Komunikator
Arisoteles (Rakhmat, 2000: 255) menyebutkan etos terdiri dari pikiran yang baik, akhlak yang
baik, dan maksud yang baik (good sense, good moral character, good will). Hovland dan Weiss
(dalam Rakhmat, 2000: 256) menyebut etos ini credibility yang terdiri dari dua unsur :expertise
(keahlian) dan trustworthiness (dapat dipercaya).
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikator tidak cukup hanya kredibilitas,
akan tetapi terdapat dua unsur lainnya yang melengkapi yaitu : atraksi komunikator (source
attractiveness) dan kekuasaan (source power). Semua faktor tersebut diatas sebagai etos (sebagai
penghormatan kepada Aristoteles).
Atraksi fisik menyebabkan komunikator menarik, dan karena menarik ia memiliki daya
persuasif. Ketertarikan kepada seseorang dapat pula disebabkan adanya beberapa kesamaan
diantara keduanya. Adanya beberapa kesamaan tersebut menjadikan komunikan mudah menerima
pesan komunikator.
Kekuasaan menurut teori Kelman adalah kemampuan untuk menimbulkan ketundukkan yang
diperoleh dari interaksi komunikator dengan komunikan, sehingga dapat memaksakan kehendaknya.
Raven menyempurnakannya dengan menyebutkan jenis-jenis kekuasaan, meliputi :
Koersif dengan menunjukkan kemampuan komunikator mendatangkan ganjaran atau memberikan
hukuman
Keahlian yang berasal dari pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan atau kemampuan
komunikator
Informasional yang berasal dari penguasaan isi pesan baru oleh komunikator
Rujukan yang melekat pada diri komunikator
Legal yang berasal dari seperangkat peraturan atau noema yang menjadikan komunikator
berwenang untuk melakukan suatu tindakan (Rakhmat, 2000: 264-265).
2. Pesan
Komunikasi pada dasarnya dilakukan untuk dapat menyampaikan pesan-pesan komunikasi
dan menghasilkan efek seperti yang diharapkan. Menilik beberapa pengertian komunikasi yang
dikemukakan dapat diketahui, bahwa kesamaan makna, kebersamaan dalam pemahaman makna,
kesamaan interpretasi tentang pesan antara komunikator dan komunikan menunjukkan bahwa
komunikasi efektif telah terjadi.
Untuk menciptakan kebersamaan dalam makna (Commonness in meaning) tersebut pesan
komunikasi diperlakukan sedemikian rupa agar mempunyai daya tarik kepada komunikan, dapat
dipahami dengan makna yang sama seperti dimaksudkan oleh komunikator. Brodbeck
mengemukakan bahwa makna tidak terletak pada kata-kata, tetapi pada pikiran orang dan pada
persepsinya. Makna terbentuk karena pengalaman individu (pelaziman klasik), diperoleh karena
asosiasi antara stimuli asal dengan stimuli yang terkondisikan. Berlo mengungkapkan bahwa orangorang memiliki makna yang sama bila mereka mempunyai pengalaman yang sama atau dapat
mengantisipasi pengalaman yang sama. Kesamaan makna karena kesaamaan pengalaman masa
atau kesamaan struktur kognitif disebut Isomorfisme yang terjadi bila komunikan-komunkan berasal
dari budaya yang sama, ideologi yang sama bayak kesamaan penglaman lainnya yang pada
kenyataannya tidak terdapat isomorfisme total, selalu tersisaa ada makna perseorangan (Rakhmat,
2000 : 278-280).
Untuk memperkuat daya persuasi dalam pelaksanaankomunikasi interpersonal dapat
digunakan pesan-pesan non verbal yang berfungsi sebagai:
interpersonal, disebabkan oleh etos kerja atau karateristik komunikator yang kurang berkenan, seperti
tidak memiliki kredibilitas lahir dan daya tarik yang tinggi terhadap komunikanya.
Ditinjau dari isi pesan, kegagalan kegiatan komunikasi dalam proses belajar KF dapat terjadi
apabila isi pesan yang disampaikan kurang menarik perhatian, kurang berbobot, atau yang lainnya,
sehingga minat atau daya beli masyarakat terhadap informasi yang disampaikan menjadi rendah.
Penggunaan media atau cara penyampaian juga dapat dipakai sebagai alasan untuk kegagalan
berkomunikasi, artinya pelaksanaan komunikasi interpersonal kurang memperhatikan kaidah-kaidah
yang berlaku dalam melaksanakan komunikasi yang baik sesuai dengan maksud dan tujuan yang
diharapkan. Dari segi komunikasi dapat terjadi kegagalan apabila karateristik komunikasi yang kurang
mendukung terlaksananya komunikasi interpersonal dengan baik, hal-hal tersebut terlepas dari
perhatian komunikator. Komunikator kurang memperhatikan situasi dan kondisi wilayah, tingkat
pendidikan, latar belakang budayanya dan lainnya pada komunikan. Komunikator menganggap
komunikan sebagai obyek yang pasif, yang dapat dibentuk dan dipengaruhi sesuka hatinya melalui
informasi yang disampaikan, sedangkan kenyataannya semua informasi yang diterima akan diseleksi
sesuai tidaknya dengan dunia kognisinya. Hanafi (1984 :185) mengemukakan bahwa perilaku
komunikasi dipengaruhi oleh bagaimana sikap komunikator, karateristik penerimanya, cara
memproduksi atau menggunakan pesan, dan bentuk-bentuk salauran atau pelaksanaan komunikasi
yang akan dipilihnya.
Menurut Kusnadi dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Keaksaraan
Fungsional di Indonesia - Konsep, Strategi dan Implementasi (2003), hasil dari Deklarasi Dakkar
mewajibkan bagi semua pemerintah untuk: (1) mencapai perbaikan 50% pada tingkat keniksaraan
orang dewasa menjelang tahun 2015, terutama bagi kaum perempuan, dan akses yang adil pada
pendidikan dasar dan berkelanjutan bagi orang dewasa, (2) Memperbaiki semua aspek kualitas
pendidikan dan menjamin keunggulannya, sehingga hasil-hasil belajar diakui dan terukur dapat diraih
oleh semua, terutama dalam keaksaraan, angka dan kecakapan hidup (life skills) yang penting.
Sampai sejauh ini, banyak sekali program-program pendidikan luar sekolah yang dilaksanakan dalam
rangka turut mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
Berbagai program tersebut diselenggarakan dengan sasaran utama masyarakat yang termarginalkan
oleh sistem, baik oleh sistem pendidikan maupun sistem ekonomi.
Model komunikasi yang efektif telah banyak diteliti oleh para ahli. Pada dasarnya, keefektifan
komunikasi sebuah organisasi atau kelompok melibatkan empat (4) faktor, yaitu: (a) penyampai
pesan, (b) penerima pesan, (c) pesan yang dikirimkan, termasuk didalamnya sifat dan jenis pesan,
dan (d) media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Keempat hal diatas sangat berpengaruh
bagi lancar atau tidaknya suatu proses komunikasi di dalam organisasi atau kelompok. Terlebih lagi,
komunikasi memegang peranan yang sangat penting bagi keefektifan sebuah kelompok atau
organisasi. Dalam sebuah kelompok atau organisasi, komunikasi menjalankan empat (4) fungsi
penting, yaitu: (a) kendali, (b) motivasi, (c) pengungkapan emosi, dan (d) informasi
Menurut Sardiman A.M dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (1992),
pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan, maksudnya bahwa kegiatan
belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang terikat, terarah pada tujuan dan dilaksanakan untk
mencapai tujuan.Dalam pendidikan dan pengajaran, tujuan dapat diartikan sebagai usaha untuk
memberikan hasil yang diharapkan. Winarno Surakhmad memberikan keterangan bahwa rumusan
dan taraf pencapaian tujuan pengajaran adalah merupakan petunjuk tentang sejauhmana interaksi
educatif itu harus dibawa untuk mencapai tujuan akhir.