Anda di halaman 1dari 9

Kewajiban setelah memperoleh NPWP adalah membayar PPN (Pajak Pertambahan Nilai) dan

PPn BM ( Pajak Penjualan Barang barang Mewah ). Ada beberapa pihak yang wajib membayar
PPN dan PPnBm yaitu diantaranya Importir dan para pengusaha industry olahan. Adapun
undang-undang yang mengatur tentang PPN dan PPnBm adalah uu no.42 tahun 2009. Dan
berlakunya undang-undang perubahan undang-undang pajak pertambahan nilai 1983.
Undang-undang Nomor 11 Tahun 1994 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor
8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah, mulai berlaku pada tanggal 1 Januari Tahun 1995. Selanjutnya telah diterbitkan
pula Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 1994 Tentang Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor
11 Tahun 1994 dan peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya.
Dalam melakukan pembayaran dan pelaporan PPN dilakukan dengan melaporkan SPT .
Pengertian Surat Pemberitahuan
Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak
dan atau harta dan kewajiban, menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Dalam PPN dan PPnBm SPT yang digunakan adalah SPT masa. SPT Masa adalah Surat
Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak
Pengisian & Penyampaian SPT

Setiap Wajib Pajak wajib mengisi SPT dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan
huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta
menyampaikan- nya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar
atau dikukuhkan.

Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah, wajib

menyampaikan SPT dalam bahasa Indonesia kecuali lampiran berupa laporan keuangan
dan mata uang selain Rupiah yang diizinkan.
Fungsi SPT Bagi Pengusaha Kena Pajak
Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah
PPN dan PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;

pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh PKP dan atau
melalui pihak lain dalam satu masa pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan yang berlaku.

Tempat pengambilan SPT


Setiap WP harus mengambil sendiri SPT di Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor
Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4), Kantor Wilayah DJP, Kantor Pusat DJP,
atau melalui homepage DJP : http://www.pajak.go.id/Members/ atau mencetak/menggandakan/
fotokopi dengan bentuk dan isi yang sama dengan aslinya Tempat pengambilan SPT Masa PPN
atau Tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Ketentuan Tentang Pengisian SPT


SPT wajib diisi secara benar, jelas, lengkap, dan harus ditandatangani. Dalam hal SPT
diisi dan ditandatangani oleh orang lain bukan WP, harus dilampiri surat kuasa khusus. Untuk
Wajib Pajak Badan, SPT harus ditandatangani oleh pengurus/direksi.
Ketentuan Tentang Penyampaian SPT
a. SPT dapat disampaikan secara langsung atau melalui Pos secara tercatat ke KPP atau
KP4 setempat, atau melalui jasa ekspedisi atau jasa kurir yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal Pajak.

b. SPT Masa PPN harus disampaikan secara bulanan. Batas waktu penyampaian SPT Masa,
paling lambat dua puluh hari setelah akhir Masa Pajak.. Dalam hal hari ke-20 adalah hari
libur, maka SPT Masa PPN harus disampaikan pada hari kerja sebelum hari libur. SPT
Induk maupun lampiran yang disampaikan namun tidak ditandatangani, dikategorikan
sebagai SPT yang tidak lengkap, dan dianggap tidak disampaikan.
c. SPT yang disampaikan langsung ke KPP/KP4 diberikan bukti penerimaan. Dalam hal
SPT disampaikan melalui pos secara tercatat, bukti serta tanggal pengiriman dianggap
sebagai bukti penerimaan.
Penyampaian SPT melalui Elekttronik
Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-SPT) melalui
perusahaan penyedia jasa aplikasi (Application Service Provider) yang ditunjuk oleh Direktur
Jenderal Pajak. Untuk keterlambatan dikenakan sanksi administrasi berupa denda Rp 50.000,00
untukSPTMasa.

Pembetulan SPT
WP dengan kemauan sendiri dapat membetulkan SPT yang telah disampaikan dengan
menyampaikan pernyataan tertulis dalam jangka waktu 2 (dua) tahun atau sekalipun jangka
waktu tersebut telah lewat, dengan syarat memenuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
Sumber : pajak.go.id

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa
Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah diterbitkannya beberapa ketentuan pelaksanaan
pemungutan PPN dan PPn BM sebagaimana tersebut di atas serta Keputusan Direktur Jenderal
Pajak Nomor KEP-12/PJ/1995 tanggal 6 Februari 1995 Tentang Bentuk Dan Isi Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) Dan SPT Masa PPN Bagi
Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran Yang Memilih Menggunakan Nilai Lain sebagai Dasar

Pengenaan Pajak, Keterangan Dan Dokumen Yang Harus Dilampirkan, Serta Buku Petunjuk
Pengisiannya, maka mulai Masa Pajak Januari 1995 dikenal 2 (dua) SPT Masa PPN yaitu:
- SPT Masa PPN bentuk Formulir 1195, yang wajib digunakan bagi PKP yang kegiatan usahanya
bukan sebagai PKP Pedagang Eceran dan PKP Pedagang Eceran yang tidak menggunakan Nilai
Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak.
- SPT Masa PPN bentuk Formulir 1195 PE, yang wajib digunakan bagi PKP yang kegiatan
usahanya sebagai pedagang eceran (PKP Pedagang Eceran) yang memilih Menggunakan Nilai
Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak, sebagaimana dimaksud dengan Keputusan Menteri
Keuangan RI Nomor 642/KMK.04/1994 tanggal 29 Desember 1994.
Bagi PKP Pedagang Eceran yang tidak memilih Menggunakan Nilai Lain sebagai Dasar
Pengenaan Pajak, wajib memberitahukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak ditempat PKP
dikukuhkan dan melaporkan kewajiban PPN dengan menggunakan SPT Masa PPN bentuk
Formulir 1195.
BENTUK DAN ISI SPT MASA PPN
NO
1

Kode Formulir
1195

Nama Formulir
Surat Pemberitahuan Masa Pajak

Keterangan
Surat Pemberitahuan

(KP.PPN 1.1-95)
1195 A1

Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN)


Lampiran Pajak Keluaran I

(SPT) Induk
Lampiran SPT Induk

(KP.PPN 1.1.1-95

Daftar Pajak Keluaran Dan PPn BM

yang harus diisi setiap

1195 A2

Lampiran Pajak Keluaran II

Masa Pajak.
Lampiran SPT Induk

(KP.PPN 1.1.2-95)

Daftar Pajak Keluaran Dan PPn BM yang

yang harus diisi setiap

Tidak Dipungut/Ditunda/Ditangguhkan/

Masa Pajak

Dibebaskan / Ditanggung Pemerintah


4

1195 A3

(DTP)
Lampiran Pajak Keluaran III

Lampiran SPT Induk

(KP.PPN 1.1.3-95)

Daftar Pajak Keluaran Dan PPn BM

yang harus diisi setiap

1195 B1

kepada Pemungut PPN


Lampiran Pajak Masukan - I

Masa Pajak
Lampiran SPT Induk

(KP.PPN 1.1.4-95}

Daftar Pajak Masukan Yang

yang harus diisi setiap

Dapat Dikreditkan

Masa Pajak

1195 B2

Lampiran Pajak Masukan II

Lampiran SPT Induk

(KP.PPN 1.1.5-95)

Daftar Pajak Masukan Dan PPn BM Yang yang harus diisi setiap
Memperoleh Pembayaran Pendahuluan

Masa Pajak

1195 B3

Dari BAPEKSTA Keuangan


Lampiran Pajak Masukan III

Lampiran SPT Induk

(KP.PPN 1.1.6-95)

Hasil Penghitungan Kembali Pajak

yang harus diisi pada

Masukan (PM) Yang Telah

suatu Masa Pajak

Dikreditkan/Tidak

selambat-lambatnya

Dipungut/Ditangguhkan/Dibebaskan.

pada bulan ketiga


setelah berkahirnya

1195 B4

Lampiran Pajak Masukan - IV

Tahun Buku
Lampiran SPT Induk

(KP.PPN 1.1.7-95)

DafiarPajak Masukan YangTidak Dapat

yang harus diisi setiap

Dikreditkan

Masa Pajak

1195 BM

Surat Pemberitahuan Masa

Lampiran SPT Induk

(KP.PPN 1.1.8-95)

Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

yang harus diisi hanya

(SPT Masa PPn BM)

oleh pengusaha yg.


Menghasilkan BKP
Yang Tergolong
Mewah

10

KP.PPN 1.1.9-95

Buku Petunjuk Pengisian Surat


Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan
Nilai (SPT Masa PPN formulir 1195

HAL-HAL PENTING YANG PERLU DIKETAHUI


1. YANG WAJIB MENGISI SPT MASA PPN BENTUK FORMULIR 1195

Semua PKP wajib mengisi dan menyampaikan SPT Masa PPN ini, kecuali PKP. Pedagang
Eceran yang memilih menggunakan Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak. Dalam hal PKP
juga bertindak sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai (pengganti Pemungut Pajak eks
Keppres Nomor 56 Tahun 1988), maka sebagai PKP harus mengisi SPT Masa PPN dan sebagai
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai harus mengisi Surat Pemberitahuan Masa Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai (SPT Masa Pemungut PPN). Formulir SPT Masa PPN beserta lampirannya
disediakan secara cuma-cuma oleh Direktorat Jenderal Pajak atau dapat dicetak/difotokopy
sendiri oleh PKP, sepanjang bentuk, ukuran dan isi sesuai dengan formulir dimaksud. Dalam hal
PKP menggunakan lebih dari satu halaman untuk lampiran SPT Masa PPN (Lampiran A1, A2,
A3 atau Lampiran Bl, B2, B3, B4), maka setiap halaman agar diberi catatan pada kotak kode
Formulir seperti contoh sebagai berikut :
Formulir 1195-A1 terdiri dari 20 lembar, maka pemberian catatan pada tiap halaman
adalah Hal 1/20, Hal 2/20 dan seterusnya yang artinya:
Halaman 1 dari 20 halaman
Halaman 2 dari 20 halaman, dst.
Untuk halaman terakhir, dibuat catatan : Hal 20/20.
Sedangkan rekapitulasi, tanggal dan tanda tangan/nama jelas yang terdapat pada bagian bawah
Formulir tersebut dapat dicantumkan pada halaman terakhir saja.

Contoh formulir SPT PPn dan PPnBm 1195

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG ME


(SPT MASA PPn BM)

Masa Pajak

...
20.

Pembetulan Masa Pajak


DEPARTEMEN KEUANGAN RI
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

PERHATIAN

DIISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK

BERI TAN

DIBUAT UNTUK SATU MASA PAJAK

ANGKA D

IDENTITAS PENGUSAHA KENA PAJAK

N PW

.
3
.
4
.
5
.
6
.
7
.
8
.

NPPKP

Nama PKP

Alamat

Nomor Telepon

Merek Usaha

Ijin Sentralisasi

Jenis Usaha

Ke-

20.

....

Tanggal

Kode Pos

No.

Tanggal

KLU

B
1
.

2
.

EKSPOR DAN PENYERAHAN DALAM NEGERI

Ekspor
1.1.

Dengan L/C

B.1.1

1.2.

Tanpa L/C

B.1.2

Penyerahan Dalam Negeri


2.1.

Penyerahan kepada Pemungut PPN


2.1.1
.
2.1.2
.
2.1.3
.
2.1.4
.
2.1.5
.
2.1.6
.

2.2.

.
2.2.2
.
2.2.3
.
2.2.4
.
2.2.5
.
2.2.6
.
.

Dikenakan tarif 10 %

B.2.1.1

Dikenakan tarif 20 %

B.2.1.2

Dikenakan tarif 25 %

B.2.1.3

Dikenakan tarif 35 %

B.2.1.4

Dikenakan tarif %

B.2.1.5

Jumlah (2.1.1 + 2.1.2 + 2.1.3 + 2.1.4 + 2.1.5)

B.2.1.6

Penyerahan kepada pihak lain yang bukan Pemungut PPN


2.2.1

KODE
KOLOM

Dikenakan tarif 10 %

B.2.2.1

Dikenakan tarif 20 %

B.2.2.2

Dikenakan tarif 25 %

B.2.2.3

Dikenakan tarif 35 %

B.2.2.4

Dikenakan tarif %

B.2.2.5

Jumlah (2.2.1 + 2.2.2 + 2.2.3 + 2.2.4 + 2.2.5)

B.2.2.6

Penyerahan yang PPn BM-nya Tidak Dipungut/Ditunda/Ditangguhkan/


Dibebaskan/Ditanggung Pemerintah (DTP)

B.3

PEMBE
TULAN
(P)

4
.
5
.
6
.

Jumlah Penyerahan Dalam Negeri (2.1.6 + 2.2.6 + 3)

B.4

Dikurangi Retur Penjualan

B.5

Jumlah Ekspor dan Penyerahan Dalam Negeri (1.1 + 1.2 + 4 - 5)

B.6

KP.PPN 1.1.8 - 95

Anda mungkin juga menyukai