Anda di halaman 1dari 8

ISLAM

DAN
SEKULARISME
Aditya Arga Yusandinata

Sponsored by ADITtm

tm

ADIT

ADIT

tm

Islam dan Sekularisme

Islam dan Sekularisme


Akhir-akhir ini ghazwul fikr (perang pemikiran) yang dilancarkan oleh musuhmusuh Islam sudah semakin nyata. Terlihat jelas bagaikan matahari di siang bolong bagi
mereka yang mengilmui pemikiran Islam. Salah satu bidah pemikiran yang dibawa oleh
mereka adalah sekularisme yang gaungnya telah menyebar ke segala penjuru dunia, tak
terkecuali ke negeri-negeri kaum muslimin.
Menyadari akan bahayanya bidah baru bernama sekularisme ini, Insya Allah saya
akan berusaha memaparkan secara singkat tentang apa itu sekularisme, contoh-contoh
faham sekularisme yang terjadi di sekitar

kita dan dampak dari faham sekularisme

terhadap Islam.
Pertama-tama, untuk lebih jelasnya saya akan memberikan definisi sekularisme dari
dua ulama kontemporer. Prof Dr. Syed Muhammad Naquib al-Attas[1] Hafizhahullah
menjelaskan bahwa secara etimologi sekularisme berasal dari kata saeculum (bahasa latin),
yang mempunyai arti dengan dua konotasi waktu dan lokasi: waktu menunjukan kepada
pengertian sekarang atau kini, dan lokasi menunjuk kepada pengertian dunia atau
duniawi.[2]
Tak jauh berbeda dengan penjelasan dari Syed Naquib al-Attas, Syaikh Taqiyuddin
an-Nabhani[3] Rahimahullah juga menerangkan bahwa sekularisme memiliki arti
fashluddin anil haya, yaitu memisahkan peran agama dari kehidupan yang berarti agama
hanya mengurusi hubungan antara individu dan penciptanya saja.[4] Dari dua definisi
tentang sekularisme di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa faham sekularisme hanya
mementingkan hal-hal yang berhubungan dengan saat ini dan di dunia ini. Faham ini
membuang jauh-jauh terhadap apa-apa yang bersifat metafisik/ghaib seperti kehidupan
setelah kematian yang notabene merupakan inti dari ajaran agama Islam.[5]

[1]

Syed Naquib al-Attas adalah seorang cendikiawan dan filosof muslim kelahiran Bogor, 5 September
1931. Beliau aktif mengkaji pemikiran dan peradaban islam di institut yang beliau dirikan, Institute of
Islamic Thought and Civilization (ISTAC), Kuala Lumpur, Malaysia.
[2]
Syed Naquib Al Attas. Islam dan Sekularisme. (Bandung: Pustaka, 1981). Hal.18-19
[3]
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani adalah pendiri Hizbut Tahrir. Beliau lahir pada tahun 1909 di daerah
Ijzim, Yordania.
[4]
Taqiyuddin An-Nabhani. Peraturan Hidup dalam Islam, (Bogor: Pustaka Tariqul Izzah, 2001). Hal.41
[5]
Maulana Wahid Abdurrahman dkk. Makalah Islam dan Sekularisme. (Jakarta: UIN Jakarta, 2009). Hal.2
dengan sedikit gubahan.

ADIT

tm

Islam dan Sekularisme

Sebagai penguat akan hakikat sekularisme yang sebenarnya, saya akan kutipkan
beberapa pernyataan terkait sekularisme yang dikutip dari tokoh SEPILIS.[6] Nurcholish
Majid, tokoh Jaringan Islam Liberal (JIL) misalnya menyatakan bahwa Islam hanya agama
spiritual semata. Tokoh sekular dari Mesir, Nasr Hamid Abu Zaid

[7]

pun tak jauh beda

dengan rekan se-ideologisnya dari Indonesia tersebut, dia menyatakan Islam adalah agama
sekuler (al-din al-ilmani) dan hanya sekularisme (ilmaniyyah) yang dapat membawa
umat Islam kepada kemajuan.[8]
Kedua tokoh itu menafsirkan bahwasanya Islam adalah agama spiritual (ibadah)
semata, tanpa memperhatikan masalah muamalah (hubungan sosial), uqubat (sanksi) dan
sebagainya. Bukan rahasia lagi bahwa kedua guru besar bagi Kaum SEPILIS itu ialah
pengagum berat peradaban sekuler ala barat yang dianggap sebagai peradaban termaju oleh
mereka.
Menurut mereka, cara menggapai kembali kemajuan Islam adalah dengan
mengambil semua hal yang bersumber dari barat tanpa tebang pilih, termasuk bidah
sekularisme tersebut. Tentang bahaya faham ini secara lebih detail akan dibahas pada
bagian selanjutnya, karena untuk lebih menyempurnakan pemahaman terkait sekularisme,
saya akan memaparkan beberapa contoh praktek kehidupan nyata ala sekuler dan
kekeliruannya terlebih dahulu.
Saya sendiri sedang aktif kuliah di jurusan teknik pengairan sebuah Universitas
Negeri di Kota Malang. Jadi, sebagian besar contoh praktek sekularisme yang diambil
adalah dari kegiatan-kegiatan sehari-hari selama menuntut ilmu (fardhu kifayah) di
fakultas teknik tersebut.

[6]

SEPILIS adalah singkatan dari kata Sekulerisme, Pluralisme, dan Liberalisme. Ketiga faham ini
diharamkan secara mutlak untuk diikuti oleh umat Islam, hal ini diterangkan dalam Fatwa MUI
Nomor: 7/Munas VII/MUI/11/2005 tentang Pluralisme, Liberalisme dan Sekularisme Agama.
[7]
Nasr Hamid Abu Zaid adalah seorang profesor Liberal kelahiran Mesir, 10 Juli 1943. Salah satu
karyanya yang paling populer dan kontroversial adalah Naqd Khitab al-Diniy. Karena terbukti
melecehkan ajaran Islam, menghujat Ulama, Rasulullah, bahkan kitab suci Al-Quran. Ia divonis
Murtad pada tanggal 14 Juni 1995 oleh Mahkamah al-Istinaf Mahkamah Kairo, Mesir.
Rujuk http://www.kompasiana.com/post/read/533511/1/1mengenang-kafirnya-nasr-hamid-azuzayd.html
[8]
Dr. Khalif Muammar, Gerakan Pemikiran Liberal: Ancaman Terhadap Aqidah dan Syariah.
(Malaysia: Jabatan Agama Islam Selangor). Hal.43

ADIT

tm

Islam dan Sekularisme

Kasus pertama, mengapa di negeri ini dosa-dosa besar (al-Kabair) seperti riba
begitu bebas bertebaran dimana-mana, saya belum menemukan peraturan pemerintah
(umara) yang mengharamkan atau melarangnya secara mutlak. Mungkin Majelis Ulama
Indonesia sudah berusaha menjauhkan umat dari kerusakan dengan mengeluarkan fatwa
No.1 Tahun 2004 tentang haramnya bunga (interest/faidah). Tetapi fatwa tersebut
mungkin kurang memiliki taji, jika tanpa dibantu dalam pelaksanaannya oleh umara.
Pemerintah yang sudah terjangkiti pemikirannya oleh virus sekularisme tak lagi mau
didikte oleh syariat Islam yang agung ini. Padahal di dalam al-Quran, as-Sunnah anNabawiyyah, dan ijma[9] ulama telah secara gamblang menerangkan akan ancaman bagi
para pelaku dosa besar tersebut.
Di kota Malang, saya memang berkuliah di kampus yang sekuler, dimana masih
membedakan antara ilmu agama dan ilmu umum. Hal yang lumrah terjadi di kampus
sekuler seperti pergaulan bebas antara pria dan wanita sudah menjadi pemandangan seharihari. Ada yang ketika bertemu (pria dan wanita) langsung ngobrol dan sesekali saling
menggoda dengan melayangkan cubitan ke tubuh lawan jenisnya. Pakaian ketat, mulai
baju hingga celana selalu menjadi bukti nyata akan sekulernya pemikiran penghuninya,
khususnya kaum hawa. Itu adalah pembuktian dari teori Humanisme Sekular[10] yaitu
menganggap baik apa-apa yang dipandang baik oleh manusia.
Tak hanya mahasiswanya, dosen pun tak mau kalah, dalam mengajarkan teori yang
berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam, seperti gempa dan tsunami.
Jarang sekali ada dosen yang menghubungkan penyebab terjadinya peristiwa tersebut
dengan penciptanya yaitu Allah, Tuhan Semesta Alam (Rabbil Alamin). Padahal, segala
sesuatu yang terjadi di alam semesta ini sudah diatur oleh Allah Subhanahu wa taala,
termasuk didalamnya bencana alam tersebut.

[9]

Ijma adalah kesepakatan para ulama ahli ijtihad dari umat Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad
Shallallahu alaihi wasallam pada masa tertentu atas suatu perkara agama. Syaikh Muhammad Siddiq
Hasan Khan, al-Jami li Ahkam Ushul Fiqih. Hal.154. Ijma merupakan sumber hukum ketiga yang
disepakati oleh para ulama setelah al-Quran dan as-Sunnah, karena Rasulullah Shallallahu alaihi
wasallam bersabda, Allah tidak akan menyatukan umat ini di atas kesesatan untuk selamanya
[HR.al-Hakim dalam al-Mustadrak (1/115-117), dan Syaikh al-Albani Rahimahullah mengatakan
bahwa sanadnya bagus.
Rujuk http://www.almanhaj.or.id/content/2944/slash/0/peran-ijma-dalam-penetapan-hukum-islam/
[10]
Humanisme Sekular menurut Dr. Anis Malik Toha adalah faham yang bercirikan antroposentris,
yakni menganggap bahwa manusia sebagai hakikat pusat kosmos (center of cosmos) atau
menempatkannya di titik pusat. Sehingga, nilai-nilai kemanusiaan dianggap sebagai sebuah kebenaran
bagi segala sesuatu, termasuk meninjau kembali posisi Tuhan. Lihat Dr. Anis Malik Toha, Tren
Pluralisme Agama. (Jakarta: Gema Insani Press). Hal.51

ADIT

tm

Islam dan Sekularisme

Itulah salah satu ciri utama sekularisme yaitu tidak mau lagi menganggap alam
(termasuk peristiwa yang terjadi di dalamnya, -pen) sebagai sesuatu yang diciptakan Allah
atau Disenchantment of Nature.[11] Sehingga, sedikit demi sedikit mulai mengajak kita
untuk semakin menjauhi hal-hal yang sifatnya ghaib/metafisik. Di jurusan saya juga masih
diajarkan mata kuliah yang bertentangan dengan syariat Islam seperti Ekonomi Teknik
(Economy of Technic) yang didalamnya banyak membahas bagaimana cara untuk
mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari modal yang kita pinjamkan kepada
kreditor (kontraktor), tak peduli mencekik korban atau tidak. Oleh para ilmuwan Islam,
biasanya praktek tersebut dinamakan sekularisasi ilmu, karena sang dosen mengajarkan
ilmu yang tersekulerkan.
Mungkin beberapa contoh kasus yang saya berikan sudah cukup untuk menambah
pemahaman kita tentang hakikat sekularisme. Oleh karena itu, pembahasan selanjutnya
akan mengurai dampak yang ditimbulkan faham ini jika dipaksa diterapkan di dalam
Islam. Salah satu efeknya, negara sekular tentunya hanya akan membentuk sumber daya
manusia yang shalih secara pribadi, tetapi tidak shalih secara sosial.[12] Rajin shalat, tapi
juga tak jauh dari maksiat. Tak mau diatur Sang Penciptanya dalam berkehidupan seharihari. Suka berpacaran, memakan riba, meminum khamr, dan melakukan dosa-dosa lainnya.
Dilain sisi, dampak terbesarnya tentu saja akan datang serangan secara bergelombang
untuk mendekonstruksi syariat Islam, dikarenakan sekularisme juga menelurkan faham
humanisme. Bagi mereka, apa yang dianggap manusia baik, maka itulah yang sejatinya
baik, bukan lagi yang baik menurut aturan yang berdasarkan wahyu dari Allah.
Zina yang diharamkan Allah Subhanahu wa taala sejak dulu kala, dengan
mudahnya para sekularis men-distorsi hukumnya. Termasuk diantara para sekularis negeri
ini adalah sebagian orang yang dengan santainya duduk di singgasana empuknya di
Senayan, seraya menghalalkan (istihlal) perzinaan jika dilakukan oleh pasangan yang
sama-sama dewasa, atas dasar suka sama suka, dan atas kesadaran penuh ketika
berhubungan intim. Sehingga, lokalisasi menjadi kawasan yang kebal hukum berdasarkan
hukum sekuler tersebut.

[11]
[12]

Anonim, Islam dan Sekularisme dan Dualisme dalam Pendidikan dengan sedikit gubahan.
Ibid.,

ADIT

tm

Islam dan Sekularisme

Betapa besar dampak yang diakibatkan oleh bidah tumor ganas sekularisme ini.
Barat berencana menghancurkan Islam dari tubuh umatnya sendiri, dengan mengajak
mereka tenggelam dalam pola pikir Iblis ini. Dengan dalih memerangi kelompok Islam
yang ekstrim, Barat kembali mengajak umat Islam agar bersekuler ria. Bisa dibuktikan
dalam dokumen milik Rand Corporation[13] yang berjudul Building Moderate Muslim
Network terbitan tahun 2007. Disitu tertulis dengan jelas, The potential partners of the
West in the struggle against radical Islamism are moderate, liberal, and secular Muslims
with political values congruent to the universal values underlying all modern liberal
societies.[14] Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kurang lebih artinya adalah,
Partner yang potensial bagi Barat dalam perjuangan menghadapi Islam Radikal adalah
Muslim moderat, liberal, dan sekuler dengan nilai politik yang sama kepada nilai-nilai
universal yang mendasari semua (kelompok) masyarakat liberal yang modern. Harus
digarisbawahi kata Sekuler disitu, yang menunjukkan sinyal bahwasanya Barat sangat
mendukung faham Sekularisme yang memang lahir dari rahim Barat. Barat yang selama
ini menggunakan slogan With Us or Against Us[15] tentu tak akan segan-segan
menghabisi lawan-lawan yang tidak sefaham dengan mereka, termasuk umat Islam yang
kontra (tidak sepemikiran) dengan partner kesayangan mereka, yaitu para pemuja faham
Sekularisme dan Liberalisme.

[13]

[14]

Rand Corporation adalah sebuah lembaga think tank non-profit untuk kebijakan public (Amerika),
dibentuk untuk meneliti dan menganalisis untuk angkatan bersenjata Amerika Serikat dan dibiayai
oleh pemerintah Amerika Serikat. Didirikan pada tahun 1948. Think tank adalah sebutan bagi
organisasi yang melakukan penelitian atau analisis dan masukan perihal topik seperti ekonomi,
militer, teknologi, dan kebudayaan.
Rujuk http://en.wikipedia.org/wiki/RAND_Corporation dan http://en.wikipedia.org/wiki/Think_tank
Rand Corporation, Building Moderate Muslim Networks. (California: The Rand Corporation). Hal.3

[15]

With Us or Against Us memiliki arti, Bersama Kami (menjadi partner, -pen) atau Melawan Kami
(menjadi lawan kami) adalah slogan yang dipopulerkan oleh mantan presiden Amerika Serikat,
George Bush pada Pertemuan Anti-Terroris di Warsawa, Ibukota Polandia. Dilaksanakan pada
November 2001 tepatnya pasca terjadinya serangan terhadap WTC atau 9/11 terrorist attack yang
diklaim Amerika dilancarkan oleh para teroris Islam.
Rujuk http://edition.cnn.com/2001/US/11/06/gen.attack.on.terror/

ADIT

tm

Islam dan Sekularisme

Masih belum kering goresan tinta sejarah yang mencatat proses sekularisasi Negara
Turki yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Atatrk (bersama Barat, -pen). Yang akhirnya,
membuatnya secara sukarela menumbangkan Kekhilafahan Islam dan kemudian dengan
rela pula dia memproklamirkan Turki sebagai Negara Sekuler pada tahun 1937.[16] Yang
pada kemudian hari berbuah pada beberapa keputusan kontroversial hasil pemikiran
sekuler Si Bapak Turki karena dorongan wajib untuk memindah kiblatnya dari Makkah
ke Barat.
Diantaranya fatwa sesatnya yang paling membuat kita mengelus dada adalah
menghapus pelajaran agama dari kurikulum pendidikan,[17] mengubah lantunan adzan ke
bahasa Turki, mewajibkan rakyat Turki memiliki nama belakang layaknya budaya Barat,
melarang pemakaian busana yang dicap berbau agama (contohnya jilbab, pen-) dan
mengubah hari libur resmi dari hari Jumat menjadi hari Minggu.[18]
Inilah wujud asli sekularisme yang selalu digaungkan Kaum SEPILIS, salah satu
virus paling mematikan yang diimpor bersama pulangnya beberapa alumni seperti Harun
Nasution dkk. dari kampus milik Orientalis di Barat. Betapa alerginya mereka dengan halhal yang menyangkut agama. Sudah banyak korban faham sekularisme di negeri ini, yang
sebagian

besar dari mereka adalah kalangan akademisi di kampus-kampus Nasional

ternama, tak terkecuali di kampus yang mengaku berbasis Islam seperti UIN, IAIN, dan
lainnya. Akhir-akhir ini justru syubhat (penyebab keraguan) pemikiran seperti Sekularisme
malah semakin melenggang kangkung memasuki alam bawah sadar mahasiswa di kampuskampus Islam. Mereka dipengaruhi oleh para dosen-dosen bertitel Dr, Ph.D, ataupun Prof.
yang telah dicuci otak oleh Barat. Dosen-dosen itu menggadaikan aqidahnya demi
kenikmatan yang sementara. Bukankah sekularisme sejatinya mengajak kita untuk berlari,
menjauh dari agama, dan kemudian Murtad alias batal syahadat. Murtad karena
menghalalkan yang haram, mengharamkan yang halal, menolak syariat Islam, dan
ujungnya dapat berakhir pada penafian (pengingkaran) terhadap adanya hal-hal yang
sifatnya ghaib/tidak kasat mata, termasuk pada kekuasaan Allah Rabbil Alamin.

[16]

Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan. (Jakarta: Bulan
Bintang, 1982). Hal.151
[17]
Munawir Syadzali, Islam dan Tata Negara, Ajaran, Sejarah dan Pemikiran. (Jakarta: UI Press,
1990). Hal.226
[18]
Harun Nasution, op, cit. , hal.152

ADIT

tm

Islam dan Sekularisme

Sudah tiba saatnya kita membina umat Islam yang berilmu, ditunjang aqidah yang
mantap, memiliki kepribadian dan jati diri yang teguh pendirian. Berilmu dan menyadari
bahwasanya Islam tidak sesempit pandangan kebanyakan orang, yaitu hanya mengajarkan
Rukun Islam (syahadat, shalat, zakat, puasa ramadhan, dan menunaikan haji bagi yang
mampu). Beraqidah yang shahih, yakin bahwasanya Islam tidak sebatas hanya percaya
pada adanya Allah, tetapi juga wajib menjalankan aturan-Nya yang sempurna dan bersifat
menyeluruh (syumul). Demi menggapai kejayaan, umat Islam tidak boleh berpangku
tangan dan menyerahkan hal urgent (penting) sepenuhnya hanya kepada pihak yang
berkuasa (ulama dan umara, -pen), sebaliknya hendaknya kita bersama-sama menjadi
motor penggerak usaha (perlawanan terhadap sekularisme, -pen) tersebut. Ingatlah,
bahwasanya tanggung jawab sebagai Khalifah (pemimpin) di muka bumi diamanahkan
oleh Allah Subhanahu wa taala kepada setiap makhluk yang bergelar Manusia.
Muslimlah yang layak menjalankan amanah besar ini. Pembangunan fisik yang maju
secara teknologi tidaklah punya arti jika peradaban itu ada tanpa ad-Din atau agama.
Tidak mungkin dinamakan sebagai sebuah peradaban jika tidak dipenuhi ilmu, adab dan
akhlak. Wallahu taala alam.[19]

[19]

Mafis bin Mohd Samuri, Wajah Sekularisme di Sebalik Fakta dan Persepsi. Hal.7 dengan sedikit
gubahan, teks asli:
Sudah tiba masa kita membina umat berbudaya ilmu, bertunjang kemantapan akidah,
sahsiah dan jati diri yang tulen. Demi menjayakannya, umat Islam tidak boleh berpeluk tubuh
dan menyerah secara bulat-bulat kepada pihak berkuasa sahaja, sebaliknya hendaklah bersamasama menjadi penggerak kepada usaha tersebut. Ingatlah bahawa tanggungjawab sebagai
khalifah di muka bumi diamanahkan oleh ALLAH kepada setiap diri makhluk bergelar manusia.
Muslim jualah yang layak menggalas amanah besar ini.
Pembangunan fizikal yang dipenuhi hutan batu dan teknologi tiada bermakna jika
ketamadunan itu wujud tanpa ad-din . Adapun, tidak mungkin dapat dinamakan sebuah
peradaban andai tidak berisikan ilmu, adab dan akhlak. Wallahu alam.

Anda mungkin juga menyukai