Oleh
Ni Kadek Dwi Mas Pujastuti (1102105020)
Definisi Pengertian
Perry, 2005)
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan
nonelektrolit. Elektrolit merupakan sebuah umur atau senyawa yang jika
melebur atau larut dalam air atau pelarut lain akan pecah menjadi ion dan
mampu membawa muatan listrik .Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak
terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti : protein, urea,
glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan
elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++),
magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-),
sulfat (SO42-). Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu
bagian dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsentrasi ion pada tiaptiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah
muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.
Kelebihan cairan
Adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami atau beresan elektrolit
3.
Difusi
Merupakan proses di mana partikel yang terdapat di dalam cairan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan
elektrolit di difusikan menembus membrane sel. Kecepatan difusi di pengaruhi
oleh ukuran molekul, konsentarsi larutan dan temperature.
Osmosis
Merupakan
bergeraknya
pelarut
bersih
seperti
air,
melaui
membran
Definisi
Contoh
Larutan dengan osmolalitas yang sama Salin normal 0,9 atau Laktat
dengan plasma
Ringer
Larutan dengan konsentrasi solute lebih Salin 0,45%
Salin 0,33%
rendah dari plasma
Dekstrosa 2,5%
Larutan dengan konsentrasi solute lebih Dekstrosa 5% di dalam salin
tinggi dari plasma
0,45%
Dekstrosa 5% di dalam salin
normal
Dekstrosa 5% di dalam laktat
Ringer Salin 3%
Transport aktif
Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke lebih tinggi karena adanya daya aktif
dari tubuh seperti pompa jantung.
4.
Jumlah
1500
600-900
600
400
100
Jumlah total
3200-3500
Pemasukan
Cairan yang diminum 1200ml
Makanan padat (air) 1000ml
Oksidasi makanan
5.
300 ml
6.
Klasifikasi
Hipovolemia
Kekurangan volumen cairan terjadi saat air dan elektrolit yang hilang berada di dalam
proporsi isotonic.Kadar elektrolit dalam serum tetap tidak berubah,kecuali jika terjadi
ketidakseimbangan lain,pasien yang berisiko kekurangan volumen cairan ini adalah
pasien yang mengalami kekurangan cairan dan elektrolit melalui saluran gastrointestinal ,
misalnya akibat muntah,pengisap lambung,diare,atau fustula,penyebab lain dapat
pengaturan
keseimbangan asam basa, karena karena ion K- dapat diubah menjadi ion
hydrogen (H+) Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
Kalsium
a. Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung,pembekuan
darah dan pembentukan tulang dan gigi.
b. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid.
c. Hormon paratiroid mengabsorpsi kalsium melalui gastrointestinal,sekresi melalui
ginjal.
d. Hormon thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca+ tulang
Magnesium
a. Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel
b. Sangat penting untuk aktifitas enzim,neurochemia dan muscular excibuiltary,
normalnya 1,5-2,5 mEq/lt
Chloride
Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, normalnya sekitar 95-105 Eq/lt
Bikarbonat
a. HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstrasel
dan intrasel.
b. Bicnat diatur oleh ginjal
Fosfat
a. Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel
Natrium
Kalium
Clorida
Magnesium
Fosfat
: 135-145 mem/L
: 3,5-5,0 mem/L
: 9,5-5,5 mem/L
: 1,5-2,5 mem/L
: 1,5-2,6 mem/L
8.
Gangguan cairan dan elektrolit
Ketidakseimbangan isotonik
Penyebab :
kehilangan cairan dari sistem gastrointestinal, seperti diare,muntah atau drainase
Hipokalemia
Penggunaan diuretik yang dapat membuang kalium
Diare, muntah, atau kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal
Alkalosis
Syndrom cushing atau tumor yang dapat memproduksi hormon adrenal
Poliuria
Pengeluaran keringat yang berlebihan
Penggunaan cairan IV-bebas kalium secara berlebihan
Hiperkalemia
Gagal ginjal
Dehidrasi hipertonik
Kerusakan selular yang parah seperti akibat luka bakar dan trauma
Pemberian kalium melalui IV dalam jumlah besar secar iatrogenik
Insuiensi adrenal
Asidosis
Infus darah yang berlangsung cepat
Penggunaan diuretik yang mempertahankan kalium
Hipokalsemia
Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat
Hipoalbuminemia
Hipoparatiroidisme
Defisiensi vitamin D
Penyakit-penyakit neoplastik
Pankreatitis
Hiperkalsemia
Hiperparatiroidisme
Metastase tumor tulang
Penyakit paget
Osteoporosis
Imobilisasi yang lama
Hipomagnesemia
Asupan yang tidak tidak adekuat: malnutrisi dan alkoholisme
Absorpsi yang tidak adekuat:diare,muntah,drainase nasogastrik,fistula,diet
kalsium yang berlebihan (bersaing dengan magnesium untuk mencari tempat
transpor), penyakit usus kecil
Hipermagnesemia
Gagal ginjal
Pemberian magnesium parenteral yang berlebihan.
9.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
10.
11.
Luka bakar
Gangguan kardiovaskular
Gangguan pernafasan
Gangguan ginjal
Kanker
Cedera kepala
Dfisit volume
Kehilangan BB
Kelebihan volume
Kenaikan BB
Jantung
Edema perifer
Ginjal
Takikardi
Gastrointestinal
Pulmonary
Oligouria
Murmur
Azotemia
Bowel edema
Ileus
Pulmonary edema
Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :
1) Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
2) Renjatan hipovolemik.
3) Kejang pada dehidrasi hipertonik.
12.
Penatalaksanaa medis
TERAPI CAIRAN DAN ELEKTROLIT
LARUTAN PARENTERAL
Ada sejumlah larutan elektrolit komersial yang dapat digunakan untuk pemasukan
parenteral. Jenis cairan yang dimasukkan tergantung pada status volume pasien dan
tipe konsentrasi atau adanya komposisi abnormal. Baik ringer laktat dan normal
saline bersifat isotonik dan bermanfaat dalam menggantikan kehilangan cairan
gastrointestinal dan defisit volume ekstraseluler. Ringer laktat bersifat agak
hipotonik karena mengandung 130 mEq Natrium, yang diseimbangkan dengan 109
mEq klorida dan 28 mEq laktat. Laktat lebih sering digunakan dibandingkan
bikarbonat karena laktat bersifat lebih stabil sebagai cairan intravena selama
penyimpanan. Laktat diubah menjadi bikarbonat di hati mengikuti proses pencairan,
walaupun dihadapkan pada syok hemoragik. Beberapa bukti menunjukkan bahwa
resusitasi menggunakan ringer laktat dapat menyebabkan kerusakan karena RL
mengaktivasi respon inflamasi dan menyebabkan terjadinya apoptosis. Komponen
yang terlibat adalah isomer D laktat, yang berbeda dengan isomer D, bukan
merupakan perantara yang normal pada metabolisme mamalia. Biasanya larutan
mengandung campuran 50:50 dari D dan isomer.
Penelitian in vitro menunjukkan bahwa hanya isomer D yang tidak mengaktivasi
neutrofil.
Larutan Elektrolit Parenteral
Larutan
Cairan ekstraseluler
Ca
5
Ringer Laktat
130
109
154
154
308
77
77
407
D5 W
513
513
253
28
Mg
3
mOsm
280-310
273
Natrium Klorida 3%
1026
Koloid juga digunakan pada pasien bedah dan masih diperdebatkan sebagai
penambahan volume dibandingkan kristaloid isotonic. Melalui berat molekulnya
koloid tertahan di ruang intravascular. Bagaimanapun pada kondisi shock hemoragik
berat, permeabilitas membrane kapiler meningkat, menyebabkan koloid dapat masuk
ke ruang interstitial yang dapat memperburuk edema dan merusak oksigenasi
jaringan.
Ada empat tipe koloid yaitu :
- Albumin
- Dekstran
- Beta starch
- Gelatin
Larutan dengan ukuran partikel lebih kecil dan berat molekul lebih kecil mempunyai efek
onkotik yang lebih besar, tapi tertahan dalam sirkulasi pada periode lebih singkat dibandingkan
koloid dengan ukuran partikel lebih besar dan berat molukul lebih besar.Albumin (berat molekul
70000) merupakan derifat dari darah, oleh karena itu dapat dihubungkan dengan reaksi alergi.
Albumin dapat menginduksi gagal ginjal dan merusak fungsi paru jika digunakan untuk
resusitasi shock hemoragik.
Dextran adalah polimer glukosa yang dihasilkan oleh pertumbuhan bakteri pada media sukrosa
dan tersedia dalam larutan dengan berat molekul 40.000 atau 70.000. Dextran menambah volume
melalui efek osmotiknya. Dextran terutama lebih banyak digunakan untuk menurunkan
viskositas darah daripada penambahan volume.
Larutan hydroxyethyl starch merupakan kelompok lain dari larutan pengganti volume dan
plasma. Kerusakan hemostatik menyebabkan menurunnya faktor willebrand dan faktor VIII : c
dan telah digunakan pada perdarahan postoperatif jantung dan saraf. Heta starch juga
menyebabkan disfungsi ginjal pada pasien dengan shock septik dan pada resipien donor ginjal
dari donor yang mati batang otak. Heta Starch tidak berperan banyak pada resusitasi masif
karena dapat menyebabkan koagulopati dan asidosis hiperkloremik.
Gelatin merupakan kelompok ke empat dari koloid yang diproduksi dari kolagen sapi. Ada dua
jenis yaitu gelatin urea linked dan succinylated gelatin (gelofusine).
Contoh penyakit lain yang menimbulkan gangguan cairan elektrolit selain yang telah disebutkan
diatas yaitu vrtigo.
Patofisiologi Vertigo
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat
kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau
keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan.
Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan
vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar,
yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya
adalah proprioseptik.
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan
tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan
diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih
lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam
keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap
lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi
tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka
proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul
gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan
dan gejala lainnya.
Menurut teori Sinap yang merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau
peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses
adaptasi, belajar dan daya ingat.
Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin
releasing factor); peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf
simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas
sistim saraf parasimpatik.
Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat
di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual,
muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf
parasimpatis.
(PATHWAY)
peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses adaptasi, belajar
dan daya ingat.
Rangsang gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan
Stress
Sekresi CRF
Resiko Ketidakseimbangan
Elektrolit
A.
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
a.
Pengumpulan Data
Biodata yang diperlukan mencakup : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama, alamat klien, nomor register, diagnosa medis, tanggal masuk perawatan, tanggal
mulai dikaji .
1.
Identitas Klien
Identitas pasien meliputi : nama, usia, alamat, tempat tanggal lahir, agama, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, kewarganegaraan, suku bangsa.
2.
Penanggung jawab
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan hubungan dengan klien.
Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise
Keterbatasan gerak
Ketegangan mata, kesulitan membaca
Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena
perubahan cuaca.
Sirkulasi
Riwayat hypertensi
Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
Pucat, wajah tampak kemerahan.
Integritas Ego
Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).
Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
Perubahan pada pola bicara/pola pikir
Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
Penurunan refleks tendon dalam
Papiledema.
Nyeri/ kenyamanan
Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot,
cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
Fokus menyempit
Fokus pada diri sendiri
Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.
Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi
Demam (sakit kepala)
Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).
Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan
penyakit.
Penyuluhan / pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi oral/hormone, menopause
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit berhubungan dengan defisiensi volume cairan ditandai
dengan mual dan muntah
3. PERENCANAAN
Terlampir
4. EVALUASI
Terlampir
5. PATHWAY
Terlampir
DIAGNOSIS
TUJUAN DAN
PERENCANAAN
KEPERAWATAN
Resiko
KRITERIA HASIL
Setelah 2 x 24 jam,
INTERVENSI
- Pengelolaan
Ketidakseimbangan
Cairan/
Elektrolit
cairan
Eklektrolit
berhubungan
dengan
defisiensi
volume
cairan
ditandai
dengan
tubuh
klien
RASIONAL
a.Untuk
kriteria hasil :
ketidaknormalan
mengetahui
tingkat serum
tingkat
muntah
a.Frekuensi
mual
menurun (skala : 4)
b.Frekuensi
muntah
dan
asam
basa
elektrolit
b. Memberikan infuse
IV yang tepat
dengan kecepatan
yang pelan
c. Monitor TTV
d. Monitor cairan yang
hilang akibat
muntah
a. Serum sodium
dalam
elektrolit
cairan
yang
berkurang
b.Menggantikan
cairan
elektrolit
hilang
dan
yang
akibat
muntah
d.Memastikan
pasien
batas
keadaan
normal (skala :
baik saja
dalam
baik-
4)
b. Serum
pottasium batas
normal (skala :
4)
c. Serum klorida
batas
normal
(skala :4)
d. Serum kalsium
batas
normal
(skala :4)
e. Serum
magnesium
batas
normal
(skala :4)
f. Serum
batas
pH
normal
(skala :4)
g. Serum albumin
batas
normal
(skala :4)
h. Serum
bikarbonat
batas
normal
(skala :4)
i. Serum
osmolaritas
batas
normal
(skala :4)
IMPLEMENTASI
Prosedur pelaksanaan disesuaikan dengan NIC (Nursing Intervention Classification)
EVALUASI
Resiko
Ketidakseimbangan
Elektrolit
dengan
berhubungan
defisiensi
volume
pasien
terdiagnosa
keperawatan
dengan
Resiko
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Perry, Potter. 2005 .Buku Ajar Fundamental Keperawatan volume 2. Jakarta : EGC
Sue, Marion, Meridean, Elizabeth. 2008.
Nursing Outcomes Classification Fourth Edition, USA : Mosby Elsevie Joanne & Gloria. 2004.
Nursing Intervension Classification Fourth Edition, USA :Mosby ElsevierT. Heather Herdman. 2011.
NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi2009-2011, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC