Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
Tonsil merupakan kumpulan besar jaringan limfoid di belakang faring yang memiliki
keaktifan imunologik. Tonsilitis adalah suatu infeksi atau peradangan yang terjadi pada tonsil
yang biasanya disebabkan oleh bakteri Streptococcus beta hemolyticus, Streptococcus
viridians dan Streptococcus pyogenes dan dapat juga disebabkan oleh virus. Tonsilitis dapat
dibagi menjadi dua yaitu tonsilitis akut dan tonsilitis kronis, dimana tonsilitis akut adalah
infeksi tonsil yang bersifat akut, sedangkan tonsilitis kronis merupakan tonsilitis yang terjadi
berulang kali (kronik).
Tonsilitis merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada tenggorokan, terutama pada
usia muda. Kasus terbanyak ditemukan pada anak-anak dengan usia 5 15 tahun, terutama
anak usia sekolah, dimana biasanya yang menderita tonsilitis akibat bakteri maupun virus.
Tonsilitis disebabkan peradangan pada tonsil oleh karena infeksi bakteri dan virus, sedangkan
tonsilitis kronis sendiri biasanya diakibatkan oleh kegagalan atau ketidaksesuaian antibiotik
pada penatalaksanaan tonsilitis akut yang tidak adekuat, ketidaktepatan terapi antibiotik pada
penderita tonsilitis akut akan mengubah mikroflora pada tonsil, mengubah struktur pada
kripta tonsil, dan adanya infeksi virus menjadi faktor predisposisi bahkan penyebab dari
tonsilitis kronis. Faktor predisposisi dari tonsilitis dapat berupa rangsangan kronis dari rokok
maupun makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca seperti udara dingin, lembab,
suhu yang berubah, keadaan umum yang buruk, ataupun alergi. Riwayat atopi keluarga dan
tonsilektomi dapat mempengaruhi berulangnya tonsilitis pada anak.
Diagnosis tonsilitis didasarkan pada: anamnesa, pemeriksaan fisik, dan uji penunjang
diagnostik. Pada umumnya penderita tonsilitis akan mengeluh oleh karena serangan tonsilitis
akut yang berulang-ulang, adanya nyeri pada tenggorokan, nyeri saat menelan atau ada yang
menganjal di keronkongan saat menelan, suara serak dan terasa kering, nafas berbau, demam
dengan suhu tubuh hingga 40oC, lemas, nyeri persendian, tidak nafsu makan, nyeri telinga
serta kelenjar submandibula bengkak dan nyeri tekan. Pada pemeriksaan, didapatkan
gambaran tonsil yang membesar karenan hipertropi dan perlengketan ke jaringan sekitar,
kripta yang melebar, tonsil ditutupi oleh eksudat yang purulen atau seperti keju, dan juga
dapat dijumpai tonsil yang tetap kecil, mengeriput, kadang seperti terpendam di dalam tonsil
bed dengan tepi hiperemis, kripta yang melebar dan ditutupi eksudat yang purulen. Selain itu
1

dapat juga tampak pilar/plika anterior hiperemis, inflamasi pada dinding faring, terkadang
uvula tampak edem dan inflamasi.
Evaluasi

laboratorium

pasien

tersangka

tonsilitis

dapat

berupa

uji

kultur

dan

resistensi/sensitifitas kuman dari sediaan hapus tonsil, dapat juga dilakukan biakan swab
untuk mengetahui apakah kuman yang menyebabkan terjadinya tonsilitis tersebut.
Penanganan pasien dengan tonsilitis akut dapat berupa pemberian antibiotik yang adekuat,
dan dapat dilakukan irigasi tenggorokan sehari-hari dan usaha untuk membersihkan kripta
tonsilaris dengan alat irigasi gigi (oral), sedangkan untuk tonsilitis kronis dapat dilakukan
terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur atau hisap dan terapi radikal dengan
tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif tidak berhasil. Adapun
indikasi dari tonsilektomi menurut American Academy of Otolaryngology-Head and Neck
Surgery (AAO-HNS) adalah, indikasi absolut berupa Tonsil yang besar sehingga terjadi
gangguan pernafasan, nyeri telan berat, gangguan tidur atau komplikasi penyakit-penyakit
kardiopulmonal, Abses peritonsiler yang tidak menunjukkan perbaikan dengan pengobatan,
tonsilitis yang menyebabkan kejang demam, dan tonsil yang diperkirakan memerlukan biopsi
jaringan untuk menentukan gambaran patologis jaringan. Sedangkan indikasi relatif jika
mengalami tonsilitis 3 kali atau lebih dalam satu tahun, bau mulut atau bau nafas yang tidak
sedap yang menetap pada tonsilitis kronis, tonsilitis kronis atau berulang yang diduga carrier
kuman streptococcus, dimana hal tersebut tidak menunjukkan respon positif pada pengobatan
maupun pemberian antibiotika, dan pembesaran tonsil di salah satu sisi yang dicurigai
berhubungan dengan keganasan. Sedangkan kontraindikasi tonsilektomi berupa radang akut
tonsil, demam, albuminuria, penyakit paru-paru, penyakit darah, hipertensi dan poliomielitis
epidemic.
Penyakit tonsilitis memberikan permasalahan sosial bagi penderitanya. Dimana penyakit ini
jika tidak dengan segera ditangani akan menimbulkan efek yang lebih buruk. Selain itu
kurangnya asupan gizi dari penderita tonsilitis jika berkepanjangan dapat menyebabkan
gangguan pada perkembangannya dan menyebabkan penderitanya menjadi lemas dan tidak
dapat melaksanakan aktifitasnya. Untuk mencegah masalah tersebut diperlukan pemahaman
mengenai penanganan dan pencegahan dari tonsilitis. Dimana sebagian besar orang masih
sering menganggap remeh dari munculnya penyakit tonsilitis ini, sehingga perlu diberikan
pemahaman pentingnya untuk melakukan penanganan yang tepat pada tonsilitis.
BAB II
2

LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama

: YT

Jenis kelamin

: Laki-Laki

Umur

: 13 tahun

Alamat

: Jl. Cargo, Ubung Denpasar

Pekerjaan

: Pelajar

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Status

: Belum Menikah

Tanggal Pemeriksaan

: 8 Februari 2015

2.2 Keluhan Utama


Sakit Tenggorokan
2.3 Anamnesa
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar ibunya dengan keluhan sakit tenggorokan sejak 3 hari sebelum
memeriksakan diri ke puskesmas. Dikatakan bahwa pasien merasakan sakit pada
tenggorokannya tiap menelan dimana sakit yang dirasakan terjadi setiap pasien menelan
makanan atau minuman, pasien mengatakan sakit tenggorokan dirasakan semakin
memberat sejak kemarin, dimana pasien juga merasakan ada nya rasa mengganjal dan
tidak nyaman pada tenggorokan pasien saat menelan. Pasien juga mengeluhkan demam
sejak 2 hari yang lalu akan tetapi tidak dilakukan pengukuran suhu tubuh, demam
dikatakan sempat turun dengan pemberian paracetamol namun kembali tinggi pada
malam harinya. Selain itu pasien juga dikatakan mengalami batuk sejak 3 hari yang
lalu, dan tidak terdapat pilek.
Makan dan minum dikatakan menurun karena pasien kesakitan saat menelan makanan.
Volume kencing dan buang air besar dikatakan normal, kencing terakhir dikatakan tadi
pagi.

Riwayat Penyakit Dahulu dan Pengobatan


3

Pasien hanya sempat mengkonsumsi paracetamol namun demam tidak ada mau turun.
Pasien mengatakan dirinya jarang mengalami keluhan yang sama, tapi pernah sewaktu
anak-anak, pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan dan makanan
tertentu. Pasien juga mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit kronis.
Riwayat Keluarga
Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama di keluarga pasien.
Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang pelajar yang kesehariannya pergi ke sekolah. Pasien
mengatakan dirinya sering mengkonsumsi makanan yang dijual di kantin sekolah
berupa snack, makanan berminyak seperti gorengan dan minuman dingin, dan pasien
juga mengatakan bahwa temannya ada juga yang menderita keluhan yang sama.
Riwayat Persalinan
Pasien dikatakan lahir spontan di bidan praktek swasta, ditolong oleh bidan. Lahir
cukup bulan, langsung menangis, dengan berat badan lahir 3200 gram dan panjang
dikatakan ibu lupa.
Riwayat Imunisasi
Riwayat imunisasi dasar dikatakan sudah lengkap oleh ibu pasien. (BCG umur 7 hari,
Polio pada umur 2,3, dan 4 bulan, Hepatitis B pada umur 7 hari, 1 bulan dan 6 bulan,
DPT umur 2, 3 dan 4 bulan, dan Campak umur 9 bulan dan 9 tahun).
Riwayat Nutrisi
ASI diberikan dari lahir sampai umur 9 bulan, susu formula diberikan dari umur 5 bulan
hingga 5 tahun, makanan dewasa dari umur 1 tahun sampai sekarang.
Riwayat Tumbuh Kembang
Menegakkan kepala : 2 bulan
Membalikkan badan : 3 bulan
Duduk

: 7 bulan

Berdiri

: 10 bulan

Berjalan

: 13 bulan

2.4 Pemeriksaan Fisik

Status Present
KU

: Sedang

Kesadaran

: Compos mentis (GCS : E4V5M6)

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 80 kali/menit, reguler, isi cukup

Respirasi

: 20 kali/menit

Temp. Axilla

: 38,1oC

Berat Badan

: 45 kg

Status General
Mata

: Anemis -/-, Ikterus -/-, Refleks pupil (+/+) Isokor

THT

: Sesuai status lokalis

Leher

: JVP

: PR 0 cmH2O

Kelenjar getah bening


Thoraks

: Tidak ada pembesaran

: Bentuk dada normal, simetris, tidak terlihat pembuluh kolateral,


tidak ada bekas luka ataupun jaringan parut.

- Cor
Inspeksi

: Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi

: Iktus kordis tidak teraba

Perkusi

: Batas kanan

: PSL D ICS

Batas atas

: ICS II

Batas kiri

: MCL S ICS V

Auskultasi : S1 S2 tunggal regular, murmur (-)


- Pulmo
Inspeksi

: Gerakan napas simetris.

Palpasi

: Vokal fremitus N/N

Perkusi

: Sonor/Sonor

Auskultasi : Ves +/+, Rhonki -/-, Wh -/Abdomen

: Distensi (-), BU (+) normal, H/L tidak teraba.

Ekstremitas

: Akral hangat +/+,

edema -/-

+/+

-/-

Status Lokalis THT


Telinga
5

Status
Daun Telinga

Kanan
Normal
Tidak

Kiri
Normal
Tidak

dievaluasi
Tidak

dievaluasi
Tidak

Membran

dievaluasi
Tidak

dievaluasi
Tidak

Timpani
Tumor

dievaluasi
(-)

dievaluasi
(-)

Mastoid

Normal

Normal

Liang Telinga
Discharge

Status
Keterangan
Tes Pendengaran
Berbisik

Tidak dievaluasi

Weber

Tidak dievaluasi

Rinne

Tidak dievaluasi

Schwabach
Tes Alat

Tidak dievaluasi

Keseimbang

Tidak dievaluasi

an
Hidung
Kanan
Normal
Lapang
Deviasi (-)
(-)
Merah Muda
(-)
Dekongesti
Nyeri Tekan (-)
Normal

Status
Hidung Luar
Kavum Nasi
Septum
Discharge
Mukosa
Tumor
Konka
Sinus
Koana

Status
Dispneu
Sianosis
Mukosa

Dinding
Belakang

Keterangan
Merah Muda

Granula Hipertrof
(-)

Kiri
Normal
Lapang
Deviasi (-)
(-)
Merah Muda
(-)
Dekongesti
Nyeri Tekan (-)
Normal

Tenggorok
Status
Stridor
Suara

Keterangan
Normal
Kanan
Kiri
T2,
T2,
Hiperemis

Hiperemis

Kripte

Kripte

melebar

melebar

Granular (+)

Granular (+)

Detritus (+)

Detritus (+)

Perlengketan

Perlengketan

(-)

(-)

Tonsil

Post Nasal Drip (-)

Laring
Status
Epiglotis
Aritenoid

Keterangan
Tidak
dievaluasi
Tidak

Status
Plika Vokalis
Rimaglotis

Keterangan
Tidak
dievaluasi
Tidak
6

Plika

dievaluasi
Tidak

Kelenjar Limpe

dievaluasi
Pembesaran

Ventrikularis

dievaluasi

Leher

Kelenjar (-)

2.5 Resume
Pasien laki-laki, suku Jawa, datang diantar ibunya dengan keluhan sakit tenggorokan
sejak 3 hari sebelum memeriksakan diri ke puskesmas. Dikatakan bahwa pasien
merasakan sakit pada tenggorokannya tiap menelan dimana sakit yang dirasakan terjadi
setiap pasien menelan makanan atau minuman, pasien mengatakan sakit tenggorokan
dirasakan semakin memberat sejak kemarin, dimana pasien juga merasakan ada nya rasa
mengganjal dan tidak nyaman pada tenggorokan pasien saat menelan. Pasien juga
mengeluhkan demam sejak 2 hari yang lalu akan tetapi tidak dilakukan pengukuran suhu
tubuh, demam dikatakan sempat turun dengan pemberian paracetamol namun kembali
tinggi pada malam harinya. Selain itu pasien juga dikatakan mengalami batuk sejak 3
hari yang lalu
Makan dan minum dikatakan menurun karena pasien kesakitan saat menelan makanan.
Volume kencing dan buang air besar dikatakan normal, kencing terakhir dikatakan tadi
pagi.
Pasien hanya sempat mengkonsumsi paracetamol namun demam tidak ada mau turun.
Pasien mengatakan dirinya jarang mengalami keluhan yang sama, tapi pernah sewaktu
anak-anak, pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat-obatan dan makanan
tertentu. Pasien juga mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit kronis.
Pasien merupakan seorang pelajar yang kesehariannya pergi ke sekolah. Pasien
mengatakan dirinya sering mengkonsumsi makanan yang dijual di kantin sekolah berupa
snack, makanan berminyak seperti gorengan dan minuman dingin, dan pasien juga
mengatakan bahwa temannya ada juga yang menderita keluhan yang sama.
Pasien dikatakan lahir spontan di bidan praktek swasta, ditolong oleh bidan. Lahir cukup
bulan, langsung menangis, dengan berat badan lahir 3200 gram dan panjang dikatakan
ibu lupa. Riwayat imunisasi dasar dikatakan sudah lengkap oleh ibu pasien. ASI
diberikan dari lahir sampai umur 9 bulan, susu formula diberikan dari umur 5 bulan
hingga 5 tahun, makanan dewasa dari umur 1 tahun sampai sekarang. Riwayat tumbuh
kembang dikatakan sesuai dengan milestone.
7

Pada pemeriksaan fisik umum didapatkan keadaan umum sadar penuh, yang lainnya
dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik khusus pada THT ditemukan adanya
pembesaran Tonsil hingga T2, hiperemis, dengan pelebaran kripte, permukaan granular
dan terdapat detritus pada kedua tonsil.
2.6 Diagnosis
Tonsilitis Akut
2.7 Penatalaksanaan
a. Amoxixilin 3 x 500 mg selama 5 hari
b. Paracetamol 3 x 500 mg
c. Ambroxol 3 x 30 mg
d. Vit C 1 x 1 tab
2.8 Planning
Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan Kultur dan Uji Resistensi Kuman dari Apusan Tonsil
2.9 Rencana Monitoring

Keluhan

2.10 Prognosis
Ad vitam

: Dubius ad bonam

Ad fungsional : Dubius ad bonam

Borang Laporan Kasus Tonsilitis Akut


Topik:
Tanggal (kasus): 8 Februari 2015
Presenter : dr. A. A. Ngr. Andika Damar Negara,S.Ked
Tanggal presentasi :
Pendamping : dr. IGAA Putri Juliani
Tempat presentasi : Puskesmas II Denpasar Utara
Obyektif presentasi:
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi: Laki-laki, 13 tahun, dengan keluhan sakit tenggorokan saat menelan disertai demam. Keluhan disertai dengan batuk.
Tujuan: Melakukan diagnosis dan penatalaksanaan Tonsilitis Akut
Bahan bahasan:
Tinjauan Pustaka
Riset
Kasus
Audit
Cara membahas :
Diskusi
Presentasi dan diskusi
Email
Pos
Data pasien:
Nama: YT
No. Registasi: Nama klinik: Puskesmas II Denut
Telp:
Terdaftar sejak:
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/gambaran Klinis:
Tonsilitis Akut, keadaan umum baik, keluhan sakit tenggorokan saat menelan disertai demam dan batuk
2. Riwayat pengobatan:
Pasien sebelumnya mengkonsumsi paracetamol
3. Riwayat kesehatan/penyakit:
Pasien jarang mengalami keluhan ini dan jika mengalami keluhan seperti ini biasanya berobat ke puskesmas
4. Riwayat keluarga:
Tidak ada anggota keluarga memiliki keluhan yang sama seperti yang dialami oleh pasien
5. Riwayat sosial:
Pasien bekerja sebagai pelajar. Pasien mengaku sering berbelanja di kantin sekolah berupa snack, makanan berminyak dan minuman dingin.
6. Lain-lain :
Daftar pustaka:
9

1.

Soepardi E. A., et all.2007.Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi VI.Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Hlm.212-225.

2.

Adams G. L., Boies L. R., Higler P. A.1997. Penyakit-penyakit Nasofaring dan Orofaring. Dalam: Boies Buku Ajar Penyakit THT Edisi
65. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.Hlm.330-344.

3.

Robertson J. S.2004.Journal of Tonsilitis.Disunting dari www.emedicine.com Diakses pada 17 Februari 2015

4.

Caparas M. B, Lim M. G.1998.Basic Otolaryngology.Publication of Comittee of the College of Medicine: University of the

Philippines.Hlm.149-159.
Hasil pembelajaran :
1. Mengenali tanda dan gejala tonsilitis akut
2. Mendiagnosis penyakit tonsilitis akut berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik
3. Memberikan terapi dan tahu kapan merujuk untuk tonsilektomi pada pasien dengan tonsilitis akut
4. KIE kepada pasien tentang penyakitnya dan penatalaksanaan yang dapat dilakukan , dan pencegahan komplikasi lebih lanjut.

10

RANGKUMAN HASIL PEMBELAJARAN PORTOFOLIO

Subjektif
Pasien mengeluh sakit tenggorokan sejak 3 hari yang lalu. Dikatakan sakit pada
tenggorokannya tiap menelan, sakit tenggorokan dirasakan semakin memberat sejak
kemarin, dirasakan juga ada nya rasa mengganjal dan tidak nyaman pada tenggorokan
saat menelan. Dikatakan demam sejak 2 hari yang lalu akan tetapi tidak dilakukan
pengukuran suhu tubuh, demam dikatakan sempat turun dengan pemberian
paracetamol namun kembali tinggi pada malam harinya. Selain itu pasien juga
dikatakan mengalami batuk sejak 3 hari yang lalu. Pasien mengatakan dia sering
berbelanja snack dan minuman dingin di kantin sekolahnya.

Objektif
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan adanya pembesaran Tonsil hingga T2, hiperemis,
dengan pelebaran kripte, permukaan granular dan terdapat detritus pada kedua tonsil.

Assessment
Diagnosa ditegakkan melalui anamnesis, gejala klinis yang dijumpai dan pemeriksaan
fisik diagnostik. Pada kasus ini, dari anamnesa dan pemeriksaan fisik yang dilakukan,
diagnosa tonsilitis akut sudah dapat ditegakkan.

Plan
o Diagnosis
Penegakan diagnosis untuk tonsilitis dapat ditegakkan cukup melalui
anamnesis yang teliti dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang pada
tonsilitis akut bertujuan untuk mengetahui apa penyebab dari tonsilitis tersebut
serta rencana terapi selanjutnya. Pemeriksaan seperti darah lengkap, kultur dan
uji resistensi kuman dari apusan tonsil bertujuan untuk mengetahui apakah
tonsilitis ini disebabkan oleh bakteri atau virus serta mengetahui antibiotik apa
yang cocok untuk pengobatannya.
o Terapi
Pada

prinsipnya

penatalaksanaan

dari

tonsilitis

akut

adalah

untuk

menghilangkan penyebab dari infeksi yang terjadi, pada tonsilitis akut


sebagian besar disebabkan oleh bakteri sehingga pemberian antibiotik lini
pertama sudah dapat dilakukan, serta diberikan terapi simtomatis lainnya
seperti paracetamol dan ambroxol. Selain itu pada kasus ini juga telah
11

diberikan KIE mengenai pencegahan agar tonsilitis tersebut tidak menyerang


kembali serta pantangan untuk makanan yang berminyak serta minum es.
o Pendidikan
Dilakukan kepada pasien dan keluarganya untuk mencegah terjadinya
tonsilitis akut yang berulang, yaitu dengan mengajarkan untuk mengurangi
mengkonsumsi makanan yang berminyak, banyak mengandung pengawet dan
pemanis buatan, serta mengurangi konsumsi minuman-minuman dalam
kemasan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi terulangnya keluhan yang sama.
o Konsultasi
Konsultasi untuk saat ini cukup diperlukan terutama mengenai kapan
penatalaksanaan dapat melalui medikamentosa, dan kapan perlu dilakukan
tonsilektomi serta pencegahan berulangnya keluhan yang dapat menyebabkan
tonsilitis kronis.
o Kontrol
Pasien diminta untuk kontrol bila obat habis dan gejala masih dirasakan
mengganggu. Namun apabila gejala memberat, dapat langsung dibawa ke
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit terdekat

12

Anda mungkin juga menyukai