Masyarakat Kampung Naga memeluk agama Islam. Meski demikian seperti
halnya masyarakat adat lainnya yang ada di Indonesia, mereka juga sangat taat memegang adat istiadat dan kepercayaan nenek moyang mereka. Artinya, meskipun mereka menyatakan memeluk agama Islam, namun syariat Islam yang mereka jalankan agak berbeda dengan pemeluk agama Islam lainnya. Salah satu di antaranya, shalat lima waktu; Subuh, Dzuhur, Ashar, Magrib, dan Isya, hanya dilakukan pada hari Jumat. Di luar itu, mereka tidak melaksanakan shalat lima waktu. Meski demikian toleransi kepada keyakinan lainnya tetaplah dijaga luhur. Mereka tak melarang para pelancong yang hendak melaksanakan shalat lima waktu di luar hari Jumat. Jumlah rumah di Kampung Naga berjumlah tetap selama puluhan tahun. Mereka menjaganya dengan agak membatasi jumlah anak, mengecilkan ruang-ruang di dalam rumah, dan menciptakan ruang- ruang kosong tanpa furnitur di dalam rumah agar ruang dapat berfungsi banyak. Namun tentu perkembangan penduduk lama kelamaan tak dapat ditampung lagi oleh kawasan arsitektural perkampungan ini, yang dengan aturan adat, terus berusaha menerapkan aturan tidak bertambahnya luasan kampung dan tidak bertambah jumlah rumah. Karenanya sebagian warga yang tidak tertampung , bertempat tinggal di luar Kampung Naga inti, namun tetap disebut sebagai warga kampung Naga.