kg BB. Sebagian harus bernilai biologik tinggi.
3.Lemak cukup, yaitu 20-30% dari kebutuhan total energi, diutamakan lemak tidak
jenuhganda.
4.Karbohidrat cukup, yaitu : kebutuhan energi total dikurangi yang berasal dari
protein danlemak.
5.Natrium dibatsi apabila ada hipertensi, edema, acites, oliguria, atau anuria, banyak natriumyang
diberikan antara 1-3 g.
6.Kalium dibatasi (60-70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah > 5,5 mEq), oliguria,atau
anuria.
7.Cairan
dibatasi
yaitu
sebanyak
jumlah
urine
Diet Protein Rendah I : 30 gr protein diberikan kepada pasien dengan berat badan 50 kg.
Diet Protein Rendah II : 35 gr protein diberikan kepada pasien dengan berat badan 60 kg.
Diet Protein Rendah III : 40 gr protein diberikan kepada pasien dengan berat badan 65 kg.Karena
kebutuhan gizi pasien penyakit ginjal kronik sangat bergantung pada keadaan dan
berat badan perorangan, maka jumlah protein yang diberikan dapat lebih tinggi atau lebih
rendah daripadastandar. Untuk protein dapat ditingkatkan dengan memberikan asam amino esensial
murni.
2.7.5 Menu diit yang dianjurkan
Pola Konsumsi Makanan Penderita Gagal Ginjal Yang Menjalani Hemodialisa
Pola konsumsi makanan merupakan gambaran mengenai jumlah jenis dan frekuensi bahan makananyang
dikonsumsi seseorang sehari-hari dan merupakan ciri khas pada suatu kelompok
masyarakattertentu. Konsumsi pangan merupakan faktor utama untuk memenuhi
kebutuhan gizi seseorang(Harper, 1985). Sedangkan menurut Suharjo (1996), pola
konsumsi pangan adalah cara seseorangatau sekelompok orang dalam memilih makanan
sebagai tanggapan terhadap pengaruh
fisiologis, psikologis, kebudayaan, dan sosial. Pengaturan diet atau makanan pada gagal g
injal sangat berpengaruh bagi penyakit ginjal.
Contoh susunan bahan makanan sehari untuk pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialis
Waktu
Pagi
Pukul
10.00
Siang
Bahan makanan
Beras
Telur
Mezena
Sayuran
Gula pasir
Minyak
Tepung susu whole
Maizena
Gula pasir
Minyak
Beras
Daging
Telur
Sayuran
Buah
Minyak
berat
75 gr
50 gr
20 gr
50 gr
20 gr
10 gr
10 gr
10 gr
20 gr
10 gr
75 gr
25 gr
25 gr
75 gr
100gr
10 gr
URT
1 gelas tim
1 butir
4 sdm
gelas
2 sdm
1 sdm
2 sdm
2 sdm
2 sdm
1 sdm
1 gelas tim
1 potong kecil
butir
gelas
1 potong pepaya
1 sdm
gula pasir
10 gr
Pukul 16.00
Maizena
10 gr
Gula pasir
20 gr
Minyak
10 gr
Sore
Beras
75 gr
Daging
25 gr
Telur
25 gr
Sayuran
75 gr
Buah
100 gr
Minyak
10 gr
Gula pasir
10 gr
Pukul 21.00 Tepung susu whole
20 gr
Gula pasir
20 gr
Sumber : Poli gizi RSUD dr. Pringadi Medan 2009
1 sdm
1 sdm
2 sdm
1 sdm
1 gelas tim
1 potong kecil
butir
gelas
1 potong papaya
1 sdm
1 sdm
4 sdm
4 sdm
Dimana energi = 2000 kal; protein 40 gr;diet rendah protein rendah garam
Pagi
< 10.00
Nasi
10.00
Kue talam
Siang
< 16.00
Nasi
16.00
Agar-agar
Malam
< 20.00
Nasi
Telur ceplok
Teh manis
Ikan
Teh manis
Daging bistik
Tumis
labu
20.00
susu
panggang
Sup sayur
siam
Cah sayur
Papaya
Susu
Papaya
Teh manis
Teh manis
Pada Penderita ginjal kronik hemodialisa demikian kompleks, dengan mengatur asupan
energi, protein, dan beberapa mineral
dipatuhioleh pasien sehingga memberikan dampak terhadap status gizi dan kualitas hidup
penderita (Sidabutar, 1992).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & sunddarth.2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Rendi, clevo M. 2012. Asuhan Keperawatan Medikah Bedah Dan Penyakit Dalam.
Jogjakarta:Noha Medika
http://b11nk.wordpress.com/hemodialisa/ jam 19.35
http://www.minuman-sehat.com/penyakit-dan-obatnya/obat-untuk-ginjal/diet-bagi-penderitagagal-ginjal.html Di unduh hari senin jam 21.00
http://www.scribd.com/doc/94003823/Sap Diunduh Hari senin Jam 24.00