2)
Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya
Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian - Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya
Jl. Veteran No. 1 Malang 65145
*email: bellarahmawati1@gmail.com
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang kondisi hortikultura rantai pasokan
produk yang dikelola oleh Koperasi Brenjonk dan untuk masalah risiko identitas yang terjadi dari awal proses hingga
produk hortikultura berharga. Penelitian ini mengidentifikasi risiko rantai pasok untuk menentukan risiko masingmasing pelaku rantai pasok. Identifikasi yang digunakan adalah identifikasi risiko rantai pasok dalam tahap 1 dan 2,
di mana pada tahap pertama mengidentifikasi unsur-unsur perencanaan pasokan, proses, pengiriman dan
pengembalian. Selain itu dalam tahap 2, dilakukan identifikasi mendalam tentang hasil tahap 1. Para ahli yang
digunakan telah menjadi anggota utama dari rantai pasok. Dari proses identifikasi, dapat dilihat bahwa tahap 1
masing-masing aktor memiliki kendala pada 5 pelaku, yaitu 12 kendala dalam pemasok, 14 kendala di manufaktur, 3
kendala dalam distributor dan peritel. Unsur paling dominan yang memiliki kendala adalah elemen proses atau make.
Selanjutnya, pada tahap 2, itu ditentukan bahwa unsur-unsur yang berpengaruh dalam manufaktur adalah sourcestocked-product (S1), make-to-order (M2), delivering on-stocked product (D1) dan return defective product (SR1)
dan deliver excess return product (DR3).
Kata kunci : Distributor, Manufaktur, Pasokan, Perencanaan, Pengiriman, Proses Pengembalian dan Risiko
Abstract
The purpose of this study are to provide information on the conditions of horticultural products supply chain
that is managed by the Koperasi Brenjonk and to identity the risk problems that occur from the beginning of the
process up to marketable horticulture product. This research identifies supply chain risk to determine the risk of each
supply chain actors. Identification used are the identification of supply chain risk in stage 1 and 2, where is in the
first stage it identifies the elements supply planning, process, delivery and returns. Moreover stage 2, is conducted indepth identification of the result of stage 1. The experts that used have been the primary members of the supply
chain. From the identification process, it can be seen that in stage 1 each actor has constraints, which are 12
constraint in suppliers, 14 constraint in manufacturing, 3 constraint in distributors and retailers. Most dominant
elements that has constraint is make element. Furthermore, in stage 2, it is the determined that elements that have
influence to the manufacturer are the source-stocked-product (S1), make-to-order (M2), delivering on-stocked
product (D1) and return defective product (SR1 ) and deliver excess return product (DR3).
Keywords: Delivery, Distributors, Manufacturing, Supply, Planning, Returns and Risk Process.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Produk
hortikultura
merupakan
kelompok produk pertanian yang memiliki nilai
strategis bagi produsen, pelaku pasar dan
konsumen di Indonesia. Aspek pasar produk
hortikultura di Indonesia masih bersifat relatif
terbuka dengan segmentasi pasar yang luas.
Dilihat dari segi pasar domestik, permintaan
produk hortikultura cenderung meningkat. Pasar
hortikultura di Indonesia sangat besar dan
menunjukkan kecenderungan yang semakin
1
Penelitian
ini
diutamakan
pada
permasalahan produk hortikultura yang akan
menghadapi daya saing produk di pasaran serta
faktor-faktor untuk mendukung perkembangan
sertifikat organik dalam menghadapi persaingan
produk. Kondisi rantai pasok yang dianalisis
meliputi hubungan kerjasama dengan pihak lain
yang telah dijalankan mengenai produk
holtikultura, sehingga dibutuhkan analisis
identifikasi risiko rantai pasok masing-masing
aktor yang berperan dalam proses alur risiko
manajemen rantai pasok produk hortikultura.
Selanjutnya dinilai dampaknya terhadap risiko
yang menjadi tujuan masing-masing aktor
maupun tujuan rantai pasok secara keseluruhan.
Sistem pengukuran risiko sangat diperlukan
sebagai
pendekatan
dalam
rangka
mengoptimalisasi jaringan rantai pasok. Oleh
karena itu perlu dibuat suatu identifikasi risiko
risiko rantai pasok pada produk hortikultura
yang optimal untuk masing-masing pelaku rantai
pasok yang terlibat dengan tergantung pada
risiko risiko yang akan diteliti baik itu dari segi
perencanaan, pasoka, proses, pengiriman dan
proses pengembalian produk.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di Koperasi
Brenjonk yang berada di Desa Penanggungan
Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto, Jawa
Timur pada bulan Oktober 2013 sampai pada
bulan April 2014. Tahapan penelitian diawali
dari penelitian pendahuluan, identifikasi
masalah, studi literatur, penyusunan kuesioner,
penentuan metode dan pengumpulan data,
analisis data dan pengolahan hasil, identifikasi
risiko rantai pasok, tahap pengidentifikasian
(tahap 1 dan tahap 2) serta penentuan
kesimpulan dan saran.
Identifikasi masalah dalam penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang
ada pada rantai pasok produk hortikultura, yang
kemudian dilakukan perumusan masalah dan
tujuan penelitian. Responden yang terdapat pada
penelitian adalah responden ahli yang secara
langsung berkaitan dengan manajemen rantai
pasok produk hortikultura, dimana responden
ahli ini terdiri dari petani hortikultura yang
tergabung dalam Koperasi Brenjonk, petugas
lapang yang merupakan karyawan dari Koperasi
Brenjonk, pihak distributor dan pihak peritel
produk organik.
Data yang digunakan dalam penelitian
adalah data primer dan sekunder yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Data primer adalah data
yang diperoleh langsung dengan cara observasi
atau pengamatan, wawancara dan opini pakar.
2
Keterangan :
1. Supplier (petani)
2. Manufaktur (Koperasi Brenjonk)
3. Distributor
4. Peritel
5. Konsumen Akhir
6. Anggota Sekunder
(penyedia bahan pengemas)
= Aliran Produk
= Aliran Informasi
= Anggota Primer
= Anggota Sekunder
Gambar 1. Rantai Pasok Produk Hortikultura
(Sumber: Data Penelitian, 2013)
2.1 Anggota Primer
2.1.1. Supplier
Menurut Kurniawati et al. (2013), salah
satu faktor kesuksesan sebuah perusahaan adalah
dalam hal sistem pemasok atau supplier. Dalam
hal ini pemilihan pemasok yang tepat dapat
menjamin ketersediaan bahan baku untuk
menjaga lintasan produksi. Pada penelitian ini
petani merupakan pemasok produk organik
dimana produk yang dihasilkan berupa sayuran
organik atau buah organik. Sekitar 70% petani
wanita atau ibu-ibu mendominasi petani yang
bekerjasama dengan Koperasi Brenjonk. Sistem
yang dipergunakan adalah grenn house. Menurut
Harmanto et al. (2006), seiring dengan era
globalisasi pertanian terhadap sistem green
house dalam menghasilkan produk hortikultura
dengan jaminan produk yang relatif aman demi
kesehatan untuk kehidupan manusia telah
mengalami
peningkatan
seiring
dengan
meningkatnya jumlah permintaan buah atau
sayuran organik.
2.1.1 Manufaktur
Menurut Wangsa et al. (2013),
pemanufaktur atau manufaktur adalah pihak
yang melakukan permintaan komponen kepada
pemasok untuk diproduksi oleh pihak
4
Masing-masing
pelaku
akan
melakukan
beberapa aktivitas yang secara langsung
berhubungan dengan kegiatan operasional.
Aktivitas primer dapat dilihat pada Tabel 1.
3.2 Anggota Sekunder
Anggota sekunder dalam rantai pasok
produk hortikultura ini adalah anggota yang
berperan
sebagai
penyedia
barang
sampingan/tidak berhubungan langsung dengan
sistem produksi.
Anggota sekunder yang
bekerjasama dengan pihak Koperasi Brenjonk
adalah pihak yang menyediakan bahan
pengemas. Pengemas hasil pertanian ditujukan
untuk membantu mencegah atau mengurangi
kerusakan selama penanganan, pengangkutan,
dan penyimpanan selain itu bahan/produk yang
akan dikemas hendaklah bersih dan bebas dari
kotoran, cacat, atau rusak agar setelah dikemas
benar-benar tahan lama dan tidak cepat rusak
(Sembiring, 2009). Anggota sekunder secara
keseluruhan hanya bekerja sama dengan supplier
dan manufaktur untuk lebih jelasnya bisa dilihat
pada Tabel 2.
Urutan Aktivitas
A. Aliran Barang
1. Pembelian
2. Pengolahan
dan
pengemasan
3. Pengangkutan
Supplier
Supplier membeli
input berupa bibit
dan pupuk
Supplier
melakukan
penanaman serta
pemanenan
sayuran organik
Pengangkutan
sayuran organik
diambil oleh
manufaktur
4. Penyimpanan
Supplier tidak
melakukan
penyimpanan
5. Penjualan
Supplier menjual
sayuran organik
terhadapa pihak
manufaktur
Supplier
kurang
mengetahui
informasi pasar
B. Informasi
pasar
Peritel
Peritel membeli
sayuran organik dari
distributor siap jual
Peritel tidak
melakukan proses
pengolahan dan
pengemasan
Peritel mengangkut
sayuran organik dari
tempat
penyimpanan
sementara sayuran
Peritel melakukan
penyimpanan
sementara sebelum
dipasarkan
kepada konsumen
Peritel menjual
sayuran organik
pada konsumen
akhir
Peritel
mengetahui
informasi pasar
B. Aliran Informasi
dan jumlah
KESIMPULAN
1.
2.
10