Anda di halaman 1dari 2

Sabtu, 14 Maret 2015, CSS Mora UIN Maliki Malang mengadakan sebuah seminar

nasional bertajuk Pribumisasi Islam: Memahami Islam Serta Relasinya Dengan Sosial
Budaya. Perlu diketahui bahwa CSS Mora adalah singkatan dari Community of Santri
Scholars

of

Ministry

of

Religious

Affairs,

yang

merupakan

komunitas

mahasiswa/mahasiswi yang mendapat beasiswa santri berprestasi dari Kementerian


Agama Republik Indonesia, sehingga di dalamnya rata-rata adalah penghafal AlQuran.
Seminar Pribumisasi Islam ini menghadirkan tiga orang pemateri, yaitu: Ulil Abshar
Abdalla dari Jaringan Islam Liberal (JIL), KH. Idrus Ramli, dewan pakar Aswaja Center
PWNU Jawa Timur dan Ach Dhofir Zuhry, S.Sos., M.Fil, pimpinan Sekolah Tinggi
Filsafat al-Farabi, Kepanjen, Malang. Sebenarnya seminar ini rencananya juga akan
dihadiri oleh Gus Sholah, tetapi beliau berhalangan hadir.
Pada sesi pertama, Ulil Abshar Abdalla menyampaikan bahwa penting bagi umat Islam
untuk bisa berbahasa inggris di zaman sekarang, karena itu akan membuat kita mudah
untuk go international. Selain itu, Ulil juga berpesan agar umat Islam ini kembali
menumbuhkan rasa percaya dirinya. Kembangkan bisnis syariah, perbankan syariah
itu sampai Vietnam, Thailand, begitu tegasnya. Ulil juga berterus terang
menyampaikan kekurang-tertarikannya untuk membahas tema yang ada, Pribumisasi
Islam, sehingga beliau lebih banyak memberikan suntikan-suntikan motivasi pada sesi
ini.
Pada sesi selanjutnya, KH. Idrus Ramli menjelaskan bahwa budaya jika tidak
bertentangan dengan Islam tidak masalah dan perlu dilestarikan. Contohnya sarung dan
baju koko ini, sudah memenuhi syarat untuk menutup aurat, maka kita ikuti saja budaya
nusantara ini, karena tidak bertentangan dengan syariat, pungkas beliau. Jadi, intinya
menurut beliau, dianjurkan untuk tidak menyelisihi budaya masyarakat setempat,
selama tidak menyelisihi syariat.
Dan, sesi terakhir bersama Ach Dhofir Zuhry, S.Sos., M.Fil. Beliau menjelaskan
beberapa penyebab mengapa umat Islam mengalami kemunduran, diantara penyebab
utamanya adalah karena umat Islam sekarang malas untuk melakukan penelitian dan

pengkajian yang itu sebenarnya perintah dari Allah. Sekarang, malah orang-orang Barat
yang begitu bersemangat untuk meneliti dan mengkaji.
Dhofir juga menjelaskan, mengapa para orientalis mempelajari Islam, jawabannya
adalah karena mereka menganggap Islam sebagai sumber ilmu. Menurut saya,
pernyataan beliau ini perlu dikritisi, perlu diketahui bahwasanya para orientalis
mempelajari Islam karena adanya kepentingan duniawi. Sehingga mereka kering sekali,
mempelajari Islam tetapi tidak menghasilkan manisnya iman, bahkan tak jarang
mendistorsi ajaran Islam itu sendiri.
Dan terakhir, Dhofir Zuhry juga menyampaikan dukungannya untuk Ulil Abshar
Abdalla. Pemikiran kritis sedikit seperti Mas Ulil, kok sudah dibilang kafir dan
sebagainya, tegas beliau.
Sesi terakhir, sesi tanya jawab, ada sebuah pertanyaan menarik yang dilontarkan oleh
seorang peserta asal Ambon, Bagaimana pendapat KH. Idrus Ramli dengan fatwa MUI
tentang Pluralisme dan Liberalisme?. Gus Idrus kemudian menjawab, bahwa beliau
sangat sepakat dengan isi fatwa tersebut, bahwa Sekularisme, Pluralisme dan
Liberalisme adalah faham terlarang bagi umat Islam. Gus Idrus juga mantap untuk
mengatakan bahwa dia menunggu keluarnya fatwa kesesatan Syiah dan Wahabi dari
MUI.
Pada akhir seminar, Ulil Abshar Abdalla dan KH. Idrus Ramli diberikan kesempatan
untuk menyampaikan kesimpulannya masing-masing. Menurut Ulil, kita semua harus
bersikap toleran terhadap perbedaan yang ada, termasuk dengan Syiah dan Ahmadiyah,
karena mereka semua berhak untuk tinggal dengan damai di negeri ini. Selanjutnya,
KH. Idrus Ramli dengan tegas membantah apa yang dikatakan oleh Ulil. Kita harus
tahu, mana perbedaan yang furu (cabang) dan mana yang ushul (pokok), jangan
sampai yang ushul dianggap furu, begitu juga sebaliknya. Perbedaan kita dengan
Syiah dan Ahmadiyah adalah perbedaan pada ushul agama, jadi perbedaannya bukan
pada tataran shawab dan khata, tetapi pada Haq dan Bathil, Sunnah dan Bidah serta
Hidayah dan Dholalah, tegas Kyai Idrus.
Dan, terakhir, acara ditutup dengan doa bersama oleh KH. Idrus Ramli.

Anda mungkin juga menyukai