Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam dua dekade terakhir, jumlah kehamilan kembar telah meningkat secara tak
terduga. Peningkatan yang terjadi berkaitan dengan teknologi pembantu reproduksi dalam
penatalaksanaan infertilitas. Induksi ovulasi dengan menggunakan FSH plus Chorionic
Gonadotropin menghasilkan ovulasi ganda. Selain itu kehamilan kembar juga dapat terjadi
karena sebab lainnya, seperti usia ibu saat kehamilan, wanita dengan riwayat persalinan yang
sering, wanita yang hamil segera setelah berhenti minum pil KB dan juga lebih tinggi pada
orang yang memiliki keturunan atau genetik kembar.1
Sebagai penentu kehamilan ganda genotif ibu jauh lebih penting dai genotif ayah.
Dalam analisis Bulmer terhadap anak-anak kembar, 1 dari 25 (4%) ibu mereka ternyata
kembar, tetapi hanya 1 dari 60 (1,7%) ayah mereka yang kembar. Untuk peningkatan usia
sampai sekitar 40 tahun atau paritas sampai dengan 7, frekuensi kehamilan ganda akan
meningkat. Frekuensi kelahiran janin multiple memperlihatkan variasi yang nyata diantara
berbagai ras yang berbeda. Myrianthopoulus mengindentifikasi kelahiran ganda terjadi 1
diantara 100 kehamilan pada orang kulit putih sedangkan pada orang kulit hitam 1 diantara
80 kehamilan.2
Peningkatan jumlah kehamilan kembar merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Bayi kembar lebih kecil kemungkinan bertahan hidup dan lebih besar kemungkinan
menderita disabilitas akibat pelahiran prematur seumur hidupnya. Gestasi multipel
diperkirakan terjadi pada 12 persen konsepsi spontan, tetapi hanya 14 persen dari jumlah ini
yang bertahan hidup hingga term. Pada sebagian kasus, seluruh janin meninggal tetapi pada
banyak kasus hanya satu janin yang hilang dan kehamilan berlanjut sebagai kehamilan
tunggal. Salah satu kembar hilang atau lenyap sebelum trimester kedua pada 20 hingga 60
1

persen konsepsi kembar spontan. Biasanya tidak dijumpai bukti-bukti hilangnya janin saat
persalinan, dan pasien dapat diyakinkan bahwa kehilangan janin dengan cara ini tidak
meningkatkan resiko penyulit kehamilan. Sekitar separuh dari kehamilan kembar lahir pada
36 minggu atau lebih dini, dan persalinan sebelum term merupakan penyebab utama
meningkatnya resiko kematian dan morbiditas neonatus pada bayi kembar.1
Peningkatan kehamilan multipel ini juga berhubungan dengan peningkatan insidensi
komplikasi obstetrik pada ibu, dimana derajat perubahan fisiologis ibu lebih besar pada
kehamilan multiple dibandingkan dengan kehamilan janin tunggal, demikian juga
kemungkinan penyulit yang serius pada ibu menyebaban tingginya angka morbiditas dan
mortilitas ibu.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definsi
Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan
dan persalinan membawa resiko bagi janin. Bahaya bagi ibu tidak sebegitu besar,
tetapi wanita dengan kehamilan kembar memerlukan pengawasan dan perhatian
khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu dan janin.4
B. Etiologi
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah : bangsa, umur, dan paritas, sering
mempengaruhi kehamilan kembar telur.
2. Faktor obat-obat induksi ovulasi : Profertil, Clomid, dan hormon gonadotropin
dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih tua.
3. Faktor keturunan
4. Faktor yang lain belum diketahui.3
Faktor-faktor tersebut dan mungkin pula faktor lain dengan mekanisme
tertentu menyebabkan matangnya 2 atau lebih folikel de Graaf atau terbentuknya
2 ovum atau lebih dalam satu folikel. Kemungkinan pertama dibuktikan dengan
ditemukannya 21 korpora lutea pada kehamilan kembar. Pada fertilisasi in vitro
dapat pula terjadi kehamilan kembar, jika telur-telur yang diperoleh dapat dibuahi
lebih dari satu dan jika semua embrio yang kemudian dimasukkan ke dalam
rongga rahim ibu tumbuh berkembang lebih dari satu. Pada kembar yang berasal
dari satu telur, faktor bangsa, hereditas, umur dan paritas tidak atau sedikit sekali
mempengaruhi terjadinya kehamilan kembar itu. Diperkirakan di sini sebabnya
ialah faktor penghambat pada masa pertumbuhan dini hasil konsepsi. Faktor
penghambat yang mempengaruhi segmentasi sebelum blastula terbentuk,
menghasilkan kehamilan kembar dengan 2 amnion, 2 korion, dan 2 plasenta
seperti pada kehamilan kembar dizigotik. Bila faktor penghambat terjadi setelah

blastula tetapi sebelum amnion terbentuk, maka akan terjadi kehamilan kembar
dengan 2 amnion, sebelum primitive streak tampak, maka akan terjadi kehamilan
kembar dengan 1 amnion. Setelah primitive streak terbentuk, maka akan terjadi
kembar dempet dalam berbagai bentuk.4
C. Frekuensi
Menurut hukum Hellin, frekuensi antara kehamilan ganda dan tunggal adalah :
- Gemeli (2)
1 : 89
- Triplet (3)
1 : 892
- Quadriplet (4)
1 : 893
- Quintuplet (5)
1 : 894
- Sextuplet (6)
1 : 895
Menurut penelitin Greulich (1930), pada 121 juta persalinan didapat angka
kejadian kehamilan ganda, yaitu gemeli 1 : 85; triplet 1 : 7.629; quadruplet 1 :
670.743; dan quintuplet 1 : 41.600.000.
Faktor bangsa mempengaruhi kehamilan ganda; di Amerika Serikat lebih
banyak dijumpai pada wanita kulit hitam dibandingkan kulit putih. Angka
tertinggi kehamilan ganda dijumpai di Findalia dan terendah di Jepang.
Faktor umur; makin tua, makin tinggi angka kejadian kehamilan kembar dan
menurun lagi setelah umur 40 tahun.
Paritas; pada primipara 9,8 per 1000 dan pada multipara (oktipara) naik jadi
18,9 per 1000 persalinan.
Keturunan; keluarga tertentu akan cenderung melahirkan anak kembar yang
biasanya diturunkan secara paternal, namun dapat pula secara maternal.3
D. Jenis
1. Gemeli monozigotik
Kehamilan kembar yang terjadi dari satu telur atau disebut juga
identik, homolog, atau uniovuler. Kira-kira sepertiga kehamilan kembar
adalah monozigotik. Kira-kira satu pertiga kehamilan kembar monozigotik
mempunyai 2 amnion, 2 koron, dan 2 plasenta; kadang-kadang 2 plasenta
tersebut menjadi satu. Dua pertiga mempunyai 1 plasenta, 1 korion, dan 1
atau 2 amnion. Pada kehamilan kembar monoamniotik kematian bayi

sangat tinggi karena lilitan tali pusat; untung sekali kehamilan ini jarang
terjadi.4
Gemeli monozigotik dapat terjadi karena; satu telur dengan 2 inti
hambatan pada tingkat blastula, hambatan pada tingkat segmentasi,
hambatan setelah amnion dibentuk tetapi sebelum primitve streak.3

Gambar 2.1. plasenta dan selaput janin kembar monozigotik

Gambar 2.2 jenis kembar monozigotik


2. Gemeli dizigotik
Kira-kira dua pertiga kehamilan kembar adalah dizigotik yang berasal
dari 2 telur; disebut juga heterolog, binovuler, atau fraternal. Jenis kelamin
sama atau berbeda, mereka berbeda seperti anak-anak lain dalam keluarga.
Kembar dizigotik mempunyai 2 plasenta, 2 korion dan 2 amnion. Kadangkadang 2 plasenta menjadi satu.3
Gemeli dizigotik kedua telur berasal dari 1 ovarium dan dari 2 folikel
de Graff; 1 ovarium dan dari 1 folikel de Graff; 1 dari ovarium kanan dan
satu lagi dari ovarium kiri.4

Gambar 2.3 plasenta dan selaput janin kembar dizigotik


3. Conjoined twins, superfekundasi dan superfetasi
Conjoined twins atau kembar siam adalah kembar dimana janin
melekat satu dengan yang lainnya. Misalnya torakofagus (dada dengan
dada), abdominofagus (perlekatan kedua abdomen), kraniofagus (kedua
kepala) dan sebagainya. Banyak kembar siam telah dapat dipisahkan
secara operatif dengan berhasil.3
Superfekundasi adalah pembuahan dua telur yang dikeluarkan pada
ovulasi yang sama pada dua kali koitus yang dilakukan pada jarak waktu
yang pendek. Hal ini dilaporkan oleh Acher (1910) seorang wanita kulit
putih melakukan koitus berturut-turut dengan seorang kulit putih dan
kemudian dengan pria kulit hitam melahirkan bayi kembar: satu bayi kulit
putih dan satu bayi kulit hitam (mulatto).3
Superfetasi adalah kehamilan kedua yang terjadi beberapa minggu atau
bulan setelah kehamilan pertama. Belum pernah dibuktikan pada manusia,
namun dapat ditemukan pada kuda.3
E. Pertumbuhan janin kembar
Berat badan satu janin kehamilan kembar rata-rata 1000 gr lebih ringan dari
janin tunggal. Berat badan baru lahir biasanya pada kembar dua dibawah 2500 gr,
triplet dibawah 2000 gr, quadriplet dibawah 1500 gr dan quantuplet dibawah 1000
gr. Berat badan masing masing janin dari kehamilan kembar tidak sama,

umumnya berselisih antara 50 sampai 1000 gr dan karena pembagian sirkulasi


darah tidak sama, maka yang satu lebih kurang tumbuh dari yang lainnya.
Pada kehamilan ganda monozigotik, pembuluh darah janin yang satu
beranastomosis dengan janin yang lain, karena itu setelah bayi satu lahir tali pusat
harus diikat untuk menghindari perdarahan. Karena itu janin yang satu dapat
terganggu pertumbuhannya dan menjadi monstrum. Seperti akardiakus dan
kelainan lainnya. Dapat terjadi sindroma transfusi fetal pada janin yang mendapat
darah lebih banyak terjadi hidramnion, polisitemia, edema, dan pertumbuhan yang
baik. Sedangkan janin yang kedua terlihat kecil, anemis dehidrasi, oligohidrami
dan mikrokardia, karena kurang mendapat darah.
Pada kehamilan kembar dizigotik, dapat terjadi satu janin meninggal dan yang
satu tumbuh sampai cukup bulan. Janin yang mati bisa diresorbsi (kalau pada
kehamilan muda), atau pada kehamilan yang agak tua, janin jadi pipih yang
disebut fetus papyrseus atau kompresus. 3
F. Sindrom Transfusi Kembar ke Kembar
Sindrom transfusi kembar ke kembar terjadi jika terdapat komunikasi vaskular
di dalam suatu plasenta monokorion yang memungkinkan transfusi darah antara
satu janin, sang donor dan kembarannya, sang penerima. Donor menjadi anemik
dan pertumbuhannya
polisistemik

dan

mungkin terhambat, sedangkan penerima menjadi

mungkin

mengalami

kelebihan

beban

sirkulasi

yang

bermanifestasi sebagai hidrops. Hampir sebanyak 25 persen kembar monokorion


memperlihatkan gambaran klinis dari sindrom ini, namun yang kelainannya parah
relatif sedikit.
Hampir semua plasenta monokorion memiliki anastomosis vaskular. Sekitar
75 persen memiliki anastomosis superfisial arteri ke arteri dan vena ke vena di
permukaan korion plasenta, dan 50 persen memiliki anastomosis arteriovena yang
lebih dalam melalui jaringan kapiler vilus. Sebagian besar dari komunikasi ini
secara hemodinamis simbang dan tidak banyak mempengaruhi janin. Akan tetapi,
8

jika komunikasi vaskular tidak seimbang dapat terjadi sindrom transfusi kembar
ke kembaar. Patofisiologi yang menyebabkan pemindhan netto aliran darah dari
satu janin ke kembarannya bersifat kompleks dan belum sepenuhnya dipahami.
Salah satu teori umum bahwa anastomosis arteriovena profunda yang satu arah
(anastomosis superfisial dua arah hanya sedikit), menyebabkan gangguan
keseimbangan hemodinamik.
Sindrom transfusi kembar ke kembar yang parah dapat terjadi pada
midtrimester, berupa penurunan perfusi di janin donor yang menyebabkan oliguria
dan oligohidraamnion. Tidak adanya sama sekali cairan amnion di kantong donor
mencegah pergerakan janin sehingga timbul gambaran stuck twin (janin tidak
dapat bergerak). Sementara itu, janin penerima mengalami hidramnion,
diperkirakan karena peningkatan produksi urine. Sindrom polihidramnionoligohidramnion ini dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan, kontraktur janin,
dan hipoplasia paru pada salah satu kembar, dengan gagal jantung dan mungkin
ruptur prematur membran pada kembar yang lain. Tujuan diagnosis antenatal
adalah mencegah morbiditas dan mortalitis janin dengan memilih kandidat untuk
terapi pranatal atau pelahiran. Kriteria yang dianjurkan antara lain adalah gestasi
monokorion (berdasarkan sonografi plasenta dan membran), perbedaan berat antar
kembar lebih dari 20 persen, hidramnion pada janin yang lebih besar,
oligohidramnion pada kembar yang lebih kecil, dan perbedaan hemoglobin lebih
dari 5 g/dl (diukur dengan menggunakan kordosintesis).
Telah dijelaskan beberapa terapi yang spesifik untuk sindrom transfusi kembar
ke kembar. Metode paling umum dan paling tidak invasif adalah amnioreduksi
serial untuk mengeluarkan cairan amnion sehingga terjadi dekompresi hidramnion
di sekitar janin yang lebih besar. Amnioreduksi mungkin bermanfaat terhadap
paling tidak dua alasan. Tindakan ini mengurangi peregangan berlebihan uterus

yang dapat mencegah persalinan prematur dan juga memperbaiki perfusi dengan
mengurangi tekanan cairan intra amnion dan penekanan plasenta. Terapi lain
untuk sindrom transfusi kembar ke kembar yang parah adalah oklusi laser
fetoskopik terhadap pembuluh plasenta untuk mencegah transfusi janin.
Penentuan waktu pelahiran yang tepat merupakan terapi utama.
Prognosis untuk kehamilan yang dipersulit oleh sindrom transfusi kembar ke
kembar sangat terlindung. Secara umum, semakin dini diagnosis ditegakkan
semakin buruk prognosis. Sindrom transfusi kembar ke kemar yng parah sering
terdapat antara gestasi 18 dan 26 minggu, dan angka kesintasan untuk yang
didiagnosis sebelum 28 minggu hanyalah 20 hingga 45 persen.
G. Letak dan presentasi janin
Pada umumnya janin kembar tidak besar dan cairan amnion lebih banyak
daripada biasa, sehingga sering terjadi perubahan presentasi dan posisi janin.
Demikian pula letak janin kedua dapat berubah setelah kelahiran bayi pertama,
misal letak lintang menjadi letak sungsang. Berbagai kombinasi letak serta
presentasi dapat terjadi. Yang paling sering ditemukan ialah kedua janin dalam
letak memanjang dengan presentasi kepala, kemudian menyusul presentasi kepala
dan bokong, keduanya presentasi bokong, presentasi kepala dan bahu, presentasi
bokong dan bahu, dan yang paling jarang keduanya presentasi bahu.4
Berbagai kombinasi letak, presentasi dan posisi bisa terjadi, yang paling sering
dijumpai adalah:
1. Kedua janin dalam letak membujur, presentasi kepala (44-47%)
2. Letak membujur, presentasi kepala bokong (37-38%)
3. Keduanya presentasi bokong (8-10%)
4. Letak lintang dan presentasi kepala (5-5,3%)
5. Letak lintang dan presentasi bokong (1,5-2%)
6. Dua-duanya letak lintang (0,2%-0,6%)
7. Letak dan presentasi 69 adalah letak yang berbahaya, karena dapat
terjadi kunci mengunci (interlocking).

10

H.

Di
ag
n
os
is

1. Anamnesis
Perut lebih buncit dari semestinya sesuai dengan umur tuanya kehamilan
Gerakan janin lebih banyak dirasakan ibu hamil
Uterus terasa lebih cepat membesar
Pernah hamil kembar atau ada riwayat keturunan kembar
2. Inspeksi dan palpasi
- Pada pemeriksaan pertama dan ulangan ada kesan uterus lebih besar dan
lebih cepat tumbuhnya dari biasa
Gerakan-gerakan janin terasa lebih sering
Bagian-bagian kecil teraba lebih banyak
Teraba ada 3 bagian besar janin
Teraba ada 2 balotemen.
3. Auskultasi
Terdengar 2 denyut jantung janin pada 2 tempat yang agak berjauhan dengan
perbedaan kecepatan sedikitnya 10 denyut permenit atau bila dihitung
bersamaan terdapat selisih 10.
4. Rontgen foto abdomen
Tampak gambaran 2 janin.
5. Ultrasonografi

11

Bila tampak 2 janin atau dua jantung yang berdenyut yang telah dapat
ditentukan pada triwulan I.
6. Elektrokardiogram total
Terdapat gambaran dua EKG yang berbeda dari kedua janin.
7. Reaksi kehamilan
Karena pada hamil kembar umumnya plasenta besar atau ada dua plasenta,
maka produksi HCG akan tinggi. Jadi titrasi reaksi kehamilan bisa positif,
kadang-kadang sampai 1/200. Hal ini dapat dikacaukan dengan mola
hidatidosa. Kadangkala diagnosa baru diketahui setelah bayi pertama lahir,
uterus masih besar dan ternyata ada satu janin lagi dalam rahim. Kehamilan
kembar sering terjadi bersamaan dengan hidramnion dan toksemia
gravidarum.4
I. Diagnosis diferensial
1. Hidramnion
Hidramnion dapat menyertai kehamilan kembar; kadang-kadang kelainan
hanya terdapat pada satu kantong amnion dan yang lainnya oligohidramnion.
Pemeriksaan ultrasonografi dapat menentukan apakah pada hidramnion ada
kehamilan kembar atau tidak.
2. Kehamilan dengan mioma uteri atau kistoma ovarii
Tidak terdengarnya 2 denyut jantung pada pemeriksaan berulang, bagian
besar dan kecil yang sukar digerakkan, lokasinya yang tak berubah, dan
pemeriksaan rontgen dapat membedakan kedua hal tersebut. Dewasa ini
dengan ultrasonografi.4
J. Pengaruh terhadap ibu dan janin
1. Terhadap ibu
Kebutuhan akan zat-zat bertambah sehingga dapat menyebabkan anemia
dan defisiensi zat lainnya.
Kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar.
Frekuensi preeklamsi dan eklamsi lebih sering
- Karena uterus yang besar, ibu mengeluh sesak napas, sering miksi serta
terdapat edema dan varises pada tungkai dan vulva
- Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan postpartum
2. Terhadap Janin

12

Usia kehamilan bertambah singkat dengan kembar; 25% pada gemeli; 50%
pada triplet; dan 75% pada quadriplet; yang akan lahir 4 minggu sebelum

cukup bulan jadi kemungkinan terjadinya bayi prematur akan tinggi.


Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, maka angka

kematian bayi kedua tinggi.


Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan mempertinggi angka

kematian janin.3
K. Penanganan dalam kehamilan
1. Perawatan prenatal yang baik untuk mengenal kehamilan kembar dan
mencegah komplikasi yang timbul, dan bila diagnosis telah ditegakkan
pemeriksaan ulangan harus lebih sering (1 x seminggu pada kehamilan lebih
dari 32 minggu)
2. Setelah kehamilan 30 minggu, koitus dan perjalanan jauh sebaiknya dihindari
karena akan merangsang partus prematurus.
3. Pemakaian korset gurita yang tidak terlalu ketat diperbolehkan, supaya terasa
lebih ringan.
4. Periksa darah lengkap, Hb, dan golongan darah.

L. Penanganan dalam persalinan


1. Bila anak pertama letaknya membujur, kala I diawasi seperti biasa dengan
episiotomi mediolateralis.
2. Setelah itu baru waspada, lakukan periksa luar, periksa dalam untuk
menentukan keadaan anak kedua. Tunggu, sambil memeriksa tekanan darah
dan lain- lain
3. Biasanya dalam 10-15 menit his akan kuat lagi. Bila anak kedua terletak
membujur, ketuban dipecahkan pelan-pelan supaya air ketuban tidak mengalir
deras keluar. Tunggu dan pimpin persalinan anak kedua seperti biasa.
13

4. Waspadalah atas kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum, maka


sebaiknya pasang infus profilaksis
5. Bila ada kelainan letak pada anak kedua, misalnya melintang atau terjadi
prolaps tali pusat dan solusio plasenta, maka janin dilahirkan dengan cara
operatif obstetrik:
- Pada letak lintang coba versi luar dulu, atau dilahirkan dengan cara versi

dan ekstraksi.
Pada letak kepala, persalinan dipercepat dengan ekstraksi vakum atau

forseps.
Pada letak bokong atau kaki, ekstraksi bokong atau kaki, ekstraksi bokong

atau kaki.
6. Indikasi seksio saesarea hanya pada :
Janin pertama letak lintang
Bila terjadi prolaps tali pusat
Plasenta previa
- Terjadi interlocking pada letak janin 69, anak pertama letak sungsang dan
anak kedua letak kepala.
7. Kala IV diawasi terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan postpartum:
berikan suntikan sinto-metrin yaitu 10 satuan sintosinon tambah 0,2 mg

methergin intravena. 3
M. Prognosis
Prognosis untuk ibu lebih jelek bila dibandingkan pada kehamilan tunggal,
karena seringnya terjadi toksemia gravidarum, hidramnion, anemia, pertolongan
obstetri operatif, dan perdarahan postpartum.
Angka kematian perinatal tinggi terutama karena prematur, prolaps tali
pusat, solusio plasenta dan tindakan obstetrik karena kelainan letak janin.

14

BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas pasien
Nama
: Ny. RM
Umur
: 28 tahun
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan
: Perguruan tinggi
Agama
: Islam
Alamat
: Paya Lumpat
MRS
: 03-06-2015
B. Anamnesis
Keluhan utama :
Riwayat penyakit Sekarang :
Os datang kiriman dr. Armansyah Harahap, Sp.OG dengan rencana SC elektif tanggal
03-06-2015
Riwayat penyakit dahulu :
Ibu menyangkal mempunyai riwayat hipertensi, diabetes mellitus, maupun asma.
Riwayat haid : HPHT : 04 september 2014, Taksiran partus : 11 juni 2015
Riwayat perkawinan :
Ibu mengaku menikah 1 kali dengan suami berumur 35 tahun dan mempunyai 1 orang
anak
Riwayat obstetri :
G2P1A0
-

Anak I : Lahir di rumah sakit melalui operasi SC dengan indikasi post date

serta edema ekstremitas bawah, perempuan, hidup


C. Status Present
- Keadaan umum
: tampak baik
- Kesadaran
: compos mentis
- Tanda vital
: Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 85x/menit
Frekuensi pernapasan : 24x/menit
Temperatur : 36,5
D. Status Obstetri
Inspeksi
: perut tampak membuncit, asimetris.
Palpasi
: Leopold I : TFU 43 cm
Leopold II : janin I (puka) dan janin 2 (puki)
15

E.

F.
G.

H.

Leopold III: Leopold IV: belum masuk PAP


Auskultasi
: DJJ I : 150x/menit, DJJ II : 145x/menit
Pemeriksaan dalam tidak dilakukan
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan hematologi :
- Hb
: 9,4 g/dl
- PCT/HT
: 31,4 g/dl
- Eritrosit
: 4,41 x 103/ul
- Leukosit
: 14,9 x 103/ul
- Trombosit
: 172 x 103/ul
- Golongan Darah: B
Diagnosis
G2P1A0, Gemeli dan previous SC
Penatalaksanaan
Ivfd RL 20 tetes/menit
Ceftriaxon 1 gram IV
Pasang kateter
Persiapan operasi SC
Pelaksanaan SC pada tanggal 03 juni 2016 jam 11:15-12:15
Prognosis
- Quo ad Vitam
: Dubia ad Bonam
- Quo ad Sanationam
: Dubia ad Bonam
- Quo ad Fungtionam
: Dubia ad Bonam

16

Anda mungkin juga menyukai