Anda di halaman 1dari 70

56

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1.

Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat analitik yang

bertujuan untuk melihat hubungan pengetahuan dan sikap penderita diabetes melitus
dengan pemanfaatan klinik diabetes melitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan
Tembung tahun 2010.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di klinik diabetes melitus Puskesmas Sering
Kecamatan Medan Tembung. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah :
1. Puskesmas Sering merupakan satu-satunya puskesmas yang memiliki klinik
diabetes melitus di Kota Medan, bahkan di Sumatera Utara.
2. Dari hasil survei pendahuluan dengan mewawancarai salah satu petugas klinik
diabetes melitus bahwa sebagian besar penderita diabetes melitus masih
banyak yang tidak patuh terhadap pengobatan yang dilakukan di klinik
tersebut.
3. Belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap
penderita diabetes melitus (DM) dengan pemanfaatan klinik diabetes melitus
di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung tahun 2010.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan saat dimulai penyusunan proposal yaitu bulan
Desember sampai selesai penelitian pada bulan Juni 2010.

Universitas Sumatera Utara

57

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita diabetes melitus yang
pernah berobat di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung mulai dari bulan
Januari tahun 2009 sampai pada bulan April tahun 2010. Jumlah populasi didapatkan
dari data kunjungan Puskesmas Sering, data tersebut menyatakan populasi sebesar
105 orang.
3.3.2. Sampel
Dalam menentukan besar sampel yang akan diteliti ditentukan dengan
menggunakan rumus Lameshow (1994) sebagai berikut :

n =
Dimana

Z2 . P (1 P). N
d2 . (N 1) + Z2 P ( 1 P)
N : Besar populasi
n : Besar Sample
d : galat pendugaan (0.1)
Z : Tingkat kepercayaan (90% = 1.645)
P : Proporsi Populasi (Ditentukan 0.5)

Maka besar sampel :

(1,645)2 . 0.5 (1 0.5) . 105

n =
(0,1)2 . (1451) + (1,645)2 . 0,5 (1 0.5)
(2,706) . (0.25). (1451)
n =
(0,01) . (105) . + ((1,645)2.(0.25))

Universitas Sumatera Utara

58

71,0325
n =
1,8725
n=

37,9 ------ 38 40 Orang.

Dari hasil perhitungan sampel minimal sebanyak 40 orang penderita diabetes


melitus.
Untuk menentukan sampel yang akan dijadikan unit analisis dilakukan dengan
metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:
1.

Pasien diabetes melitus telah melakukan kunjungan ke klinik diabetes melitus


minimal dua kali.

2.

Bertempat tinggal diwilayah kerja Puskesmas Sering.

3.

Bersedia menjadi responden.

3.4.

Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer


Data ini dapat diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap responden
dengan menggunakan kuesioner sebagai paduan pertanyaan ketika melakukan
wawancara.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini adalah diperoleh dari Puskesmas Sering
Kecamatan Medan Tembung, meliputi data kunjungan dan data sarana dan prasarana.
3.5.

Instrumen
Alat untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-

pertanyaan tentang karakteristik (jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan,


penghasilan) dan sumber informasi (petugas kesehatan, media cetak dan media

Universitas Sumatera Utara

59

elektronik), pengetahuan, sikap dan tindakan penderita diabetes melitus terhadap


pemanfaatan klinik diabetes melitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan
Tembung tahun 2010.
3.6.

Defenisi Operasional dan Skala Pengukuran


Variabel dalam penelitian ini adalah :

a. Penderita Diabetes Melitus


Adalah penderita yang didiagnosa memiliki kadar glukosa darah melebihi nilai
normal (< 120 mg/dl saat puasa dan < 200 mg/dl dua jam setelah makan) yang
tercatat di data kunjungan klinik diabetes melitus Puskesmas Sering Kecamatan
Medan Tembung mulai dari bulan Mei tahun 2009 sampai bulan Maret 2010.
b. Klinik diabetes melitus
Adalah tempat penderita diabetes melitus mendapatkan pelayanan kesehatan baik
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
c. Karakteristik adalah hal-hal yang melekat pada diri responden dan yang dapat
membedakan responden yang satu dengan yang lainnya.

Umur
Adalah lama waktu perjalanan responden yang dihitung sejak saat dia
hidup responden yang dihitung sejak saat ia dilahirkan sampai batas
waktu wawancara dilakukan yang dinyatakan dalam satuan tahun sesuai
dengan pengakuan responden.

Universitas Sumatera Utara

60

Kriteria Jawaban dikategorikan berdasarkan Median karena data tidak


berdistribusi normal, yaitu :
1. < 57 tahun
2. > 57 tahun
Skala : Nominal

Jenis kelamin
Adalah suatu ciri dari makhluk hidup yang membedakan jenis makhluk
hidup tersebut. Dikategorikan atas laki-laki dan perempuan.
Kriteria Jawaban :
1. Laki-laki
2. perempuan
Skala : Nominal

Pendidikan
Adalah pendidikan formal terakhir yang pernah diselesaikan oleh
responden.
Kriteria Jawaban :
1. Sekolah Pendidikan Dasar
2. Sekolah Pendidikan Menengah
3. Sekolah Pendidikan Tinggi
Skala : Ordinal

Pekerjaan
Adalah kegiatan yang dilakukan responden secara rutin.

Universitas Sumatera Utara

61

Kriteria Jawaban :
1. Pegawai (PNS, Pegawai dan Buruh Swasta)
2. Wiraswasta (Pedagang)
3. Tidak Bekerja (Ibu rumah tangga dan Pensiunan PNS)
Skala : Nominal

Penghasilan adalah jumlah rata rata pendapatan keluarga responden yang


dihitung berdasarkan UMR 2010 (Rp. 1.020.000,-).
Kriteria Jawaban :
1. < Rp 1.020.000,2. > Rp 1.020.000,Skala : Nominal

d. Media
Adalah wadah atau alat untuk memperoleh informasi tentang klinik diabetes
melitus yang terdiri dari :
Media cetak
Kriteria Jawaban :
1. Poster
2. Leaflet
3. Koran
Skala : Ordinal

Universitas Sumatera Utara

62

e. Pengetahuan
Adalah segala sesuatu yang diketahui responden (penderita diabetes melitus)
tentang diabetes melitus dan klinik diabetes melitus, meliputi informasi tentang
program-program dan kegiatan yang ada di klinik diabetes melitus.

Untuk pertanyaan nomor 1, 2, 3, 6, 7, 9 dan 10.

Kriteria Jawaban :
1. Pernyataan Benar, bobot nilai 3
2. Pernyataan mendekati Benar, bobot nilai 2
3. Pernyataan Salah, bobot nilai 1
4. Setiap jawaban yang tidak ada dalam pilihan jawaban dianggap tidak tahu,
bobot nilai 0

Untuk pertanyaan nomor 4, 5 dan 8

Kriteria Jawaban :

1. Pilih 2 skor

:1

2. Pilih pilih 3 4 skor

:2

3. Pilih 5 Skor

:3

Untuk pertanyaan nomor 11

Kriteria jawabannya adalah :


1. Tahu, bobot nilai 3
2. Tidak tahu, bobot nilai 1

Universitas Sumatera Utara

63

Untuk pertanyaan nomor 12

Kriteria Jawaban :
1. Pilih 1 skor

:1

2. Pilih pilih 2-3 skor

:2

3. Pilih > 4 Skor

:3

Kriteria variabel :
a. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 36 yaitu > 27
b. Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 36 yaitu 16 - 27
c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 36 yaitu < 16
Skala : Ordinal.
f. Sikap
Adalah pendapat atau pandangan penderita diabetes melitus terhadap hal yang
berhubungan dengan pemanfaatan klinik diabetes melitus, meliputi informasi
tentang program-program dan kegiatan yang ada di klinik diabetes melitus.

Universitas Sumatera Utara

64

Sikap, terdiri dari :


Kerentanan yang Dirasakan
Adalah persepsi responden terhadap kondisi karakteristik dan kebiasaan sehari
hari yang dapat memperbesar resiko terjadinya komplikasi diabetes melitus
sehingga memanfaatkan klinik diabetes melitus.
Keseriusan Penyakit yang Dirasakan
Adalah tingkat keparahan penyakit diabetes melitus yang diderita dan
frekuensi serangan yang dirasakan sehingga memanfaatkan klinik diabetes
melitus.
Pertimbangan Terhadap Keuntungan dan Kerugian
Adalah suatu pertimbangan dengan perbandingan manfaat dan rintangan
rintangan yang mungkin dialami dalam memanfaatkan klinik diabetes melitus.
Untuk pernyataan nomor 1, 5, 7 dan 9.
Kriteria Jawaban :
1. Sangat Setuju, bobot nilai 4
2. Setuju, bobot nilai 3
3. Kurang Setuju, bobot nilai 2
4. Tidak Setuju, bobot nilai 1
Untuk pernyataan nomor 2, 3, 4, 6, 8 dan 10.
Kriteria Jawaban :
1. Sangat Setuju, bobot nilai 1
2. Setuju, bobot nilai 2

Universitas Sumatera Utara

65

3. Kurang Setuju, bobot nilai 3


4. Tidak Setuju, bobot nilai 4
Kriteria Variabel :
a. Sikap baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi seluruh
pertanyaan dengan total nilai 40 yaitu > 30
b. Sikap sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai tertinggi
seluruh pertanyaan dengan total nilai 40 yaitu 18-30
c. Sikap kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai tertinggi
seluruh pertanyaan dengan total nilai 40 yaitu < 18
Skala : Ordinal.
g. Tindakan
Adalah

perbuatan

dan

pengalaman

yang

dilakukan

responden

untuk

menggunakan pelayanan klinik diabetes melitus di Puskesmas Sering Kecamatan


Medan Tembung tahun 2010.
Kriteria Jawaban tindakan untuk pertanyaan nomor 1, 2, 3, 4, 9, 10,11, 14 dan 15.

Kriteria jawabannya adalah :


1. Pernyataan Benar, bobot nilai 3
2. Pernyataan mendekati Benar, bobot nilai 2
3. Pernyataan Salah, bobot nilai 1

Kriteria Jawaban tindakan untuk pertanyaan nomor 5, 6, 8 dan 13.

Kriteria jawabannya adalah masing-masing jawaban diberi nilai 1, sehingga


total jawaban adalah 3.

Universitas Sumatera Utara

66

Kriteria Jawaban tindakan untuk pertanyaan nomor 7 dan 12.

Kriteria jawabannya adalah :


1. Ya, bobot nilai 3
2. Tidak, bobot nilai 1

Kriteria variabel :
1. Tingkat tindakan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi
seluruh pertanyaan dengan total nilai 45 yaitu > 34
2. Tingkat tindakan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 45 yaitu 20 - 34
3. Tingkat tindakan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 45 yaitu < 20
Skala : Ordinal.
3.7.

Teknik Analisa Data

3.7.1. Univariat
Analisis univariat dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian dengan
mendeskripsikan setiap variabel penelitian dengan cara membuat tabel distribusi
frekuensi pada tiap variabel. Diantaranya variabel bebas (independen) karakteristik
individu seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, penghasilan, suku, lama menderita
diabetes melitus, riwayat diabetes melitus pada orang tua, tipe diabetes melitus dan
sumber informasi (petugas kesehatan dan media informasi). Pada variabel antara yang
dideskripsikan adalah pengetahuan dan sikap terhadap diabetes melitus dan
pemanfaatan klinik diabetes melitus dan pada variabel terikat (dependen) yang

Universitas Sumatera Utara

67

dideskripsikan adalah tindakan penderita diabetes melitus terhadap pemanfaatan


klinik diabetes melitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung.
3.7.2. Bivariat
Analisis bivariat digumakan untuk mencari hubungan antara karakteristik,
pengetahuan dan sikap penderita diabetes melitus dengan tindakan penderita diabetes
melitus terhadap pemanfaatan klinik diabetes melitus di Puskesmas Sering
Kecamatan Medan Tembung. Uji hipotesis Chi-square Test Independent, yaitu untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas (independen) dengan variabel terikat
(dependen) dan variabel antara dengan variabel terikat (Santoso, 2004).

Universitas Sumatera Utara

68

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian


Puskesmas Sering terletak di Jalan Sering No. 20 Kelurahan Sidorejo
Kecamatan Medan Tembung, dengan batas wilayah :
Sebelah Utara

: Kelurahan Sidorejo hilir

Sebelah Timur

: Jalan Willem Iskandar

Sebelah Selatan

: Jalan Bubu dan Jalan Panglima

Sebelah Barat

: Kelurahan Sei Kera

Wilayah kerja Puskesmas Sering, terdiri dari tiga kelurahan yaitu :


1. Kelurahan Sidorejo
2. Kelurahan Sidorejo Hilir
3. Kelurahan Indra Kasih
Puskesmas Sering terdiri dari tiga kelurahan dengan jumlah penduduk 61.605
jiwa dengan 11.579 KK yang menempati area seluas 384 Ha. Sebagian besar
penduduk bermata pencaharian sebagai pegawai swasta, pegawai negeri, pedagang,
pengemudi becak, sopir dan lain-lain.
4.1.1. Ketenagaan Kesehatan
Untuk mencapai sasaran atau target yang telah ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan Kota Medan maupun Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara,

Universitas Sumatera Utara

69

pelayanan kesehatan di laksanakan di dalam maupun di luar gedung Puskesmas


Sering oleh petugas kesehatan yang berjumlah 58 orang, yang terdiri dari :
Tabel 4.1. Distribusi Tenaga Puskesmas Sering Tahun 2010
No. Ketenagaan
Puskesmas Sering
Pustu Sidorejo
Hilir
1
Dokter Umum
2
1
2
Dokter Gigi
2
1
3
Bidan
7
2
4
Perawat
16
4
5
SAA
3
6
Analis
3
1
7
AKD. Gizi
1
8
SKM / Honorer
1/ 2
-/ 1
Sumber : Profil Puskesmas Sering Tahun 2010

Putu Indra
Kasih
1
1
3
4
1
-/ 1

4.1.2. Data Fasilitas Kesehatan


Di wilayah kerja Puskesmas Sering terdapat beberapa fasilitas kesehatan,
yaitu :
Tabel 4.2. Distribusi Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Sering
No. Fasilitas Kesehatan
Jumlah
1
Rumah Sakit
1
2
Klinik / Balai Pengobatan
6
3
Rumah Bersalin
6
4
Apotek
5
5
Institusi Pendidikan Kesehatan
1
6
Poskeskel
1
7
Posyandu
31
Sumber : Profil Puskesmas Sering Tahun 2010

Universitas Sumatera Utara

70

4.2. Karakteristik Responden


Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden
di Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering Tahun 2010
Jumlah
No.
Kelompok Umur
%
(Orang)
1
< 57 tahun
20
50,0
2
>57 tahun
20
50,0
40
100,0
JUMLAH
Jumlah
No.
Jenis Kelamin
%
(Orang)
1
Laki-laki
7
17,5
2
Perempuan
33
82,5
40
100,0
JUMLAH
Jumlah
No.
Pendidikan
%
(Orang)
1
Sekolah Pendidikan Dasar
28
70,0
2
Sekolah Pendidikan Menengah
8
20,0
3
Sekolah Pendidikan Tinggi
4
10,0
40
100,0
JUMLAH
Jumlah
No.
Pekerjaan
%
(Orang)
1
Pegawai
7
17,5
2
Wiraswasta
6
15,0
3
Tidak Bekerja
27
67,5
40
100,0
JUMLAH
Jumlah
No.
Pendapatan
%
(Orang)
1
< Rp. 1.020.000,25
62.5
2
> Rp. 1.020.000,15
37.5
40
100,0
JUMLAH
Dari tabel 4.3 di atas diketahui bahwa umur responden berdasarkan median
masing < 57 tahun dan > 57 tahun adalah sebanyak 20 orang (50%). Sedangkan jenis
kelamin responden yang terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 33 orang
(82,5%), dan paling sedikit laki-laki yaitu 7 orang (17,5%). Pendidikan responden
sebagian besar adalah Sekolah Pendidikan Dasar yaitu sebanyak 28 orang (70%),

Universitas Sumatera Utara

71

sedangkan pendidikan responden sebagian kecil adalah tamat Sekolah Pendidika


Tinggi yaitu sebanyak 4 orang (10%).
Dilihat dari tabel 4.3 di atas diketahui bahwa pekerjaan responden sebagian
besar adalah tidak bekerja (ibu rumah tangga dan pensiunan PNS) yaitu sebanyak 27
orang (67,5%), sedangkan pekerjaan responden sebagian kecil adalah Wiraswasta
yaitu sebanyak 6 orang (15%). Berdasarkan tabel juga menunjukkan bahwa pada
umumnya pendapatan responden adalah perempuan yaitu < Rp. 1.020.000 yaitu
sebanyak 25 orang (62,5%), dan yang lainnya > Rp. 1.020.000 yaitu sebanyak 15
orang (37,5%).
4.3.

Sumber Informasi

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi


di Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering Tahun 2010
Jumlah
No.
Sumber Informasi
%
(Orang)
1
Anggota Keluarga
4
10,0
2
Tetangga
14
35,0
3
Petugas Kesehatan
22
55,0
40
100,0
JUMLAH
Jumlah
No. Informasi yang diperoleh
%
(Orang)
1
Skor 1
29
72,5
2
Skor 2
11
27,5
40
100,0
JUMLAH
Dari tabel 4.4 di atas diketahui bahwa sumber informasi responden sebagian
besar dari petugas kesehatan yaitu sebanyak 22 orang (55%), sedangkan sumber
informasi responden sebagian kecil dari anggota keluarga yaitu sebanyak 4 orang
(10%). Informasi yang diperoleh responden sebagian besar hanya 1 yaitu sebanyak 29
orang (72,5%), sedangkan 11 orang (27,5%) mendapatkan 2 informasi yaitu
pengobatan dan penyuluhan diabetes melitus.

Universitas Sumatera Utara

72

4.4.

Pengetahuan Responden
Dari hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan

pengetahuan adalah sebagai berikut :


Tabel 4.5.

No.
1

2
3
No.
1
2
3
No.
1
2

No.
1
2
3

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Penyakit


Diabetes Melitus di Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering
Tahun 2010
Jumlah
Pengertian Penyakit Diabetes Melitus
%
(Orang)
Keadaan dimana seseorang mengalami
3
7,5
penurunan BB yang drastis dengan diagnosa
KGD sewaktu >>200 mg/dl atau >>120 mg/dl
Penyakit karena KGD melebihi nilai normal
dengan diagnosa KGD sewaktu << 200 mg/dl
6
15,0
atau << 126 mg/dl, terjadi karena kelainan
sekresi insulin, kerja insulin /keduanya
Tidak tahu
31
77,5
40
100,0
JUMLAH
Jumlah
Tipe Penyakit Diabetes Melitus
%
(Orang)
3 Macam
1
2,5
2 Macam
25
62,5
Tidak tahu
14
35,0
40
100,0
JUMLAH
Jumlah
Gejala Diabetes Melitus
%
(Orang)
Skor 2 (banyak makan, buang air kecil,
25
62,5
minum)
Skor 3 (banyak makan, buang air kecil, minum
15
37,5
serta penurunan berat badan yang drastis)
40
100,0
JUMLAH
Jumlah
Penyebab Diabetes Melitus
%
(Orang)
Skor 1
5
12,5
Skor 2
29
72,5
Skor 3
6
15,0
40
100,0
JUMLAH

Universitas Sumatera Utara

73

Dari tabel 4.5 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden tidak
mengetahui penyakit diabetes melitus yaitu sebanyak 28 orang (77,5%), sebanyak 6
orang (15%) responden mengetahui bahwa penyakit diabetes melitus adalah penyakit
karena kadar gula darah melebihi nilai normal dengan diagnosa kadar gula darah
sewaktu << 200 mg/dl atau << 120 mg/dl, yang terjadi oleh karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya. Sebanyak 3 orang (10%) mengetahui bahwa
penyakit diabetes melitus adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
penurunan berat badan yang drastis dengan diagnosa kadar gula darah sewaktu >>
200 mg/dl atau >> 120 mg/dl.
Dapat diketahui bahwa sebanyak 37 orang responden (92,5%) mengetahui
tipe penyakit diabetes melitus ada 2 macam. Hanya 1 orang yang mengatakan bahwa
tipe penyakit diabetes melitus adalah 3. Sebanyak 2 orang mengatakan tidak tahu
tentang tipe penyakit diabetes melitus. Untuk gejala penyakit diabetes melitus
diketahui bahwa sebagian besar responden memperoleh nilai 2 tentang gejala
penyakit diabetes melitus yang mereka ketahui yaitu sebanyak 25 orang (62,5%),
sedangkan yang lainnya memperoleh nilai 3 yaitu sebanyak 15 orang (37,5%). Dari
jawaban responden diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan gejala
penyakit diabetes melitus adalah banyak makan, banyak buang air kecil, banyak
minum, serta penurunan berat badan yang drastis.
Berdasarkan tabel tersebut di atas diketahui bahwa sebagian besar responden
memperoleh nilai 2 tentang penyebab penyakit diabetes melitus yang mereka ketahui
yaitu sebanyak 29 orang (72,5%), sedangkan sebanyak 5 orang (12,5%) memperoleh

Universitas Sumatera Utara

74

nilai 1 dan yang lainnya memperoleh nilai 3 yaitu sebanyak 6 orang (15%). Dari
jawaban responden diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan penyebab
penyakit diabetes melitus adalah kegemukan, kurang olah raga, konsumsi lemak yang
berlebihan dan keturunan.
Tabel 4.6. Distribusi Pengetahuan Responden tentang Kadar Gula Darah
di Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering Tahun 2010
Jumlah
No.
Kadar Gula Darah Normal
%
(Orang)
> 120 mg/dl saat puasa dan > 200 mg/dl
1
2
5,0
sewaktu
Kadar gula darah tergantung masing masing
2
21
52,5
individu
< 120 mg/dl saat puasa dan < 200 mg/dl
3
2
5,0
sewaktu dan akan meningkat sesuai umur
4
Tidak tahu
15
37,5
40
100,0
JUMLAH
Jumlah
No.
Jadwal Pemeriksaan Kadar Gula Darah
%
(Orang)
Secara rutin dengan adanya gejala ataupun
1
13
32,5
tidak ada gejala minimal 1x sebulan
Pada saat masih mengkonsumsi obat diabetes
2
15
37,5
melitus
3
Ketika ada gejala sakit
12
30,0
40
100,0
JUMLAH
Jumlah
No.
Manfaat Menjaga Kadar Gula Darah
%
(Orang)
Untuk dapat memperpanjang umur dan dapat
1
24
60,0
beraktifitas sebagaimana mestinya
Untuk dapat menghindarkan dari gejala
2
diabetes melitus seperti polyuria, polydipsia,
11
27,5
polyphagia, dan lain-lain
Untuk dapat mencegah agar tidak
3
menimbulkan komplikasi seperti stroke, ginjal,
5
12,5
dan kerusaan pada mata
40
100,0
JUMLAH

Universitas Sumatera Utara

75

Dari tabel 4.6 diketahui bahwa sebagian besar responden mengetahui bahwa
kadar gula darah normal tergantung masing-masing individu yaitu sebanyak 21 orang
(52,5%), sebanyak 2 orang (5%) responden mengetahui bahwa kadar gula darah
normal adalah > 120 mg/dl saat puasa dan > 200 mg/dl sewaktu dan < 120 mg/dl saat
puasa dan < 200 mg/dl sewaktu dan akan meningkat sesuai umur. Sebanyak 15 orang
(37,5%) responden tidak tahu tentang kadar gula darah normal.
Berdasarkan tabel 4.6 juga dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
mengetahui jadwal pemeriksaan kadar gula darah adalah pada saat masih
mengkonsumsi obat diabetes melitus yaitu sebanyak 15 orang (37,5%), sebanyak 13
orang (32,5%) responden mengetahui jadwal pemeriksaan kadar gula darah secara
rutin dengan adanya gejala ataupun tidak ada gejala minimal satu kali sebulan,
sedangkan 12 orang (2,5%) responden mengetahui bahwa waktu pemeriksaan kadar
gula darah adalah ketika ada gejala saja.
Berdasarkan hasil di lapangan dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden mengetahui manfaat menjaga kadar gula darah adalah untuk dapat
memperpanjang umur dan dapat beraktifitas sebagaimana mestinya yaitu sebanyak 24
orang (60%), sebanyak 11 orang (25%) responden mengetahui manfaat menjaga
kadar gula darah adalah untuk dapat menghindarkan dari gejala diabetes melitus
seperti polyuria, polydipsia, polyphagia, dan lain-lain, sedangkan 5 orang (12,5%)
responden mengetahui bahwa manfaat menjaga kadar gula darah adalah untuk dapat
mencegah agar tidak menimbulkan komplikasi seperti stroke, ginjal, dan kerusaan
pada mata.

Universitas Sumatera Utara

76

Tabel 4.7. Distribusi Pengetahuan Responden tentang Penanggulangan dan


Pencegahan Komplikasi Diabetes Melitus di Klinik Diabetes Melitus
Puskesmas Sering Tahun 2010
Jumlah
No.
Penanggulangan Diabetes Melitus
%
(Orang)
Pengobatan dari dokter dan melakukan pola
1
4
10,0
hidup sehat yang dianjurkan petugas kesehatan
2
Pengobatan dan mengatur diet makan sendiri
17
42,5
3
Pengobatan saja
19
47,5
40
100,0
JUMLAH
Jumlah
No. Upaya Pencegahan Timbulnya Komplikasi
%
(Orang)
1
Skor 1
13
32,5
2
Skor 2
20
50,0
3
Skor 3
7
17,5
40
100,0
JUMLAH
Dari tabel 4.7 diketahui bahwa upaya penanggulangan diabetes melitus oleh
responden terbanyak 33 orang (82,5%) menyatakan penanggulangan penyakit
diabetes melitus adalah dengan pengobatan dan mengatur diet makan sendiri,
sedangkan yang lainnya 7 orang (17,5%) responden menyatakan penanggulangan
penyakit diabetes melitus dengan pengobatan dari dokter dan melakukan pola hidup
sehat yang dianjurkan petugas kesehatan
Selain itu, diketahui bahwa sebagian besar responden memperoleh nilai 2
tentang upaya pencegahan timbulnya komplikasi diabetes melitus yang mereka
ketahui yaitu sebanyak 20 orang (50%), sedangkan sebanyak 13 orang (32,5%)
memperoleh nilai 1 dan yang lainnya memperoleh nilai 3 yaitu sebanyak 7 orang
(17,5%). Dari jawaban responden diketahui bahwa sebagian besar responden
menyatakan bahwa upaya pencegahan timbulnya komplikasi dengan tidak

Universitas Sumatera Utara

77

mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat, menstabilkan berat


badan yang kegemukan.
Tabel 4.8. Distribusi Pengetahuan Responden tentang Klinik Diabetes Melitus
di Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering Tahun 2010
Jumlah
No.
Klinik Diabetes Melitus
%
(Orang)
Tempat khusus pengobatan diabetes melitus
1
25
62,5
saja
Tempat mendapatkan pengobatan dan
2
program-program lain yang berhubungan
15
37,5
dengan diabetes melitus
40
100,0
JUMLAH
Jumlah
No. Program-Program Klinik Diabetes Melitus
%
(Orang)
1
Skor 1
20
52,5
2
Skor 2
10
25,0
3
Skor 3
10
22,5
40
100,0
JUMLAH
Dilihat dari tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa responden terbanyak 25
orang (62,5%) mengatakan klinik diabetes melitus adalah tempat khusus pengobatan
diabetes melitus saja, sedangkan yang lainnya 15 orang (37,5%) responden
mengatakan klinik diabetes melitus adalah tempat mendapatkan pengobatan dan
program-program lain yang berhubungan dengan diabetes melitus.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden mengetahui programprogram yang ada di klinik diabetes melitus Puskesmas Sering yaitu seluruh
responden 40 orang (100%). Dari tabel tersebut di atas diketahui bahwa sebagian
besar responden memperoleh nilai 1 tentang pengetahuan responden tentang
program-program klinik diabetes melitus yaitu sebanyak 20 orang (52,5%),
sedangkan sebanyak masing-masing 10 orang (22,5%) memperoleh nilai 3 dan 2.

Universitas Sumatera Utara

78

Dari jawaban responden diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan


bahwa pengobatan merupakan program klinik diabetes melitus.
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Tingkatan Pengetahuan Responden Terhadap
Penyakit Diabetes Melitus dan Klinik Diabetes Melitus
Jumlah
No.
Tingkatan Pengetahuan Responden
%
(Orang)
1
Baik
6
15,0
2
Sedang
29
72,5
3
Kurang
5
12,5
40
100,0
JUMLAH
Dari tabel 4.9 di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tingkatan
pengetahuan responden terhadap penyakit diabetes melitus dan klinik diabetes
melitus berada pada tingkat kategori pengetahuan sedang yaitu sebanyak 29 orang
(72,5%) dan pada tingkat kategori baik sebanyak 6 orang (15%), sedangkan pada
tingkat kategori kurang sebanyak 5 orang (12,5%).
4.5.

Sikap Responden
Dari hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan

pengetahuan adalah sebagai berikut :


Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Sikap Responden di Klinik Diabetes Melitus
Puskesmas Sering Tahun 2010
No
.
1

Sikap
Pernyataan
Kadar gula darah >
120 mg/dl saat
puasa dan > 200
mg/dl sewaktu
disebut dengan
diabetes melitus.
Kadar gula darah

SS

KS

TS

To
t

27,
5

30

60,
0

2,5

40

10
0

10,

23

57,

13

32,

40

10

Universitas Sumatera Utara

79

meningkat sesuai
dengan usia adalah
hal yang wajar.

Lanjutan Tabel 4.10


No
.
3

Sikap
Pernyataan
Diabetes melitus
yang tidak
ditanggulangi akan
sembuh dengan
sendirinya.
Penyakit diabetes
melitus bukan
merupakan
penyakit yang
berbahaya dan
sangat jarang
menimbulkan
komplikasi
Pasien DM
mengikuti
pengobatan di
klinik diabetes
melitus.
Mengkonsumsi
obat diabetes
melitus adalah
metode yang paling
tepat untuk
menurunkan kadar
gula darah darah
bila dibandingkan
dengan deteksi dini
bagi yang memiliki
faktor resiko.
Menanggulangi
diabetes melitus
sedini mungkin,
bukan merupakan
upaya yang tepat

SS

KS

TS

To
t

34

85,
0

15,
0

40

10
0

33

82,
5

17,
5

40

10
0

5,0

38

95,
0

40

10
0

29

72,
5

11

27,
5

40

10
0

22,
5

31

77,
5

40

10
0

Universitas Sumatera Utara

80

untuk mencegah
komplikasi
diabetes melitus.
Untuk pengobatan
diabetes melitus
memerlukan biaya
yang besar dan
waktu lama bahkan
dapat
menghabiskan
penghasilan
seumur hidup.
Sebagai penderita
diabetes melitus
Saya merasa
terbebani dalam
mengurangi
konsumsi makanan
yang mengandung
banyak karbohidrat

17,
5

33

82,
5

40

10
0

10,
0

11

27,
5

25

62,
5

40

10
0

Dari tabel 4.10 di atas diketahui bahwa sikap responden tentang kadar gula
darah > 120 mg/dl saat puasa dan > 200 mg/dl sewaktu disebut dengan diabetes
melitus, sebagian besar responden setuju 30 orang (60%), sangat setuju 9 orang
(27,5%) dan kurang setuju satu orang (2,5%). Sedangkan sikap responden tentang
kadar gula darah meningkat sesuai dengan usia adalah hal yang wajar, sebagian besar
responden kurang setuju 23 orang (57,5%), tidak setuju 13 orang (32,5%) dan hanya
4 orang (10%) yang menyatakan setuju.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sikap responden tentang
diabetes melitus yang tidak ditanggulangi akan sembuh dengan sendirinya, sebagian
besar responden kurang setuju 34 orang (85%) dan 6 orang (15%) yang menyatakan
tidak setuju. Sedangkan sikap responden tentang penyakit diabetes melitus bukan

Universitas Sumatera Utara

81

merupakan penyakit yang berbahaya dan sangat jarang menimbulkan komplikasi,


sebagian besar responden kurang setuju 33 orang (82,5%) dan 7 orang (17,5%) yang
menyatakan tidak setuju.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sikap responden tentang Pasien
DM mengikuti pengobatan di klinik diabetes melitus, sebagian besar responden setuju
38 orang (95%) dan 2 orang (5%) yang menyatakan sangat setuju. Kemudian dilihat
dari tabel 4.10 diketahui bahwa sikap responden tentang mengkonsumsi obat diabetes
melitus adalah metode yang paling tepat untuk menurunkan kadar gula darah darah
bila dibandingkan dengan berolah raga (seperti berjalan, senam, bersepeda) 30 45
menit setiap hari, sebagian besar responden kurang setuju 29 orang (72,5%) dan 11
orang (27,5%) yang menyatakan tidak setuju.
Berdasarkan tabel 4.10 di atas diketahui bahwa sikap responden tentang
menanggulangi diabetes melitus sedini mungkin, bukan merupakan upaya yang tepat
untuk mencegah komplikasi diabetes melitus, sebagian besar responden sangat setuju
31 orang (77,5%) dan 9 orang (22,5%) yang menyatakan setuju. Diketahui juga
bahwa sikap responden tentang untuk pengobatan diabetes melitus memerlukan biaya
yang besar dan waktu lama bahkan dapat menghabiskan penghasilan seumur hidup,
sebagian besar responden setuju 33 orang (82,5%) dan 7 orang (17,5%) yang
menyatakan sangat setuju
Selain itu juga diketahui bahwa sikap responden sebagai penderita diabetes
melitus yang merasa terbebani dalam melakukan pola hidup sehat, sebagian besar

Universitas Sumatera Utara

82

responden kurang setuju 28 orang (62,5%), sebanyak 11 orang (27,5%) yang


menyatakan tidak setuju setuju dan 4 orang (10%) sangat setuju.
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Tingkatan Sikap Responden Terhadap
Penyakit Diabetes Melitus dan Klinik Diabetes Melitus
No.
1
2

Tingkatan Sikap Responden


Baik
Sedang
JUMLAH

Jumlah
(Orang)

%
28
12
40

70,0
30,0
100,0

Dari tabel 4.11 di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tingkatan
sikap responden terhadap penyakit diabetes melitus dan klinik diabetes melitus
berada pada tingkat kategori sikap baik yaitu sebanyak 28 orang (70%) dan pada
tingkat kategori sedang sebanyak 12 orang (30%).
4.6. Tindakan Responden
Dari hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan
tindakan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Ketika Ada Gejala
Diabetes Melitus di Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering
Tahun 2010
Yang dilakukan ketika ada gejala diabetes
Jumlah
No.
%
melitus
(Orang)
1
Menunggu perkembangan penyakit
13
32,5
2
Pengobatan alternatif (tradisional)
13
32,5
Memeriksakan diri ke dokter/petugas
3
14
35,0
kesehatan
40
100,0
JUMLAH
Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
memeriksakan diri ke dokter atau petugas kesehatan ketika ada gejala diabetes

Universitas Sumatera Utara

83

melitus yaitu sebanyak 14 orang (35%), sebanyak masing-masing 13 orang (32,5%)


responden memilih menunggu perkembangan penyakitnya dan menggunakan
pengobatan alternatif.
Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden tentang Alasan Pertama
Kali Datang ke Klinik Diabetes Melitus di Klinik Diabetes Melitus
Puskesmas SeringTahun 2010
Alasan pertama kali datang ke klinik
Jumlah
No.
%
diabetes melitus
(Orang)
1
Disuruh oleh petugas kesehatan
24
60,0
2
Ingin sembuh dari penyakit diabetes melitus
16
40,0
40
100,0
JUMLAH
Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat diketahui bahwa responden terbanyak 24
orang (60%) mengatakan alasan pertama kali datang ke klinik diabetes melitus adalah
disuruh oleh petugas kesehatan, sedangkan 16 orang lainnya (40%) responden
memberikan alasan karena ingin sembuh dari penyakit diabetes melitus.
Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden tentang Alasan
Menggunakan Klinik Diabetes Melitus di Klinik Diabetes Melitus
Puskesmas Sering Tahun 2010
Alasan menggunakan klinik diabetes
Jumlah
No.
%
melitus
(Orang)
1
Karena diagnosa dokter
38
95,0
2
Karena kebutuhan yang dirasakan
2
5,0
40
100,0
JUMLAH
Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat diketahui bahwa responden terbanyak 38
orang (95%) mengatakan alasan menggunakan klinik diabetes melitus adalah karena
diagnosa dari dokter, sedangkan 2 orang lainnya (5%) responden memberikan alasan
karena kebutuhan yang dirasakan.
Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden tentang Tempat Berobat
Sebelum di Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering Tahun 2010
No. Tempat Berobat Sebelum di Klinik
Jumlah
%

Universitas Sumatera Utara

84

1
2
3

Diabetes Melitus Puskesmas Sering


Kecamatan Medan Tembung
Tidak pernah berobat di tempat lain
Praktek Dokter
Rumah Sakit
JUMLAH

(Orang)
10
23
7
40

25,0
57,5
17,5
100,0

Berdasarkan tabel 4.15 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar


responden sudah pernah berobat ke praktek dokter sebelum datang ke klinik diabetes
melitus yang ada di Puskesmas Sering yaitu sebanyak 23 orang (57,5%), sebanyak 7
orang (17,5%) sudah pernah berobat di rumah sakit, sedangkan 10 orang (25%)
responden tidak pernah berobat di tempat lain.

Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden tentang Alasan Memilih


Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering
Alasan memilih klinik diabetes melitus
Jumlah
No.
%
Puskesmas Sering
(Orang)
1
Skor 1
2
5,0
2
Skor 2
24
60,0
3
Skor 3
14
35,0
40
100,0
JUMLAH
Dari tabel 4.16 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden memperoleh
nilai 2 tentang alasan memilih klinik diabetes melitus yang ada di Puskesmas Sering
Kecamatan Medan Tembung yaitu sebanyak 24 orang (60%), sedangkan sebanyak 14
orang (35%) memperoleh nilai 3 dan yang lainnya memperoleh nilai 1 yaitu sebanyak
2 orang (5%). Dari jawaban responden diketahui bahwa sebagian besar responden
menyatakan bahwa alasan mereka memilih klinik diabetes melitus yang ada di
Puskesmas Sering adalah petugasnya yang ramah dan biaya yang dikeluarkan relatif
murah.

Universitas Sumatera Utara

85

Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden tentang Kegiatan yang


Pernah Diikuti di Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering Tahun
2010
Kategori Kegiatan yang pernah diikuti oleh
Jumlah
No.
%
responden.
(Orang)
1
Skor 1
29
72,5
2
Skor 2
2
5,0
3
Skor 3
9
22,5
40
100,0
JUMLAH
Jumlah
No. Menghadiri kegiatan penyuluhan
%
(Orang)
1
Pernah
11
27,5
2
Tidak Pernah
29
72,5
40
100,0
JUMLAH

Lanjutan tabel 4.17


No.
1
2
3

Tindakan setelah dinyatakan bahwa kadar


gula darah normal kembali
Kembali seperti biasa seperti saat belum
terkena diabetes melitus
Akan menggunakan pengobatan tradisional
untuk pengobatan lanjutan
Tetap melakukan anjuran dokter mulai dari
pantangan pantangan makanan dan pola
aktifitas
JUMLAH

Jumlah
(Orang)

%
17

42,5

11

27,5

12

30,0

40

100,0

Dari tabel 4.17 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden memperoleh
nilai 1 tentang kegiatan yang pernah mereka ikuti yaitu sebanyak 29 orang (72,5%),
sedangkan sebanyak 9 orang (22,5%) memperoleh nilai 3 dan yang lainnya
memperoleh nilai 2 yaitu sebanyak 2 orang (5%). Dari jawaban responden diketahui
bahwa sebagian besar responden pernah mengikuti kegiatan pengobatan.

Universitas Sumatera Utara

86

Berdasarkan tabel juga dapat diketahui bahwa responden terbanyak 29 orang


(72,5%) pernah menghadiri kegiatan penyuluhan yang dibuat oleh petugas klinik
diabetes melitus Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung, sedangkan yang
lainnya 11 orang (27,5%) responden tidak pernah menghadiri penyuluhan.
Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa seluruh (11 orang yang pernah
mengikuti penyuluhan (100%)) menyatakan menggunakan poster dalam kegiatan
penyuluhan yang dilakukan oleh petugas klinik diabetes melitus Puskesmas Sering
Kecamatan Medan Tembung.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
kembali seperti saat belum terkena diabetes melitus yaitu sebanyak 17 orang (42,5%),
sebanyak 12 orang (30%) responden tetap melakukan anjuran dokter mulai dari
pantangan-pantangan makanan dan pola aktifitas setelah dinyatakan bahwa kadar
gula darah sudah normal kembali, sedangkan 11 orang (27,5%) responden akan
menggunakan pengobatan tradisional untuk pengobatan lanjutan.
Tabel 4.18. Distribusi Tindakan Frekuensi Responden tentang Waktu
Mengukur Kembali Kadar Gula Darah di Klinik Diabetes Melitus
Puskesmas Sering Tahun 2010
Waktu mengukur kembali kadar gula
Jumlah
No.
%
darah
(Orang)
1
Mengukur ketika ada gejala saja
4
10,0
Bila ada gejala dan jika saya kerumah sakit
2
24
60,0
atau puskesmas
Saya mengukur secara rutin dengan adanya
3
12
30,0
gejala maupun tidak ada gejala
40
100,0
JUMLAH
Berdasarkan tabel 4.18 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden mengukur kembali kadar gula darahnya bila ada gejala dan jika pergi ke

Universitas Sumatera Utara

87

rumah sakit atau puskesmas yaitu sebanyak 24 orang (60%), sebanyak 12 orang
(30%) responden mengukur secara rutin dengan adanya gejala maupun tidak ada
gejala, sedangkan 4 orang (10%) responden mengukur ketika ada gejala saja.
Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden tentang Jumlah Kalori
yang Dikonsumsi di Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering
Tahun 2010
Jumlah
No. Jumlah Kalori yang Dikonsumsi
%
(Orang)
1
Mengatur sendiri ukurannya
33
82,5
2
1300-1500 kalori
7
17,5
40
100,0
JUMLAH
Berdasarkan tabel 4.19 di atas dapat diketahui bahwa responden terbanyak 33
orang (82,5%) mengatur sendiri jumlah kalori yang dikonsumsinya, sedangkan yang
lainnya 7 orang (17,5%) responden mengikuti aturan diet penderita diabetes melitus
yaitu 1300-1500 kalori.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh (100%) responden
pernah melakukan olahraga sebagai pola aktifitas bagi penderita diabetes melitus.
Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden terhadap Kategori
Olahraga yang Dilakukan di Klinik Diabetes Melitus Puskesmas
Sering Tahun 2010
Jumlah
No. Kategori olah raga yang dilakukan
%
(Orang)
1
Skor 1
31
77,5
2
Skor 2
9
22,5
40
100,0
JUMLAH
Jumlah
No. Frekuensi Olahraga yang Dilakukan
%
(Orang)
1
1-3 kali sebulan
9
22,5
2
1-3 kali seminggu
22
55,0
3
> 3 kali seminggu
9
22,5
40
100,0
JUMLAH
Jumlah
No. Waktu yang dihabiskan untuk olah raga
%
(Orang)

Universitas Sumatera Utara

88

1
2

15-30 menit
30-60 menit
JUMLAH

30
10
40

75,0
25,0
100,0

Dari tabel 4.20 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden memperoleh
nilai 1 tentang olahraga yang dilakukannya yaitu sebanyak 31 orang (77,5%),
sedangkan sebanyak 9 orang (22,5%) memperoleh nilai 2. Dari jawaban responden
diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan jalan pagi.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
melakukan olahraga 1-3 kali seminggu yaitu sebanyak 22 orang (55%), sebanyak 9
orang (22,5%) responden melakukan olahraga 1-3 kali sebulan dan 9 orang lainnya >
3 kali seminggu.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden terbanyak 30
orang (75%) melakukan olahraga selama 15-30 menit, sedangkan yang lainnya 10
orang (25%) responden melakukan olahraga selama 30-60 menit.
Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Tingkatan Tindakan Responden Terhadap
Pemanfaatan Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering
Jumlah
No.
Tingkatan Sikap Responden
%
(Orang)
1
Baik
4
10%
2
Sedang
36
90%
40
100,0
JUMLAH
Dari tabel 4.21 di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tingkatan
tindakan responden terhadap pemenfaatan klinik diabetes melitus Puskesmas Sering

Universitas Sumatera Utara

89

berada pada tingkat kategori sedang yaitu sebanyak 36 orang (90%) dan pada tingkat
kategori baik sebanyak 4 orang (10%).
4.7.

Hasil Analisis Bivariat

Tabel 4.22. Hubungan Umur Responden dengan Pemanfaatan Klinik Diabetes


Melitus Puskesmas Sering
Pemanfaatan Klinik Diabetes
Total
Melitus Puskesmas Sering
Umur (tahun)
Baik
Sedang
n
%
n
%
n
%
4
20,0
16
80,0
20
100
< 57 tahun
2
10,0
18
90,0
20
100
> 57 tahun
6
15,0
34
85,0
40
100
Total
2
X = 0,784
P value = 0, 616
Untuk variabel umur tidak cukup hanya dengan menggunakan uji Chi Square.
Pada variabel umur terlihat ada 50% sel yang memiliki nilai harapan lebih kecil dari
5, yang merupakan prasyarat untuk dapat menggunakan uji Chi Square. Untuk itu
dilakukan uji Exact Fisher untuk variabel umur.
Dari tabel 4.22 didapat bahwa responden yang berumur > 57 tahun
memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan sedang yaitu sebanyak 18 orang
(90%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan pemanfaatan klinik diabetes
melitus Puskesmas Sering.
Tabel 4.23. Hubungan Jenis Kelamin Responden dengan Pemanfaatan Klinik
Diabetes Melitus Puskesmas Sering
Pemanfaatan Klinik Diabetes
Total
Melitus Puskesmas Sering
Jenis Kelamin
Baik
Sedang
n
%
n
%
n
%
0
0
7
100,0
7
100
Laki-laki

Universitas Sumatera Utara

90

Perempuan
Total
X2 = 1.497

6
6

18,2
15,0

27
34

81,8
33
85,0
40
P value = 0, 221

100
100

Untuk variabel jenis kelamin tidak cukup hanya dengan menggunakan uji Chi
Square. Pada variabel jenis kelamin terlihat ada 50% sel yang memiliki nilai harapan
lebih kecil dari 5, yang merupakan prasyarat untuk dapat menggunakan uji Chi
Square. Untuk itu dilakukan uji Exact Fisher untuk variabel jenis kelamin.
Dari tabel 4.23 didapat bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan
memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan sedang 27 orang (81,8%). Hasil
uji statistik didapatkan nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan pemanfaatan klinik diabetes
melitus Puskesmas Sering.
Tabel 4.24. Hubungan Tingkat Pendidikan Responden dengan Pemanfaatan
Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering
Pemanfaatan Klinik Diabetes
Total
Melitus Puskesmas Sering
Tingkat Pendidikan
Baik
Sedang
n
%
n
%
n
%
Sekolah Pendidikan
5
17,9
23
82,1
28
100
Dasar
Sekolah Pendidikan
1
8,3
11
91,7
12
100
Menengah dan Tinggi
6
15,0
34
85,0
40
100
Total
2
X = 1.905
P value = 0,386
Dari tabel 4.24 didapat bahwa responden dengan tingkat pendidikan Sekolah
Pendidikan Dasar memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan sedang yaitu
23 orang (82,1%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan

Universitas Sumatera Utara

91

bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan terakhir dengan
pemanfaatan klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
Tabel 4.25. Hubungan Pekerjaan Responden dengan Pemanfaatan Klinik
Diabetes Melitus Puskesmas Sering
Pemanfaatan Klinik Diabetes
Total
Melitus Puskesmas Sering
Pekerjaan
Baik
Sedang
n
%
n
%
n
%
Pegawai dan
1
7,7
12
92,3
13
100
Wiraswasta
5
18,5
22
81,5
27
100
Tidak Bekerja
6
15,0
34
85,0
40
100
Total
X2 = 1.511
P value = 0,470
Dari tabel 4.25 didapat bahwa responden yang tidak bekerja (ibu rumah
tangga dan pensiunan PNS) memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan
sedang yaitu 19 orang (79,2%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p > 0,05, hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan
dengan pemanfaatan klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
Tabel 4.26. Hubungan Pendapatan Responden dengan Pemanfaatan Klinik
Diabetes Melitus Puskesmas Sering
Pemanfaatan Klinik Diabetes
Total
Melitus Puskesmas Sering
Pendapatan
Baik
Sedang
n
%
n
%
n
%
5
16,1
26
83,9
31
100
< Rp. 1.020.000
1
11,1
8
88,9
9
100
> Rp. 1.020.000
6
15,0
34
85,0
40
100
Total
X2 = 138
P value = 0,711
Sama halnya dengan variabel jenis kelamin, variabel pendapatan tidak cukup
hanya dengan menggunakan uji Chi Square. Pada variabel pendapatan terlihat ada
50% sel yang memiliki nilai harapan lebih kecil dari 5, yang merupakan prasyarat

Universitas Sumatera Utara

92

untuk dapat menggunakan uji Chi Square. Untuk itu dilakukan uji Exact Fisher untuk
variabel pendapatan.
Dari tabel 4.26 didapat bahwa responden dengan pendapatn < Rp.
1.020.000,00 memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan sedang yaitu 26
orang (83,9%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan
pemanfaatan klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.

Universitas Sumatera Utara

93

Tabel 4.27. Hubungan Tingkatan Pengetahuan Responden tentang Diabetes


Melitus dan Klinik Diabetes Melitus dengan Pemanfaatan Klinik
Diabetes Melitus Puskesmas Sering
Pemanfaatan Klinik Diabetes
Total
Melitus Puskesmas Sering
Tingkat
Pengetahuan
Baik
Sedang
n
%
n
%
n
%
3
50,0
3
50,0
6
100
Baik
3
8,8
31
91,2
34
100
Sedang dan Kurang
6
15,0
34
85,0
40
100
Total
2
X = 7.140
P value = 0,028
Dari tabel 4.27 didapat bahwa responden dengan tingkat pengetahuan sedang
memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan sedang dan kurang juga yaitu
31 orang (91,2%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p < 0,05, hal ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara tingkatan pengetahuan dengan
pemanfaatan klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
Tabel 4.28. Hubungan Tingkatan Sikap Responden tentang Diabetes Melitus
dan Klinik Diabetes Melitus dengan Pemanfaatan Klinik Diabetes
Melitus Puskesmas Sering
Pemanfaatan Klinik Diabetes
Total
Melitus Puskesmas Sering
Tingkatan Sikap
Baik
Sedang
n
%
n
%
n
%
2
7,1
26
92,9
28
100
Baik
4
33,3
8
66,7
12
100
Sedang
6
15,0
34
85,0
40
100
Total
X2 = 4.519
P value = 0,034
Untuk variabel sikap tidak cukup hanya dengan menggunakan uji Chi Square.
Pada variabel sikap terlihat ada 50% sel yang memiliki nilai harapan lebih kecil dari
5, yang merupakan prasyarat untuk dapat menggunakan uji Chi Square. Untuk itu
dilakukan uji Exact Fisher untuk variabel sikap.

Universitas Sumatera Utara

94

Dari tabel 4.28 didapat bahwa responden dengan tingkatan sikap baik
memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan sedang yaitu 26 orang (92,9%).
Hasil uji statistik didapatkan nilai p < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara tingkatan sikap dengan pemanfaatan klinik diabetes
melitus Puskesmas Sering.

Universitas Sumatera Utara

95

BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden
Dari hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik penderita diabetes melitus
(responden) bervariasi mulai dari umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan dan
pendapatan. Dari hasil penelitian pada tabel 4.3 diketahui bahwa umur responden
berdasarkan median masing < 57 tahun dan > 57 tahun adalah sebanyak 20 orang
(50%). Sedangkan jenis kelamin responden yang terbanyak adalah perempuan yaitu
sebanyak 33 orang (82,5%), dan paling sedikit laki-laki yaitu 7 orang (17,5%).
Pendidikan responden sebagian besar adalah Sekolah Pendidikan Dasar yaitu
sebanyak 28 orang (70%), sedangkan pendidikan responden sebagian kecil adalah
tamat Sekolah Pendidikan Tinggi yaitu sebanyak 4 orang (10%). Semua responden
dari golongan umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan adalah penderita diabetes
melitus dan berobat di klinik diabetes melitus Puskesmas Sering Kecamatan Medan
Tembung. Di dalam pengobatan diabetes melitus di klinik diabetes melitus
Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung tidak membedakan umur, jenis
kelamin dan tingkat pendidikan untuk ikut serta.
Dilihat dari tabel 4.3 di atas diketahui bahwa pekerjaan responden sebagian
besar adalah tidak bekerja (ibu rumah tangga dan pensiunan PNS) yaitu sebanyak 27
orang (67,5%), sedangkan pekerjaan responden sebagian kecil adalah Wiraswasta
yaitu sebanyak 6 orang (15%). Berdasarkan tabel juga menunjukkan bahwa pada
umumnya pendapatan responden adalah perempuan yaitu < Rp. 1.020.000 yaitu

Universitas Sumatera Utara

96

sebanyak 25 orang (62,5%), dan yang lainnya > Rp. 1.020.000 yaitu sebanyak 15
orang (37,5%). Ini menunjukkan bahwa penghasilan responden belum memenuhi
standar UMR yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Medan. Dengan adanya
klinik diabetes melitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung ini sangat
membantu bagi penderita yang

berpenghasilan rendah untuk

memperoleh

kesembuhan.
5.2. Sumber Informasi
Dari hasil penelitian pada tabel 4.8 di atas diketahui bahwa sumber informasi
responden sebagian besar dari petugas kesehatan yaitu sebanyak 22 orang (55%),
sedangkan sumber informasi responden sebagian kecil dari anggota keluarga yaitu
sebanyak 4 orang (10%). Hal ini Dari tabel 4.9 di atas diketahui bahwa informasi
yang diperoleh responden sebagian besar hanya 1 yaitu sebanyak 29 orang (72,5%),
sedangkan 11 orang (27,5%) mendapatkan 2 informasi yaitu pengobatan dan
penyuluhan diabetes melitus.
5.3. Pengetahuan Responden
Dari hasil penelitian pada tabel 4.5 di atas diketahui bahwa sebagian besar
responden tidak mengetahui penyakit diabetes melitus yaitu sebanyak 28 orang
(77,5%), sebanyak 6 orang (15%) responden mengetahui bahwa penyakit diabetes
melitus adalah penyakit karena kadar gula darah melebihi nilai normal dengan
diagnosa kadar gula darah sewaktu << 200 mg/dl atau << 126 mg/dl, yang terjadi
oleh karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Sebanyak 3 orang
(10%) mengetahui bahwa penyakit diabetes melitus adalah suatu keadaan dimana

Universitas Sumatera Utara

97

seseorang mengalami penurunan berat badan yang drastis dengan diagnosa kadar gula
darah sewaktu >> 200 mg/dl atau >> 120 mg/dl. Hal ini sesuai dengan pendapat
Brudnell (2004) bahwa diabetes melitus merupakan suatu sindrom klinik yang khas
ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi atau penurunan
efektifitas insulin dengan diagnosa kadar gula darah sewaktu >> 200 mg/dl atau kadar
gula darah puasa >> 120 mg/dl, yang terjadi oleh karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden sebanyak 37 orang
(92,5%) mengetahui tipe penyakit diabetes melitus ada 2 macam. Hanya 1 orang yang
mengatakan bahwa tipe penyakit diabetes melitus adalah 3. Sebanyak 2 orang
mengatakan tidak tahu tentang tipe penyakit diabetes melitus. Hal ini menunjukkan
bahwa pengetahuan responden tentang tipe-tipe diabetes melitus masih kurang,
dimana mereka kurang mengetahui tipe penyakit diabetes melitus. Sebagian besar
responden menganggap hanya 2 tipe penyakit diabetes melitus. Sebenarnya tipe
penyakit diabetes melitus bukan dua tapi tiga, yaitu :
1. Diabetes Melitus yang tergantung pada insulin (IDDM atau DM Tipe-1
Diabetes mellitus tipe-1 dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin
pada Langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh.
Sampai saat ini, diabetes tipe-1 tidak dapat dicegah. Diet dan olahraga tidak
bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe-1. Kebanyakan
penderita diabetes tipe-1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat
penyakit ini mulai diderita. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh

Universitas Sumatera Utara

98

terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama
pada tahap awal (Mirza, 2008).
2. Diabetes Melitus Tipe-2 atau Tidak Tergantung Insulin (DMTTI)
Diabetes tipe kedua ini disebabkan oleh kurang sensitifnya jaringan tubuh
terhadap insulin. Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih
tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya,
sehingga terjadi kekurangan insulin relatif (Mirza, 2008).
3. Diabetes Melitus Gestasional (Diabetes Kehamilan)
Diabetes melitus gestasional melibatkan suatu kombinasi dari kemampuan
reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, yang meniru DM
Tipe-2. Jenis diabetes ini terjadi selama kehamilan dan bisa juga meningkat
atau lenyap. Meskipun kejadiannya sementara, namun diabetes jenis ini bisa
merusak kesehatan janin dan ibu (Waspadji, 1997).
Diketahui juga bahwa sebagian besar responden mengetahui tentang gejala
penyakit diabetes melitus adalah banyak makan, banyak minum, banyak buang air
kecil, sering kesemutan dan cepat lelah. Hal ini sesuai menurut pendapat Maulana
Mirza (2008) bahwa penderita diabetes melitus umumnya menampakkan gejala
berikut ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
11. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
12. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
13. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
14. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)

Universitas Sumatera Utara

99

15. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya


16. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
17. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
18. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
19. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
20. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Berdasarkan penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden mengetahui
penyebab penyakit diabetes melitus adalah :
1. Kegemukan dan konsumsi lemak yang berlebihan.
Hal ini sesuai dengan pendapat Noer (1996), kelebihan mengkonsumsi lemak,
maka lemak tersebut akan tersimpan dalam tubuh dalam bentuk jaringan
lemak yang dapat menimbulkan kenaikan berat badan (obesitas). Insulin
diperlukan untuk mengelola lemak agar dapat disimpan ke dalam sel-sel
tubuh. Apabila insulin tidak mampu lagi mengubah lemak menjadi sumber
energi bagi sel-sel tubuh, maka lemak akan tertimbun dalam darah dan akan
menaikkan kadar gula dalam darah (Noer,1996).
2. Kurang olah raga.
Hal ini sesuai menurut pendapat Soegondo (2004) bahwa ktivitas fisik seperti
pergerakan badan atau olah raga yang dilakukan secara teratur adalah usaha
yang dapat dilakukan untuk menghindari kegemukan dan obesitas. Pada saat
tubuh melakukan aktivitas atau gerakan maka sejumlah gula akan dibakar

Universitas Sumatera Utara

100

untuk dijadikan tenaga, sehingga jumlah gula dalam tubuh akan berkurang
sehingga kebutuhan hormon insulin juga berkurang.
3. Keturunan.
Hal ini sesuai menurut pendapat Waspadji (1997), bahwa diabetes melitus
dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap penyakit diabetes melitus,
yang disebabkan oleh karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuh tidak dapat
menghasilkan insulin dengan baik. Individu yang mempunyai riwayat keluarga
penderita diabetes melitus memiliki resiko empat kali lebih besar jika dibandingkan
dengan keluarga yang sehat.
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa sebagian besar responden mengetahui
bahwa kadar gula darah normal tergantung masing-masing individu yaitu sebanyak
21 orang (52,5%), sebanyak 15 orang (37,5%) responden tidak tahu tentang kadar
gula darah normal. Hal ini menenunjukkan bahwa pemahaman responden tentang
kadar gula darah normal masih memadai, dimana mereka belum tahu kadar gula
darah normal yang seharusnya.
Menurut American Diabetes Association (ADA), kadar gula darah normal
adalah > 120 mg/dl saat puasa dan > 200 mg/dl sewaktu. Glukosa secara bersirkulasi
dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang
dikonsumsi. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh pankreas, yang
berfungsi mengendalikan kadar kadar glukosa dalam darah dengan mengatur
produksi dan penyimpanannya. Pada penderita diabetes kemampuan tubuh untuk

Universitas Sumatera Utara

101

bereaksi terhadap insulin dapat menurunkan atau pakkreas dapat menghentikan sama
sekali produksi insulin. Oleh karena itu terjadi gangguan jumlah insulin sehingga
pengaturan kadar glukosa darah menjadi tidak stabil (Noer, 1996).
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
mengetahui jadwal pemeriksaan kadar gula darah adalah pada saat masih
mengkonsumsi obat diabetes melitus yaitu sebanyak 22 orang (55%), sebanyak 17
orang (42,5%) responden mengetahui jadwal pemeriksaan kadar gula darah secara
rutin dengan adanya gejala ataupun tidak ada gejala minimal satu kali sebulan. Hal ini
sesuai dengan ketentuan Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering Kecamatan
Medan Tembung bahwa memeriksa kadar gula darah minimal sekali dalam sebulan
dengan atau tanpa gejala yang dirasakan oleh responden.
Berdasarkan tabel 4.6 juga dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
mengetahui manfaat menjaga kadar gula darah adalah untuk dapat mencegah agar
tidak menimbulkan komplikasi seperti stroke, ginjal, dan kerusaan pada mata yaitu
sebanyak 28 orang (70%), sebanyak 10 orang (25%) responden mengetahui manfaat
menjaga kadar gula darah adalah untuk dapat memperpanjang umur dan dapat
beraktifitas sebagaimana mestinya, sedangkan 2 orang (5%) responden mengetahui
bahwa manfaat menjaga kadar gula darah adalah untuk dapat menghindarkan dari
gejala diabetes melitus seperti polyuria, polydipsia, polyphagia, dan lain-lain. Hal ini
sesuai dengan upaya pencegahan tertier yaitu mencegah komplikasi dan kecacatan
yang diakibatkan diabetes melitus yang terdiri dari 3 tahap, antara lain :

Universitas Sumatera Utara

102

4. Mencegah timbulnya komplikasi.


5. Mencegah berlanjutnya komplikasi untuk tidak terjadi kegagalan organ.
6. Mencegah terjadinya kecacatan oleh karena kegagalan organ atau jaringan.
Dalam upaya ini diperlukan kerja sama yang baik antara pasien dan dokter
maupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang terkait dengan
komplikasinya. Dalam hal ini peran penyuluhan sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan diabetesnya (Noer, 1996).
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa responden terbanyak 33 orang
(82,5%) menyatakan penanggulangan penyakit diabetes melitus adalah dengan
pengobatan dan mengatur diet makan sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan masyarakat tentang penanggulangan penyakit diabetes melitus masih
kurang. Dalam hal ini seharusnya sudah dilakukan pengobatan dari dokter dan
melakukan pola hidup sehat yang dianjurkan petugas kesehatan. Hal ini termasuk
dalam upaya pencegahan sekunder yaitu upaya pencegahan atau menghambat
timbulnya komplikasi dengan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal
penyakit. Deteksi dini dilakukan dengan tes penyaringan terutama pada populasi
resiko tinggi. Menurut WHO (1994) untuk negara berkembang termasuk Indonesia
kegiatan tersebut memerlukan biaya yang sangat besar (PERKENI, 2002).
Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa sebagian besar responden
mengetahui upaya untuk mencegah timbulnya komplikasi diabetes melitus adalah
dengan tidak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung karbohidrat dan
menstabilkan berat badan yang kegemukan. Hal ini sesuai dengan salah satu

Universitas Sumatera Utara

103

pengelolaan diabetes melitus yaitu diet diabetes melitus yang berfungsi untuk
menurunkan atau mengendalikan berat badan disamping mengendalikan kadar gula
atau kolesterol. Semua ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan
mencegah paling tidak menunda terjadinya komplikasi akut maupun kronis.
Penurunan berat badan pasien diabetes melitus yang mengalami obesitas umumnya
akan menurunkan resistensi insulin. Dengan demikian, penurunan berat badan akan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh sel dan memperbaiki pengendalian glukosa
darah (Mirza, 2008).
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa responden terbanyak 29 orang
(72,5%) mengatakan klinik diabetes melitus adalah tempat mendapatkan pengobatan
dan program-program lain yang berhubungan dengan diabetes melitus. Hal ini sesuai
dengan Profil Puskesmas Sering (2009) bahwa Klinik diabetes melitus merupakan
bagian dari satuan organisasi sosial fungsional yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh
masyarakat

dengan

peran

serta

aktif

masyarakat.

Upaya

kesehatan

ini

diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan kesehatan untuk


masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Dilihat dari hasil penelitian bahwa seluruh (100%) responden mengetahui
program-program klinik diabetes melitus. Walaupun demikian, tidak semua
responden mengetahui semua program yang dilakukan oleh klinik diabetes melitus.
Dari tabel 4.8 di atas diketahui bahwa sebagian besar menyatakan bahwa pengobatan
saja yang merupakan program klinik diabetes melitus. Hal ini menunjukkan bahwa

Universitas Sumatera Utara

104

responden belum mengetahui sepenuhnya program klinik diabetes melitus Puskesmas


Sering, yaitu terdiri dari :
8.

Penyuluhan Diabetes Melitus

9.

Pemeriksaan Kadar Gula Darah pasien baru

10.

Pemeriksaan Kadar Gula Darah setiap 2- 4 minggu

11.

Urine glukotes

12.

Demonstrasi Diet Diabetes Melitus, antara lain :


d. panduan diet diabetes melitus dan bahan penukarnya
e. memberikan contoh menu berdasarkan jumlah kalori diet
f. peragaan model diet diabetes melitus dam bentuk mentah dan olahan.

13.

Pemeriksaan fisik

14.

Terapi
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.9 di atas dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar tingkatan pengetahuan responden terhadap penyakit diabetes melitus


dan klinik diabetes melitus berada pada tingkat kategori pengetahuan sedang yaitu
sebanyak 29 orang (72,5%) dan pada tingkat kategori baik sebanyak 6 orang (15%),
sedangkan pada tingkat kategori kurang sebanyak 5 orang (12,5%). Hal ini
menunjukkan bahwa pengetahuan penderita diabetes melitus terhadap diabetes
mellitus dan klinik diabetes melitus berada pada tingkat pertama tahu (know) dan
belum pada tingkat pengetahuan selanjutnya. Tahu diartikan sebagai mengingat suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya. Untuk mengukur seseorang tanh (know)

Universitas Sumatera Utara

105

tentang sesuatu adalah dapat menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan dan


menyatakan sesuatu hal tersebut (Notoadmodjo. 2003).
5.4. Sikap Responden
Dari hasil penelitian pada tabel 4.22 diketahui bahwa sikap responden tentang
kadar gula darah > 120 mg/dl saat puasa dan > 200 mg/dl sewaktu disebut dengan
diabetes melitus, sebagian besar responden setuju 25 orang (62,5%). Hal ini sesuai
dengan pengertian diabetes melitus menurut American Diabetes Association (ADA),
diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh kadar
glukosa darah melebihi nilai normal (hiperglikemia) dengan diagnosa kadar gula
darah sewaktu >> 200 mg/dl atau kadar gula darah puasa >> 120 mg/dl, yang terjadi
oleh karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Soegondo, 2004).
Diketahui juga bahwa sikap responden tentang kadar gula darah meningkat
sesuai dengan usia adalah hal yang wajar, sebagian besar responden tidak setuju 24
orang (60%). Ini menunjukkan bahwa sikap responden cukup baik, karena bukan
umur yang meningkatkan kadar gula darah. Bertambahnya usia mengakibatkan
mundurnya fungsi alat tubuh sehingga menyebabkan gangguan fungsi pankreas dan
kerja dari insulin (Noer, 1996).
Berdasarkan penelitian juga diketahui bahwa sikap responden tentang diabetes
melitus yang tidak ditanggulangi akan sembuh dengan sendirinya., sebagian besar
responden kurang setuju yaitu sebanyak 27 orang (67,5%). Hal ini menunjukkan
bahwa sikap responden sudah cukup baik, karena pada dasarnya diabetes melitus
tidak dapat disembuhkan tapi dapat dikendalikan agar tetap stabil. Dalam hal ini yang

Universitas Sumatera Utara

106

paling diperlukan adalah upaya pencegahan timbulnya komplikasi. Syarat untuk


mencegah komplikasi adalah kadar glukosa darah harus selalu terkendali mendekati
angka normal supaya tidak ada resistensi insulin. Upaya pencegahan ini untuk
menghambat timbulnya komplikasi dengan deteksi dini dan memberikan pengobatan
sejak awal penyakit (PERKENI, 2002).
Diketahui bahwa sikap responden tentang penyakit diabetes melitus bukan
merupakan penyakit yang berbahaya dan sangat jarang menimbulkan komplikasi,
sebagian besar responden kurang setuju 25 orang (62,5%). Ini menunjukkan bahwa
sikap responden sudah cukup baik. Diabetes melitus apabila tidak ditangani dengan
baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi dengan penyakit serius lainnya,
diantaranya: jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal ginjal, dan kerusakan sistem
syaraf (Soegondo, 2004).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap responden tentang Pasien DM
mengikuti program-program yang ada di klinik diabetes melitus, sebagian besar
responden setuju 32 orang (80%). Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden
terhadap pemanfaatan klinik diabetes melitus sudah baik karena tujuan utama dari
klinik diabetes melitus adalah pasien bisa mandiri atau dapat mengatur dietnya sendiri
untuk mengontrol kadar gula darah. Upaya kesehatan ini diselenggarakan dengan
menitikberatkan kepada pelayanan kesehatan untuk masyarakat luas guna mencapai
derajat kesehatan yang optimal (Profil Puskesmas Sering, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian juga diketahui bahwa sikap responden tentang
mengkonsumsi obat diabetes melitus adalah metode yang paling tepat untuk

Universitas Sumatera Utara

107

menurunkan kadar gula darah darah bila dibandingkan dengan berolah raga (seperti
berjalan, senam, bersepeda) 30 45 menit setiap hari, sebagian besar responden
tidak setuju 35 orang (87,5%). Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden sudah
baik. Dalam upaya pengendalian kadar glukosa darah dan lipid itu harus diutamakan
cara-cara non farmakologis secara maksimal, misalnya diet dan olahraga. Bila tidak
berhasil baru menggunakan obat baik oral maupun insulin (Soegondo, 2004).
Diketahui bahwa sikap responden tentang menanggulangi diabetes melitus
sedini mungkin, bukan merupakan upaya yang tepat untuk mencegah komplikasi
diabetes melitus, sebagian besar responden sangat setuju 33 orang (82,5%). Hal ini
menunjukkan bahwa sikap responden masih kurang baik. Upaya pencegahan
sekunder yang merupakan upaya untuk menghambat timbulnya komplikasi dengan
deteksi dini. Deteksi dini ini dilakukan dengan tes penyaringan terutama pada
populasi resiko tinggi (PERKENI, 2002).
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sikap responden tentang
pengobatan diabetes melitus memerlukan biaya yang besar dan waktu lama bahkan
dapat menghabiskan penghasilan seumur hidup, sebagian besar responden tidak
setuju 28 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pengobatan diabetes melitus masih bisa
terjangkau oleh responden. Akan tetapi, jika diabetes melitus sudah komplikasi
dengan penyakit lainnya bisa mengeluarkan biaya yang sangat mahal. Menurut WHO
(1994) untuk negara berkembang termasuk Indonesia kegiatan deteksi dini melalui
tes penyaringan dan perawatan pasien diabetes melitus memerlukan biaya yang
sangat besar (PERKENI, 2002).

Universitas Sumatera Utara

108

Dari hasil penelitian diketahui bahwa sikap responden sebagai penderita


diabetes melitus merasa terbebani dalam melakukan pola hidup sehat, sebagian besar
responden tidak setuju 28 orang (82,5%). Hal ini menunjukkan bahwa sikap
responden sudah baik. Pola hidup sehat seperti mengurangi konsumsi makanan yang
mengandung banyak karbohidrat, mengurangi makanan kaya lemak, berolahraga
yang sesuai dan memeriksakan kadar gula secara rutin dilakukan untuk menjaga
kadar gula darah agar tetap mendekati normal. (Waspadji, 1997).
Berdasarkan tabel 4.11 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tingkatan
sikap responden terhadap penyakit diabetes melitus dan klinik diabetes melitus
berada pada tingkat kategori sikap baik yaitu sebanyak 28 orang (70%). Hal ini
menunjukkan bahwa sikap penderita diabetes melitus berada pada tingkat menerima
dan merespons. Menerima diartikan bahwa responden mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan, dan merespons artinya, memberikan jawaban apabila
ditanya dan menerima ide yang telah diberikan (Notoatmodjo, 2003).
5.5. Tindakan Responden
Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
memeriksakan diri ke dokter atau petugas kesehatan ketika ada gejala diabetes
melitus yaitu sebanyak 33 orang (82,5%). Hal ini menunjukkan bahwa responden
sudah sadar tentang pentingya perilaku sehat dan sakit. Perilaku kesehatan menurut
Skinner dalam Notoatmodjo adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan, sama halnya dengan perilaku sakit,

Universitas Sumatera Utara

109

hal ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya
terhadap sakit, pengetahuan tentang : gejala dan penyebab penyakit, dan sebagainya.
(Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa responden terbanyak 23 orang
(57,5%) mengatakan alasan pertama kali datang ke klinik diabetes melitus adalah
disuruh oleh petugas kesehatan, sedangkan 17 orang lainnya (42,5%) responden
memberikan alasan karena ingin sembuh dari penyakit diabetes melitus. Penderita
diabetes melitus mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang sakit, yang harus
diketahui oleh penderita diabetes melitus itu sendiri maupun orang lain (terutama
keluarganya). Perilaku ini disebut perilaku peran sakit (the sick role) yang meliputi:

Tindakan untuk memperoleh kesembuhan

Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan penyakit


yang layak.

Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh


pelayanan kesehatan, dan sebagainya) dan kewajiban penderita diabetes
melitus untuk memberitahukan penyakitnya kepada orang lain terutama
kepada dokter/petugas kesehatan.
Untuk berperilaku sehat, penderita diabetes melitus kadang-kadang bukan

hanya perlu pengetahun dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan
diperlukan contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas
terutama petugas kesehatan dan diperlukan juga undang-undang kesehatan untuk
memperkuat perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2003).

Universitas Sumatera Utara

110

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.14 dapat diketahui bahwa responden
terbanyak 38 orang (95%) mengatakan alasan menggunakan klinik diabetes melitus
adalah karena diagnosa dari dokter diketahui bahwa seluruh (100%). Hal ini
menunjukkan bahwa responden sudah merasa rentan dengan diagnosa dokter atau
penyakit yang dideritanya. Berdasarkan Health Belief Model (HBM), apabila
individu bertindak untuk melakukan pengobatan dan pencegahan penyakitnya ada 3
hal yang berpengaruh terhadap upaya yang akan diambil yaitu:
4. Kerentanan yang Dirasakan
Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia
harus merasa bahwa ia rentan terhadap penyakit tersebut.
5. Keseriusan yang Dirasakan
Tindakan individu untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakitnya
akan didorong pula oleh keseriusan penyakit tersebut terhadap individu atau
masyarakat.
6. Manfaat dan Rintangan yang Dirasakan
Apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit yang dianggap gawat
atau serius, ia akan melakukan suatu tindakan tertentu. Tindakan tersebut
tergantung pada manfaat dan rintangan yang ditemukan dalam mengambil
tindakan tersebut (Machfoedz, 2006).
Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
sudah pernah berobat ke praktek dokter sebelum datang ke klinik diabetes melitus
yang ada di Puskesmas Sering yaitu sebanyak 22 orang (55%). Hal ini menunjukkan

Universitas Sumatera Utara

111

bahwa responden sudah banyak yang didiagnosa menderita diabetes melitus di tempat
praktek dokter, sedangkan 11 orang (27,5%) responden tidak pernah berobat di
tempat lain yang berarti responden didiagnosa menderita diabetes melitus di klinik
diabetes melitus Puskesmas Sering.
Berdasarkan konsep sehat sakit, persepsi masyarakat tentang sehat-sakit
sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, di samping unsur sosial
budaya. Sebaliknya, petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan
kriteria medis yang objektif berdasarkan symptom yang tampak guna mendiagnosa
kondisi fisik seseorang individu. Terkadang orang tidak pergi berobat atau
menggunakan sarana kesehatan yang tersedia sebab dia tidak merasa mengidap
penyakit. Selain itu, orang tidak mau menggunakan fasilitas kesehatan karena
pelayanan yang tidak memuaskan. Hal ini yang menyebabkan penderita diabetes
melitus tidak menggunakan fasilitas kesehatan dan menunggu mendapatkan tempat
pengobatan yang bisa dipercaya (Sarwono, 1997).
Menurut Suchman dalam Sarwono (2004), ada lima macam reaksi dalam
mencari proses pengobatan sewaktu sakit yaitu:

Shoping atau proses mencari beberapa sumber yang berbeda dari medical care
untuk satu persoalan atau yang lain, meskipun tujuannya adalah untuk
mencari dokter yang akan mendiagnosis dan mengobati yang sesuai harapan.

Fragmentation atau proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada


lokasi yang sama.

Universitas Sumatera Utara

112

Procastination atau penundaan pencarian pengobatan sewaktu gejala sakit


dirasakan.

Self Medication atau mengobati sendiri dengan berbagai ramuan atau


membelinya diwarung obat.

Discontuinity atau proses tidak melanjutkan (menghentikan pengobatan).


Dari tabel 4.16 diketahui bahwa sebagian besar responden memilih klinik

diabetes melitus yang ada di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung dengan
alasan petugasnya ramah, pelayanannya memuaskan dan biaya yang dikeluarkan
relatif sedikit.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tindakan

seluruh (100%) responden lebih sering diperiksa oleh dokter umum yang khusus
menangani penderita diabetes melitus yang mau melayani pasien dengan sepenuh
hati. Hal ini yang menyebabkan responden memilih klinik diabetes melitus
Puskesmas Sering.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tindakan seluruh (100%)
responden memyatakan keberadaan klinik diabetes melitus membantu mereka untuk
memperoleh kesembuhan atau mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini menunjukkan
bahwa keyakinan penderita diabetes melitus terhadap klinik diabetes melitus sebagai
tempat pelayanan kesehatan yang dapat mempercepat proses penyembuhan,
pengobatan dan penyembuhan penyakit diabetes melitus. Hal ini berarti klinik
diabetes melitus telah meningkatkan kualitas pelayanan yang baik kepada penderita
diabetes melitus serta memberikan informasi-informasi mengenai pengobatan
penyakit diabetes melitus.

Universitas Sumatera Utara

113

Berdasarkan konsep Health Belief Model (HBM), HBM didasarkan atas 3


faktor esensial, yaitu kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka
menghidari penyakit diabetes melitus (ingin mempercepat penyembuhan penyakit
diabetes melitus) atau memperkecil resiko dari penyakit diabetes melitus. Adanya
dorongan dalam lingkungan penderita diabetes melitus juga dapat merubah perilaku
seperti dorongan dari keluarga atau dari diri sendiri ingin memperoleh informasi
mengenai pengobatan di klinik diabetes melitus agar penyakit yang dideritanya dapat
disembuhkan. Ketiga faktor tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
berhubungan dengan kepribadian dan lingkungan penderita, serta pengalaman yang
berhubungan dengan sarana, pelayanan yang diberikan petugas kesehatan sehingga
penderita diabetes melitusrajin datang ke klinik diabetes melitus untuk melakukan
pengobatan agar penyakit yang dideritanya dapat disembuhkan (Machfoedz, 2006).
Dari tabel 4.17 diketahui bahwa sebagian besar responden mengikuti
pemeriksaan kadar gula darah dan pengobatan gratis yaitu sebanyak 29 orang
(72,5%). Menurut pendapat Sadli yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003),
menggambarkan hubungan individu dengan lingkungan sosial yang saling
mempengaruhi yaitu perilaku kesehatan penderita diabetes melitus, sikap dan
kebiasaan-kebiasaan

yang

erat

kaitannya

dengan

lingkungan,

kepercayaan

masyarakat terhadap kesehatan, lingkungan umum dan kebijakan-kebijakan


pemerintah tentang kesehatan (selalu tersedia obat-obatan di Puskesmas). Dengan
tersedianya obat-obatan yang lengkap, penderita diabetes melitus tidak kecewa

Universitas Sumatera Utara

114

datang ke klinik diabetes melitus Puskesmas Sering untuk melakukan pengobatan


agar penyakit yang dideritanya dapat disembuhkan (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh bahwa responden terbanyak 29
orang (72,5%) pernah menghadiri kegiatan penyuluhan yang dibuat oleh petugas
klinik diabetes melitus Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung, sedangkan
yang lainnya 11 orang (27,5%) responden tidak pernah menghadiri penyuluhan.
Dalam penyuluhan ini digunakan media. Penyuluhan ini diharapkan dapat menambah
informasi bagi penderita diabetes melitus sehingga memiliki motivasi untuk
memperoleh kesembuhan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh
responden yang pernah mengikuti penyuluhan (100%) petugas menggunakan poster
dalam kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh petugas klinik diabetes melitus
Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung.
Penyuluhan yang dilakukan adalah tentang diabetes melitus dan upaya
penanggulangannya. Hal ini juga menunjukkan bahwa responden tersebut berusaha
untuk memperoleh informasi pengobatan penyakitnya dan menginginkan cepat
sembuh. Edukasi diabetes adalah pendidikan dan latihan mengenai pengetahuan dan
keterampilan dalam pengelolaan diabetes yang diberikan kepada setiap penderita
diabetes. Disamping kepada penderita, edukasi juga diberikan kepada anggota
keluarga penderita dan kelompok masyarakat yang beresiko tinggi. Tim kesehatan
harus senantiasa mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku. Makanya
dibutuhkan edukasi yang komprehensif, pengembangan keterampilan dan motivasi
(Waspadji, 1997).

Universitas Sumatera Utara

115

Berdasarkan penelitian juga dapat diketahui bahwa sebagian besar responden


tetap melakukan anjuran dokter mulai dari pantangan-pantangan makanan dan pola
aktifitas setelah dinyatakan bahwa kadar gula darah sudah normal kembali yaitu
sebanyak 25 orang (62,5%). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memang ingin
hidup sehat dan mencegah terjadinya komplikasi dengan penyakit lain. Dalam hal ini
perilaku sehat sangat berperan penting, dimana Perilaku Hidup Sehat adalah perilaku
yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatannya yang mencakup antara lain:

Makan dan menu seimbang (appropriate diet)

Olahraga teratur

Tidak merokok

Tidak minum-minuman keras dan narkoba

Istirahat yang cukup

Mengendalikan stress

Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak
berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks.
Berdasarkan tabel 4.18 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden

mengukur kembali kadar gula darahnya bila ada gejala dan jika pergi ke rumah sakit
atau puskesmas yaitu sebanyak 25 orang (62,5%), berarti penderita diabetes melitus
belum rutin memeriksakan kadar gula darahnya setiap bulan. Keadaan ini
menunjukkan bahwa masyarakat belum bersedia untuk merubah perilakuanya.
Sebanyak 11 orang (27,5%) responden mengukur secara rutin dengan adanya gejala

Universitas Sumatera Utara

116

maupun tidak ada gejala. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan penderita diabetes
melitus untuk memeriksakan kadar gula darahnya secara rutin adalah baik. Hal ini
sesuai dengan ketentuan yang ada di klinik diabetes melitus, dimana setiap penderita
diabetes melitus diwajibkan untuk periksa kadar gula darah minimal sekali dalam
sebulan. Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program kesehatan di dalam
masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk
menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian orang lagi sangat lambat
untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang
mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan tabel 4.19 dapat diketahui bahwa responden terbanyak 33 orang
(82,5%) mengatur sendiri jumlah kalori yang dikonsumsinya, berarti responden hanya
mengukur pakai perasaan saja. Hal ini yang menyebabkan jumlah kalori yang
dikonsumsi tidak terkontrol dengan baik. Padahal tujuan utama terapi diet kalori pada
penderita diabetes melitus adalah menurunkan atau mengendalikan berat badan
disamping mengendalikan kadar gula atau kolesterol. Semua ini dilakukan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan mencegah paling tidak menunda terjadinya
komplikasi akut maupun kronis. Penurunan berat badan pasien diabetes melitus yang
mengalami obesitas umumnya akan menurunkan resistensi insulin. Dengan demikian,
penurunan berat badan akan meningkatkan pengambilan glukosa oleh sel dan
memperbaiki pengendalian glukosa darah (Mirza, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh (100%) responden
pernah melakukan olahraga sebagai pola aktifitas bagi penderita diabetes melitus. Hal

Universitas Sumatera Utara

117

ini menunjukkan bahwa penderita diabetes melitus ingin melakukan perubahan


perilaku khususnya dalam hal pola aktifitas yang disebut dengan perubahan perilaku
alamiah, dimana perilaku manusia selalu berubah. Sebagian dari perubahan itu
disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu
perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota
masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.20 dapat diketahui bahwa sebagian
besar responden mengikuti jalan-jalan pagi dan joging, dimana sebagian besar
responden melakukan olahraga 1-3 kali seminggu dan melakukan olahraga selama
15-30 menit. Ha ini sangat baik untuk pengelolaan diabetes melitus, minimal untuk
pencegahan agar tidak terjadi komplikasi dengan penyakit lainnya. Diabetes melitus
akan terawat dengan baik apabila terdapat keseimbangan antara diet, latihan fisik
secara teratur setiap hari dan kerja insulin. Latihan juga dapat membuang kelebihan
kalori, sehingga dapat mencegah kegemukan juga bermanfaat untuk mengatasi
adanya resistensi insulin pada obesitas. Beberapa kegunaan dari latihan teratur setiap
hari pada penderita diabetes melitus antara lain :
f. Meningkatkan kepekaan insulin apabila dikerjakan setiap 1,5 jam sesudah
makan dapat mengurangi resistensi insulin dan meningkatkan sensitivitas
insulin pada reseptornya.
g. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore.
h. Meningkatkan kadar kolesterol HDL yang merupakan faktor protektif untuk
penyakit jantung koroner.

Universitas Sumatera Utara

118

i.

Glikogen otot dan hati menjadi kurang, maka selama latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru.

j.

Menurunkan total kolesterol dan trigliserida dalam darah, karena terjadi


pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
Dari hasil penelitian pada tabel 4.21 di atas dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar tingkatan tindakan responden terhadap pemenfaatan klinik diabetes


melitus Puskesmas Sering berada pada tingkat kategori sedang yaitu sebanyak 36
orang (90%). Hal ini menunjukkan bahwa penderita diabetes melitus dalam
memanfaatkan klinik diabetes melitus Puskesmas Sering berada pada tingkat kedua
yaitu perception, artinya dimana penderita diabetes melitus hanya mengenal dan
memilih program-program yang akan diikuti di klinik diabetes melitus Puskesmas
Sering (Notoatmodjo, 2003).
5.6.

Hasil Analisis Bivariat

5.6.1. Hubungan Umur Responden dengan Tindakan Pemanfaatan Klinik


Diabetes Melitus Puskesmas Sering
Pada tabel 4.22 didapat bahwa responden yang berumur > 57 tahun
memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan sedang yaitu sebanyak 18 orang
(90%). Hasil analisa statistik didapatkan nilai P (=0,850) > (=0,05) ternyata tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan pemanfaatan klinik diabetes
melitus Puskesmas Sering.
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek fisik dan
psikologis (mental), dimana aspek psikologis ini taraf berpikir seseorang semakin

Universitas Sumatera Utara

119

matang dan dewasa. Akan tetapi, petambahan umur belum tentu mempengaruhi
seseorang untuk bertindak (Wahid dkk, 2007).
Pada tabel 4.23 didapat bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan
memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan tingkatan sedang 27 orang
(81,8%). Hasil analisa statistik didapatkan nilai P (=0,221) > (=0,05) ternyata tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan pemanfaatan klinik
diabetes melitus Puskesmas Sering.
Jenis kelamin bukan merupakan faktor resiko terhadap kejadian diabetes
melitus. Faktor resiko yang menyebabkan sesorang terkena diabetes mellitus antara
lain : kadar gula darah melebihi angka normal, terganggunya sekresi insulin dan
faktor keturunan. Belum tentu jenis kelamin mempengaruhi seseorang untuk
memanfaatkan klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
Pada tabel 4.24 didapat bahwa responden dengan tingkat pendidikan Sekolah
Pendidikan Dasar memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan sedang yaitu
23 orang (82,1%). Hasil analisa statistik didapatkan nilai P (=0,392) > (=0,05)
ternyata tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan terakhir dengan
pemanfaatan klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang
lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang maka makin mudah pula bagi mereka untuk menerima
informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki
(Wahid dkk, 2007).

Universitas Sumatera Utara

120

Pendidikan yang tinggi bisa saja meningkatkan pengetahuan responden


tentang diabetes melitus dan klinik diabetes mellitus tetapi belum tentu
mempengaruhi responden dalam memanfaatkan klinik diabetes mellitus Puskesmas
Sering.
Pada tabel didapat bahwa responden yang tidak bekerja (ibu rumah tangga
dan pensiunan PNS) memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan sedang
yaitu 19 orang (79,2%). Hasil analisa statistik didapatkan nilai P (=0,693) >
(=0,05) hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
pekerjaan dengan pemanfaatan klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman
dan pengetahuan yang baik, secara langsung maupun tidak langsung. Akan tetapi,
pekerjaan belum tentu mempengaruhi seseorang untuk memanfaatkan klinik diabetes
mellitus Puskesmas Sering (Wahid dkk, 2007).
Pada tabel 4.26 didapat bahwa responden dengan pendapatan < Rp.
1.020.000,00 memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan sedang yaitu 26
orang (83,9%). Hasil analisa statistik didapatkan nilai P (=0,711) > (=0,05) ternyata
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan pemanfaatan
klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
Dengan kondisi prevalensi diabetes melitus yang cukup tinggi di masyarakat,
belum tentu tingkat kesejahteraan masyarakat bisa menunjukkan angka yang baik.
Dengan pendapatan responden yang tinggi belum tentu responden mau memanfaatan
klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.

Universitas Sumatera Utara

121

Pada tabel 4.27 terlihat bahwa responden dengan tingkat pengetahuan sedang
dan kurang memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan sedang yaitu 34
orang (91,2%). Hasil analisa statistik didapatkan nilai P(=0,034) < (=0,05) ternyata
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkatan pengetahuan dengan pemanfaatan
klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tingkah laku seseorang.
Dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.
Pengetahuan responden yang tinggi, dimana responden sudah tahu tentang diabetes
melitus dan klinik diabetes melitus, maka tentunya responden juga sudah tahu
bagaimana komplikasi penyakit diabetes melitus sehingga responden memanfaatan
klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
Pada tabel 4.28 didapat bahwa 26 responden dengan tingkatan sikap sedang
memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan sedang (92,9%). Hasil analisa
statistik didapatkan nilai P(=0,034) < (=0,05) ternyata ada hubungan yang
bermakna antara sikap responden dengan pemanfaatan klinik diabetes melitus
Puskesmas Sering.

Universitas Sumatera Utara

122

Adanya hubungan antara sikap dengan tindakan responden ini dapat dilihat
dengan sudah adanya respon dari sikap ibu tentang diabetes melitus dan klinik
diabetes melitus maka responden tentunya berusaha menjaga agar tidak terjadi
komplikasi dengan penyakit lainnya. Dalam hal ini responden menganggap perlu
memanfaatan klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.

Universitas Sumatera Utara

123

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Diperoleh bahwa umur responden berdasarkan median masing < 57 tahun dan
> 57 tahun adalah sebanyak 20 orang (50%). Sedangkan jenis kelamin
responden yang terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 33 orang
(82,5%). Pendidikan responden sebagian besar adalah Sekolah Pendidikan
Dasar yaitu sebanyak 28 orang (70%), sedangkan pekerjaan responden
sebagian besar adalah tidak bekerja (ibu rumah tangga dan pensiunan PNS)
yaitu sebanyak 27 orang (67,5%). Pada umumnya pendapatan responden
adalah perempuan yaitu < Rp. 1.020.000 yaitu sebanyak 25 orang (62,5%),
dan yang lainnya > Rp. 1.020.000 yaitu sebanyak 15 orang (37,5%).
2. Sebagian besar tingkat pengetahuan responden terhadap penyakit diabetes
melitus dan klinik diabetes melitus berada pada tingkat kategori pengetahuan
sedang yaitu sebanyak 29 orang (72,5%) dan pada tingkat kategori baik
sebanyak 6 orang (15%), sedangkan pada tingkat kategori kurang sebanyak 5
orang (12,5%).
3. Sebagian besar tingkatan sikap responden terhadap penyakit diabetes melitus
dan klinik diabetes melitus berada pada tingkat kategori sikap baik yaitu

Universitas Sumatera Utara

124

sebanyak 28 orang (70%) dan pada tingkat kategori sedang sebanyak 12 orang
(30%).
4. Sebagian besar tingkatan tindakan responden terhadap pemenfaatan klinik
diabetes melitus Puskesmas Sering berada pada tingkat kategori sedang yaitu
sebanyak 36 orang (90%) dan pada tingkat kategori baik sebanyak 4 orang
(10%).
5. Hasil uji statistik didapatkan nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan pemanfaatan klinik
diabetes melitus Puskesmas Sering.
6. Hasil uji statistik didapatkan nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan pemanfaatan
klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
7. Hasil uji statistik didapatkan nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan terakhir dengan
pemanfaatan klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
8. Hasil uji statistik didapatkan nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pemanfaatan
klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
9. Hasil uji statistik didapatkan nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan pemanfaatan
klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.

Universitas Sumatera Utara

125

10. Hasil uji statistik didapatkan nilai p < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkatan pengetahuan dengan
pemanfaatan klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
11. Hasil uji statistik didapatkan nilai p < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkatan sikap dengan pemanfaatan
klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
6.2. Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan perlu melakukan kegiatan monitoring
secara bertahap (bulanan, triwulan, semester sampai tahunan) untuk dapat
memperoleh gambaran efektifitas dan efesiensi dari Pemanfaatan Klinik
Diabetes Melitus.
2. Bagi petugas kesehatan perlu peningkatan promosi kesehatan yang mencakup
penyuluhan sehingga dapat meningkatkan tingkat kepatuhan penderita
diabetes melitus dalam upaya pencegahan komplikasi diabetes melitus dan
pemanfaatan klinik diabetes melitus.
3. Disarankan kepada penderita diabetes melitus hendaknya mengikuti programprogram yang ada di klinik diabetes melitus Puskesmas Sering Kecamatan
Medan Tembung.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai