Hari/tanggal
Asisten
:
1. Siti Syadiah
G24110014
2. Muhammad Okta B. G24110054
Kelompok 12 :
Septina Tri Anggiani
(G24120004)
Dwi Rahmawati
(G24120022)
Aliffa Azhari Aprillia
(G24120035)
Astrianti Fauzi Salim
(G24120047)
Yansen Irawan
(G24120060)
Umar Muhammad A.A
(G24120072)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hidrograf merupakan diagram yang menggambarkan permukaan air atau variasi
debit menurut waktu. Diagram ini memeberikan gambaran mengenai kondisi yang ada di
daerah tersebut. Jika karakteristik pada suatu daerah aliran berubah, maka bentuk hidrograf
juga akan mengalami perubahan (Agus 2011). Sedangkan hidrograf satuan merupakan
diagram limpasan langsung yang dihasilkan oleh hujan yang terjadi merata diseluruh DAS
dan dengan intensitas tetap dalam satu satuan waktu yang ditetapkan (Amri 2008). Hidrograf
satuan menunjukan bagaimana hujan efektif
tersebut ditranformasikan menjadi limpasan langsung di pelepasan (outlet) watershed .
Menurut Agus (2011), faktor utama yang menetukan bentuk hidrograf adalah iklim dan
karakteristik DAS. Unsur-unsur iklim yang dibutuhkan adalah intensitas hujan, suhu, dan
jumlah curah hujan total.
Wilson (1990) mengemukakan bahwa awal mula yang ada hanya aliran dasar adalah
aliran yang berasal dari air tanah dan akuifer-akuifer yang berbatasan dengan sungai yang
mengalir terus menerus secara perlahan sepnajang waktu. Setelah hujan mulai turun , terdapat
suatu periode awal dari intersepsi dan infiltrasi sebelum setiap limpasan terukur mencapai
aliran sungai dan selama periode turunnya hujan kehilangan tersebut akan terus berlangsung
tetapi dalam jumlah yang kecil.
Seyhan (1977), Viesman et al. (1989) dan Sri Harto (1993) membagi hidrograf
menjadi tiga yaitu sisi naik (rising limb), puncak (crest), dan sisi resesi (recession limb). Oleh
karena itu, bentuk hidrograf dapat ditandai dari tiga sifat pokoknya, yaitu waktu naik (time of
rise), debit puncak (peak discharge), dan waktu dasar (base time).
1.2 Tujuan
1. Mengetahui komponen-komponen hidrograf satuan
2. Menentukan nilai baseflow
3. Menghitung direct runoff
BAB II METODOLOGI
Debit
Metode
Fixed Base Length Method
Variable Slope Method
BFO
5550
3994.873
DRO
527.1
574.1552
Tabel 1 merupakan nilai BFO (Base Flow RunoffI) dan DRO (Direct Runoff)
dengan menggunakan metode Fixed Base Length Method dan Variable Slope
Method. Nilai BFO menggunakan Fixed Base Length Method dan Variable Slope
Method masing-masing adalah 5550 m3 /s dan 527.1 m3 /s. Nilai DRO menggunakan
Fixed Base Length Method dan Variable Slope Method masing-masing adalah
399.873 m3 /s dan 574.1552 m3 /s. Nilai DRO diperoleh dari selisih nilai debit DAS
dengan nilai BFO.
70
Debit
60
50
Debit
40
Qpeak
30
Qo
20
Qo-p
Regresi p-z
10
0
0
20
40
T Kum
60
80
Gambar 1 Grafik pemisahan aliran dasar dengan Fixed Base Length Method
70
60
Debit
50
Qpeak
Debit
40
Qpeak+1
30
Regresi e-z
20
Qo
10
Qo-p
20
40
T Kum
60
80
Gambar 2 Grafik pemisahan aliran dasar dengan menggunakan Variable Slope Method
nilai BFO pada titik dimana puncak debit dengan titik Qpeak+1 dengan nilai BFO
pada titik Qpeak+1.
Grafik 1 merupakan grafik pemisahan aliran dasar dengan Fixed Base Length
Method atau metode panjang aliran dasar . Pada metode ini, didasarkan atas teori
yang menerangkan limpasan akan berakhir sesudah waktu tertentu yang bergantung
pada luasan DAS yang dimulai sesudah puncak debit. Debit meningkat dimulai pada
nilai debit 15 m3 /s pada T (waktu) kumulatif 4s, memiliki debit puncak yaitu 60m3 /s
pada T (waktu) kumulatif 16 s, dan titik setelah debit puncak yaitu pada debit 44 m3 /s
pada T kumulatif 23s. Titik setelah debit puncak diperoleh dari Tdays, yaitu diperoleh
dari nilai luas DAS dipangkatkan dua. Nilai BFO mulai naik pada T kum 16 s dengan
nilai BFO 9 m3 /s. Metode ini menunjukkan fase resensi dimana fase ini diartikan
sebagai waktu yang diukur dari saat hidograf naik sampai waktu debit kembali pada
suatu besaran yang ditetapkan.
Grafik 2 merupakan grafik pemisahan aliran dasar dengan menggunakan
Variable Slope Method atau metode variabel kemiringan. Pada metode ini digunakan
nilai regresi e-z yaitu nilai BFO pada dua titik, yaitu pada titik puncak debit dengan
titik puncak debit ditambah satu (Qpeak dan Qpeak+1). Titik BFO mulai naik pada
metode ini terdapat pada T kumulatif 17s dengan nilai BFO yaitu 12.4284 m3 /s.
Variable Slope Method merepresentasikan kondisi aktual hidrograf aliran dasar.
Aliran dasar akan akan mempengaruhi periode resesi dari nilai puncak debit yaitu
pada suatu titik peralihan (inflection point). Pada metode ini, puncak aliran dasar
terjadi dibawah inflection point yang ditunjukkan dengan gambar 2 dimana nilai BFO
pada T kum 17s mulai naik. Pada saat BFO mulai meningkat, maka debit aliran akan
menurun.
Hidrograf memberikan gambaran mengenai berbagai karakteristik yang ada di
DAS secara bersama-sama, sehingga apabila karakteristik DAS berubah maka akan
menyebabkan perubahan bentuk hidrograf (Sosrodarsono & Takeda 1983). Fixed
Base length Method merupakan metode dengan prosedur pemisahan aliran dasar ini
berdasarkan pengertian bahwa limpasan permukaan akan berakhir sesudah waktu
tertentu, dihitung dari puncak hidrograph (time base dari direct run off relatif
konstan). Metode ini diutarakan oleh Linsley et.al (1982), sampai sekarang padahal
ahli hidrograph masih meragukan hasilnya sehingga penentuan N masih harus
ditinjau
kembali
terhadap
beberapa
Hydrogaph
(didasarkan
pada
pengamatan/empiris). Variable Slope Method merupakan metode dengan prinsip
aliran dasar (Base Flow) akan mulai memberikan sumbangan pada periode resesi dari
harga puncaknya yaitu pada suatu titik peralihan (Inflection point), sedang kurva
risesi yang terjadi sebelumnya diteruskan sampai di bawah puncak hidrograph. Fixed
Base length Method lebih sering dipakai daripada Variable Slope Method.
Base flow merupakan komponen aliran sungai yang berasal dari pelepasan air
tanah (Bruskova 2008). Aliran ini memiliki kontribusi saat presipitasi rendah atau di
musim kemarau dalam aliran sungai. Aliran dasar yang terjadi pada DAS Bengawan
Solo ini relatif terus mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya waktu.
Bengawan Solo merupakan DAS dengan kondisi topografi yang beragam, dimulai
dari datar hingga berbagai kemiriangan. Namun jika dilihat yang paling dominan,
DAS ini dapat dikatakan relatif datar. Karena kondisinya yang relatif datar tersebut,
DAS Bengawan Solo memiliki simpanan aliran yang cukup baik pada musim
kemarau. Namun meskipun demikian, tidak berarti DAS ini tidak berpotensi
mengalami kekeringan.
Secara umum BFO DAS Bengawan Solo memiliki nilai yang lebih besar jika
dihitung berdasarkan fixed base length method dibandingkan dengan variable slope
method. Hal ini terjadi karena pada variable slope method memperhitungkan nilai
kemiringan, sehingga bagi DAS yang tidak hanya memiliki kondisi topografi yang
datar, akan diperoleh nilai DRO yang lebih besar, sehingga yang menjadi BFO atau
aliran dasarnya tidak sebesar BFO pada DAS yang memang datar. Pada fixed base
lenght method yang benar-benar diperhitungkan adalah kondisi panjang aliran,
sehingga aliran limpasan langsung menjadi lebih kecil karena tahanannya (panjang
alirannya) lebih besar.
KESIMPULAN
Hidrograf merupakan diagram yang menggambarkan permukaan air atau
variasi debit menurut waktu. Diagram ini memeberikan gambaran mengenai kondisi
yang ada di daerah tersebut. Komponen hidrograf satuan diantaranya yaitu waktu
naik (time rising, Tr), adalah waktu yang diukur dari pusat masa hujan hingga
terjadinya puncak hidrograf satuan, waktu dasar (time base, Tb), adalah waktu saat
mulainya hidrograf satuan hingga akhir hidrograf satuan; dan debit puncak hidrograf
satuan (peak discharge, Qp) adalah harga debit puncak hidrograf satuan. Berdasarkan
praktikum yang telah dilaksanakan, praktikan dapat menentukan base flow
menggunakan dua metode yaitu fixed base length dan variable slope.
DAFTAR PUSTAKA
Agus I. 2011. Perbandingan hidrograf satuan teoritis terhadap hidrograf satuan
observasi DAS Ciliwung Hulu. Jurnal Teoritis dan Terapan Bidang Rekayasa
Sipil. Vol.(18):1
Amri S. 2008. Konsep perencanaan pengelolaan DAS terpadu. Jurnal Rekayasa Sipil.
Vol.(4): 2
Bemmelen van. R.W., 1949. The Geology of Indonesia, Martinus Nyhoff, The Haque,
Nederland.
Linsley R.K., Kohler M.A., Paulus J.J.H. 1982. Hydrology for Engineers. New York :