com/doc/70036452/Rangkuman-Pendidikan-Pancasila-Prof-Kaelan
Judul
: Pendidikan Pancasila
Oleh
Penerbit
: Paradigma Yogyakarta
Tahun
: 2010
Jumlah halaman
: 285
Harga
: Rp. 24.000,-
Kondisi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dewasa ini, serta penyimpangan implementasi
Pancasila pada masa Orde Lama dan Orde Baru menimbulkan gerakan reformasi di Indonesia,
sehingga terjadilah suatu perubahan yang cukup besar dalam berbagai bidang terutama bidang
kenegaraan, hokum, maupun politik. Konsekuensinya mengharuskan kita untuk merevisi ulang
atas materi Pendidikan Pancasila terutama pada tingkat Perguruan Tinggi.
Materi Buku ini disusun untuk dijadikan sebagai acuan perkuliahan yang disusun dari upaya
mengumpulkan buku-buku refrensi, hasil-hasil seminar dan diskusi ilmiah serta berbagai tulisan
di media masa. Buku ini membahas tentang aspek-aspek pancasila serta penerapannya dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara di Indonesia.
Buku ini mengulas seluk-beluk Pancasila dan hal-hal yang berkaitan, misalnya asal-usul,
landasan, tujuan, segi-segi tinjauan Pancasila, hakikat nilai-nilai Pancasila, dan Pancasila sebagai
pilihan bangsa, serta memuat susunan dalam satu naskah Undang-Undang Dasar 1945 dengan
perubahan (hasil amandemen). Sesuai dengan kewenangan yang diberikan di Pasal 37 UndangUndang Dasar 1945, Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah mengadakan pengubahan
Undang-Undang Dasar 1945. Perubahan pertama 1999, perubahan kedua 2000, perubahan ketiga
2001, dan perubahan keempat 2002.
Isi
Buku Pendidikan Kewarganegaraan ini disusun untuk program 1 tahun, yang babnya
berjumlah 4 bab pokok materi kemudian diikuti oleh beberapa materi sub bab. Dalam setiap bab
terdapat pendahuluan yang berfungsi sebagai pengenalan bab yang akan dipelajari, ringkasan
materi (kesimpulan), dan uji kompetensi. Bab-bab tersebut diantaranya :
BAB I- - { PENDAHULUAN } - -
C. LANDASAN YURIDIS
UU No.2 Tahun 1989 memuat Sistem Pendidikan Nasional di Perguruan Tinggi
Pasal 39 berisi kurikulum (jenis/jalur/jenjang) dinyatakan wajib memuat pendidikan :
o Pancasila
o Agama
o Kewarganegaraan
SK Mendiknas No.232/U/2000
Tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belaja
Mahasiswa. Pasal 10 ayat 1 menyatakan setiap pelajaran wajib memuat agama, Pancasila, dan
Kewarganegaraan.
SK Dirjen PT : SK No.38/DIKTI/KEP/2002 (pasal 3)
Untuk :
o Mampu berpikir
o Nasional
o Dinamis
Terdiri :
o Historis
o Filosofis
o Ketatanegaraan
o Etika politik
D. LANDASAN FILOSOFIS
Sebelum merdeka
o Bangsa berketuhanan dan berkemanusiaan
o Karena manusia makhluk Tuhan Yang Maha Esa (kenyataan objektif)
Syarat mutlak suatu negara
o Negara berpersatuan dan berkerakyatan
o Persatuan berwujud rakyat (unsur pokok)
Konsekuensi rakyat
o Rakyat
o Dasar ontologis demokrasi karena asal mula kekuasaan negara adalah rakyat
- - { TUJUAN } - -
BEROBJEK
Menurut filsafat ilmu : Objek Forma
Objek Materia
Objek Forma
Sudut pandang tertentu dalam Pembahasan Pancasila.
Pancasila dapat dipandang dari sudut : Moral Moral Pancasila
Ekonomi Ekonomi Pancasila
Pers Pers Pancasila
Hukum Pancasila Yuridis
Filsafat Filsafat Pancasila
Objek Materia
Sasaran pengkajian pancasila adalah Bangsa Indonesia dengan segala aspek budayanya yang
meliputi :
Non Empiris Budaya Empiris Adat Istiadat
Moral Bukti Sejarah
Religius Naskah Kenegaraan
Lembaran Sejarah
BERMETODE
Analitico Syntetic
Metode pembahasan Pancasila yang merupakan perpaduan metode analisis dan sintetis
Hermeneutika
Digunakan untuk menemukan makna dibalik objek
Koherensi Historis
Pemahaman, Penafsiran dan Interpretasi
BERSISTEM
Hubungan dalam sistem : Interelasi artinya berhubungan
Interpedensi artinya ketergantungan
Sifat sistem : Koheren (runtut)
Sehingga sila-sila Pancasila menjadi kesatuan yang sistematik
UNIVERSAL
Berarti tidak terbatas untuk waktu, ruang, keadaan, situsi, kondisi, dan jumlah.
Hakikatnya : Ontologis Nilai Pancasila
Intisari / esensi
Makna sila-sila universal
Tingkatan pengetahuan ilmiah : Deskriptif : Bagaimana
Kausal : Mengapa
Normatif : Kemana
Essensial : Apa
Proses kausalitas Pancasila : Materialis
Formalis
Effisien
Finalis
Pengamalan : Das Sollen : yg seharusnya
Das Sein : kenyataan
- - { BEBERAPA PENGERTIAN PANCASILA } - Lingkup pengertian : Etimologis
Historis
Terminologis
SECARA ETIMOLOGIS
Bahasa Sansekerta India
o Panca : lima
o Syila : batu sendi, alas, dasar
o Syiila : peraturan tingkah laku yang baik
Berbatu sendi 5
Dasar yang memiliki 5 unsur
Kitab Tripitaka
o Suttha Pitaka
o Abhidama Pitaka
o Vinaya Pitaka
B. ZAMAN SRIWIJAYA
Tiga tahap pembentukan negara Indonesia :
1. Sriwijaya/ syailendra (600-1400) kedatuan
2. Majapahit (1293-1525) keprabuan
3. Modern (17 Agustus 1945-sekarang)
Marvuat vanua criwijaya siddhayatra subhiksa berarti suatu cita-cita negara yang adil dan
makmur, hal ini merupakan cita-cita tentang kesejahteraan bersama dalam suatu negara yang
sudah tercermin sejak zaman kerajaan Sriwijaya.
C. ZAMAN KERAJAAN SEBELUM MAJAPAHIT
Banyak kerajaan kecil yang mendukung akan lahirnya kerajaan Majapahit seperti Isana, Kalasan,
Darmawangsa,dll.
D. ZAMAN MAJAPAHIT
Empu Prapanca menilis Negarakertagama yang memuat istilah Pancasila. Begitu juga Empu
Tantular yang mengarang kitab Sutasoma yang memuat Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma
Magrua yang berarti walau berbeda namun satu jua adanya sebab tidak ada agama yang memiliki
Tuhan yang berbeda. Hal ini menunjukkan adanya realitas kehidupan agama pada saat itu, yaitu
Hindu dan Budha.
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dalam sidang Ratu dan Menterimenteri di paseban keprabuan Majapahit tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukan
seluruh nusantara raya sebagai berikut : Saya barua akan berhenti berpuasa makan pelapa,
jikalau seluruh nusantara bertakluk di bawah kekuasaan negara.Impian ini telah mempersatukan
silayah nusantara dalam sebuah kesatuan menjadi kenyataan hingga saat ini.
E. ZAMAN PENJAJAHAN
Belanda terbukti menindas rakyat Indonesia melalui berbagai cara, namun berkat kegigihan para
pejuang untuk bebas dari penjajah, kerajaan dan pemerintahan yang ada saat itu melakukan
perundingan silih berganti.
Namun, semua perlawanan senantiasa kandas karena tidka disertai rasa persatuan dan kesatuan
dalam menaklukkan penjajah.
F. KEBANGKITAN NASIONAL
Terjadinya pergolakkan kebangkitan dunia timur mendorong bangkitnya semangat kesadaran
berbangsa yang ditandai dengan lahirnya Budi Utomo, disusul dengan lahirnya SDI, SI, Indische
Jawa Timur
Sumatera
Borneo
Sulawesi
Maluku
Sunda Kecil
3. Sidang Ketiga (20 Agustus 1945)
Sidang ketiga ini dilakukan pembahasan terhadap agenda tentang Badan Penolong Keluarga
Korban Perang, adapun keputusan yang dihasilkan adalah terdiri atas delapan pasal. Salah satu
dari pasal tersebut yaitu, pasal 2 dibentuklah suatu badan yang disebut Badan Keamanan
Rakrat (BKR)
4. Sidang Keempat (22 Agustus 1945)
Pada sidang keempat PPKI membahas agenda tentang Komite Nasional Partai Nasional
Indonesia, yang pusatnya berkedudukan di Jakarta.
I. PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN SIDANG PPKI
Proklamasi Jepang kalah perang melawan tentara sekutu, Jepang terdesak memberikan
kemerdekaan Indonesia melalui PPKI sebagai tim perncang kemerdekaan Indoensia.
PPKI beranggotakan 21 orang, yang tidak satupun anggotanya dari pihak Jepang sehingga dapat
leluasa merundingkan proklamasi untuk kemerdekaan Indonesia.
J. MASA SETELAH PROKLAMASI KEMERDEKAAN
Arti proklamasi kemerdekaan bagi Indonesia :
1. Secara yuridis, Proklamasi menjadi awal tidak berlakunya hukum kolonial, dan mulai
berlakunya hukum masional.
2. Secara politis ideologis, Proklamasi berarti bahwa Indonesia terbebas dari penjajahan dan
memiliki kedulatan untuk menentukan nasib sendiri.
Pembentukan Negara RIS
Sebelum persetujuan KMB, bangsa Indonesia telah memeliki kedaulatan. Oleh karena itu,
persetujuan KMB bukanlah penyerahan kedaulatan, melainkan pengalihan atau pengakuan
kedaulatan.
Dekrit Presiden 5 Juli 1959
Ketidakstabilan negara disegala bidang membuat Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit
4. Etika
5. Logika
Filsafat secara menyeluruh berarti :
A. Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian
1. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran dari para filsuf pada
zaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran.
2. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi manusia sebagai hasil dari aktivitas
berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari persoalan yang bersumber
pada akal manusia.
B. Filsafat merupakan suatu sistem pengetahuan yang bersifat dinamis.
1. Metafisika
Membahas tentang hal-hal yang bereksistensi di balik fisis, yang meliputi bidang-bidang
ontologi, kosmologi, dan antropologi.
2. Epistemologi
Berkaitan dengan persoalan hakikat pengetahuan.
3. Metodologi
Berkaitan dengan persoalan hakikat metode dalam ilmu pengetahuan.
4. Logika
Berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir, yaitu rumusan dan dalil berfikir yang benar.
5. Etika
Berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.
6. Estetika
Berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan
RUMUSAN KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM
Sistem adalah suatu keasatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekarja sama
untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan utuh yang
memiliki ciri-ciri :
A. Suatu kesatuan bagian-bagian
B. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
C. Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
D. Keseluruhan dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan sistem)
Berkaitan dengan tingkah laku manusia, dapat diukur dari sudut baik maupun buruk. Dalam
kapasitas inilah nilai-nilai Pancasila telah terjabarkan dalam suatu norma-norma moralitas atau
norma-norma etika sehingga Pancasila merupakan sistem etika dalam maasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
2. Norma hukum
Suatu sistem peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Pancasila berkedudukan
sebagai sumber dari segala sumber hukum di negara Indoensia. Nilai-nilai Pancasila sebenarnya
berasal dari Bangsa Indonesia sendiri atau dnegan lain perkataan bangsa Indonesia sebagai asal
mula materi (kausa materialis) nilai-nilai Pancasila.
PENGERTIAN ETIKA
Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu
ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab
berhadapan dengna pelbagai jaaran moral.
Etika terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Etika Umum
2. Etika Khusus:
o Etika Individual, membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri
o Etika Sosial, membahas kewajiban manusia trhadap manusia lain.
PENGERTIAN NILAI, NORMA, DAN MORAL
A. PENGERTIAN NILAI
Nilai merupakan kemampuan yang dipercayai yang ada pad asuatu benda untuk memuaskan
manusia. Jadi hakikatnya, nilai merupakan sifat atau kualitas yang melakat pada suatu objek,
bukan objek itu sendiri.
B. HIERARKI NILAI
Kelompok nilai menurut tinggi dan rendahnya :
Nilai-nilai kenikmatan
Nilai-nilai kehidupan
Nilai-nilai kejiwaan
Nilai-nilai kerohanian
Golongan manusia menurut Walter G.Everet :
Nilai-nilai ekonomis
Nilai-nilai kejasmanian
Nilai-nilai hiburan
Nilai-nilai sosial
Nilai-nilai watak
Nilai-nilai estetis
Nilai-nilai intelektual
Nilai-nilai keagamaan
Notonagoro membagi nilai menjadi 3 macam :
Nilai material
Nilai vital
Nilai kerohanian :
1. Nilai kebenaran
2. Nilai keindahan
3. Nilai kebaikan
4. Nilai religius
NILAI DASAR,NILAI INSTRUMENTAL dan NILAI PRAKTIS
NILAI DASAR
Nilai dasar tidak dapat diamati melalui indera manusia, namun berkaitan dengan tingkah laku
manusia atau segala aspek kehidupan manusia yang bersifat nyata.
Nilai bersifat universal karena menyangkut hakikat kenyataan objektif segala sesuatu misalnya
Tuhan, manusia atau segala sesuatu lainnya.
NILAI INSTRUMENTAL
Merupakan suatu pedoman yang dapat diukur dan diarahkan, sehingga dapat dikatakan bahwa
nilai instrumental juga merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.
NILAI PRAKSIS
Merupakan perwujudan dari nilai instrumental sehingga dapat berbeda-beda wujudnya, namun
demikian tidak bisa menyimpang atau bahkan tidak dapat bertentangan karena nilai dasar, nilai
instrumental dan nilai praksis merupakan suatu sistem perwujudan yang tidak boleh
menyimpang dari sistem tersebut.
RANGKUMAN PENDIDIKAN PANCASILA PROF.KAELAN BAB 5
Posted on Januari 10, 2011 by saepudin
BAB V
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL
A. PENGERTIAN ASAL MULA PANCASILA
Pancasila terbentuk melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Secara
kausalitas, Pancasila sebelum disyahkan menjadi dasar filsafat negara, nilai-nilainya telah ada
dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai istiadat, kebudayaan dan nilainilai religius. Agar memiliki pengetahuan yang lengkap tentang proses terjadinya Pancasila,
maka secara ilmiah harus ditinjau berdasarkan proses kausalitas.
1. Asal Mula yang Langsung
Teori kausalitas ini dikembangkan oleh Aristoteles, adapun berkaitan dengan asal mula yang
langsung tentang Pancasila adalah asal mula yang langsung terjadinya Pancasila sebagai dasar
filsafat negara yaitu asal mula yang sesudah dan menjelang Proklamasi Kemerdekaan yaitu sejak
dirumuskan para pendiri negara sejak sidang BPUPKI pertama. Adapun rincian asal mula
langsung Pancasila adalah sebagai berikut :
a. Asal Mula Bahan (Kausa Materialis)
Asal Bahan Pancasila adalah pada bangsa Indonesia sendiri yang terdapat dalam kepribadian dan
pandangan hidup.
b. Asal Mula Bentuk (Kausa Formalis)
Asal mula bentuk Pancasila adalah Ir. Soekarno bersama Drs. Moh.Hatta serta anggota BPUPKI
lainnya yang merumuskan dan membahas Pancasila terutama dalam hal bentuk, rumusan serta
nama Pancasila.
c. Asal Mula Karya (Kausa Effisien)
Asal mula karyanya adalah PPKI sebagai pembentuk negara dan atas kuasa pembentuk negara
yang mengesahkan Pancasila menjadi dasar negara yang sah.
d. Asal Mula Tujuan (Kausa Finalis)
Asal mula tujuan adalah para anggota BPUPKI dan Panitia Sembilan termasuk Soekarno dan
Hatta yang menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila sebelum ditetapkan oleh PPKI sebgaai
dasar negara yang sah.
2. Asal Mula yang Tidak Langsung
Asal mula tidak langsung terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan hidup sehari-hari
bangsa Indonesia dengan rincian berikut :
Ideologi terbuka merupakan suatu sistem pemikiran terbuka yang tidak hanya dibenarkan,
dibutuhkan karena bukan merupakan paksaan dari pihak luar melainkan digali dan diambil dari
harta kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri.
c. Ideologi Partikular dan Ideologi Komprehensif
Ideologi partikular diartikan sebagai suatu keyakinan yang tersusun secara sistematis dan terkait
erat dengan kepentingan suatu kelas sosial tertentu dalam masyarakat.
Ideologi komprehensif diartikan sebagai suatu sistem pemikiran menyeluruh mengenai semua
aspek kehidupan sosial yang memiliki cita-cita melakukan transformasi sosial besar-besaran
emnuju bentuk tertentu.
d. Hubungan antara Filsafat dan Ideologi
Dari tradisi sejarah filsafat barat dapat dibuktikan bahwa tumbuhnya ideologi seperti liberalisme,
kapitalisme, marxisme leninisme, maupun nazisme dan facisme bersumber kepda aliran-aliran
filsafat yang berkembang disana.
C. PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN PAHAM IDEOLOGI BESAR
LAINNYA DI DUNIA
1. Ideologi Pancasila
Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Ideologi Pancasila mengakui kebebasan dan kemerdekaan individu yang berarti
tetap mengakui dan menghargai kebebasan individu lain.
2. Negara Pancasila
Berdasarkan ciri khas proses dalam rangka membentuk suatu negara. Maka bangsa Indonesia
mendirikan suatu negara memiliki suatu karakteristik, ciri khas tertentu yang karena ditentukan
oleh keanekaragaman, sifat dan karakternya. Maka bangsa ini mendirikan suatu negara
berdasarkan Filsafat Pancasila, yaitu suatu Negara Persatuan, Negara Kebangsaan serta Negara
yang bersifat Integralistik.
a. Paham Negara Persatuan
Merupakan kesatuan unsur-unsur yang membentuknya berupa rakyat, wilayah, dan kedaulatan
pemerintah.
Bhineka Tunggal Ika
Hakikat makna Bhineka Tunggal Ika yang memberikan suatu pengertian bahwa meskipun
bangsa dan negara Indonesia terdiri atas bermacam-macam suku bangsa yang memiliki adat
istiadat, kebudayaan serta karakter yang berbeda, memiliki agama yang berbeda dan terdiri dari
beribu kepulauan wilayah nusantara Indonesia, namun keseluruhannya merupakan suatu
persatuan yaitu persatuan bangsa dan negara Indonesia.
b. Paham Negara Kebangsaan
Manusia membentuk suatu persekutuan hidup yang disebut bangsa, dan bangsa yang hidup
dalam suatu wilayah tertentu serta memiliki tujuan tertentu maka pengertian ini disebut sebagai
negara.
Hakikat Bangsa
Pada hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari sifat kodrat manusia dalam merealisasikan
harkat dan martabat kemanusiaannya.Namun, bangsa bukanlah suatu totalitas kelompok
masyarakat yyang menenggelamkan hak-hak individu sebagaimana terjadi pada bangsa sosialis
komunis.
Teori Kebangsaan
Terdapat berbagai macam teori besar di dalam suatu bangsa, diantaranya :
i. Teori Hans Kohn
Bangsa terbentuk karena persamaan bahasa, ras, agama, peradaban, wilayah, negara dan
kewarganegaraan. Suatu bangsa tumbuh dan berkembang dari anasir serta akar yang terbentuk
melalui suatu proses sejarah.
ii. Teori Kebangsaan Ernest Renan
Pokok pikiran bangsa adalah sebagai berikut :
Bangsa adalah suatu jiwa, asas kerohanian.
Bangsa adalah solidaritas besar, hasil sejarah.
Bangsa bukan sesuatu yang abadi.
Wilayah dan ras bukan penyebab timbulnya bangsa.
iii. Teori Geopolitik Frederich Ratzel
Negara merupakan suatu organisme yang hidup yang memiliki hubungan wilayah geografis
dengan bangsa.
iv. Negara Kebangsaan Pancasila
Pancasila bersifat mejemuk tunggal. Unsur-unsur yang membentuk nasionalisme Indonesia
adalah sebagai berikut :
Kesatuan Sejarah
Kesatuan Nasib
Kesatuan Kebudayaan
Kesatuan Wilayah
Kesatuan Asas Kerohanian
c. Paham Negara Integralistik
Pancasila sebagai asas kerohanian bangsa dan negara Indonesia pada hakikatnya merupakan
suatu asas kebersamaan, asas kekeluargaan serta religius. Dalam pengertian ini, Indonesia
dengan keanekaragamannya membentuk suatu kesatuan integral sebagai suatu bangsa yang
merdeka.
Berdasarkan pengertian paham integralistik tersebut maka rincian pandangannya adalah sebagai
berikut :
Negara merupakan suatu susunan masyarakat yang integral.
Semua golongan bagian, bagian dan anggotanya berhubungan erat satu dengan lainnya.
Semua golongan, bagian dan anggotanya merupakan persatuan masyarakat yang organis.
Yang terpenting dalam kehidupan bersama adalah perhimpunan bangsa seluruhnya.
Negara tidak memihak kepada sesuatu golongan, tidak menganggap kepentingan seseorang
sebagai pusat.
Negara tidak hanya menjamin kepentingan seseorang atau golongannya saja namun menjamin
kepentingan manusia seluruhnya sebagai suatu kesatuan integral.
Negara menjamin keselamatan hidup bangsa seluruhnya.
d. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berketuhanan Yang Maha Esa
Setiap individu yang hidup dalam suatu bangsa adalah sebagai makhluk Tuhan. Maka, bangsa
dan negara sebagai totalitas yang integral adalah berketuhanan, demiian pula setiap warganya
juga berKetuhanan Yang Maha Esa.
Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa
Hakikat Ketuhanan Yang Maha Esa secara ilmiah filosofis mengandung makna terdapat
kesesuaian hubungan sebab akibat antara Tuhan, manusia dan negara Yng merupakan dasar
untuk memimpin cita-cita kenegaraan untuk menyelenggarakan yang baikbagi masyarakat dan
penyelenggara negara.
segala aspek kenegaraan tidak ada hubungannya dengan agama. Sekularisme bepandanagn
bahwa masalah keduniawian berhubungan dengan manusia saja tanpa Tuhan.
e. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Negara Pancasila sebagai negara Kebangsaan yang berkemanusiaan yang Adil dan Beradab,
mendasarkan nasionalisme (kebangsaan) berdasar hakikat kodrat manusia. Kebangsaan
Indonesia adalah kebangsaan yang berkemanusiaan, bukan suatu kebangsaan yang
Chauvimisme.
f. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkerakyatan
Pokok-pokok yang terkandung dalam sila keempat dalam penyelenggaraan negara dapat dirinci
sebagai berikut :
Manusia Indonesia sebagai warga negara dan masyarakat mempunyai kedudukan dan hak
yang sama.
Dalam menggunakan hak-haknya, selalu memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan
negara dan masyarakat.
Karena mempunyai kedudukan, hak serta kewajiban yang sama maka pada dasarnya tidak
dibenarkan memaksakan kehendak pada pihak lain.
Sebelum mengambil keputusan, terlebih dahulu dimusyawarahkan.
Keputusan diusahakan ditentukan secara musyawarah.
Musyawarah untuk mencapai mufakat disertai semangat kebersamaan.
g. Negara Pancasila adalah Negara Kebangsaan Yang Berkeadilan sosial
Sebagai suatu negara hukum yang berkeadilan sosial maka negara Indonesia harus mengakui dan
melindungi hak asasi manusia. Dalam hidup bersama baik dalam masyarakat, bangsa dan negara
harus terwujud suatu keadilan (Keadilan Sosial) yang meliputi 3 hal :
Keadilan Distributif
Keadilan Legal
Keadilan Komutatif
3. Ideologi Liberal
Atas dasar ontologis hakikat manusia, dalam kehidupan masyarakat bersama yang disebut
negara, kebebasan individu sebagai basis demokrasi bahkan merupakan unsur fundamental.
Pemahaman atas eksistensi rakyat dalam suatu negar ainilah yang merupakan sumber perbedaan
konsep, antara lain terdapat konsep yang menekankan bahwa rakyat adalah sebagai suatu
kesatuan integral dari elemen-elemen yang menyusun negara, bahkan komunisme menekankan
bahwa rakyat adalah suatu totalitas di atas eksistensi individu.
4. Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Liberalisme
Nilai-nilai agama dalam negara dipisahkan dan dibedakan dengan negara, keputusan dan
ketentuan kenegaraan terutama peraturan perundang-undangan sangat ditentukan oleh
kesepakatan individu-individu sebagai warga negaranya.
5. Ideologi Sosialis Komunis
Dalam kaitannya dengan negara, bahwa negara sebagai manifestasi dari manusia sebagai
makhluk komunal. Mengubah masyarakat secara revolusioner harus berakhir dengan
kemenangan pada pihak kelas proletar. Hak asasi manusia hanya berpusat pada hakkolektif,
sehingga hak individual pada hakikatnya tidak ada.
6. Hubungan Negara dan Agama Menurut Paham Komunisme
Negara yang berpaham komunisme adalah bersifat atheis bahkan bersifat antitheis, melarang dan
menekan kehidupan agama. Nilai yang tertinggi dalam negara adalah materi sehingga nilai
manusia ditentukan oleh materi.
RANGKUMAN PENDIDIKAN PENCASILA PROF. KAELAN BAB 6
Posted on Januari 10, 2011 by saepudin
PANCASILA
DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA
A. PENGANTAR
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian dalam ilmu kenegaraan
populer disebut sebagai dasar filsafat negara. Dalam kedudukan ini, Pancasila merupakan
sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, termasuk sebagai
sumber tertib hukum di negara Republik Indonesia. Konsekuensinya, seluruh peraturan
perundang-undangan serta penjabarannya senantiasa berdasarkan nilai-nilai yang terkandung
dalam sila-sila Pancasila.
Pancasila merupakan sumber hukum dasar negara baik yang tertulis yaitu Undang-Undang Dasar
negara maupun hukum dasar tidak tertulis ataupun konvensi.
Negara dilaksanakan berdasarkan pada suatu konstitusi atas Undang-Undang Dasar negara.
Pembagian kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi negara, hak dan kewajiban warga negara,
keadilan sosial dan lainnya diatur dalam suatu Undang-Undang Dasar negara.
Pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki kedudukan
yang sangat penting karena merupakan suatu staatsfundamentalnorm dan berada pada hierarki
tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.
B. PEMBUKAAN UUD 1945
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bersama-sama dengan pasal-pasal UUD 1945, disahkan
oleh Ppki pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diundangkan dalam Berita Republik Indonesia
Tahun II No.7.
Pembukaan UUD 1945 dalam ilmu hukum mempunyai kedudukan di atas pasal-pasal UUD
1945. Konsekuensinya keduanya memiliki kedudukan hukum yang berlainan, namun keduanya
terjalin dalam suatu hubungan kesatuan yang kausal dan organis.
1. Pembukaan UUD 1945 sebagai Tertib Hukum Tertinggi
Keududukan Pembukaan Uud 1945 dalam kaitannya dengan tertib hukum Indonesia memiliki
dua aspek yang sangat fundamental yaitu :
a) Memberikan faktor-faktor mutlak bagi terwujudnya tertib hukum Indonesia
b) Memasukkan diri dalam tertib hukum Indonesia sebagai tertib hukum tertinggi
Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah sebagai sumber dari segala sumber
hukum Indonesia.
2. Pembukaan UUD 1945 Memenuhi Syarat Aadanya Tertib Hukum Indonesia
Syarat-syarat tertib hukum Indonesia dianataranya adalah :
a) Adanya kesatuan subjek
b) Adanya kesatuan asas kerohanian
c) Adanya kesatuan daerah
d) Adanya kesatuan waktu
3. Pembukaan UUD 1945 sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental
a) Dari segi terjadinya
Ditemukan oleh pembentuk negara dan terjelma dalam suatu pernyataan lahir sebagai
penjelmaan kehendak Pembentuk negara untuk menjadikan hal-hal tertntu sebagai dasar-dasar
negara yang dibentuknya.
b) Dari segi isinya
Memuat dasar-dasar pokok negara sebagai berikut :
Pembangunan. Pemerintahan Habibie inilah yang merupakan pemerintahan transisi yang akan
mengantarkan rakyat Indonesia untuk melakukan reformasi secara menyeluruh, terutama
pengubahan 5 paket UU. Dengan demikian, reformasi harus diikuti juga dengan reformasi
hukum bersama aparat penegaknya serta reformasi pada berbagai instansi pemerintahan.
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI HUKUM
Perkembangan ilmu pengetahuan sangatlah pesat, sejalan dengan kemajuan jaman, begitu pula
dengan cara berpikir masyarakat yang cenderung menyukai hal-hal yang dinamis. Semakin
banyak penemuan-penemuan atau penelitian yang dilakukan oleh manusia, tidak menutup
kemungkinan adanya kelemahan-kelemahan didalamnya, maka dari itu dari apa yang telah
diciptakan atau diperoleh dari penelitian tersebut ada baiknya berdasar pada nilai-nilai yang
menjadi tolak ukur kesetaraan dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Yaitu sila
pancasila.
Dengan berpedoman pada nilai-nilai pancasila, apapun yang diperoleh manusia dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan akan sangat bermanfaat untuk mencapai tujuan dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara indonesia guna melaksanakan pembangunan nasional,
reformasi, dan pendidikan pada khususnya.
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA REFORMASI POLITIK
Politik sangat berperan penting dalam peningkatan harkat dan martabat manusia, karena sistem
politik negara harus berdasarkan hak dasar kemanusiaan, atau yang lebih dikenal dengan hak
asasi manusia. Sehingga sistem politik negara pancasila mampu memberikan dasar-dasar moral,
diharapakan supaya para elit politik dan penyelenggaranya memiliki budi pekerti yang luhur, dan
berpegang pada cita-cita moral rakyat yang luhur. Sebagai warga negara indonesia manusia harus
ditempatkan sebagai subjek atau pelaku politik, bukan sekedar objek politik yang diharapkan
kekuasaan tertinggi ada pada rakyat. Kekuasaan adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat. Karena Pancasila sebagai paradigma dalam berpolitik, maka sistem politik di indonesia
berasaskan demokrasi, bukan otoriter.
Berdasar pada hal diatas, pengembangan politik di indonesia harus berlandaskan atas moral
ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan, dan moral keadilan, apabila
pelaku politik baik warga negara maupun penyelenggaranya berkembang atas dasar moral
tersebut maka akan menghasilkan perilaku politik yang santun dan bermoral yang baik.
F. BUDAYA AKADEMIK
Terdapat beberapa ciri masyarakat ilmiah sebgaai budaya akademik, yaitu :
1) Kritis
2) Kreatif
3) Objektif
4) Analitis
5) Konstruktif
6) Dinamis
7) Dialogis
Menerima Kritik
9) Menghargai Prestasi Ilmiah/Akademik
10) Bebas dari Prasangka
11) Menghargai Waktu
12) Memiliki dan Menjunjung Tinggi Tradisi Ilmiah
13) Berorientasi ke Masa Depan
14) Kesejawatan/Kemitraan
Pendidikan Pancasila ed terbaru 2010 /PAG
Penerbit
Penulis
Tahun Terbit
Kertas & Halaman
Ukuran Buku
Kategori
ISBN
Harga
: Paradigma J
: Kaelany H.D., M.A. Drs.
: ed 2010
: 285 Halaman, isi kertas cd (koran)
: 15 x 21 cm, Soft Cover
: Pendidikan
: 979-8568-00-0
: Rp 25,000
20%
Rp 20,000
Share
|
Top of Form
ok
Bottom of Form
4599
Submit
Kondisi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dewasa ini, serta penyimpangan implementasi
Pancasila pada masa Orde Lama dan Orde Baru menimbulkan gerakan reformasi di Indonesia,
sehingga terjadilah perubahan yang cukup besar dalam berbagai bidang terutama bidang
kenegaraan, hukum maupun politik. Konsekuensinya mengharuskan kita untuk merevisi ulang
atas materi Pendidikan Pancasila terutama pada tingkat Perguruan Tinggi.
buku ini membahas Pancasila secara objetif, ilmiah dan bersifat aktual yaitu senantiasa cepat
menyesuaikan dengan perkembangan yang sedang terjadi dalam bidangkenegaraan. Oleh karena
itu buku ini layak digunakan sebagai referensi Pendidikan Pancasila di tingkat Perguruan Tinggi.
Prof. Dr. H. Kaelan M.S adalah alumnus Fakultas Filsafat UGM tahun 1978, Magister Linguistik
diraihnya di Fakultas Sastra UGM tahun 1988, dan Doktor bidang Filsafat Bahasa dipertahankan
pada 20 Oktober 2003. Beliau sebagai dosen senior S1 bbidang filsafat bahasa, filsafat Pancasila,
Pancasila dan IBD. Beliau pernah menjabat komisi staf ahli di Lembaga Penelitian UGM, ketua
MKU IBD dan Pancasila UGM, sebagai Pembina Sosial Mata Kuliah Kepribadian Pancasila
Nasional pada Dirjen Dikti sampai sekarang, 19 karya penelitian bidang filsafat, linguistik,
bahasa pers, etika periklanan, 12 karya diterbitkan secara nasional, dan buku yang baru terbit
tahun 2004 adalah Filsafat Analitis manurut Ludwig Wittgenstein dan Pendidikan Pancasila
SK Dirjen Dikti No.38/DIKTI/KEP/2002 edisi reformasi 2004. Adapun karya-karya yang pernah
ditulis dalam bidang Pancasila adalah:
1. Ensiklopedi Pancasila (Penyusun Naskah) (1996)
2. Proses Perumusan Pancasila dan UUD 1945
3. Pancasila secara ilmiah (Segi Yuridis Kenegaraan)
4. Pancasila Yuridis Kenegaraan GBPP tahun 1980
5. Filsafat Pancasila
6. Pancasila sebagai ideologi Terbuka
7. Pandangan Bangsa Indonesia tentang Hak-hak Asasi Manusia Berdasarkan Pancasila (dalam
tim dosen) kerja sama dengan Wanhankamnas (1993)
8. Etika Lingkungan Hidup Berdasarkan Pancasila
9. Hakikat Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
10. Hakikat Sila Ketuhanan yang Maha Esa (Tinjauan Analitis)
11. Kajian tentang UUD Negar Amandemen 2002
12. Filsafat Pancasila Pandangan Hidup Bangsa Indonesia 2002
13. Hakikat Keadilan Sosial dan Pelaksanaannya
14. Pendidikan Kewarganegaraan 2007 (dengan Drs.A.Zubaidi, M.Si.), dan masih banyak karya
lainnya baik berupa diktat, buku terbitan, hasil penelitian, makalah maupun tulisan di Jurnal.
Berat: ... gram.