Bab 3 Sampe Bab 5 Ecoli
Bab 3 Sampe Bab 5 Ecoli
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat analitik yang
bertujuan untuk melihat hubungan pengetahuan dan sikap penderita diabetes melitus
dengan pemanfaatan klinik diabetes melitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan
Tembung tahun 2010.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di klinik diabetes melitus Puskesmas Sering
Kecamatan Medan Tembung. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah :
1. Puskesmas Sering merupakan satu-satunya puskesmas yang memiliki klinik
diabetes melitus di Kota Medan, bahkan di Sumatera Utara.
2. Dari hasil survei pendahuluan dengan mewawancarai salah satu petugas klinik
diabetes melitus bahwa sebagian besar penderita diabetes melitus masih
banyak yang tidak patuh terhadap pengobatan yang dilakukan di klinik
tersebut.
3. Belum pernah dilakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap
penderita diabetes melitus (DM) dengan pemanfaatan klinik diabetes melitus
di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung tahun 2010.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan saat dimulai penyusunan proposal yaitu bulan
Desember sampai selesai penelitian pada bulan Juni 2010.
57
n =
Dimana
Z2 . P (1 P). N
d2 . (N 1) + Z2 P ( 1 P)
N : Besar populasi
n : Besar Sample
d : galat pendugaan (0.1)
Z : Tingkat kepercayaan (90% = 1.645)
P : Proporsi Populasi (Ditentukan 0.5)
n =
(0,1)2 . (1451) + (1,645)2 . 0,5 (1 0.5)
(2,706) . (0.25). (1451)
n =
(0,01) . (105) . + ((1,645)2.(0.25))
58
71,0325
n =
1,8725
n=
2.
3.
3.4.
Instrumen
Alat untuk pengumpulan data adalah kuesioner yang berisi pertanyaan-
59
Umur
Adalah lama waktu perjalanan responden yang dihitung sejak saat dia
hidup responden yang dihitung sejak saat ia dilahirkan sampai batas
waktu wawancara dilakukan yang dinyatakan dalam satuan tahun sesuai
dengan pengakuan responden.
60
Jenis kelamin
Adalah suatu ciri dari makhluk hidup yang membedakan jenis makhluk
hidup tersebut. Dikategorikan atas laki-laki dan perempuan.
Kriteria Jawaban :
1. Laki-laki
2. perempuan
Skala : Nominal
Pendidikan
Adalah pendidikan formal terakhir yang pernah diselesaikan oleh
responden.
Kriteria Jawaban :
1. Sekolah Pendidikan Dasar
2. Sekolah Pendidikan Menengah
3. Sekolah Pendidikan Tinggi
Skala : Ordinal
Pekerjaan
Adalah kegiatan yang dilakukan responden secara rutin.
61
Kriteria Jawaban :
1. Pegawai (PNS, Pegawai dan Buruh Swasta)
2. Wiraswasta (Pedagang)
3. Tidak Bekerja (Ibu rumah tangga dan Pensiunan PNS)
Skala : Nominal
d. Media
Adalah wadah atau alat untuk memperoleh informasi tentang klinik diabetes
melitus yang terdiri dari :
Media cetak
Kriteria Jawaban :
1. Poster
2. Leaflet
3. Koran
Skala : Ordinal
62
e. Pengetahuan
Adalah segala sesuatu yang diketahui responden (penderita diabetes melitus)
tentang diabetes melitus dan klinik diabetes melitus, meliputi informasi tentang
program-program dan kegiatan yang ada di klinik diabetes melitus.
Kriteria Jawaban :
1. Pernyataan Benar, bobot nilai 3
2. Pernyataan mendekati Benar, bobot nilai 2
3. Pernyataan Salah, bobot nilai 1
4. Setiap jawaban yang tidak ada dalam pilihan jawaban dianggap tidak tahu,
bobot nilai 0
Kriteria Jawaban :
1. Pilih 2 skor
:1
:2
3. Pilih 5 Skor
:3
63
Kriteria Jawaban :
1. Pilih 1 skor
:1
:2
:3
Kriteria variabel :
a. Tingkat pengetahuan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 36 yaitu > 27
b. Tingkat pengetahuan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 36 yaitu 16 - 27
c. Tingkat pengetahuan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 36 yaitu < 16
Skala : Ordinal.
f. Sikap
Adalah pendapat atau pandangan penderita diabetes melitus terhadap hal yang
berhubungan dengan pemanfaatan klinik diabetes melitus, meliputi informasi
tentang program-program dan kegiatan yang ada di klinik diabetes melitus.
64
65
perbuatan
dan
pengalaman
yang
dilakukan
responden
untuk
66
Kriteria variabel :
1. Tingkat tindakan baik, apabila nilai yang diperoleh >75% dari nilai tertinggi
seluruh pertanyaan dengan total nilai 45 yaitu > 34
2. Tingkat tindakan sedang, apabila nilai yang diperoleh 45-75% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 45 yaitu 20 - 34
3. Tingkat tindakan kurang, apabila nilai yang diperoleh < 45% dari nilai
tertinggi seluruh pertanyaan dengan total nilai 45 yaitu < 20
Skala : Ordinal.
3.7.
3.7.1. Univariat
Analisis univariat dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian dengan
mendeskripsikan setiap variabel penelitian dengan cara membuat tabel distribusi
frekuensi pada tiap variabel. Diantaranya variabel bebas (independen) karakteristik
individu seperti jenis kelamin, umur, pendidikan, penghasilan, suku, lama menderita
diabetes melitus, riwayat diabetes melitus pada orang tua, tipe diabetes melitus dan
sumber informasi (petugas kesehatan dan media informasi). Pada variabel antara yang
dideskripsikan adalah pengetahuan dan sikap terhadap diabetes melitus dan
pemanfaatan klinik diabetes melitus dan pada variabel terikat (dependen) yang
67
68
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Sebelah Timur
Sebelah Selatan
Sebelah Barat
69
Putu Indra
Kasih
1
1
3
4
1
-/ 1
70
71
Sumber Informasi
72
4.4.
Pengetahuan Responden
Dari hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan
No.
1
2
3
No.
1
2
3
No.
1
2
No.
1
2
3
73
Dari tabel 4.5 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden tidak
mengetahui penyakit diabetes melitus yaitu sebanyak 28 orang (77,5%), sebanyak 6
orang (15%) responden mengetahui bahwa penyakit diabetes melitus adalah penyakit
karena kadar gula darah melebihi nilai normal dengan diagnosa kadar gula darah
sewaktu << 200 mg/dl atau << 120 mg/dl, yang terjadi oleh karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya. Sebanyak 3 orang (10%) mengetahui bahwa
penyakit diabetes melitus adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
penurunan berat badan yang drastis dengan diagnosa kadar gula darah sewaktu >>
200 mg/dl atau >> 120 mg/dl.
Dapat diketahui bahwa sebanyak 37 orang responden (92,5%) mengetahui
tipe penyakit diabetes melitus ada 2 macam. Hanya 1 orang yang mengatakan bahwa
tipe penyakit diabetes melitus adalah 3. Sebanyak 2 orang mengatakan tidak tahu
tentang tipe penyakit diabetes melitus. Untuk gejala penyakit diabetes melitus
diketahui bahwa sebagian besar responden memperoleh nilai 2 tentang gejala
penyakit diabetes melitus yang mereka ketahui yaitu sebanyak 25 orang (62,5%),
sedangkan yang lainnya memperoleh nilai 3 yaitu sebanyak 15 orang (37,5%). Dari
jawaban responden diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan gejala
penyakit diabetes melitus adalah banyak makan, banyak buang air kecil, banyak
minum, serta penurunan berat badan yang drastis.
Berdasarkan tabel tersebut di atas diketahui bahwa sebagian besar responden
memperoleh nilai 2 tentang penyebab penyakit diabetes melitus yang mereka ketahui
yaitu sebanyak 29 orang (72,5%), sedangkan sebanyak 5 orang (12,5%) memperoleh
74
nilai 1 dan yang lainnya memperoleh nilai 3 yaitu sebanyak 6 orang (15%). Dari
jawaban responden diketahui bahwa sebagian besar responden menyatakan penyebab
penyakit diabetes melitus adalah kegemukan, kurang olah raga, konsumsi lemak yang
berlebihan dan keturunan.
Tabel 4.6. Distribusi Pengetahuan Responden tentang Kadar Gula Darah
di Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering Tahun 2010
Jumlah
No.
Kadar Gula Darah Normal
%
(Orang)
> 120 mg/dl saat puasa dan > 200 mg/dl
1
2
5,0
sewaktu
Kadar gula darah tergantung masing masing
2
21
52,5
individu
< 120 mg/dl saat puasa dan < 200 mg/dl
3
2
5,0
sewaktu dan akan meningkat sesuai umur
4
Tidak tahu
15
37,5
40
100,0
JUMLAH
Jumlah
No.
Jadwal Pemeriksaan Kadar Gula Darah
%
(Orang)
Secara rutin dengan adanya gejala ataupun
1
13
32,5
tidak ada gejala minimal 1x sebulan
Pada saat masih mengkonsumsi obat diabetes
2
15
37,5
melitus
3
Ketika ada gejala sakit
12
30,0
40
100,0
JUMLAH
Jumlah
No.
Manfaat Menjaga Kadar Gula Darah
%
(Orang)
Untuk dapat memperpanjang umur dan dapat
1
24
60,0
beraktifitas sebagaimana mestinya
Untuk dapat menghindarkan dari gejala
2
diabetes melitus seperti polyuria, polydipsia,
11
27,5
polyphagia, dan lain-lain
Untuk dapat mencegah agar tidak
3
menimbulkan komplikasi seperti stroke, ginjal,
5
12,5
dan kerusaan pada mata
40
100,0
JUMLAH
75
Dari tabel 4.6 diketahui bahwa sebagian besar responden mengetahui bahwa
kadar gula darah normal tergantung masing-masing individu yaitu sebanyak 21 orang
(52,5%), sebanyak 2 orang (5%) responden mengetahui bahwa kadar gula darah
normal adalah > 120 mg/dl saat puasa dan > 200 mg/dl sewaktu dan < 120 mg/dl saat
puasa dan < 200 mg/dl sewaktu dan akan meningkat sesuai umur. Sebanyak 15 orang
(37,5%) responden tidak tahu tentang kadar gula darah normal.
Berdasarkan tabel 4.6 juga dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
mengetahui jadwal pemeriksaan kadar gula darah adalah pada saat masih
mengkonsumsi obat diabetes melitus yaitu sebanyak 15 orang (37,5%), sebanyak 13
orang (32,5%) responden mengetahui jadwal pemeriksaan kadar gula darah secara
rutin dengan adanya gejala ataupun tidak ada gejala minimal satu kali sebulan,
sedangkan 12 orang (2,5%) responden mengetahui bahwa waktu pemeriksaan kadar
gula darah adalah ketika ada gejala saja.
Berdasarkan hasil di lapangan dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden mengetahui manfaat menjaga kadar gula darah adalah untuk dapat
memperpanjang umur dan dapat beraktifitas sebagaimana mestinya yaitu sebanyak 24
orang (60%), sebanyak 11 orang (25%) responden mengetahui manfaat menjaga
kadar gula darah adalah untuk dapat menghindarkan dari gejala diabetes melitus
seperti polyuria, polydipsia, polyphagia, dan lain-lain, sedangkan 5 orang (12,5%)
responden mengetahui bahwa manfaat menjaga kadar gula darah adalah untuk dapat
mencegah agar tidak menimbulkan komplikasi seperti stroke, ginjal, dan kerusaan
pada mata.
76
77
78
Sikap Responden
Dari hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan
Sikap
Pernyataan
Kadar gula darah >
120 mg/dl saat
puasa dan > 200
mg/dl sewaktu
disebut dengan
diabetes melitus.
Kadar gula darah
SS
KS
TS
To
t
27,
5
30
60,
0
2,5
40
10
0
10,
23
57,
13
32,
40
10
79
meningkat sesuai
dengan usia adalah
hal yang wajar.
Sikap
Pernyataan
Diabetes melitus
yang tidak
ditanggulangi akan
sembuh dengan
sendirinya.
Penyakit diabetes
melitus bukan
merupakan
penyakit yang
berbahaya dan
sangat jarang
menimbulkan
komplikasi
Pasien DM
mengikuti
pengobatan di
klinik diabetes
melitus.
Mengkonsumsi
obat diabetes
melitus adalah
metode yang paling
tepat untuk
menurunkan kadar
gula darah darah
bila dibandingkan
dengan deteksi dini
bagi yang memiliki
faktor resiko.
Menanggulangi
diabetes melitus
sedini mungkin,
bukan merupakan
upaya yang tepat
SS
KS
TS
To
t
34
85,
0
15,
0
40
10
0
33
82,
5
17,
5
40
10
0
5,0
38
95,
0
40
10
0
29
72,
5
11
27,
5
40
10
0
22,
5
31
77,
5
40
10
0
80
untuk mencegah
komplikasi
diabetes melitus.
Untuk pengobatan
diabetes melitus
memerlukan biaya
yang besar dan
waktu lama bahkan
dapat
menghabiskan
penghasilan
seumur hidup.
Sebagai penderita
diabetes melitus
Saya merasa
terbebani dalam
mengurangi
konsumsi makanan
yang mengandung
banyak karbohidrat
17,
5
33
82,
5
40
10
0
10,
0
11
27,
5
25
62,
5
40
10
0
Dari tabel 4.10 di atas diketahui bahwa sikap responden tentang kadar gula
darah > 120 mg/dl saat puasa dan > 200 mg/dl sewaktu disebut dengan diabetes
melitus, sebagian besar responden setuju 30 orang (60%), sangat setuju 9 orang
(27,5%) dan kurang setuju satu orang (2,5%). Sedangkan sikap responden tentang
kadar gula darah meningkat sesuai dengan usia adalah hal yang wajar, sebagian besar
responden kurang setuju 23 orang (57,5%), tidak setuju 13 orang (32,5%) dan hanya
4 orang (10%) yang menyatakan setuju.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sikap responden tentang
diabetes melitus yang tidak ditanggulangi akan sembuh dengan sendirinya, sebagian
besar responden kurang setuju 34 orang (85%) dan 6 orang (15%) yang menyatakan
tidak setuju. Sedangkan sikap responden tentang penyakit diabetes melitus bukan
81
82
Jumlah
(Orang)
%
28
12
40
70,0
30,0
100,0
Dari tabel 4.11 di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tingkatan
sikap responden terhadap penyakit diabetes melitus dan klinik diabetes melitus
berada pada tingkat kategori sikap baik yaitu sebanyak 28 orang (70%) dan pada
tingkat kategori sedang sebanyak 12 orang (30%).
4.6. Tindakan Responden
Dari hasil penelitian diketahui distribusi frekuensi responden berdasarkan
tindakan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Ketika Ada Gejala
Diabetes Melitus di Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering
Tahun 2010
Yang dilakukan ketika ada gejala diabetes
Jumlah
No.
%
melitus
(Orang)
1
Menunggu perkembangan penyakit
13
32,5
2
Pengobatan alternatif (tradisional)
13
32,5
Memeriksakan diri ke dokter/petugas
3
14
35,0
kesehatan
40
100,0
JUMLAH
Berdasarkan tabel 4.12 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
memeriksakan diri ke dokter atau petugas kesehatan ketika ada gejala diabetes
83
84
1
2
3
(Orang)
10
23
7
40
25,0
57,5
17,5
100,0
85
Jumlah
(Orang)
%
17
42,5
11
27,5
12
30,0
40
100,0
Dari tabel 4.17 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden memperoleh
nilai 1 tentang kegiatan yang pernah mereka ikuti yaitu sebanyak 29 orang (72,5%),
sedangkan sebanyak 9 orang (22,5%) memperoleh nilai 3 dan yang lainnya
memperoleh nilai 2 yaitu sebanyak 2 orang (5%). Dari jawaban responden diketahui
bahwa sebagian besar responden pernah mengikuti kegiatan pengobatan.
86
87
rumah sakit atau puskesmas yaitu sebanyak 24 orang (60%), sebanyak 12 orang
(30%) responden mengukur secara rutin dengan adanya gejala maupun tidak ada
gejala, sedangkan 4 orang (10%) responden mengukur ketika ada gejala saja.
Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden tentang Jumlah Kalori
yang Dikonsumsi di Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering
Tahun 2010
Jumlah
No. Jumlah Kalori yang Dikonsumsi
%
(Orang)
1
Mengatur sendiri ukurannya
33
82,5
2
1300-1500 kalori
7
17,5
40
100,0
JUMLAH
Berdasarkan tabel 4.19 di atas dapat diketahui bahwa responden terbanyak 33
orang (82,5%) mengatur sendiri jumlah kalori yang dikonsumsinya, sedangkan yang
lainnya 7 orang (17,5%) responden mengikuti aturan diet penderita diabetes melitus
yaitu 1300-1500 kalori.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh (100%) responden
pernah melakukan olahraga sebagai pola aktifitas bagi penderita diabetes melitus.
Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden terhadap Kategori
Olahraga yang Dilakukan di Klinik Diabetes Melitus Puskesmas
Sering Tahun 2010
Jumlah
No. Kategori olah raga yang dilakukan
%
(Orang)
1
Skor 1
31
77,5
2
Skor 2
9
22,5
40
100,0
JUMLAH
Jumlah
No. Frekuensi Olahraga yang Dilakukan
%
(Orang)
1
1-3 kali sebulan
9
22,5
2
1-3 kali seminggu
22
55,0
3
> 3 kali seminggu
9
22,5
40
100,0
JUMLAH
Jumlah
No. Waktu yang dihabiskan untuk olah raga
%
(Orang)
88
1
2
15-30 menit
30-60 menit
JUMLAH
30
10
40
75,0
25,0
100,0
Dari tabel 4.20 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden memperoleh
nilai 1 tentang olahraga yang dilakukannya yaitu sebanyak 31 orang (77,5%),
sedangkan sebanyak 9 orang (22,5%) memperoleh nilai 2. Dari jawaban responden
diketahui bahwa sebagian besar responden melakukan jalan pagi.
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
melakukan olahraga 1-3 kali seminggu yaitu sebanyak 22 orang (55%), sebanyak 9
orang (22,5%) responden melakukan olahraga 1-3 kali sebulan dan 9 orang lainnya >
3 kali seminggu.
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden terbanyak 30
orang (75%) melakukan olahraga selama 15-30 menit, sedangkan yang lainnya 10
orang (25%) responden melakukan olahraga selama 30-60 menit.
Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Tingkatan Tindakan Responden Terhadap
Pemanfaatan Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering
Jumlah
No.
Tingkatan Sikap Responden
%
(Orang)
1
Baik
4
10%
2
Sedang
36
90%
40
100,0
JUMLAH
Dari tabel 4.21 di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tingkatan
tindakan responden terhadap pemenfaatan klinik diabetes melitus Puskesmas Sering
89
berada pada tingkat kategori sedang yaitu sebanyak 36 orang (90%) dan pada tingkat
kategori baik sebanyak 4 orang (10%).
4.7.
90
Perempuan
Total
X2 = 1.497
6
6
18,2
15,0
27
34
81,8
33
85,0
40
P value = 0, 221
100
100
Untuk variabel jenis kelamin tidak cukup hanya dengan menggunakan uji Chi
Square. Pada variabel jenis kelamin terlihat ada 50% sel yang memiliki nilai harapan
lebih kecil dari 5, yang merupakan prasyarat untuk dapat menggunakan uji Chi
Square. Untuk itu dilakukan uji Exact Fisher untuk variabel jenis kelamin.
Dari tabel 4.23 didapat bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan
memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan sedang 27 orang (81,8%). Hasil
uji statistik didapatkan nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan pemanfaatan klinik diabetes
melitus Puskesmas Sering.
Tabel 4.24. Hubungan Tingkat Pendidikan Responden dengan Pemanfaatan
Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering
Pemanfaatan Klinik Diabetes
Total
Melitus Puskesmas Sering
Tingkat Pendidikan
Baik
Sedang
n
%
n
%
n
%
Sekolah Pendidikan
5
17,9
23
82,1
28
100
Dasar
Sekolah Pendidikan
1
8,3
11
91,7
12
100
Menengah dan Tinggi
6
15,0
34
85,0
40
100
Total
2
X = 1.905
P value = 0,386
Dari tabel 4.24 didapat bahwa responden dengan tingkat pendidikan Sekolah
Pendidikan Dasar memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan sedang yaitu
23 orang (82,1%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan
91
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan terakhir dengan
pemanfaatan klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
Tabel 4.25. Hubungan Pekerjaan Responden dengan Pemanfaatan Klinik
Diabetes Melitus Puskesmas Sering
Pemanfaatan Klinik Diabetes
Total
Melitus Puskesmas Sering
Pekerjaan
Baik
Sedang
n
%
n
%
n
%
Pegawai dan
1
7,7
12
92,3
13
100
Wiraswasta
5
18,5
22
81,5
27
100
Tidak Bekerja
6
15,0
34
85,0
40
100
Total
X2 = 1.511
P value = 0,470
Dari tabel 4.25 didapat bahwa responden yang tidak bekerja (ibu rumah
tangga dan pensiunan PNS) memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan
sedang yaitu 19 orang (79,2%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p > 0,05, hal ini
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan
dengan pemanfaatan klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
Tabel 4.26. Hubungan Pendapatan Responden dengan Pemanfaatan Klinik
Diabetes Melitus Puskesmas Sering
Pemanfaatan Klinik Diabetes
Total
Melitus Puskesmas Sering
Pendapatan
Baik
Sedang
n
%
n
%
n
%
5
16,1
26
83,9
31
100
< Rp. 1.020.000
1
11,1
8
88,9
9
100
> Rp. 1.020.000
6
15,0
34
85,0
40
100
Total
X2 = 138
P value = 0,711
Sama halnya dengan variabel jenis kelamin, variabel pendapatan tidak cukup
hanya dengan menggunakan uji Chi Square. Pada variabel pendapatan terlihat ada
50% sel yang memiliki nilai harapan lebih kecil dari 5, yang merupakan prasyarat
92
untuk dapat menggunakan uji Chi Square. Untuk itu dilakukan uji Exact Fisher untuk
variabel pendapatan.
Dari tabel 4.26 didapat bahwa responden dengan pendapatn < Rp.
1.020.000,00 memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan sedang yaitu 26
orang (83,9%). Hasil uji statistik didapatkan nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan
pemanfaatan klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
93
94
Dari tabel 4.28 didapat bahwa responden dengan tingkatan sikap baik
memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan sedang yaitu 26 orang (92,9%).
Hasil uji statistik didapatkan nilai p < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara tingkatan sikap dengan pemanfaatan klinik diabetes
melitus Puskesmas Sering.
95
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden
Dari hasil penelitian diketahui bahwa karakteristik penderita diabetes melitus
(responden) bervariasi mulai dari umur, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan dan
pendapatan. Dari hasil penelitian pada tabel 4.3 diketahui bahwa umur responden
berdasarkan median masing < 57 tahun dan > 57 tahun adalah sebanyak 20 orang
(50%). Sedangkan jenis kelamin responden yang terbanyak adalah perempuan yaitu
sebanyak 33 orang (82,5%), dan paling sedikit laki-laki yaitu 7 orang (17,5%).
Pendidikan responden sebagian besar adalah Sekolah Pendidikan Dasar yaitu
sebanyak 28 orang (70%), sedangkan pendidikan responden sebagian kecil adalah
tamat Sekolah Pendidikan Tinggi yaitu sebanyak 4 orang (10%). Semua responden
dari golongan umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan adalah penderita diabetes
melitus dan berobat di klinik diabetes melitus Puskesmas Sering Kecamatan Medan
Tembung. Di dalam pengobatan diabetes melitus di klinik diabetes melitus
Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung tidak membedakan umur, jenis
kelamin dan tingkat pendidikan untuk ikut serta.
Dilihat dari tabel 4.3 di atas diketahui bahwa pekerjaan responden sebagian
besar adalah tidak bekerja (ibu rumah tangga dan pensiunan PNS) yaitu sebanyak 27
orang (67,5%), sedangkan pekerjaan responden sebagian kecil adalah Wiraswasta
yaitu sebanyak 6 orang (15%). Berdasarkan tabel juga menunjukkan bahwa pada
umumnya pendapatan responden adalah perempuan yaitu < Rp. 1.020.000 yaitu
96
sebanyak 25 orang (62,5%), dan yang lainnya > Rp. 1.020.000 yaitu sebanyak 15
orang (37,5%). Ini menunjukkan bahwa penghasilan responden belum memenuhi
standar UMR yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Medan. Dengan adanya
klinik diabetes melitus di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung ini sangat
membantu bagi penderita yang
memperoleh
kesembuhan.
5.2. Sumber Informasi
Dari hasil penelitian pada tabel 4.8 di atas diketahui bahwa sumber informasi
responden sebagian besar dari petugas kesehatan yaitu sebanyak 22 orang (55%),
sedangkan sumber informasi responden sebagian kecil dari anggota keluarga yaitu
sebanyak 4 orang (10%). Hal ini Dari tabel 4.9 di atas diketahui bahwa informasi
yang diperoleh responden sebagian besar hanya 1 yaitu sebanyak 29 orang (72,5%),
sedangkan 11 orang (27,5%) mendapatkan 2 informasi yaitu pengobatan dan
penyuluhan diabetes melitus.
5.3. Pengetahuan Responden
Dari hasil penelitian pada tabel 4.5 di atas diketahui bahwa sebagian besar
responden tidak mengetahui penyakit diabetes melitus yaitu sebanyak 28 orang
(77,5%), sebanyak 6 orang (15%) responden mengetahui bahwa penyakit diabetes
melitus adalah penyakit karena kadar gula darah melebihi nilai normal dengan
diagnosa kadar gula darah sewaktu << 200 mg/dl atau << 126 mg/dl, yang terjadi
oleh karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Sebanyak 3 orang
(10%) mengetahui bahwa penyakit diabetes melitus adalah suatu keadaan dimana
97
seseorang mengalami penurunan berat badan yang drastis dengan diagnosa kadar gula
darah sewaktu >> 200 mg/dl atau >> 120 mg/dl. Hal ini sesuai dengan pendapat
Brudnell (2004) bahwa diabetes melitus merupakan suatu sindrom klinik yang khas
ditandai oleh adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defisiensi atau penurunan
efektifitas insulin dengan diagnosa kadar gula darah sewaktu >> 200 mg/dl atau kadar
gula darah puasa >> 120 mg/dl, yang terjadi oleh karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau keduanya.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden sebanyak 37 orang
(92,5%) mengetahui tipe penyakit diabetes melitus ada 2 macam. Hanya 1 orang yang
mengatakan bahwa tipe penyakit diabetes melitus adalah 3. Sebanyak 2 orang
mengatakan tidak tahu tentang tipe penyakit diabetes melitus. Hal ini menunjukkan
bahwa pengetahuan responden tentang tipe-tipe diabetes melitus masih kurang,
dimana mereka kurang mengetahui tipe penyakit diabetes melitus. Sebagian besar
responden menganggap hanya 2 tipe penyakit diabetes melitus. Sebenarnya tipe
penyakit diabetes melitus bukan dua tapi tiga, yaitu :
1. Diabetes Melitus yang tergantung pada insulin (IDDM atau DM Tipe-1
Diabetes mellitus tipe-1 dicirikan dengan hilangnya sel beta penghasil insulin
pada Langerhans pankreas sehingga terjadi kekurangan insulin pada tubuh.
Sampai saat ini, diabetes tipe-1 tidak dapat dicegah. Diet dan olahraga tidak
bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe-1. Kebanyakan
penderita diabetes tipe-1 memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat
penyakit ini mulai diderita. Selain itu, sensitivitas maupun respons tubuh
98
terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama
pada tahap awal (Mirza, 2008).
2. Diabetes Melitus Tipe-2 atau Tidak Tergantung Insulin (DMTTI)
Diabetes tipe kedua ini disebabkan oleh kurang sensitifnya jaringan tubuh
terhadap insulin. Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih
tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya,
sehingga terjadi kekurangan insulin relatif (Mirza, 2008).
3. Diabetes Melitus Gestasional (Diabetes Kehamilan)
Diabetes melitus gestasional melibatkan suatu kombinasi dari kemampuan
reaksi dan pengeluaran hormon insulin yang tidak cukup, yang meniru DM
Tipe-2. Jenis diabetes ini terjadi selama kehamilan dan bisa juga meningkat
atau lenyap. Meskipun kejadiannya sementara, namun diabetes jenis ini bisa
merusak kesehatan janin dan ibu (Waspadji, 1997).
Diketahui juga bahwa sebagian besar responden mengetahui tentang gejala
penyakit diabetes melitus adalah banyak makan, banyak minum, banyak buang air
kecil, sering kesemutan dan cepat lelah. Hal ini sesuai menurut pendapat Maulana
Mirza (2008) bahwa penderita diabetes melitus umumnya menampakkan gejala
berikut ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
11. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
12. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
13. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
14. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
99
100
untuk dijadikan tenaga, sehingga jumlah gula dalam tubuh akan berkurang
sehingga kebutuhan hormon insulin juga berkurang.
3. Keturunan.
Hal ini sesuai menurut pendapat Waspadji (1997), bahwa diabetes melitus
dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap penyakit diabetes melitus,
yang disebabkan oleh karena kelainan gen yang mengakibatkan tubuh tidak dapat
menghasilkan insulin dengan baik. Individu yang mempunyai riwayat keluarga
penderita diabetes melitus memiliki resiko empat kali lebih besar jika dibandingkan
dengan keluarga yang sehat.
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa sebagian besar responden mengetahui
bahwa kadar gula darah normal tergantung masing-masing individu yaitu sebanyak
21 orang (52,5%), sebanyak 15 orang (37,5%) responden tidak tahu tentang kadar
gula darah normal. Hal ini menenunjukkan bahwa pemahaman responden tentang
kadar gula darah normal masih memadai, dimana mereka belum tahu kadar gula
darah normal yang seharusnya.
Menurut American Diabetes Association (ADA), kadar gula darah normal
adalah > 120 mg/dl saat puasa dan > 200 mg/dl sewaktu. Glukosa secara bersirkulasi
dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang
dikonsumsi. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi oleh pankreas, yang
berfungsi mengendalikan kadar kadar glukosa dalam darah dengan mengatur
produksi dan penyimpanannya. Pada penderita diabetes kemampuan tubuh untuk
101
bereaksi terhadap insulin dapat menurunkan atau pakkreas dapat menghentikan sama
sekali produksi insulin. Oleh karena itu terjadi gangguan jumlah insulin sehingga
pengaturan kadar glukosa darah menjadi tidak stabil (Noer, 1996).
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
mengetahui jadwal pemeriksaan kadar gula darah adalah pada saat masih
mengkonsumsi obat diabetes melitus yaitu sebanyak 22 orang (55%), sebanyak 17
orang (42,5%) responden mengetahui jadwal pemeriksaan kadar gula darah secara
rutin dengan adanya gejala ataupun tidak ada gejala minimal satu kali sebulan. Hal ini
sesuai dengan ketentuan Klinik Diabetes Melitus Puskesmas Sering Kecamatan
Medan Tembung bahwa memeriksa kadar gula darah minimal sekali dalam sebulan
dengan atau tanpa gejala yang dirasakan oleh responden.
Berdasarkan tabel 4.6 juga dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
mengetahui manfaat menjaga kadar gula darah adalah untuk dapat mencegah agar
tidak menimbulkan komplikasi seperti stroke, ginjal, dan kerusaan pada mata yaitu
sebanyak 28 orang (70%), sebanyak 10 orang (25%) responden mengetahui manfaat
menjaga kadar gula darah adalah untuk dapat memperpanjang umur dan dapat
beraktifitas sebagaimana mestinya, sedangkan 2 orang (5%) responden mengetahui
bahwa manfaat menjaga kadar gula darah adalah untuk dapat menghindarkan dari
gejala diabetes melitus seperti polyuria, polydipsia, polyphagia, dan lain-lain. Hal ini
sesuai dengan upaya pencegahan tertier yaitu mencegah komplikasi dan kecacatan
yang diakibatkan diabetes melitus yang terdiri dari 3 tahap, antara lain :
102
103
pengelolaan diabetes melitus yaitu diet diabetes melitus yang berfungsi untuk
menurunkan atau mengendalikan berat badan disamping mengendalikan kadar gula
atau kolesterol. Semua ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan
mencegah paling tidak menunda terjadinya komplikasi akut maupun kronis.
Penurunan berat badan pasien diabetes melitus yang mengalami obesitas umumnya
akan menurunkan resistensi insulin. Dengan demikian, penurunan berat badan akan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh sel dan memperbaiki pengendalian glukosa
darah (Mirza, 2008).
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa responden terbanyak 29 orang
(72,5%) mengatakan klinik diabetes melitus adalah tempat mendapatkan pengobatan
dan program-program lain yang berhubungan dengan diabetes melitus. Hal ini sesuai
dengan Profil Puskesmas Sering (2009) bahwa Klinik diabetes melitus merupakan
bagian dari satuan organisasi sosial fungsional yang menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh
masyarakat
dengan
peran
serta
aktif
masyarakat.
Upaya
kesehatan
ini
104
9.
10.
11.
Urine glukotes
12.
13.
Pemeriksaan fisik
14.
Terapi
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.9 di atas dapat disimpulkan bahwa
105
106
107
menurunkan kadar gula darah darah bila dibandingkan dengan berolah raga (seperti
berjalan, senam, bersepeda) 30 45 menit setiap hari, sebagian besar responden
tidak setuju 35 orang (87,5%). Hal ini menunjukkan bahwa sikap responden sudah
baik. Dalam upaya pengendalian kadar glukosa darah dan lipid itu harus diutamakan
cara-cara non farmakologis secara maksimal, misalnya diet dan olahraga. Bila tidak
berhasil baru menggunakan obat baik oral maupun insulin (Soegondo, 2004).
Diketahui bahwa sikap responden tentang menanggulangi diabetes melitus
sedini mungkin, bukan merupakan upaya yang tepat untuk mencegah komplikasi
diabetes melitus, sebagian besar responden sangat setuju 33 orang (82,5%). Hal ini
menunjukkan bahwa sikap responden masih kurang baik. Upaya pencegahan
sekunder yang merupakan upaya untuk menghambat timbulnya komplikasi dengan
deteksi dini. Deteksi dini ini dilakukan dengan tes penyaringan terutama pada
populasi resiko tinggi (PERKENI, 2002).
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sikap responden tentang
pengobatan diabetes melitus memerlukan biaya yang besar dan waktu lama bahkan
dapat menghabiskan penghasilan seumur hidup, sebagian besar responden tidak
setuju 28 orang. Hal ini menunjukkan bahwa pengobatan diabetes melitus masih bisa
terjangkau oleh responden. Akan tetapi, jika diabetes melitus sudah komplikasi
dengan penyakit lainnya bisa mengeluarkan biaya yang sangat mahal. Menurut WHO
(1994) untuk negara berkembang termasuk Indonesia kegiatan deteksi dini melalui
tes penyaringan dan perawatan pasien diabetes melitus memerlukan biaya yang
sangat besar (PERKENI, 2002).
108
109
hal ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya
terhadap sakit, pengetahuan tentang : gejala dan penyebab penyakit, dan sebagainya.
(Notoatmodjo, 2007).
Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa responden terbanyak 23 orang
(57,5%) mengatakan alasan pertama kali datang ke klinik diabetes melitus adalah
disuruh oleh petugas kesehatan, sedangkan 17 orang lainnya (42,5%) responden
memberikan alasan karena ingin sembuh dari penyakit diabetes melitus. Penderita
diabetes melitus mempunyai hak dan kewajiban sebagai orang sakit, yang harus
diketahui oleh penderita diabetes melitus itu sendiri maupun orang lain (terutama
keluarganya). Perilaku ini disebut perilaku peran sakit (the sick role) yang meliputi:
hanya perlu pengetahun dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan
diperlukan contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas
terutama petugas kesehatan dan diperlukan juga undang-undang kesehatan untuk
memperkuat perilaku tersebut (Notoatmodjo, 2003).
110
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.14 dapat diketahui bahwa responden
terbanyak 38 orang (95%) mengatakan alasan menggunakan klinik diabetes melitus
adalah karena diagnosa dari dokter diketahui bahwa seluruh (100%). Hal ini
menunjukkan bahwa responden sudah merasa rentan dengan diagnosa dokter atau
penyakit yang dideritanya. Berdasarkan Health Belief Model (HBM), apabila
individu bertindak untuk melakukan pengobatan dan pencegahan penyakitnya ada 3
hal yang berpengaruh terhadap upaya yang akan diambil yaitu:
4. Kerentanan yang Dirasakan
Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia
harus merasa bahwa ia rentan terhadap penyakit tersebut.
5. Keseriusan yang Dirasakan
Tindakan individu untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakitnya
akan didorong pula oleh keseriusan penyakit tersebut terhadap individu atau
masyarakat.
6. Manfaat dan Rintangan yang Dirasakan
Apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit yang dianggap gawat
atau serius, ia akan melakukan suatu tindakan tertentu. Tindakan tersebut
tergantung pada manfaat dan rintangan yang ditemukan dalam mengambil
tindakan tersebut (Machfoedz, 2006).
Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
sudah pernah berobat ke praktek dokter sebelum datang ke klinik diabetes melitus
yang ada di Puskesmas Sering yaitu sebanyak 22 orang (55%). Hal ini menunjukkan
111
bahwa responden sudah banyak yang didiagnosa menderita diabetes melitus di tempat
praktek dokter, sedangkan 11 orang (27,5%) responden tidak pernah berobat di
tempat lain yang berarti responden didiagnosa menderita diabetes melitus di klinik
diabetes melitus Puskesmas Sering.
Berdasarkan konsep sehat sakit, persepsi masyarakat tentang sehat-sakit
sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, di samping unsur sosial
budaya. Sebaliknya, petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan
kriteria medis yang objektif berdasarkan symptom yang tampak guna mendiagnosa
kondisi fisik seseorang individu. Terkadang orang tidak pergi berobat atau
menggunakan sarana kesehatan yang tersedia sebab dia tidak merasa mengidap
penyakit. Selain itu, orang tidak mau menggunakan fasilitas kesehatan karena
pelayanan yang tidak memuaskan. Hal ini yang menyebabkan penderita diabetes
melitus tidak menggunakan fasilitas kesehatan dan menunggu mendapatkan tempat
pengobatan yang bisa dipercaya (Sarwono, 1997).
Menurut Suchman dalam Sarwono (2004), ada lima macam reaksi dalam
mencari proses pengobatan sewaktu sakit yaitu:
Shoping atau proses mencari beberapa sumber yang berbeda dari medical care
untuk satu persoalan atau yang lain, meskipun tujuannya adalah untuk
mencari dokter yang akan mendiagnosis dan mengobati yang sesuai harapan.
112
diabetes melitus yang ada di Puskesmas Sering Kecamatan Medan Tembung dengan
alasan petugasnya ramah, pelayanannya memuaskan dan biaya yang dikeluarkan
relatif sedikit.
seluruh (100%) responden lebih sering diperiksa oleh dokter umum yang khusus
menangani penderita diabetes melitus yang mau melayani pasien dengan sepenuh
hati. Hal ini yang menyebabkan responden memilih klinik diabetes melitus
Puskesmas Sering.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tindakan seluruh (100%)
responden memyatakan keberadaan klinik diabetes melitus membantu mereka untuk
memperoleh kesembuhan atau mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini menunjukkan
bahwa keyakinan penderita diabetes melitus terhadap klinik diabetes melitus sebagai
tempat pelayanan kesehatan yang dapat mempercepat proses penyembuhan,
pengobatan dan penyembuhan penyakit diabetes melitus. Hal ini berarti klinik
diabetes melitus telah meningkatkan kualitas pelayanan yang baik kepada penderita
diabetes melitus serta memberikan informasi-informasi mengenai pengobatan
penyakit diabetes melitus.
113
yang
erat
kaitannya
dengan
lingkungan,
kepercayaan
114
115
Olahraga teratur
Tidak merokok
Mengendalikan stress
Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya tidak
berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks.
Berdasarkan tabel 4.18 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
mengukur kembali kadar gula darahnya bila ada gejala dan jika pergi ke rumah sakit
atau puskesmas yaitu sebanyak 25 orang (62,5%), berarti penderita diabetes melitus
belum rutin memeriksakan kadar gula darahnya setiap bulan. Keadaan ini
menunjukkan bahwa masyarakat belum bersedia untuk merubah perilakuanya.
Sebanyak 11 orang (27,5%) responden mengukur secara rutin dengan adanya gejala
116
maupun tidak ada gejala. Hal ini menunjukkan bahwa tindakan penderita diabetes
melitus untuk memeriksakan kadar gula darahnya secara rutin adalah baik. Hal ini
sesuai dengan ketentuan yang ada di klinik diabetes melitus, dimana setiap penderita
diabetes melitus diwajibkan untuk periksa kadar gula darah minimal sekali dalam
sebulan. Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program kesehatan di dalam
masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk
menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian orang lagi sangat lambat
untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang
mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2003).
Berdasarkan tabel 4.19 dapat diketahui bahwa responden terbanyak 33 orang
(82,5%) mengatur sendiri jumlah kalori yang dikonsumsinya, berarti responden hanya
mengukur pakai perasaan saja. Hal ini yang menyebabkan jumlah kalori yang
dikonsumsi tidak terkontrol dengan baik. Padahal tujuan utama terapi diet kalori pada
penderita diabetes melitus adalah menurunkan atau mengendalikan berat badan
disamping mengendalikan kadar gula atau kolesterol. Semua ini dilakukan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan mencegah paling tidak menunda terjadinya
komplikasi akut maupun kronis. Penurunan berat badan pasien diabetes melitus yang
mengalami obesitas umumnya akan menurunkan resistensi insulin. Dengan demikian,
penurunan berat badan akan meningkatkan pengambilan glukosa oleh sel dan
memperbaiki pengendalian glukosa darah (Mirza, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh (100%) responden
pernah melakukan olahraga sebagai pola aktifitas bagi penderita diabetes melitus. Hal
117
118
i.
Glikogen otot dan hati menjadi kurang, maka selama latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru.
j.
119
matang dan dewasa. Akan tetapi, petambahan umur belum tentu mempengaruhi
seseorang untuk bertindak (Wahid dkk, 2007).
Pada tabel 4.23 didapat bahwa responden dengan jenis kelamin perempuan
memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan tingkatan sedang 27 orang
(81,8%). Hasil analisa statistik didapatkan nilai P (=0,221) > (=0,05) ternyata tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan pemanfaatan klinik
diabetes melitus Puskesmas Sering.
Jenis kelamin bukan merupakan faktor resiko terhadap kejadian diabetes
melitus. Faktor resiko yang menyebabkan sesorang terkena diabetes mellitus antara
lain : kadar gula darah melebihi angka normal, terganggunya sekresi insulin dan
faktor keturunan. Belum tentu jenis kelamin mempengaruhi seseorang untuk
memanfaatkan klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
Pada tabel 4.24 didapat bahwa responden dengan tingkat pendidikan Sekolah
Pendidikan Dasar memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan sedang yaitu
23 orang (82,1%). Hasil analisa statistik didapatkan nilai P (=0,392) > (=0,05)
ternyata tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan terakhir dengan
pemanfaatan klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang
lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang maka makin mudah pula bagi mereka untuk menerima
informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki
(Wahid dkk, 2007).
120
121
Pada tabel 4.27 terlihat bahwa responden dengan tingkat pengetahuan sedang
dan kurang memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan sedang yaitu 34
orang (91,2%). Hasil analisa statistik didapatkan nilai P(=0,034) < (=0,05) ternyata
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkatan pengetahuan dengan pemanfaatan
klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tingkah laku seseorang.
Dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari pengetahuan
akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.
Pengetahuan responden yang tinggi, dimana responden sudah tahu tentang diabetes
melitus dan klinik diabetes melitus, maka tentunya responden juga sudah tahu
bagaimana komplikasi penyakit diabetes melitus sehingga responden memanfaatan
klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
Pada tabel 4.28 didapat bahwa 26 responden dengan tingkatan sikap sedang
memanfaatkan klinik diabetes melitus pada tingkatan sedang (92,9%). Hasil analisa
statistik didapatkan nilai P(=0,034) < (=0,05) ternyata ada hubungan yang
bermakna antara sikap responden dengan pemanfaatan klinik diabetes melitus
Puskesmas Sering.
122
Adanya hubungan antara sikap dengan tindakan responden ini dapat dilihat
dengan sudah adanya respon dari sikap ibu tentang diabetes melitus dan klinik
diabetes melitus maka responden tentunya berusaha menjaga agar tidak terjadi
komplikasi dengan penyakit lainnya. Dalam hal ini responden menganggap perlu
memanfaatan klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
123
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Diperoleh bahwa umur responden berdasarkan median masing < 57 tahun dan
> 57 tahun adalah sebanyak 20 orang (50%). Sedangkan jenis kelamin
responden yang terbanyak adalah perempuan yaitu sebanyak 33 orang
(82,5%). Pendidikan responden sebagian besar adalah Sekolah Pendidikan
Dasar yaitu sebanyak 28 orang (70%), sedangkan pekerjaan responden
sebagian besar adalah tidak bekerja (ibu rumah tangga dan pensiunan PNS)
yaitu sebanyak 27 orang (67,5%). Pada umumnya pendapatan responden
adalah perempuan yaitu < Rp. 1.020.000 yaitu sebanyak 25 orang (62,5%),
dan yang lainnya > Rp. 1.020.000 yaitu sebanyak 15 orang (37,5%).
2. Sebagian besar tingkat pengetahuan responden terhadap penyakit diabetes
melitus dan klinik diabetes melitus berada pada tingkat kategori pengetahuan
sedang yaitu sebanyak 29 orang (72,5%) dan pada tingkat kategori baik
sebanyak 6 orang (15%), sedangkan pada tingkat kategori kurang sebanyak 5
orang (12,5%).
3. Sebagian besar tingkatan sikap responden terhadap penyakit diabetes melitus
dan klinik diabetes melitus berada pada tingkat kategori sikap baik yaitu
124
sebanyak 28 orang (70%) dan pada tingkat kategori sedang sebanyak 12 orang
(30%).
4. Sebagian besar tingkatan tindakan responden terhadap pemenfaatan klinik
diabetes melitus Puskesmas Sering berada pada tingkat kategori sedang yaitu
sebanyak 36 orang (90%) dan pada tingkat kategori baik sebanyak 4 orang
(10%).
5. Hasil uji statistik didapatkan nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan pemanfaatan klinik
diabetes melitus Puskesmas Sering.
6. Hasil uji statistik didapatkan nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan pemanfaatan
klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
7. Hasil uji statistik didapatkan nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan terakhir dengan
pemanfaatan klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
8. Hasil uji statistik didapatkan nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pemanfaatan
klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
9. Hasil uji statistik didapatkan nilai p > 0,05, hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan pemanfaatan
klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
125
10. Hasil uji statistik didapatkan nilai p < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkatan pengetahuan dengan
pemanfaatan klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
11. Hasil uji statistik didapatkan nilai p < 0,05, hal ini menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara tingkatan sikap dengan pemanfaatan
klinik diabetes melitus Puskesmas Sering.
6.2. Saran
1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan perlu melakukan kegiatan monitoring
secara bertahap (bulanan, triwulan, semester sampai tahunan) untuk dapat
memperoleh gambaran efektifitas dan efesiensi dari Pemanfaatan Klinik
Diabetes Melitus.
2. Bagi petugas kesehatan perlu peningkatan promosi kesehatan yang mencakup
penyuluhan sehingga dapat meningkatkan tingkat kepatuhan penderita
diabetes melitus dalam upaya pencegahan komplikasi diabetes melitus dan
pemanfaatan klinik diabetes melitus.
3. Disarankan kepada penderita diabetes melitus hendaknya mengikuti programprogram yang ada di klinik diabetes melitus Puskesmas Sering Kecamatan
Medan Tembung.