Anda di halaman 1dari 39

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb
Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa memberikan petunjuk serta melimpahkan berkah dan rahmat-Nya
kepada kami, sehingga makalah tutorial blok sistem tubuh 3 ini dapat
diselesaikan. Dalam penyelesaian makalah tutorial blok sistem tubuh 3 ini
tentunya tidak dapat kami selesaikan sendiri, kami banyak memperoleh
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan syukur dan
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkah dan rahmat-Nya sehingga
makalah tutorial sistem tubuh 3 ini dapat selesai.
2. Tutor yang telah membimbing jalannya diskusi tutorial kelompok I
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember dan yang telah memberi
masukan yang membantu, bagi pengembangan ilmu yang telah
didapatkan.
3. Teman-teman kami yang setia menemani, membantu, dalam proses
penyelesaian makalah tutorial blok sistem tubuh 3.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah tutorial blok sistem
tubuh 3 ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan sarannya yang sifatnya membangun guna membantu sempurnanya makalah
tutorial blok sistem tubuh 3 ini. Kami berharap semoga makalah tutorial blok
sistem tubuh 3 ini dapat bermanfaat bagi kita semua serta untuk menambah
wawasan dan pengetahuan.
Wassalamualaikum Wr Wb.
Jember, 8 Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................. 1
DAFTAR ISI................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 5
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................... 19
BAB IV KESIMPULAN .......................................................................39
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 40

BAB I
2

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless)
yang menghasilkan sekret yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah
untuk mempengaruhi organ-organ lain. Sekret kelenjar endokrin adalah
hormon yang bertindak sebagai "pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran
darah ke berbagai sel dalam tubuh (sel target), yang selanjutnya akan
menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan. Sel target
mempunyai semacam reseptor khusus untuk menerima atau memberi
rangsangan kepada hormon tersebut sehingga dapat disalurkan. Macammacam dari hormone antara lain yaitu Autokrin, Parakrin dan Juxtakrin.
Autokrin adalah hormon yang sel targetnya adalah sel itu sendiri (reseptor
hormon ada diluar sel), dan digunakan untuk sel itu sendiri. Parakrin adalah
hormon yang dihasilkan oleh sel yang sel targetnya disebelahnya / didekatnya.
Juxtakrin adalah hormon peptida dapat terikat pada membransel dan
berinteraksi dengan reseptor. Berdasarkan dari skenario, yang membahas
tentang hormon, klasifikasi hormon, mekanisme kerja hormon, dan juga
reseptor hormon. Hormon merupakan molekul signal ( first massanger) yang
berperan dalam mengatur dan mengkordinasikan proses-proses seluler, fungsi
organ dan sistem pada organisme multiseluler. Dan juga merupakan respon
fisiologik erkait kerja hormone leibatkan peran molekul reseptor, second
massanger, dll.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1 Apa fungsi hormon ?
1.2.2 Sebutkan macam-macam hormon ?
1.2.3 Faktor apa saja yang mempengaruhi kerja hormon ?
1.2.4 Apa saja reseptor hormon ?
1.2.5 Sebutkan perbedaan hormon endokrin dengan hormon lokal !
1.2.6 Bagaimana mekanisme pengaturan hormon ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa mampu mengetahui tentang klasifikasi hormon
1.3.2 Mahasiswa mampu mengatuhi tentang mekanisme kerja hormon
1.3.3 Mahasiswa mampu mengetahui tentang reseptor hormon

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Sistem Endokrin


Sistem

endokrin

adalah

sekumpulan

kelenjar

dan

organ

yang

memproduksi dan mengatur hormon dalam aliran darah untuk mengontrol banyak
fungsi tubuh. Sistem ini tumpang tindih dengan sistem saraf dan eksokrin dan
4

tanggung jawabnya meliputi metabolisme, pertumbuhan, dan perkembangan


seksual.
Kelenjar utama dari sistem endokrin adalah pituitari, hipotalamus, dan
pineal yang terletak di otak, tiroid dan paratiroid di leher, timus, adrenal dan
pankreas di perut, dan gonad, indung telur atau testis di perut bagian bawah.
Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar tersebut terlalu banyak dan rumit
untuk didaftar. Kelenjar pituitari sering disebut sebagai kelenjar utama karena
mengontrol fungsi anggota lain dari sistem endokrin. Kelenjar pineal membuat
melatonin, yang memutuskan kita harus tidur ketika gelap dan terbangun ketika
cahaya muncul. Pankreas menghasilkan insulin yang memutuskan berapa banyak
gula yang harus beredar dalam darah kita.
Adapun fungsi dari system endokrin, ialah mengatur mempengaruhi
bebrapa aktivitas dalam tubuh manusia, yaitu :
1.

Reproduksi dan laktasi

2.

Proses system kekebalan tubuh

3.

Keseimbangan asam basa

4.

Asupan cairan, keseimbangan volume cairan intraselular dan


ekstraselular

5.

Metabolism karbohidrat, protein, lemak, dan asam nukleat

6.

Digesti, absorbs, dan distribusi nutrient

7.

Tekanan darah

8.

Tahanan tekanan

9.

Adaptasi terhadap perubahan lingkungan

Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin


Sebagai mana pengertian dari sistem endokrin di atas, maka berikut akan
dijelaskan mengenai gambaran umu sistem endokrin. Diantaranya sebagai berikut.
1.Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf untuk mengatur dan
mengkoordinasi aktivitas tubuh.
2.Pengendalian endiokrin diperantarai oleh pembawa pesan kimia atau hormon,
yang dilepas oleh kelenjar endokrin ke dalam cairan tubuh, diabsorbsi ke dalam
aliran darah, dan dibawa melalui sistem sirkulasi menuju sel target.

3.Hormone mempengaruhi sel target melalui reseptor hormon, yaitu suatu


molekul protein yang memiliki sisi pengikat untuk hormon tertentu.
4.Respons hormonal tubuh biasanya lebih lambat, durasi lebih lama, dan
distribusinya lebih luas daripada respons langsung otot dan kelenjar terhadap
stimulus sistem saraf.
Pengahsil hormone adalah sel-sel khusus pada kelenjar endokrin. Di dalam
tubuh terdapat beberapa kelenjar endokrin yang tersebar di tubuh, yaitu :
1.

Kelenjar hipofisis anterior dan posterior

2.

Kelenjar tiroid

3.

Empat kelenjar paratiroid

4.

Dua kelenjar adrenal

5.

Pulau-pulau Langerhans pada pancreas endokrin

6.

Dua ovarium

7.

Dua testis

8.

Kelenjar pineal dan kelenjar timus.

Macam-macam kelenjar endokrin


1.

Hipotalamus
Hipotalamus terletak di otak depan dan berfungsi penting dalam

pengaturan homeostatis. hipotalamus menyekresikan hormon-hormon yang


mengatur aktivitas dari kelenjar hipofisis (pituitari). hormon yang dikeluarkan
oleh hipotalamus merupakan sekresi dari sel-sel neurosekretori.
Hormon dan Fungsi hormon dari hipotalamus
No
1.

Hormon yang Dihasilkan


Fungsi
Hormon penggiat kortikotropin Merangsang lobus anterior hipofisis
atau Corticotrophic Releasing agar mensekresi Ardrenocorticotrophic

2.

Factor ( CRF )
Hormon
penggiat

Hormone ( ACTH )
hormon Merangsang
pengeluaran

hormon

tumbuh atau Growth Hormone tumbuh Somatotrophic Hormone ( STH)


3

Factor ( GRF )
Hormon penggiat

tirotrofik Merangsang lobus anterior hipofisis

Thyrotrophic Releasing Faktor mensekresi


4

thyroiding

stimulating

( TRT )
hormone (TSH)
Hormon penggiat hormon FSH Merangsang lobus anterior mensekresi
atau follice stimulating hormon FSH (follice stimulating hormone)

releasing factor (FRF)


Hormon penggiat hormon LH Merangsang lobus anterior mensekresi
atau LRF (Luteinizing Hormon LH (Luteinizing Hormone)
Releasing Factor)

Kelenjar pituiri atau hipofisis


Terletak di dasar otak besar. Meskipun ukuran kelenjar ini sangat kecil
namun memegang peranan yang sangat penting dalam koordinasi kimia tubuh.
Kelenjar ini sering disebut master of glands atau Kelenjar raja karena
sekresinya digunakan untuk mengontrol kegiatan kelenjar endokrin lainnya.
Artinya, Kelenjar endokrin lain baru mensekresi hormon setelah mendapatkan
kiriman hormon dari kelenjar hipofisis.
Kelenjar hipofisis terdiri dari tiga lobus yaitu :
1) Lobus anterior ( depan )
Hipofisis bagian anterior disebut adenohipofisis. Hormon dan fungsinya
yang dihasilkan hipofisis anterior :
Hormon yang dihasilkan
Fungsi
Hipofisis anterior:
Mengendalikan
pertumbuhan
tubuh.
Somatotrophic Hormone (STH) atau
kelebihan hormon ini mengakibatkan
hormon pertumbuhan
pertumbuhan raksasa dan kekurangan dapat
mengakibatkan kekerdilan.
Thyrotrophic Hormone (TH) atau Mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid untuk
hormon perangsang tiroid
menghasilkan hormon tiroksin.
Adrenocorticotrophic
Hormone Mengendalikan kegiatan kelenjar adrenal
(ACTH)

dalam menghasilkan hormon glukokortikoid.

Follicle Stimulating Hormone (FSH) Wanita : mengatur perkembangan ovarium,


berarti

hormon

perangsang berpengaruh

pembentuk folikel

terhadap

pemasakan

folikel

(calon pembentuk gamet)


Pria : mengatur perkembangan testis dan
spermatogenesis
Wanita : mempengaruhi terjadinya ovulasi

Luteinizing Hormone (LH)

dan

membentuk

korpus

luteum

(badan

kuning, pada pembentukan ovum) dari folikel


pada ovarium
Pria : mengatur

sekresi

dari

hormon

testosteron dan aldosteron pada testis


Mempengaruhi pertumbuhan kelenjar air susu

Hormon Prolaktin (PRL)

dan memelihara korpus luteum, dan mengatur


produksi

hormon

progesteron

yang

dikeluarkan korpus luteum


Hipofisis bagian tengah:
Mensintesis melanin (pigmen warna)
Melanocyte Stimulating Hormone
(MSH)
Hipofisis Posterior :
Antidiuretic Hormone (ADH)

Mencegah pengeluaran urine terlalu banyak,


menimbulkan kontraksi otot usus, kandung
kemih,

Oksitosin

kantong

empedu,

menyempitkan

pembuluh darah.
Mempengaruhi pengeluaran

air

kontraksi

melahirkan,

uterus

pada

saat

susu,

membantu transpor sperma, memperngaruhi


pengeluaran hipofisis anterior.
2) Intermediet ( Tengah )
Hipofisis bagian tengah hanya aktif di masa bayi dan menghasilkan
hormon melanocyte stimulating hormone (MSH) yang berfungsi untuk
mensintesis melanin. Melanin adalah pigmen kulit yang memberi warna hitam
pada kulit. Jadi, jika hormon ini tidak diproduksi, kulit akan kekurangan pigmen.
3) Posterior ( belakang )

Hipofisis bagian posterior disebut neurohipofisis. Lobus posterior dari


kelenjar hipofisis mengahsilkan dua jenis hormon, yaitu hormon antidiuretik
(ADH) dan hormon oksitosin. Produksi hormon secara berlebihan di sebut
hiperfungsi

atau

hipersekresi.

Pada

masa

pertumbuhan

(remaja)akan

mengakibatkan pertumbuhan yang luar biasa gigantisme. Bila kelainan ini terjadi
setelah masa pertumbuhan akan mengakibatkan akromegali yaitu pertumbuhan
hanya terjadi pada ujung-ujung tulang pipa misalnya ujung tulang jari dan dagu.
Produksi hormon yang kurang dari normal disebut hipofungsi,mengakibatkan
pertumbuhan terhambat atau terjadi manusia kerdil.
3.

Kelenjar Pineal (Epifise)


Terletak pada otak tengah. Kelenjar ini menghasilkan hormon melatonin.

Kelenjar pineal di duga membantu mengatur proses fisiologi siang dan malam
sehingga mempengaruhi pola tidur, selera makan dan suhu tubuh. Kelenjar ini
memiliki ukuran sebesar kacang ercis.
4.

Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terletak di leher sebelah kanan kiri trakea. Kelenjar ini

menghasilkan hormon tiroksin, triodotironin, serta kalsitonin. Fungsi hormon ini


cukup luas. Kelenjar gondok banyak mengandung pembuluh darah. Bila
kelebihan hormon ini pada orang dewasa dapat mengakibatkan penyakit gondok
eksoftalmu.tanda-tanda penyakit ini adalah mata menonjol,mudag gugup,denyut
nadi bertambah,mata lebar,nadi dan nafas cepat serta tidak teratur,dan
insomnia.Selain nafsu makan meningkat tetapi di iringi menurunnya berat badan
karena meningkatnya metabolisme dan gangguan pencernaan.
Kekurangan hormon tiroksin pada masa kanak-kanak dapat menyebabkan
kretinisme,yaitu

terjadinya

pertumbuhan

kerdil

mental.kekurangan

hormon

tiroksin

pada

orang

mixudema,dengan

gejala

proses

metabolisme

dan

dewasa

kemunduran
mengakibatkan

menurun,berat

tubuh

bertambah,gerakan lamban,berpikir dan berbicara lambat,kulit tebal,dan rambut


rontok.Tiroksin mengandung banyak iyodin. Kekurangan iyodin dalam waktu
lama dapat mengakibatkan pembengkakankelenjar tiroid. Pembengkakan ini
terjadi karena kelenjar harus berkerja keras agar produksi tiroksin terjamin

akibatnya kelenjar kondok mengembang dan munculah menyakit gondok


( Goiter ). Penyakit ini ditandai dengan adanya pembengkakan di daerah leher
penderita.
5.

Kelenjar Anak gondok ( Paratiroid )


Di setiap sisi kelenjar tiroid terdapat sepasang kelenjar kecil, yaitu kelenjar

anak gondok atau parotid. Kelenjar ini menghasilkan hormon paratiroid, yang
berfungsi untuk mengatur pertukaran zat kapur dan posfor dalam darah.
Kekurangan hormon ini mengakibatkan tetanus dengan gejala kejang pada tangan
dan kaki, gelisah, sukar tidur, dan kesemutan. Apabila kelenjar ini berkerja terlalu
berlebihan mengakibatkan kalsium dan fosfor dalam tulang di keluarkan dan
dimasukan kembali kedalam serum darah. Akibatnya tulang penderita mudah
sekali patah dan di dalam urine banyak mengandung kapur dan fosfor, sehingga
dapat menimbulkan batu ginjal dan kegagalan ginjal.
6.

Kelenjar anak Ginjal ( Adrenal )


Terletak di kutub sebelah atas setiap ginjal. Kelenjar ini terdiri atas 2

bagian, yaitu sebelah luar berwarna kekuningan yang di sebut korteks dan sebelah
dalam di sebut medula.

Hormon hormon pada kelenjar adrenal

Nama Kelenjar
Adrenal ( medula )

Hormon
Adrenalin ( Epinefrin )

Fungsi Hormon
Mempercepat kerja jantung, menaikan
tekanan darah, mempercepat perubahan
glikogen menjadi glukosa pada hati,
menaikan gula darah, dan mengubah

Noradrenalin

glikogen menjadi asam laktat pada otot.


Menurunkan tekanan darah dan denyut

(Norepinefrin)

jantung. Biasanya adrenalin dan


noradrenalin berkerja antagonis.

10

Adrenal ( Korteks )

Glukokortikoid

Menurunkan metabolisme hidrat arang

(Kortisol,kortikosteron)

dan lemak, meningkatkan metabolisme


protein dan lemak serta mengurangi

Mineral Kortikoid
(Aldosteron)

kekebalan.
Regulasi Na+ dan K +, meningkatkan
metabolisme hidrat arang, menahan Na+
dan Cl- dalam tubuh dan regulasi air.

Beberapa kelainan yang dapat terjadi pada kelenjar adrenal adalah sindrom
cushing dan penyakit addison. Sindrom cushing merupakan penyakit yang di
akibatkan karena kelebihan glukokortikoid. Gejala gejala dari kelainan ini antara
lain, otot otot mengecil, osteoforosis, luka sulit sembuh dan gangguan mental.
Sedangkan penyakit addison adalah suatu penyakit akibat kekurangan sekresi
hormon glukokortikoid. Menyakit ini memiliki gejala, yaitu tekanan darah rendah
dan nafsu makan hilang. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian pada
penderita.
7.

Pankreas
Pada pankreas terdapat kelompok sel yang di kenal sebagai Pulau

langerhans. Pulau ini berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan


hormon insulin dan glukagon. Hormon insulin ini di hasilkan dari sel Beta yang
mempunyai fungsi untuk mengubah gula darah menjadi glikogen pada hati dan
otot lurik. Kekurangan hormon ini akan mengakibatkan gula darah tidak dapat di
ubah menjadi glikogen. Sehingga mengakibatkan timbulnya penyakit diabetes
melitus. Sedangkan hormon glukagon di hasilkan dari sel alfa yang berfungsi
menaikan gula darah dengan mengubah glikogen menjadi glukosa.
8.

Kelenjar Kelamin

Ovarium
Ovarium berbentuk seperti buah kenari yang terletak di kanan kiri uterus.
Selain menghasilkan ovum, ovarium juga menghasilkan hormon. Ada 2 macam
hormon yang di hasilkan yaitu estrogen dan progesteron.

11

Estrogen dihasilkan oleh folikel graaf. Pembentukan estrogen di


rangsang oleh FSH. Fungsi hormon ini adalah merangsang pertumbuhan ciri ciri
kelamin sekunder pada wanita dan perilaku seksual.
Progesteron, dihasilkan oleh korpus luteum. . Pembentukan progesteron
di rangsang oleh LH. Berfungsi mengatur pertumbuhan ari ari ( placenta ),
menghambat produksi FSH oleh hipofisis, bersama laktogen berfungsi
memperlancar produksi air susu, mengatur pertumbuhan endometrium dan
pembuluh darah dari diding rahim.
Testis
Testis adalah organ reproduksi laki laki, Testis terletak pada skrotum.
berfungsi sebagai penghasil spermatozoa dan hormon testosteron. Testosteron ini
di rangsang oleh LH. Sekresi hormon testosteron bertambah pada massa pubertas.
Hormon ini berpengaruh terhadap perkembangan ciri ciri kelamin sekunder
pada pria dan perilaku seksual.
9.

Kelenjar Timus
Kelenjar timus hanya dijumpai pada anak-anak usia di bawah 18 tahun.

Kelenjar timus terletak di dekat tulang dada dan berwarna kemerah-merahan.


Kelenjar timus terdiri atas dua lobus. Pada bayi yang baru lahir, kelenjar ini sangat
kecil dan beratnya kira-kira 10 gram atau lebih sedikit. Ukurannya bertambah
pada masa remaja mencapai 30-40 gram, kemudian berkerut lagi. Kelenjar timus
menghasilkan hormon timosin yang berfungsi merangsang perkembangan dari
limfosit T. Limfosit T berperan dalam kekebalan tubuh.
Pengetian Hormon dan Fungsinya
Kata hormon berasal dari bahasa Yunani hormone yang artinya membuat
gerakan atau memebangkitkan. Hormon mengatur berbagai proses yang mengatur
kehidupan. Hormon adalah pengahantar kimiawi yang disekresikan oleh sel-sel
khusus pada kelenjar endokrin dan dibawa oleh darah ke sel-sel target. Hormon
merupakan molekul mediator yang mengontrol sejumlah fungsi esensial tubuh
termasuk aktivitas kimia sel-sel pertumbuhan, keseimbangan garam dan cairan,
perkembangan seksual dan respon terhadap penyakit serta stress.

12

Klasifikasi Hormon
Begitu banyak hormon yang terdapat dalam tubuh manusia. Meskipun
begitu banyak, namun hormon-hormon tersebut dapat diklasifikasikan dengan
meninjaunya dari beberapa aspek.
1. Klasifikasi Hormon berdasarkan mekanisme kerjanya maka pembagian
hormon menurut aspek biokimianya, yaitu :
a.

Hormon Lipofilik
Kelompok hormon ini menyampaikan pesan hormon
dengan cara menembus membran sel dan berikatan dengan reseptor
spesifik di dalam sel sasarannya.
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah :

1)

Hormon steroid : hormon yang dibentuk dari kolesterol, terdiri atas


progesteron, kortisol, aldosteron, testosteron, estradiol.

2)

Hormon tiroid (tiroksin)

3)

Substansi mirip hormon :

a)

Derivat vitamin A : retinoat, retinol, retinal

b)

Eikosanoid (hormon lokal) : berasal dari asam arakidonat, berefek

parakrin, yang termasuk eikosanoid adalah : prostaglandin, tromboksan,


prostasiklin, dan leukotrien.
b.

Hormon Hidrofilik

Kelompok hormon ini menyampaikan sinyal dengan cara berikatan pada


bagian luar sel sasaran pada reseptor spesifik yang terfiksasi di dalam membran
sel. Pengikatan hormon menyebabkan pembentukan caraka kedua di bagian dalam
membran sel. Kemudian caraka kedua mengatur respon sel target terhadap
hormon melalui reaksi lainnya
Yang termasuk dalak kelompok hormon hidrofilik adalah:
1)Derivat asam amino : histamin, serotonin, melatonin, dan katekolamin.
Histamin dibentuk dari asam amino histidin, serotonin berasal dari asam amino
triptofan, melatonin berasal dari serotonin, sedangkan katekolamin berasal dari

13

tirosin. Katekolamin sendiri terdiri dari dopa, dopamin, noradrenalin, dan


adrenalin.
2) Peptida dan protein : insulin, lutropin, folitropin, oksitosin, vasopresin,
somatomedin, kalsitonin.
2. Klasifikasi hormone berdasarkan fungsi utama endokrin.
a.

Homeostasis (keseimbangan)
1) Penyimpanan dan penggunaan energy melalui pengendalian metabolism
karbohidrat, lemak, dan protein.
2) Imbangan cairan tubuh dan elektrolit.
3)

Fungsi kardiovaskular.

Hormone yang terlibat : Insulin, glucagon, katekolamina, growth hormone,


kortisol, dan tiroid.
Anti Diuretic Hormon (ADH) dan aldosteron.
b.

Reproduksi

1)

Perkembangan organ seks dan sifat-sifat kelamin sekunder

2)

Gametogenesis (produksi sel telur dan sperma)

3)

Siklus menstruasi

4)

Kehamilan, kelahiran, dan laktasi.

Hormone yang terlibat

Estrogen (terutama estradiol), progesterone

Prolaktin, oksitosin

Androgen (terutama testosterone)

3. Klasifikasi hormon berdasarkan fungsi :


a

Hormon pengembangan
Hormone yang memegang

peranan

didalam

perkembangan

dan

pertumbuhan. Hormone ini dihasilkan oleh kelenjar gonad.


Hormon metabolisme
Proses homeostasis glukosa dalam tubuh yang diatur bermacam-macam

hormon. Contoh : glucagon, katekolamin, dan glukokortikoid.


Hormon tropik
Dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi folikel pada
ovarium dan spermatogenesis.

14

Hormon pengatur metabolism air dan mineral sitonia dihasilkan oleh


kelenjar tiroid untuk mengatur metabolism Ca dan fosfor.
Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya:
1.Golongan Steroidturunan dari kolestrerol
2.Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonat
3.Golongan derivat Asam Amino dengan molekul yang kecil
Thyroid,Katekolamin
4.Golongan Polipeptida/Protein
Insulin,Glukagon,GH,TSH
Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormone:
1. Lipofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak
2. Hidrofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam air
Berdasarkan lokasi reseptor hormone:
1.Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler
2.Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel
Berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel :
Hormon yang menggunakan kelompok second messenger senyawa

cAMP,cGMP,Ca2+, Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai mediator intraseluler

Reseptor Hormon
Seperti yang kita ketahui, bahwa hormon akan di salurkan ke sel target melalui
pembuluh darah, untuk dapat sampai ke sel target, hormon haruslah terlebih
dahulu terikat dengan reseptor yang terdapat pada sel target.Reseptor Hormon
adalah Molekul pengenal spesifik dari hormon sebelum berikatan dengan sel
target sebelum hormon memulai efek biologiknya pada sel target. Umumnya
pengikatan Hormon Reseptor ini bersifat reversibel dan nonkovalen. Reseptor
hormon bisa terdapat pada permukaan sel (membran plasma) atau pun
intraselluler.Interaksi hormon dengan reseptor permukaan sel akan memberikan

15

sinyal pembentukan senyawa yang disebut sebagai second messenger (hormon


sendiri dianggap sebagai first messenger) Jika hormon sudah berinteraksi dengan
reseptor spesifiknya pada sel-sel target, maka peristiwa-peristiwa komunikasi
intraseluler dimulai. Hal ini dapat melibatkan reaksi modifikasi seperti fosforilasi
dan dapat mempunyai pengaruh pada ekspresi gen dan kadar ion. Peristiwaperistiwa ini hanya memerlukan dilepaskannya zat-zat pengatur.

Mekanisme Kerja Hormon


Kelenjar endokrin akan mengeluarkan hormone bila ada stimulus atau
rangsangan. Hormone yang akan dikeluarkan kemudian diangkut oleh darah
menuju kelenjar-kelenjar yang sesuai sehingga bagian tubuh yang sesuai tersebut
akan merespon misalnya insulin yang disekresikan pancreas apabila kadar gula
dalam darah tinggi.
Berikut mekanisme kerja hormone secara spesifik :
1.Stimulasi kerja enzim yang ada dalam sel. Aktivasi enzim melibatkan
system reseptor terikat membrane (pembawa pesan kedua).

Molekul-molekul dari berbagai hormone protein dan polipeptida


(pembawa pesan pertama) berikatan dengan reseptor tetap pada

permukaan sel yang spesifik terhadap hormone tersebut.


Kompleks hormone reseptor menstimulasi pemebentukan adenosine 3,5
monofosfat siklik (cAMP) sebagai pengantar pesan kedua, yang dapat
menyampaikan pesan pertama dari berbagai hormone.
a Sintesis cAMP melibatkan lebih dari satu G-protein terikat membrane,
b

yang termasuk keluarga protein regulator pengikat nukelotida guanine.


G-protein mengalami perubahan bentuk, sehingga guanosin
difosfat(GDP) yang tidak aktif dapat diganti dengan enzim

pengaktivasi, guanosin trifosfat (GTP).


Kompleks G-protein-GTP mengaktivasi enzim adenilat siklase, untuk

memproduksi cAMP.
Setiap molekul cAMP mengaktivasi berbagai moleki cAMP-dependen
protein kinase yang sesuai.

16

Enzim protein kinase mengkatalisis rreaksi fosforilasi khusu (transfer

gugus fosfat) untuk enzim kunci dalam sitoplasma.


Setiap molekul protein kinase mengaktivasi berbagai molekul yang
sesuai dengan enzimnya. Dengan demikian, suatu konsentrasi rendah
dari

hormone

yang

bersirkulasi

dapat

diperkuat

sehingga

mengakibatkan aktivitas enzim intraseluler utama


Aktivasi enzim oleh protein kinase mengakibatkan efek fisiologis dan

reaksi kimia, bergantung pada sifat bawaan sel.


cAMP terurai dengan cepat oleh enzim intraseluler fosfodisterase. Ini akan
membatasi durasi efek cAMP.

2. Aktivasi gen melibatkan system reseptor intraselular


a

Hormone steroid, hormone tiroid, dan beberapa jenis hormone polipeptida,


menembus membrane untuk masuk ke dalam sel. Hormone tersebut
berikatan dengan reseptor internal bergerak dalam sitoplasma atau nucleus

sel.
Kompleks reseptor-hormon bergerak ke DNA di sisi atau di dekat gen
yang transkripsinya distimulasi oleh hormone. Disisi ini, kompleks akan

berikatan dengan reseptor DNA spesifik untuk hormone.


Gen kemudian diaktivasi oleh kompleks ini untuk membentuk transkripsi

mRNA yang akan berdifusi ke dalam sitoplasma.


mRNA kemudian ditransisi menjadi protein dan enzim yang memicu
respons selular terhadap hormone.

17

BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Mapping

3.2. Klasifikasi Hormon

18

3.2.1. Klasifikasi Hormon Berdasarkan Kelenjar


Berdasarkan kelenjarnya, hormon dibagi menjadi beberapa macam,
antara lain:
a. Kelenjar Hipofise
Sebagai Master of Gland, memiliki pengaruh yang kuat terhadap
organ dan kelenjar hormon lainnya. Kelenjar yang terletak di bawah
hypothalamus otak tengah. Kelenjar hipofise dibagi menjadi, Hipofise
bagian anterior dan hipofise bagian superior. Hormon-hormon yang
dihasilkan oleh hipofise bagian anterior antara lain:
Hormon pertumbuhan / somatotropik ; meningkatkan pertumbuhan
dengan cara mempengaruhi sebagian besar fungsi metabolisme tubuh.
Adrenokortikotropin (ACTH) ; mengatur sekresi beberapa hormon
adrenokortika, mempengaruhi metabolisme glukosa, protein, dan
lemak.
Hormon perangsang tiroid (TSH) ; mengatur kecepatan sekresi
hormon tiroksin dan triiodotironin oleh kelenjar tiroid.
Prolaktin (PRL) ; meningkatkan pertumbuhan kelenjar payudara dan
produksi air susu.
Hormon perangsang folikel (FSH) ; mengatur pertumbuhan folikel
dalam ovarium sebelum ovulasi, dan meningkatkan pembentukan
sperma dan testis.
Hormon pelutein (LH) ; berperan dalam proses ovulasi, menimbulkan
sekresi hormon kelamin wanita oleh ovarium, dan testosteron oleh
testis.
Sedangkan hormon-hormon yang dihasilkan oleh hipofise posterior,
antara lain:
Hormon antidiuretik (ADH) ; mengatur kecepatan ekskresi air ke
dalam urin.
Oksitosin ; membantu kontraksi uterus pada akhir kehamilan, dan
berperan

pada proses laktasu untuk menyalurkan air susu dari

kelenjar payudara ke puting susu waktu ada pengisapan.


b. Kelenjar Tyroid dan Paratyroid
Kelenjar tyroid dan parathyroid terletak di leher. Pada bayi dan anakanak, kelenjar ini belum berfungsi dengan baik. Kelenjar tiroid

19

menghasilkan hormon Tiroksin, sedangkan Paratiroid menghasilkan


hormon Parathormon (PTH). Kelenjar tiroid menghasilkan hormon
Tiroksin yang berfungsi mengatur kecepatan pertumbuhan dan
metabolism, hormon triiodotironin mengatur kecepatan metabolism
karbohidrat, hormon kalsitonin berfungsi mengatur kadar kalsium
dalam darah. Sedangkan kelenjar paratiroid, menghasilkan hormon
parathohormon yang berfungsi mengatur fosfat dan kalsium plasma
darah.
c. Kelenjar Pineal
Terletak di atas kelenjar hipofise. Menghasilkan hormon melatonin
yang berfungsi mengatur sekresi yang dilakukan oleh corpus lutheum
dan mengaktifkan sel melanosit menghasilkan melatonin untuk warna
kulit.
d. Kelenjar Adrenal
Terletak di atas ginjal. Terdiri atas 2 bagian, yaitu : korteks adrenal
dan medulla adrenal. Bagian medulla menghasilkan hormon epinefrin
dan norepinefrin, sedangkan bagian korteks menghasilkan hormon
kortisol, androgen, dan aldosterone.
e. Kelenjar pankreas
Pankreas selain menghasilkan enzim pencernaan juga menghasilkan
hormon insulin dan glukagon. Hormon ini dihasilkan oleh sel-sel
bagian langerhans. Hormon insulin berperan penting dalam
pengaturan penyimpanan gula dalam darah, sedangkan glukagon
berperan dalam meningkatkan kadar gula dalam darah.
f. Kelenjar testis (pada pria)
Kelenjar testis terletak di bagian inistitial testis. Kelenjar ini dibentuk
oleh sel-sel leydig dan menghasilkan hormon relaksin dan testosteron.
Hormon relaksin berperan dalam mengatur relaksasi otot-otot yang
berkaitan dengan sifat kelamin. Sedangkan hormon testosteron
berperan penting dalam pengaturan pembentukan sperma dan ciri
kelamin sekunder pria.
g. Kelenjar ovarium
Di dalam ovarium terdapat kelenjar ovary yang menghasilkan hormon
estrogen dan progesteron. Hormon estrogen berperan penting dalam

20

mengatur siklus menstruasi dan mengatur sistem reproduksi. Hormon


progesteron berperan penting dalam mengatur siklus menstruasi,
perkembangan ovum, dan ciri kelamin sekunder wanita.
3.2.2. Klasifikasi Hormon Berdasarkan Sifat Kelarutan Molekul
Hormon
Berdasarkan sifat kelarutan molekulnya, hormon terbagi menjadi dua
macam, antara lain:
a. Hormon Lipofilik
Hormon lipofilik larut baik dalam lemak dan kurang larut dalam air.
Contoh utamanya adalah hormon tiroid dihasilkan di kelenjar tiroid
dan merupakan turunan dari tirosin beriodin
b. Hormon Hidrofilik
Hidrofilik berarti suka air. Hormon ini larut dalam air serta kurang
larut dalam lemak. Kebanyakan hormon jenis ini merupakan hormon
peptida atau protein yang terdiri dari asam amino spesifik dengan
panjang yang bervariasi.
Kelarutan hormon sangatlah penting karena menentukan bagaimana
hormon di proses oleh sel endokrin, bagaimana hormon di transportasikan di
dalam darah, dan bagaimana hormon menghasilkan efek pada sel target.
Lokasi dari reseptor hormon lipofilik dan hidrofilik, yaitu:
- Peptida dan katekolamin hidrofilik tidak bisa melewati sawar
membran lipid sel target. Oleh karena itu, mereka mengikat
-

reseptor spesifik di permukaan luar membran plasma sel target.


Steroid dan tiroid lipofilik dengan mudah melewati permukaan
membran untuk mengikat reseptor spesifik di dalam sel target
Walaupun hormon menghasilkan variasi respon biologis yang luas,

secara umum mereka memberikan pengaruh pada sel target dengan


mengubah protein sel dengan dua jalur:
1) Hormon hidrofilik yang mengikat di permukaan berfungsi dengan
jalur pengaktifan second messenger (cara kedua) di dalam sel
target. Aktivasi ini secara langsung mengubah aktifitas protein

21

intraseluler yang telah ada, biasanya enzim, untuk menghasilkan


efek yang diharapkan.
2) Hormon lipofilik berfungsi dengan pengaktifan gen spesifik di sel
target yang akan menyebabkan pembentukan protein intraseluler
yang baru. Protein ini bisa enzimatik maupun struktural.
3.2.3. Klasifikasi Hormon Berdasarkan Senyawa Pembentuknya
Berdasarkan senyawa pembentuknya, hormon terbagi menjadi
beberapa golongan, antara lain:
a. Golongan Steroid, berasal dari kolestrerol dan disekresi oleh korteks
adrenal vertebrata dan pada mamalia oleh plasenta.
b. Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonat. Golongan senyawa
ini membentuk kelompok prostaglandin, tromboksan, leukotrien, dan
lipoksin.
c. Golongan derivat Asam Amino dengan molekul yang kecil, hormon
golongan ini disekresi oleh kelenjar tiroid dan medulla kelenjar
adrenal, contohnya: hormon Thyroid dan hormon Katekolamin.
d. Golongan Polipeptida / Protein, merupakan kelompok terbesar dan
diarahkan oleh mRNA pada retikulum endoplasma, sebagian besar
dibentuk sebagai prohormon kemudian peptide itu selanjutnya
dipecah di apparatus golgi membentuk hormon. Hormon golongan
peptide / protein ini disekresikan oleh sebagian besar kelenjar
endokrin. Contohnya : hormon Insulin, hormon Glukagon, hormon
GH dan hormon TSH.

3.3. Mekanisme Kerja Hormon


Masing-masing hormone memiliki satu atau lebih efek fisiologis spesifik
yang diperantarai oleh jaringan sasaran. Jaringan tersebut memiliki kemampuan

22

mengenali adanya hormone tertentu (yang sering terdapat dalam konsentrasi


nanomolar atau pikomolar) dalam sirkulasi serta bberikatan dan berespons secara
spesifik terhadap molekul hormone tersebut dan tidak terhadap berbagai hormon
lain yang juga terdapat di dalam darah. Spesifitas interaksi hormon-jaringan
sasaran ini ditentukan oleh adanya reseptor sel yang terletak di membrane plasma
sel (untuk hormon peptide dan epinefrin) atau di dalam sitosol dan nucleus (untuk
hormon steroid dan tiroid, vitamin D3 aktif, dan asam retinoat). Agar aktivitas
hormon dapat timbul, pengikatan hormon-reseptor ini haris ditransduksikan
menjadi sinyal kimia pascareseptor di dalam sel. Sinyal ini menyebabkan respons
fisiologis spesifik terhadap hormon bersangkutan di jaringan sasaran, misalnya
pengaktivan enzim atau sintesis protein baru untuk pertumbuhan atau diferensiasi
sel.
3.3.1. Mekanisme Kerja Hormon yang Berikatan ke Reseptor
Permukaan Sel
3.3.1.1. Mekanisme kerja hormon yang melibatkan cAMP
Mekanisme kerja hormon yang melibatkan cAMP, diawali
hormon berikatan dengan reseptor dan mengaktifkan protein G.
Protein G merupakan

protein yang berbentuk heterotrimer dan

memiliki tempat ikatan dengan nukleotida guanine, protein G terbagi


menjadi 3 jenis, yaitu Gs (berfungsi mengaktifkan enzim adenilat
siklase), Gi (berfungsi menghambat enzim adenilat siklase), Gg
(berfungsi mengaktifkan sistem fosfolipase / inositol fosfat).
Sehingga protein G tersebut melepaskan GDP (Guanin
Difosfat) dan mengikat GTP (Guanin Trifosfat). Sewaktu mengikat
GTP, protein Gs mengaktifkan enzim adenilat siklase, yang
menghasilkan cAMP / siklik-AMP.
CAMP mengaktifkan protein kinase A (PKA) dengan
mengeluarkan subunit regulatorik. Protein kinase A berfungsi
melakukan fosforilasi berbagai protein dan mencetuskan respon sel
(regulasi enzim metabolisme dan transkripsi gen).

23

Gambar 3.1 Mekanisme kerja hormon peptida / protein yang melibatkan cAMP
3.3.1.2. Mekanisme kerja hormon yang melibatkan sistem Ca2+
dan fosfatidilinositol bifosfat (PIP2)
Pengikatan hormon ke reseptornya mengaktifkan protein Gg
yang merangsang fosfolipase C. Fosfolipase C melakukan pemutusan
fosfatidilinositol bifosfat (PIP2) menjadi DAG (Diasilgliserol) dan
1,4,5-trifosfat (IP3). DAG bersama-sama dengan Ca2+ mengaktifkan
protein kinase C, serta berikatan dan

mengaktifkan kinase lain

Berbagai kinase tersebut melakukan fosforilasi protein, yang


menimbulkan respon sel.

24

Gambar 3.2 Mekanisme kerja hormon peptida / protein yang melibatkan sistem
Ca2+ dan fosfatidilinositol bifosfat (PIP2)

3.3.1.3. Contoh Mekanisme Kerja Hormon Peptida (Hormon


Insulin)
Mekanisme kerja hormon insulin dimulai dengan berikatnya
insulin dengan reseptor glikoprotein yang spesifik pada permukaan
sel sasaran. Reseptor ini terdiri dari 2 subunit yaitu:
- subunit yang besar dengan BM 130.000 yang meluas
ekstraseluler terlibat pada pengikatan molekul insulin.
- subunit yang lebih kecil dengan BM 90.000yang dominan
di dalam sitoplasma mengandung suatu kinase yang akan
teraktivasi pada pengikatan insulin dengan akibat fosforilasi
terhadap subunit itu sendiri (autofosforilasi) .

25

Reseptor insulin yang sudah terfosforilasi melakukan reaksi


fosforilasi terhadap substrat reseptor insulin ( IRS -1).IRS-1 yang
terfosforilasi akan terikat dengan domain SH2 pada sejumlah
proteinyang terlibat langsung dalam pengantara berbagai efek insulin
yang berbeda.
Pada dua jaringan sasaran insulin yang utama yaitu otot lurik
dan jaringan adiposa, serangkaian proses fosforilasi yang berawal dari
daerah kinase teraktivasi tersebut akan merangsang protein-protein
intraseluler, termasuk Glukosa Transpoter 4 untuk berpindah ke
permukaan sel. Jika proses ini berlangsung pada saat pemberian
makan, maka akan mempermudah transport zat-zat gizi ke dalam
jaringan-jaringan sasaran insulin tersebut.
Kelainan reseptor insulin dalam jumlah, afiinitas ataupun
keduanya akan berpengaruh terhadap kerja insulin. Down Regulation
adalah fenomena dimana jumlah ikatan reseptor insulin menjadi
berkurang sebagai respon terhadap kadar insulin dalam sirkulasi yang
meninggi kronik, contohnya pada keadaan adanya kortisol dalam
jumlah berlebihan. Sebaliknya jika kadar insulin rendah, maka ikatan
reseptor akan mengalami peningkatan. Konndisi ini terlihat pada
keadaan latihan dan puasa.
Hormon insulin berefek pada beberapa bagian tubuh, antara
lain: (1) pada hati (membantu glikogenesis, meningkatkan sintesis
trigliserida, kolesterol, VLDL, sintesis protein, serta menghambat
glikogenolisis,

ketogenesis,

glukoneogenesis),

(2)

pada

otot

(membantu sintesis protein dengan meningkatkan transport asam


amino, merangsang sintesis protein ribosomal, dan membantu sintesis
glikogen), (3) pada lemak (membantu penyimpanan triglserida,
meningkatkan transport glukosa ke dalam sel lemak, menghambat
lipolisis intraseluler)

26

Gambar 3.3 Kerja Insulin Mengaktifkan sejumlah transporter


3.3.2 Mekanisme Kerja Hormon yang Berikatan ke Reseptor di Dalam
Sel
Peristiwa kerja hormon steroid pada dasarnya ada 2, antara lain :
1. Hormon steroid berdifusi melewati membrane sel dan memasuki
sitoplasma sel, tempat ia berikatan dengan reseptor yang spesifik.
2. Kombinasi protein reseptor kemudian berdifusi ke dalam atau
diangkut ke dalam nukleus.
3. Kombinasi tersebut terikat di tempat spesifik pada untai DNA di
kromosom, yang mengaktifkan proses transkripsi gen yang spesifik
untuk membentuk m-RNA.
4. m-RNA berdifusi ke dalam sitoplasma dan memicu proses translasi
di ribosom untuk membentuk protein yang baru.
Sebagai

contoh,

aldosteron,

yaitu

salah

satu

hormon

yang

diekskresikan korteks adrenal, memasuki sitoplasma sel tubulus ginjal yang


mengandung protein aldosteron yang spesifik.

27

Proses kerja hormon steroid berawal dari difusi sederhana hormone


bebas menembus membrane plasma sel, walaupun pada beberapa kasus
terjadi penyerapan aktif hormone oleh sel. Setelah berdifusi ke dalam sel,
steroid berikatan dengan protein reseptor yang memiliki ranah mengikat
spesifik bagi hormone bersangkutan. Reseptor ini ditemukan di inti sel. Bagi
sebagaian hormon, reseptor tersebut juga terdapat di dalam sitosol. Reseptor
untuk glukokortikoid dan mungkin untuk mineral okortikoid atau aldosteron
terletak didalam sitosol, sedangkan reseptor untuk androgen, estrogen,
hormon tiroid, vitamin D aktif, dan asam retinoat tampaknya terdapat di
dalam inti.
Sebagian sifat reseptor steroid telah diketahui. Pengikatan ligan ke
reseptor dapat mengalami penjenuhan, yang mengisyaratkan bahwa jumlah
reseptor per sel terbatas dan tertentu. Selain itu, reseptor ini memperlihatkan
tingkat spesifisitas yang tinggi terhadap ligannya. Namun, kemampuan
reseptor mengenali dan membedakan berbagai hormon steroid yang
memiliki struktur serupa tidaklah absolut. Hanya jaringan yang berespon
terhadap steroid yang tampaknya memiliki reseptor ini. Derajat respon
biologis terhadap hormon secara umum berikatan dengan tingkat
penempatan reseptor.
Hormon steroid berikatan dengan reseptor yang inaktif dan belum
mengalami transformasi yang tempat pengikat ligannya belum ditempati.
Reseptor inaktif tersebut mungkin membentuk kompleks dengan beberapa
heat shock protein (protein yang terbentuk dalam sel yang mengalami stress)
yang ukurannya beragam. Heat shock protein menutupi ranah pengikat DNA
pada molekul reseptor bebas yang inaktif.

28

Gambar 3.4 Mekanisme kerja hormon steroid


3.3.2.1. Contoh Mekanisme Kerja Hormon Steroid (Hormon
Tiroid)
Hormon T3 (3,5,3-l-triodotironin) dan T4 (3,5,3,5-ltetraiodotironin) berikatan dengan reseptor spesifiknya dengan afinitas
yang tinggi di nukleus sel sasaran. Di sitoplasma hormon ini berikatan
pada tempat dengan afinitas yang rendah dengan reseptor spesifiknya.
Kompleks hormon reseptor berikatan pada suatu regio spesifik DNA,
menginduksi atau merepresi sintesis protein dengan meningkatkan atau
menurunkan transkripsi gen.
Dari transkripsi gengen ini timbul perubahan dari tingkat
transkripsi m RNA mereka. Perubahan tingkat mRNA ini mengubah
tingkatan dari produk protein dari gen ini.Protein ini kemudian
memperantarai respon hormon Thyroid. Hormon Thyroid dikenal
sebagai modulator tumbuh kembang penting pada usia balita

29

3.4. Reseptor Hormon


Setiap sel memiliki banyak sekali jenis reseptor, baik reseptor hormon,
vitamin, produk metabolisme ataupun reseptor xenobiotic. Reseptor secara umum
berarti penerima rangsang. Tetapi secara biomolekular adalah struktur khusus
bagian dari suatu sel :

di membran

di sitosol

di membran organella / nucleus


3.4.1. Reseptor Hormon dan Aktivasinya
Langkah pertama kerja suatu hormon adalah pengikatan hormon pada
reseptor spesifik di sel target. Sel yang tidak memiliki reseptor untuk
hormon tersebut tidak akan berespons. Reseptor untuk beberapa hormon
terletak pada membrane sel target, sedangkan reseptor hormon yang lain
berada dalam sitoplasma atau di nucleus. Ketika hormon terikat pada
reseptornya. Hal tersebut biasanya akan menginisiasi serangkaian reaksi di
dalam sel, dengan setiap tahap reaksi yang semakin teraktivasi sehingga
sejumlah kecil konsentrasi hormon bahkan dapat mempunyai pengaruh yang
besar.
Reseptor hormon merupakan protein berukuran besar, dan setiap sel
yang distimulasi biasanya memiliki sekitar 200-100000 reseptor. Setiap
reseptor biasanya juga sangat spesifik untuk sebuah hormon; hal ini
menentukan jenis hormon yang akan bekerja pada jaringan tertentu. Jaringan
target yang dipengaruhi suatu hormon adalah jaringan yang memiliki
reseptor spesifiknya.
3.4.2. Lokasi berbagai Jenis Reseptor Hormon
Reseptor hormon terletak di berbagai tempat sesuai spesifikasinya,
lokasi-lokasi reseptor hormon antara lain:

30

a. Di dalam permukaaan atau pada permukaan membrane sel, adalah


reseptor untuk sebagian besar spesifik untuk protein, polipeptida,
dan hormon katekolamin.
b. Di dalam sitoplasma sel, adalah reseptor untuk berbagai hormon
steroid.
c. Di dalam nukleus sel, adalah reseptor untuk hormon tiroid dan
lokasinya diyakini berhubungan erat dengan satu atau lebih
kromosom.
3.4.3. Struktur Reseptor Hormon
Setiap reseptor hormon mempunyai sedikitnya dua daerah domain
fungsional yaitu :
a. Domain pengenal yang akan mengikat hormon
b. Regio sekunder ; menghasilkan (tranduksi)

signal

yang

merangkaikan pengaturan beberapa fungsi intrasel


Pada Reseptor intraseluler yaitu reseptor hormon Steroid dan Thyroid,
membentuk suatu superfamili yang besar dari faktor transkripsi. Selain itu
adalah reseptor untuk hormon Glukokortikoid, mempunyai beberapa domain
fungsional, yaitu:
a. Regio pengikat hormon dalam bagian terminal karboksil
b. Regio pengikatan DNA yang berdekatan
c. Sedikitnya dua regio yang mengaktifkan transkripsi gen
d. Sedikitnya dua regio yang bertanggung jawab atas translokasi
reseptor darisitoplasma ke nukleus
e. Regio yang mengikat protein renjatan panas tanpa adanya ligan
Pada reseptor membrane salah satunya adalah reseptor Insulin, adalah
berupa heterotetramer (22) yang terikat lewat ikatan disulfida yang
multipel :
a. Subunit ekstramembran akan mengikat insulin
b. Subunit perentang membran akan mentransduksi sinyal yang
mungkin terjadi lewat komponen tirosin kinase pada bagian
sitoplasmik polipeptida ini.

31

Reseptor IGF, EGF , LDL, umumnya serupa dengan dengan reseptor


insulin ini. Reseptor untuk ANF yang memiliki aktifitas guanilil siklase juga
termasuk

dalam

kelas

ini.

Reseptor

hormon

polipeptida

yang

mentransduksikan sinyal melalui pengubahan kecepatan produksi cAMP


ditandai dengan adanya tujuh buah domain yang merentangkan membran
plasma.

Gambar 3.5 Berbagai Jenis Reseptor Membran dengan Contoh masing-masing


Struktur molekul reseptor permukaan sel bervariasi. Gambar di bawah
ini menunjukkan struktur reseptor epidermal growth factor, yang memiliki
struktur sederhana yaitu terdiri dari peptida tunggal yang menembus
membran, kebanyakan reseptor growth factor memiliki struktur semacam
ini. Reseptor yang lain, misalnya untuk insulin memiliki lebih dari satu
subunit. Reseptor beta-adrenergic terdiri dari satu unit protein tetapi
konformasinya menembus membran tujuh kali sehingga biasa disebut
dengan seven trans membrane receptor.

32

Gambar 3.6 Struktur Reseptor Epidermal Growth Factor


3.4.4. Pengaturan Jumlah dan Sensitifitas Reseptor Hormon
Jumlah reseptor sel target biasanya tidak konstan dari hari ke hari,
atau bahkan dari menit ke menit. Reseptor protein itu sendiri dalam
fungsinya seringkali dinonaktifkan atau dihancurkan, dan pada waktu yang
lain reseptor tersebut diaktifkan kembali atau reseptor yang baru dibuat oleh
mekanisme pembentukan protein. Contohnya : peningkatan kadar hormon
dan penambahan ikatan hormon dengan reseptor sel target kadang-kadang
menimbulkan pengurangan jumlah reseptor yang aktif.
Down regulation dari reseptor ini dapat terjadi sebagai akibat dari :
(1) Inaktivasi sejumlah molekul reseptor
(2) Inaktivasi sejumlah molekul sinyal protein intrasel
(3) Sekuestrasi reseptor untuk sementara waktu di dalam sel, yang jauh
dari tempat kerja hormon yang berinteraksi dengan reseptor
membrane sel.
(4) Destruksi reseptor oleh lisosom setelah reseptor masuk ke dalamnya
(5) Pengurangan produksi reseptor
Down regulation receptor akan mengurangi respon jaringan target
terhadap hormon.
Sejumlah hormon menimbulkan up-regulation reseptor dan protein
pemberi sinyal intrasel; yaitu hormon penstimulasi memacu pembentukan
reseptor atau molekul sinyal intrasel oleh perangkat pembentukan protein sel
target dalam jumlah yang melebihi normal, atau lebih banyak ketersediaan

33

reseptor untuk berinteraksi dengan hormon. Bila hal tersebut terjadi,


jaringan target akan semakin sensitive terhadap stimulasi hormon terkait.
3.4.5. Reseptor Membran dan Reseptor Intraseluler
Reseptor membran, molekul sinyal ekstraseluler menimbulkan
perubahan pada reseptor, tanpa harus masuk ke dalam sel. Ada 3 klas
reseptor permukaan sel:
A. Reseptor yang mengikat ion kanal (Ionotropic Receptor)

Gambar 3.7 Reseptor yang mengikat ion kanal (Ionotropic Receptor)


B. Reseptor yang mengikat GTP-binding Protein (G-Protein)

Gambar 3.8 Reseptor yang mengikat GTP-binding Protein (G-Protein)


C. Reseptor yang mengikat enzim (Enzym-linked receptor)

34

Gambar 3.9 Reseptor yang mengikat enzim (Enzym-linked receptor)


Reseptor intrasel tersusun atas rantai polipeptida tunggal yang terdiri
dari tiga domain, antara lain:
1) Domain amino terminus: regio ini berperan pada aktivasi dan
stimulasi transkripsi dengan cara berinteraksi dengan komponen
transkripsional yang lain. Sekuen domain ini berbeda-beda pada
berbagai jenis reseptor.
2) Domain pengikatan DNA: asam amino pada regio ini berperan
pada pengikatan reseptor pada urutan spesifik pada DNA.
3) Domain karboksi terminus atau ligand-binding domain: region ini
mengikat hormon.
Sejumlah hormon yang meliputi hormon steroid, gonad, dan adrenal,
hormon tiroid. Hormon retinoid dan vitamin D berikatan dengan reseptor
protein di dalam sel dan bukan di membran sel. Karena hormon-hormon
tersebut bersifat larut dalam lemak, hormon tersebut menembus membran
sel dengan mudah dan berinteraksi dengan reseptor di sitoplasma atau
nukleus. Komplek reseptor hormon yang teraktifasi berikatan dengan urutan
pengaturan yang spesifik (promotor) di DNA yang disebut hormon response
element, dan dengan cara ini akan mengaktivasi atau menekan transkripsi
gen yang spesifik dan pembentukan m-RNA. Oleh sebab itu dalam hitingan
menit, jam, atau bahkan berhari-hari setelah hormon memasuki sel, protein
yang baru akan terbentuk di sel dan menjadi pengatur fungsi sel yang baru
atau mengubah fungsi sel.
35

Reseptor hormon steroid dan tiroid berada di dalam sel target, pada
sitoplasma

atau

nukleus,

dan

berfungsi

sebagai

ligand-dependent

transcription factors. Jadi kompleks hormon-reseptor berikatan dengan


regio promoter pada gen dan menstimuli atau menghambat ekspresi gen,
yang menghasilkan perubahan fenotipik pada ekspresi protein.
Berikut contoh reseptor hormon intraselular:
a.

RESEPTOR HORMON TIROID


Hormon T3 dan T4 bersifat lipofilik dan dapat berdifusi lewat
membrane lasma semua sel, menumpai reseptor spesifiknya di
dalam sel sasaran. Reseptor hormon tiroid manusia terdapat paling
tidak dalam tiga bentuk: hTR-1 dan 2 serta hTR-1. hTR-
mengandung 410 asam amino, mempinyai sekitar 47.000, gennya
terletak pada krmosom 17. hTR- mengandung 456 asam amino
dengan BM sekitar 52.000, gennya terletak pada kromosom 3.
Setiap resptor mengandung tiga daerah spesifik.
1. Suatu daerah amino terminal yang meningkatkan aktvitas
resptor
2. Suatu daerah pengikat DNA sentral dengan dua jari-jari sistein
seng
3. Suatu daerah pengikat hormon terminal karboksil
Ada kemungkinan bahwa hTR-1 dan hTR-1 merupakan bentuk
resptor yang aktif secara biologic. hTR-2 tidak mempunyai
kemampuan mengikat hormon tetapi berikatan dengan unsure
respon hormon tiroid (TRE) pada DNA dengan demikian dapat
bertindak pada beberapa kasus untuk mengambat T3. Mutasi titik
pada gen hTR- yang menimbulkan reseptor T3 abnormal
merupakan penyebab dari sindroma resistensi generalisata
terhadap hormon tiroid (sindroma refetotof).
b. RESEPTOR HORMON ESTROGEN
Reseptor estrogen memiliki beberapa domain fungsional.

36

1. Domain berikatan dengan DNA, terdiri dari dua ikatan seng


yang terlibat dalam pengikatan dan dimerisasi reseptor.
2. Domain berikatan dengan ligan, berisi perangkat asam amino
berbeda yang mengikat ligan berbeda; domain ini juga
berinteraksi dengan protein koregulator.
3. Domain terminal-N, memiliki derajat variabilitas tinggi dan
normalnya
berinteraksi

terdiri

dari

secara

domain
langsung

transkripsi
dengan

yang

bisa

faktor-faktor

perlengkapan transkripsional.
4. Domain terminal-C mengkontribusi kapasitas transaktivasi
reseptor.
Ada dua subtipe reseptor estrogen dan beberapa isoform serta
sambungan varian dari setiap subtipe. Subtipe pertama, reseptor
estrogen klasik, pertama kali diklon tahun 1986. Subtipe kedua,
reseptor estrogen yang paling terkini. Kedua subtipe reseptor ini
bervariasi dalam struktur dan gen-gen pengode mereka di dalam
kromosom-kromosom yang berbeda. Gen reseptor estrogen
telah dipetakan pada lengan panjang. Distribusi jaringan reseptor
estrogen dan reseptor estrogen berbeda, walaupun ada
beberapa tumpang tindih. Sel-sel granulosa dan perkembangan
spermatid berisi kebanyakan reseptor estrogen dan subtipe ini
ada pada beberapa jaringan-jaringan target nonklasik, termasuk
ginjal, mukosa usus, parenkim paru, sumsum tulang, tulang, otak,
sel-sel endotelial, dan kelenjar prostat. Kontrasnya, endometrium
sel-sel kanker payudara, dan stroma ovarium isinya kebanyakan
reseptor estrogen .

37

BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hormon adalah zat yang dikeluarkan dari suatu kelenjar ke suatu aliran
darah untuk mempengaruhi kegiatan sel di dalam tubuh. Hormin dapat
dikalsifikasikan berdasarkan kerjanya, senyawa kimianya, sifat
reseptor dan lokasi resptornya
2. Mekanisme kerja hormon dipengaruhi oleh reseptor dan second
massanger, yaitu cAMP, Ca2+, dan PIP2 untuk mencapai fungsi
fisiologis
3. Reseptor hormon dibagi menurut letaknyaada 2 yaitu, reseptor hormon
intra sel dan reseptor hormon membran sel.

38

DAFTAR PUSTAKA
Davidson, Victor L, dkk. 2013. Quick Review Biokimia. Jakarta: Binarupa Aksara
Publisher
Gavrieli,Y.,Y.Sherman,and S.A Ben-Sasson. (1992). Identification of programed
cell death in situ via specific llabeling of nuclear DNA fragmentation.
J.CellBiol. 119:493-501
Haqiqi. 2008. Biosintesis hormone tiroid dan paratiroid. Malang : Fakultas
Peternakan Universitas Brawijaya.
Marks, Dawn B. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar:Sebuah Pendekatan Klinis.
Jakarta : EGC
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC
Thompson,H.J.,R.Strange and P.J.Schedin. (1992) Apoptosis in the genesis and
prevention of cancer. Cancer Epidem. Biomarkers and Prevention 1 : 597602

39

Anda mungkin juga menyukai