Anda di halaman 1dari 11

KHUTBAH JUMAT: SEMANGAT BERKURBAN

Khutbah Pertama:
bismillahirohmanirrohim
Assalamualaikum warohmatullohi wa barokatuh..




...


:

.
Kaum Muslimin, Jamaah Jumah yang dirahmati Allah Subhanahu wa
taala
Pertama-tama marilah kita bersyukur kepada Allah atas segala
nikmatNya. Kita bersyukur telah melewati bulan yang mulia, yaitu
bulan Ramadhan. Bulan yang memiliki begitu banyak keutamaan dan
disyariatkan di dalamnya berbagai macam ibadah yang mulia. Semoga
Allah menerima segala amal kebaikan kita di dalamnya, baik berupa
puasa, qiyamul lail, qiraatil quran, shadaqah dan amalan yang lainnya.
Bersyukur kita juga telah disampaikan Allah ke Bulan Syawal hingga
hari ke 14 ini serta diberi kesehatan dan kesempatan untuk beribadah
Sholat Fardhu Jumat di Masjid Baitul Izzah ini. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah pada panutan kita, Nabi Muhammad,

shalallahu alaihi wassallam, dan kepada keluarga, sahabat, serta


pengikutnya sampai hari kiamat kelak.
Jamaah Jumah yang dirahmati Allah Subhanahu wa taala
Tidak lupa pada kesempatan yang berbahagia ini, melalui mimbar
jumat yang mulia ini khatib mewasiati diri dan jamaah sekalian untuk
selalu meningkatkan ketaqwaan kepada Allah, dengan ketaqwaan yang
sebenar-benarnya. Sesungguhnya ketaqwaanlah sebaik-baik bekal
baik di dunia maupun akhirat. Allah berfirman,

WA TAZAW WADUU FAINNA KHOYROZ ZADITTAQWAA


WATTAQUW NI YAA ULIL ALBAB
Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan
bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal. (Al Baqarah:
197)
Setelah berusaha keras mengisi Bulan mulia, Bulan Ramadhan,
dengan produk akhir adalah TAQWA, maka tibalah saatnya untuk
mengimplementasikan ketaqwaan kita hasil didikan di Bulan
Ramadhan pada bulan Syawal dan seterusnya, termasuk tantangan
keimanan oleh Alloh SWT untuk mempersiapkan diri Beribadah Haji
dan berkorban bagi yang mampu. Untuk ibadah haji terbatas bagi
saudara-saudara kita yang memiliki dana dan sudah mendaftar
tentunya. Adapun ibadah kurban semoga dapatlah kita lakukan
karena dana yang dibutuhkan tidak sebesar ibadah haji. Ketika
berkurban, banyak di antara kaum muslimin yang mampu berlombalomba untuk melakukannya. Khususnya di Kota Pekanbaru, semangat
berkurban sangat terasa, sampai-sampai Hari Raya Idul Adha semarak
dengan kegiatan memotong hewan kurban baik di Masjid/Mushola dan
di lapangan, hal ini berbeda dengan kota-kota lainnya di Pulau
Sumatera yang masih menyelenggarakan kegaitan anjang sana dari
rumah ke rumah untuk bersilaturahmi.
Jamaah Jumah yang dirahmati Allah Subhanahu wa taala
Fenomena tumbuh suburnya kesadaran dalam diri kaum muslimin
untuk
berkurban
tentunya
merupakan
suatu
hal
yang
membahagiakan kita semua. Namun akan lebih menggembirakan lagi
apabila jiwa pengorbanan tersebut dimaknai dengan benar dan
ditumbuhkembangkan di setiap lini kehidupan.

Berkurban, menjadi sarana napak tilas yang sangat mengesankan,


mengenang dan menghayati kisah perjalanan seorang Nabiullah
Ibrahim as beserta keluarganya yang sarat dengan nilai-nilai
filosofi kehidupan. Dari kisah pencarian Ibrahim akan keeasaan Allahsebuah otoritas tunggal yang tidak ada satupun dapat
mempersekutukanNya dalam bentuk rupa, hasrat dan kehendaksampai pada momen pengorbanan yang sangat dramatis. Perjuangan
dan pengorbanan ibrahim sepanjang yang kita kenang menunjukan
kapasitasnya sebagai orang yang mempunyai integritas ketauhidan
yang amat tinggi. Oleh karena itulah boleh jadi ia dikenal dengan
sebutan bapak tauhid se dunia. Ketika perintah Allah datang
kepadanya, tanpa ragu, tanpa mempertimbangkan akal dan moralnya,
ia laksanakan dengan penuh ketaatan dan kepatuhan. Demikianlah
Allah berbicara tentang ketaatan Ibrahim dalam Al-Quran :

INNA IBROOHIYMA KAA NA UMMATAN QOONITAN LILLAHI


HANIIFAW WALAM YAKU MINAL MUSYRIKIYN
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang umat yang dapat dijadikan
teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia
termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Rabb), (QS. 16:120)
Jamaah Jumah yang dirahmati Allah Subhanahu wa taala
Tentang pegorbanan yang teramat besar atas nama ketauhidan kepada
Allah dapat kita baca dalam dua peristiwa dalam sejarah hidup Ibrahim
as.
Yang pertama, karena rasa cemburu istrinya yang pertama (Siti Sarah),
nabi Ibrahim harus mengasingkan Siti Hajar (istrinya yang lain) beserta
putra tercintanya Ismail yang masih bayi dari Yerusalem-Palestina
kesebuah lembah padang pasir yang tandus yaitu Mekkah.
Dan ketika takdir mempertemukan kembali Ibrahim dengan putranya
Ismail, dengan usia Ismail yang sudah menginjak remaja, terpancarlah
kembali akan harapan Ibrahim akan generasi penerus yang akan
meneruskan cita-citanya. Namun apa yang terjadi, perintah Allah yang
kedua datang untuk menyembelih putranya Ismail sebagai korban.
Sekali lagi, ketaatan Ibrahim teruji di sini. Atas nama ketauhidan
kepada Allah, matahari kehidupan yang baru saja akan terbit
menerangi kehidupan harus dibantai begitu saja dengan cara yang
amat memilukan.

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersamasama Ibrahim, Ibrahim berkata:"Hai anakku sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!" Ia menjawab:"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar". (QS. 37:102)
Dan Nabi Ibrahim lulus dalam menjalankan segala macam ujian
tersebut. Dan Ibrahim termasuk ke dalam hamba Alah yang qonit, yang
sabar atas kepatuhannya terhadap perintah Allah yang ia laksanakan.
Ibrahim berada pada puncak perjuangan dan pengorbanan yang
sempurna ketika segalanya yang ia miliki, satu-satunya, yang menjadi
kebanggaan hidupnya, rela ia korbankan hanya karena memilih ridha
Allah semata.
Jamaah Jumah yang dirahmati Allah Subhanahu wa taala
Sekelumit kisah Ibrahim di atas menggambarkan bahwa memang
hidup adalah perjuangan, dan perjuangan tidak akan sukses tanpa
harus disertai dengan pengorbanan. Pengorbanan yang diperlihatkan
Ibrahim adalah pengorbanan yang sangat besar dan tulus, puncak
pengabdian seorang hamba yang paling tinggi ketika segalanya
dipasrahkan hanya untuk Allah semata. Ibrahim kemudian menjadi
teladan bagi kita umat manusia agar hidup selalu berkorban,
mengorbankan apa saja yang kita miliki untuk hidup dan kehidupan,
untuk kemanusiaan. Segala kelebihan kita berupa kekayaan,
kecerdasan, kekuatan dan kekuasaan hanya merupakan amanah atau
titipan Allah yang harus kita sampaikan kepada yang berhak.

INNALLOHA YAMURUKUM ANTUADDUL AMANAATI ILA AHLIHA


Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanya (QS. 4:58)
Jamaah Jumah yang dirahmati Allah Subhanahu wa taala

Saat ini kita tengah dihadapkan oleh permasalahan hidup yang amat
komplek; kemiskinan, susahnya lapangan pekerjaan, lahan untuk
tempat tinggal semakin menyempit sementara populasi manusia
semakin padat. Maka yang kita rasakan adalah perlombaan manusia
berebut segala macam fasilitas hidup untuk dirinya sendiri,
memperkaya diri, sedikit sekali rasa peduli terhadap kaum dhuafa
disekelilingnya. Maka dibutuhkan semangat berbagi untuk sesama
lebih-lebih bahwa islam itu sendiri adalah rahmatalilalamin. Sudah
menjadi kewajiban setiap muslim untuk menjadi perantara tersebarnya
rahmat Allah bagi alam semesta. Praktek berkorban untuk sesama ini
sebagaimana telah diperlihatkan oleh generasi awal islam ketika nabi
SAW baru saja berhijrah dari Mekkah ke Madinah, sebagaimana yang
digambarkan dalam Quran:




Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah

beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka


mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada
menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang
diberikan kepada mereka (orang Muhajirin);
dan mereka
mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri.
Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan
siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang
yang beruntung. (QS. 59:9)
Jamaah Jumah yang dirahmati Allah Subhanahu wa taala
Model interaksi sosial yang diperlihatkan oleh para sahabat Nabi
tersebut merupakan interaksi yang dilandasi dengan semangat
berkorban, lebih mengutamakan kepentingan sesama dari pada
mementingkan kepentingan sendiri atau golongan. Prinsip seperti
inilah yang harus dipegang teguh oleh kaum muslimin agar selalu
tercipta keharmonisan, saling pengertian dan kesejahteraan hidup di
tengah masarakat.
Masih kita rasakan saat ini bagaimana saudara-saudara kita di
beberapa belahan bumi Indonesia mengalami musibah dan bencana
alam yang sangat memilukan. Awan dan debu panas Gungung

Sinabung di Sumatera Utara, Gunung Raung di Jawa Timur, Gunung


Gamalama di Ternate (Maluku Utara) serta lebih 10 gunung berapi
lainnya yang dalam status Waspada dan Siaga. Saat seperti ini,
sejatinya tumbuh pada diri kita kepekaan sosial dan motovasi untuk
saling berbagi. Betapa tidak, kita hanya dituntut sebagian kecil saja
dari yang kita miliki sementara mereka korban bencana telah
kehilangan segalanya. Maka alangkah baiknya apabila kita berpikir
bagaimana seandainya bencana ini juga terjadi pada kita. Karena
bukan tidak mungkin bencana alam akan terjadi kapan saja, di mana
saja, tak terduga, sebagai bagian proses alam dalam meseteimbangkan
dirinya. Dan kita menjadi bagian dari alam itu. Sebagai makhluk yang
lemah hanya mampu memasrahkan diri seraya memohon di bawah
misteri keMahabesaran dan keMahakuasaan kehendakNya.
Jamaah Jumah yang dirahmati Allah Subhanahu wa taala
Komplek persoalan hidup tidak berhenti sampai di situ, perkembangan
tekhnologi dan industri memang semakin pesat, namun justu semakin
mengancam keseimbangan alam itu sendiri. Zat zat karbon sisa-sisa
pembuangan yang dihasilkan mengancam atmosfir bumi yang
melindungi bumi dari efek langsung radiasi matahari, sementara hutan
yang menjadi paru-paru bumi penyuplai oksigen ditebangi secara
membabi buta, kerusakan hutan di mana-mana. Akibatnya, Suhu
bumi semakin memanas (global warming) beberapa bulan belakangan
suhu udara bumi yang panas telah merenggut banyak korban jiwa di
Pakistan, India dan Banglades bahkan di tempat kita suhu udara dari
sejak awal Ramadhan hingga saat ini sangat tidak nyaman untuk
kehidupan di siang hari kadang mencapai 36 38 oC, di malam haripun
udara masih berkisar 30 32 oC, musim semakin tak menentu, cuaca
menjadi ekstrim, kemarau yang panjang belum berakhir seiring Badai
El Nino yang diperkirakan hingga akhir tahun dengan dampak
ikutannya khusus di Provinsi Riau adalah Kebakaran Hutan dan lahan
yang berujung Kabut Asap seperti saat ini, Maka konteks pengorbanan
dalam hal ini adalah dituntutnya pengorbanan para pemimpin berupa
kerja keras dan tulus dalam merumuskan kebijakan tata ruang yang
berpihak pada kemaslahatan lingkungan dan keselamatan orang
banyak. Yang terjadi malah pengembangan industri dan properti hanya
berorientasi bisnis dan nafsu memperkaya diri pribadi tanpa
memperhatikan dampak lingkungannya. Maka nyatalah kerusakan
alam akibat dari keserakahan manusia itu sendiri.

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena


perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar). (QS. 30:41)
Jamaah Jumah yang dirahmati Allah Subhanahu wa taala
Disisi lain, kerukunan hidup beragama di tanah air ternodai dengan
aksi penghentian paksa sholat Idul Fitri dan dilanjutkan dengan
pembakaran Masjid di Kabupaten Tolikara Papua. Hal ini menyulut
semangat berkorban umat untuk membela agama yang di Ridhoi Alloh
ini.
Semoga kompleksitas ini perlu kita sikapi dengan arif agar tumbuhkan
mentalitas berqurban dalam kehidupan. Sebagai warga, kita jalani
segala tuntutan dan kewajiban kita, kita tunaikan hak-hak orang lain
lebih-lebih sebagai pemimpin masarakat, maka lebih dituntut
pengorbanannya dalam bentuk kerja keras melayani keperluan dan
kemaslahatan orang banyak, lebih mementingkan kemaslahatan dari
pada memikirkan kepentingan pribadi atau golongannya, berlaku adil
kepada semua warganya tanpa memandang perbedaan.
Dan sekali lagi, melalui momen berkurban kita maknai dan hayati
segala aktifitas kita dalam konteks berkorban. Sebagai kepala rumah
tangga kita korbankan segenap usaha kita untuk menghidupi
keluarga, bahkan sebagai individu, kita korbankan segala kesenangan
kita hari ini, segala waktu luang kita untuk belajar, berusaha atau
bekerja demi mencapai hari esok dan masa depan yang lebih baik. Dan
intinya sebagai muslim, kita korbankan segala bentuk kecenderungan
memperturutkan hawa nafsu, kita sembelih egoisme dan
kesombongan kita, kita buang jauh-jauh segala bentuk sifat jahat yang
berpotensi dalam diri kita untuk hanya mengapai ridha Allah SWT
semata.

Jamaah Jumah yang dirahmati Allah Subhanahu wa taala


Demikianlah cita-cita Ibrahim beserta putranya Ismail ingin
menjadikan generasi setelahnya menjadi umat yang benar-benar

memasrahkan diri hanya kepada Allah sebagaimana doa beliau yang


diabadikan dalam Al-Quran :

ROBBANA WAJALNAA MUSLIMAYNI LAKA WAMIN DZURIYATINAA


UMMATAM MUSLIMATAL LAKA WA ARINAA MANAA SIKANAA
WATUB ALAYNAA INNAKA ANTAT TAW WABURROHIYM
Ya Rabb kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada
Engkau dan (jadikanlah) di antara anak-cucu kami umat yang tunduk
patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan
tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami.
Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha
Penyayang. (QS. 2:128)

Baarakallahu lii walakum filquraanil dziim. Wa nafaanii waiyyakum


bimaa fiihi minal ayaati wadzikrilhakiim. Wataqoballallahu minii
waminkum tilaawatahu innahu huwassamiiul aliim.
Aquulu qowlii hadzaa wastaghfirullahil adzim lii walakum walisaa
irilmuslimina wal muslmaati wal muminiina wal muminaati alhyaa
i minhum wal amwaati
fastaghiruhu innahuu huwal ghofuururrohiim

Khutbah Kedua










.




...


. :

Ketika Nabi Ibrohim diperintahkan Alloh untuk meletakkan pedang di


leher Ismal, maka beliau letakkan dan gerakkan tanpa memikirkan apa
yang terjadi selanjutnya, begitu juga ketika Ismail diminta untuk
disembelih, maka tanpa memikirkan apa yang terjadi berikutnya beliau
ikut saja apa yang perintahkan Allah dan Bapaknya, demikian juga

halnya ketika Nabi Nuh diperintahkan Alloh untuk membuat perahu di


atas sebuah bukit (sesuatu yang tidak masuk akal membuat perahu
yang biasayanya di tepi sungai atau pantai, namun ini di atas bukit),
maka Nuh melakukannya tanpa memikirkan selanjutnya, juga ketika
Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk berhijrah dari Kota
Makkah ke Madinah, maka tanpa bertanya dan memikirkan akibat
selanjutnya, Baginda Nabi segera melaksanakan perintah tersebut.
Dan semua kejadian pada Nabi Ibrohim, Nabi Ismail juga Nabi Nuh
serta Nabi Muhammad SAW selanjutnya Alloh SWT yang membuat
ketetapan. Demikian juga dengan hidup kita, semoga apa yang
diperintahkan Alloh SWT untuk kita kerjakan seperti tertuang dalam
kita suci Al Quran dan Al Hadis serta dicontohkan oleh junjungan Alam
Nabi Muhammad SAW beserta para sahabat dapat kita kerjaan sebagai
sebuah ketaaan tanpa memikirkan apa yang selanjutnya terjadi
(samina wa atona). Selain itu

ALLAH TELAH MENGINGATKAN KITA BAWA KITA SEMUA


ADALAH ORANG YANG MERUGI BILA TIDAK MEMANFAATKAN
WAKTU. MUMPUNG MASIH BEBERAPA BULAN LAGI IDUL ADHA,
MARI KITA PERSIAPKAN DIRI UNTUK BERKURBAN SEBAGAI
BENTUK KETAATAN KITA KEPADA ALLAH DAN MENABUNG
UNTUK MENDAFTARKAN DIRI MENUNAIKAN RUKUM ISLAM YANG
KE LIMA PERGI HAJI KE TANAH SUCI MAKKAH. BILA SHOLAT
MEMILIKI 13 RUKUN DAN SALAH SATU RUKUN TIDAK KITA
KERJAKAN MAKA GUGURLAH SHOLAT KITA, MAKA MENJADI
MUSLIM SEMPURNA JUGA MEMILIKI 5 RUKUN YAITU RUKUN
ISLAM. SEMOGA DENGAN MENUNAIKAN IBADAH HAJI KITA
DAPAT SEMPURNA SEBAGAI MUSLIM YANG MENUNAIKAN SEMUA
RUKUN ISLAM TERSEBUT.

10

..
Allohummaghfirlil muminina wal muminat wal
muslimina wal muslimat al ahya iminhum wal amwat
birohmatika ya arhamamarrohimin.
Robbana dzolamna anfusana wa illam taghfirlana wa
tarhamna lanakunanna minal khosirin.
Robbana la tujig kulubana bada id hadaytana wa
hablana mil ladunka rohmatan innaka antal wahhab.
Robbana atina fiddunya hasanah wafil ahiroti hasanah
wakina azabannar.
ibaadalloh, innalloha yamuru biladli wal ihsaani
waiitaa dziilqurbaa wayanha anilfahsyaa iwal munkar
iwalbagh
yaidzukum laallakum tadzakkaruuna fadzukurullahal
adziim wadzukurkum wasykuruu hu ala niamihi
yazidkum
waladzikrullahi akbar. Wa aqimishalaa.

11

Anda mungkin juga menyukai