ANEMIA
A; PENGERTIAN
1; Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan
komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan
penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999).
935).
B; ETIOLOGI
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang
diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam
1; Perdarahan hebat
2; Akut (mendadak)
3; Kecelakaan
4; Pembedahan
5; Persalinan
6; Pecah pembuluh darah
7; Penyakit Kronik (menahun)
8; Perdarahan hidung
9; Wasir (hemoroid)
10; Ulkus peptikum
11; Kanker atau polip di saluran pencernaan
12; Tumor ginjal atau kandung kemih
13; Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
14; Berkurangnya pembentukan sel darah merah
15; Kekurangan zat besi
16; Kekurangan vitamin B12
17; Kekurangan asam folat
yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa
factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik
atau dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai
hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan
masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah
(hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma
(konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan
ikterik pada sclera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya
kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah
membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini
kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat
menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari
2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti
komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah
rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifullah, 1999).
E; KLASIFIKASI
Klasifikasi anemia berdasarkan pendekatan fisiologis:
1; Anemia aplastik
Penyebab:
a; agen neoplastik/sitoplastik
b; terapi radiasi
c; antibiotik tertentu
d; obat anti konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
e; benzene
f; infeksi virus (khususnya hepatitis)
Gejala-gejala anemia aplastik:
3; Anemia
pada
penyakit
kronis
angularis,
sakit
di
sudut
mulut
5; Anemia megaloblastik
Penyebab:
F; KOMPLIKASI
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya,
penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek,
gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga
menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada
kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan
dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir
G; PEMERIKSAAN PENUNJANG
1; Jumlah darah lengkap: hemoglobin dan hemalokrit menurun.
2; Jumlah eritrosit : menurun, menurun berat (aplastik); MCV (molume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun
dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik, peningkatan. Pansitopenia
(aplastik).
7; Tes kerapuhan eritrosit: menurun. SDP: jumlah sel total sama dengan sel
darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun
(aplastik).
10
10;
11;
12;
13;
14;
15;
16;
17;
18;
19;
20;
H; PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang:
1; Anemia aplastik:
a; Transplantasi sumsum tulang
11
untuk
anemianya,
dengan
keberhasilan
penanganan
5; Anemia megaloblastik
a; Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
12
keletihan,
kelemahan,
malaise
umum.
Kehilangan
13
Keyakinanan
agama/budaya
mempengaruhi
pilihan
Riwayat
pielonefritis,
gagal
ginjal.
Flatulen,
sindrom
14
7; Nyeri/kenyamanan
Gejala: nyeri abdomen samara: sakit kepala
8; Pernapasan
Gejala: riwayat TB, abses paru. Napas pendek pada istirahat dan
aktivitas.
Tanda: takipnea, ortopnea, dan dispnea.
9; Keamanan
Gejala: riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia. Riwayat
terpajan pada radiasi; baik terhadap pengobatan atau kecelekaan.
Riwayat kanker, terapi kanker. Tidak toleran terhadap dingin dan
panas.
Transfusi
darah
sebelumnya.
Gangguan
penglihatan,
15
amenore.
Hilang
libido
(pria
dan
wanita).
16
INTERVENSI:
a; Kaji kemampuan ADL pasien.
R/: mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
b; Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan
kelemahan otot.
R/: menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin
B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
17
perilaku,
perubahan
pola
hidup
untuk
18
meningkatkan
nafsu
makan
dan
pemasukkan
oral.
19
dan
rencana
pengobatan.
Kriteria hasil:
a; pasien
menyatakan
pemahamannya
proses
penyakit
dan
penatalaksanaan penyakit.
b; mengidentifikasi factor penyebab.
c; Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
INTERVENSI:
a; Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan
bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia.
R/: memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat
membuat pilihan yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat
meningkatkan kerjasama dalam program terapi.
b; Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostik.
R/:
ansietas/ketakutan
tentang
ketidaktahuan
meningkatkan
20
membantu proses
penyembuhan.
f;
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C., 1999, Rencana Asuhan
Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian perawatan Pasien,
Edisi-3, Alih bahasa; Kariasa,I.M., Sumarwati,N.M., EGC: Jakarta
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis, alih
bahasa: Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC: Jakarta
Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa:
Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa, EGC: Jakarta.
Noer Sjaifullah H. M, (1999), Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, FKUI: Jakarta.
Price A. S, Wilson M. Lorraine, (2006), Patofisiologi, vol. 2, EGC: Jakarta