Anda di halaman 1dari 24

Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan pada Pasien Vertigo dengan Gangguan Cairan Elektrolit

Oleh
Ni Kadek Dwi Mas Pujastuti (1102105020)

Program Studi Ilmu Keperawatan


Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
2011

A Konsep Dasar Gangguan pemenuhan kebutuhan dasar cairan dan elektrolit


1.

Definisi Pengertian

Kebutuhan cairan elektrolit adalah adalah suatu proses dinamik karena


metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon

terhadap stressor fisiologis dan lingkungan


Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel
di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di
luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma),
cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah
cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak
diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti
cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna. (Potter dan

Perry, 2005)
Zat terlarut yang ada dalam cairan tubuh terdiri dari elektrolit dan
nonelektrolit. Elektrolit merupakan sebuah umur atau senyawa yang jika
melebur atau larut dalam air atau pelarut lain akan pecah menjadi ion dan
mampu membawa muatan listrik .Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak
terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti : protein, urea,
glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan
elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+), kalium (K+), Kalsium (Ca++),
magnesium (Mg++), Klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3-), fosfat (HPO42-),
sulfat (SO42-). Konsenterasi elektrolit dalam cairan tubuh bervariasi pada satu
bagian dengan bagian yang lainnya, tetapi meskipun konsentrasi ion pada tiaptiap bagian berbeda, hukum netralitas listrik menyatakan bahwa jumlah
muatan-muatan negatif harus sama dengan jumlah muatan-muatan positif.

(Potter dan Perry, 2005)


Kekurangan volume cairan
Adalah keadaan dimana seseorang individu yang tidak menjalani puasa
mengalami atau beresiko mengalami dehidrasi vaskuler, interstisial atau
intravaskuler (Corpenito, 2000)

Kelebihan cairan
Adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami atau beresan elektrolit

mengalami kelebihan cairan intravaskuler/interstisial (Corpenito, 2000)


2.

Anatomi cairan tubuh


Air menyusun 50 60% dari total berat badan. Hubungan antara berat badan total
dan total air dalam tubuh relatif konstan pada tiap individu dan merupakan refleksi
dari lemak tubuh. Jaringan yang tidak berlemak seperti otot dan organ organ yang
padat mempunyai kadar air yang tinggi dibandingkan dengan lemak dan tulang.
Sebagai contoh, laki laki muda yang kurus mempunyai kadar air dalam tubuh yang
lebih tinggi dibandingkan dengan orangtua atau orang yang gemuk. Rata rata 60%
dari berat badan laki laki dewasa muda terdiri atas air, sedangkan pada pada wanita
muda rata rata 50%. Persentasi total air dalam tubuh yang lebih rendah pada
wanita berhubungan dengan persentase yang tinggi dari jaringan adiposa dan
persentase yang rendah dari massa otot yang dimiliki oleh wanita. Total cairan tubuh
diperkirakan menurun kira kira 10 20 % pada individu yang gemuk dan
meningkat 10 % pada individu yang malnutrisi. Persentase total air dalam tubuh
yang paling tinggi terdapat pada bayi yang baru lahir, dengan rata rata 80% dari
berat badan totalnya terdiri dari air. Kandungan air ini akan menurun kira kira
menjadi 65% pada tahun pertama dan kemudian relatif konstan pada tahun tahun
berikutnya

3.

Pergerakan Cairan Tubuh


Cairan tubuh tidak statis. Cairan dan elektrolit berpindah dari satu kompartemen ke
kompartemen lain untuk memfasilitasi proses-proses yang terjadi di dalam tubuh,
seperti oksigenasi jaringan, respon terhadap penyakit, keseimbangan asam-basa, dan
respon terhadap terapi obat.Cairan tubuh dan elektrolit berpindah melalui difusi,
osmosis, transportasi aktif, atau filtrasi.Perpindahan tersebut tergantung pada
permeabilitas membrane sel atau kemampuan membrane untuk ditembus cairan dan
elektrolit.

Difusi

Merupakan proses di mana partikel yang terdapat di dalam cairan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan
elektrolit di difusikan menembus membrane sel. Kecepatan difusi di pengaruhi
oleh ukuran molekul, konsentarsi larutan dan temperature.

Osmosis
Merupakan

bergeraknya

pelarut

bersih

seperti

air,

melaui

membran

semipermiabel dan larutan yang berkosentrasi lebih rendah ke kosentrsi yang


lebih tinggi yang sifat nya menarik.Tekanan osmotic merupakan tekanan dengan
kekuatan untuk menarik air dan kekuatan ini bergantung pada jumlah molekul di
dalam larutan.Tekanan osmotic larutan disebut juga osmolalitas, yang
dicerminkan dalam satuan osmol atau miliosmol per kilogram (mOsm/kg).
Suatu larutan yang osmolalitasnya sama dengan plasma darah disebut
isotonic.Pemberian larutan isotonic melalui intravena (IV) akan mencegah
perpindahan cairan dan elektrolit dari kompartemen intrasel. Larutan hipotonik
(IV) yang memiliki konsentrasi solute lebih rendah dari plasma akan membuat air
berpindah ke dalam sel.Sebaliknya, pemberian larutan hipertonik (IV) yang
memiliki konsentrasi solute lebih besar dari plasma akan membuat air keluar dari
dalam sel. Tekanan osmotic darah dipengaruhi oleh protein plasma, khususnya
albumin, suatu protein yang diproduksi secara alami oleh tubuh.
Perbedaan tonsilitas larutan
Jenis larutan
Isotonik
Hipotonik
Hipertonik

Definisi
Contoh
Larutan dengan osmolalitas yang sama Salin normal 0,9 atau Laktat
dengan plasma
Ringer
Larutan dengan konsentrasi solute lebih Salin 0,45%
Salin 0,33%
rendah dari plasma
Dekstrosa 2,5%
Larutan dengan konsentrasi solute lebih Dekstrosa 5% di dalam salin
tinggi dari plasma

0,45%
Dekstrosa 5% di dalam salin
normal
Dekstrosa 5% di dalam laktat
Ringer Salin 3%

Transport aktif
Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke lebih tinggi karena adanya daya aktif
dari tubuh seperti pompa jantung.

4.

Pengaturan Cairan tubuh


Asupan Cairan
Asupan cairan terutama diatur melalui mekanisme rasa haus.Pusat pengendalian rasa
haus berada di dalam hipotalamus di otak. Stimulus fisiologis utama terhadap rasa haus
adalah peningkatan konsentrasi plasma dan penurunan volume darah.Sel-sel yang disebut
osmoreseptor secara terus menerus memantau osmolalitas. Apabila kehilangan cairan
terlalu banyak, osmoreseptor secara terus menerus memantau osmolalitas.Apabila
kehilangan cairan terlalu banyak, osmoreseptor akan mendeteksi kehilangan tersebut dan
mengaktifkan pusat rasa haus.Akibatnya, seseorang akan merasa haus kemudian mencari
air.Faktor lain yang mempengaruhi pusat rasa haus adalah keringnya membrane mukosa
faring dan mulut,angiotensin II, kehilangan kalium, dan fakto-faktor psikologis (Potter
dan Perry 1995).
Air dapat juga dari asupan makanan, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan daging,
serta dari oksidasi bahan makanan selama proses pencernaan.Sekitar 220ml air juga
diproduksi setiap hari selama metabolism karbohidrat, protein, lemak berlangsung
(Weldy,1992).Asupan cairan melalui mulut (oral) dimungkinkan jika kondisi individu
sadar.bayi, klien yang mengalami kerusakan neurologis atau psikologis, beberapa lansia,
dank lien restrained tidak dapat merasakan atau merespon mekanisme rasa haus yang
terjadi pada diri pada diri mereka.Akibatnya mereka beisiko mengalami dehidrasi.
Haluaran Cairan
Pemasukan dan pengeluaran cairan setiap hari setiap hari pada orang dewas sehat.
Rata-rata Haluaran Cairan setiap haripada orang dewasa dengan berat badan 70kg
Organ atau System
Ginjal
Kulit
Kehilangan tak kasat mata
Kehilangan kasat mata
Paru-paru
Saluran pencernaan

Jumlah
1500
600-900
600
400
100

Jumlah total

3200-3500

Pemasukan
Cairan yang diminum 1200ml
Makanan padat (air) 1000ml
Oksidasi makanan
5.

300 ml

Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan


Usia
Berkaitan dengan permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan,berat badan, dan
perkembangan.
Temperatur
Panas yang berlebihan menyebabkan keringat dimana seseorang dapat kehilangan NaCl
melalui keringat.
Diet
Pada saat tubuh mengeluarkan nutrisi , tubuh akan memesan cadangan energi.Proses ini
akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstitial ke intraseluler.
Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis
otot.Metabolisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini meningkatkan
produksi ADH menurunkan produksi urine.
Olahraga
Olahraga menyebabkan peningkatan kehilangan air kasat mata melalui keringat.
Sakit
Keadaan pembedahan ,trauma jaringan,kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormona
kan mengganggu keseimbangan cairan.

6.

Klasifikasi
Hipovolemia
Kekurangan volumen cairan terjadi saat air dan elektrolit yang hilang berada di dalam
proporsi isotonic.Kadar elektrolit dalam serum tetap tidak berubah,kecuali jika terjadi
ketidakseimbangan lain,pasien yang berisiko kekurangan volumen cairan ini adalah
pasien yang mengalami kekurangan cairan dan elektrolit melalui saluran gastrointestinal ,
misalnya akibat muntah,pengisap lambung,diare,atau fustula,penyebab lain dapat

meliputi perdarahan,pemberian obat-obatan diuretic, keringat yang banyak,demam dan


penurunan asupan per oral.
Hipervolemia
Kelebihan volume cairan terjadi saat air dan natrium dipertahankan dalam proporsi
isotonic sehingga menyebabkan hipervolemia tanpa disertai perubahan kadar elektrolit
serum. Pasien yang berisiko kelebihan volumen cairan ini adalah pasien yang mengalami
gagal ginjal,gagal jantung kongestif,dan sirosis.
Kandungannya antara lain :
Natrium (Sodium)
a. Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan ekstrasel,
b. Na mempengaruhi keseimbangan cairan,hantaran impuls saraf dan kontraksi otot.
c. Sodium diatur oleh intake garam, aldosteron dan pengeluaran urine.Normslnys

sekitar 35-45 mEq/lt


Kalium (potasium)
a. Merupakan kation utama cairan intrasel
b. Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot
c. Diperlukan untuk pembentukan glikogen,sintesa protein,

pengaturan

keseimbangan asam basa, karena karena ion K- dapat diubah menjadi ion
hydrogen (H+) Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
Kalsium
a. Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung,pembekuan
darah dan pembentukan tulang dan gigi.
b. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid.
c. Hormon paratiroid mengabsorpsi kalsium melalui gastrointestinal,sekresi melalui
ginjal.
d. Hormon thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca+ tulang
Magnesium
a. Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel
b. Sangat penting untuk aktifitas enzim,neurochemia dan muscular excibuiltary,
normalnya 1,5-2,5 mEq/lt
Chloride
Terdapat pada cairan ekstrasel dan intrasel, normalnya sekitar 95-105 Eq/lt
Bikarbonat
a. HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstrasel
dan intrasel.
b. Bicnat diatur oleh ginjal
Fosfat
a. Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel

b. Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolisme karbohidrat,


pengaturan asam basa
c. Pengaturan oleh hormon parathyroid.
7.

Distribusi Cairan dan Elektrolit


A. Cairan Ekstra Sel (CES)
CES terdiri dari cairan interstitial dan cairan intravaskuler. Cairan interstitial
mengisi ruangan yang berada di antara sebagian besar sel tubuh dan
menyusun sejumlah besar lingkungan cairan tubuh . Sekitar 15% berat tubuh
merupakan cairan interstitial.Sedangkan cairan intravaskular terdiri dari
plasma, bagian cairan limfe yang berisi atau mengandung air dan tidak
berwarna, dan daerah yang mengandung suspensi leukosit,eritrosit,dan
trombosit,Plasma menyusun 5% berat tubuh.
B. Cairan Intra Sel (CIS)
Cairan intrasel adalah cairan dimana membran sel yang berisi substansi
terlarut atau solute yang penting untuk keseimbangan cairan dan elektrolit
serta untuk metabolisme.Cairan intrasel membentuk 40% berat tubuh.
Distribusi elektrolit
Elektrolit terdiri dari : - kalian bermuatan positif ( Na+, K+,Mg+,Ca+)
-

Anion bermuatan negatif (Cl-,HCO3-)

Nilai normal elektrolit orang dewasa


a.
b.
c.
d.
e.

Natrium
Kalium
Clorida
Magnesium
Fosfat

: 135-145 mem/L
: 3,5-5,0 mem/L
: 9,5-5,5 mem/L
: 1,5-2,5 mem/L
: 1,5-2,6 mem/L

8.
Gangguan cairan dan elektrolit
Ketidakseimbangan isotonik
Penyebab :
kehilangan cairan dari sistem gastrointestinal, seperti diare,muntah atau drainase

(rabas) dari fistula atau selang


kehilangan plasma atau darah utuh, seperti yang terjadi pada luka bakar atau
perdarahan
keringat berlebihan
demam
penurunan asupan per oral
penggunaan obat-obatan diuretik

Ketidakseimbangan volume cairan


Penyebab :
Gagal jantung kongestif
Gagal ginjal
Sirosis
Peningkatan kadar aldosteron dan steroid di dalam serum
Asupan natrium berlebihan
Sindrom Ruang-Ketiga
Penyebab :
Hipertensi Portal
Obstruksi usus halus
Peritonitis
Luka bakar
Ketidakseimbangan Osmolar
Ketidakseimbangan hiperosmolar
Penyebab :
Diabetes insipidus
Interupsi dorongan rasa haus yang dikontrol secara neurologis
Ketoasidosis diabetik
Pemberian cairan hipertonik
Diuresis osmotik
Ketidakseimbangan hipoosmolar
SIADH
Asupan air berlebihan
Hiponatremia
Penyebab
Penyakit ginjal
Insufiensi adrenal
Kehilangan melalui gastrointestinal
Pengeluaran keringat meningkat
Penggunaan diuretik (terutama disertai dengan diet rendah natrium)
Gangguan pompa natrium-kalium disertai penurunan kalium sel dan natrium
serum
Asidosis metabolik
Hipernatremia
Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat
Pemberian larutan salin hipertonik lewat IV secara iatrogenik
Sekresi aldosteron yang berlebihan

Hipokalemia
Penggunaan diuretik yang dapat membuang kalium
Diare, muntah, atau kehilangan cairan melalui saluran gastrointestinal
Alkalosis
Syndrom cushing atau tumor yang dapat memproduksi hormon adrenal
Poliuria
Pengeluaran keringat yang berlebihan
Penggunaan cairan IV-bebas kalium secara berlebihan
Hiperkalemia
Gagal ginjal
Dehidrasi hipertonik
Kerusakan selular yang parah seperti akibat luka bakar dan trauma
Pemberian kalium melalui IV dalam jumlah besar secar iatrogenik
Insuiensi adrenal
Asidosis
Infus darah yang berlangsung cepat
Penggunaan diuretik yang mempertahankan kalium
Hipokalsemia
Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat
Hipoalbuminemia
Hipoparatiroidisme
Defisiensi vitamin D
Penyakit-penyakit neoplastik
Pankreatitis
Hiperkalsemia
Hiperparatiroidisme
Metastase tumor tulang
Penyakit paget
Osteoporosis
Imobilisasi yang lama
Hipomagnesemia
Asupan yang tidak tidak adekuat: malnutrisi dan alkoholisme
Absorpsi yang tidak adekuat:diare,muntah,drainase nasogastrik,fistula,diet
kalsium yang berlebihan (bersaing dengan magnesium untuk mencari tempat
transpor), penyakit usus kecil
Hipermagnesemia
Gagal ginjal
Pemberian magnesium parenteral yang berlebihan.
9.

Kondisi / penyakit yang menyebabkan gangguan cairan dan elektrolit


a. Pembedahan

b.
c.
d.
e.
f.
g.

10.

11.

Luka bakar
Gangguan kardiovaskular
Gangguan pernafasan
Gangguan ginjal
Kanker
Cedera kepala

Tanda dan gejala dari gangguan ketidakseimbangan volume


Sistem
Secara umum

Dfisit volume
Kehilangan BB

Kelebihan volume
Kenaikan BB

Jantung

Penurunan turgor kulit

Edema perifer

Ginjal

Takikardi

Peningkatan cardiac output

Gastrointestinal

Ortostatis atau hipotensi

Peningkatan tekanan vena central

Pulmonary

Kolaps vena leher

Pembengkakan vena leher

Oligouria

Murmur

Azotemia

Bowel edema

Ileus

Pulmonary edema

Komplikasi
Akibat lanjut dari kekurangan volume cairan dapat mengakibatkan :
1) Dehidrasi (Ringan, sedang berat).
2) Renjatan hipovolemik.
3) Kejang pada dehidrasi hipertonik.

12.

Penatalaksanaa medis
TERAPI CAIRAN DAN ELEKTROLIT
LARUTAN PARENTERAL

Ada sejumlah larutan elektrolit komersial yang dapat digunakan untuk pemasukan
parenteral. Jenis cairan yang dimasukkan tergantung pada status volume pasien dan
tipe konsentrasi atau adanya komposisi abnormal. Baik ringer laktat dan normal
saline bersifat isotonik dan bermanfaat dalam menggantikan kehilangan cairan
gastrointestinal dan defisit volume ekstraseluler. Ringer laktat bersifat agak
hipotonik karena mengandung 130 mEq Natrium, yang diseimbangkan dengan 109
mEq klorida dan 28 mEq laktat. Laktat lebih sering digunakan dibandingkan
bikarbonat karena laktat bersifat lebih stabil sebagai cairan intravena selama
penyimpanan. Laktat diubah menjadi bikarbonat di hati mengikuti proses pencairan,
walaupun dihadapkan pada syok hemoragik. Beberapa bukti menunjukkan bahwa
resusitasi menggunakan ringer laktat dapat menyebabkan kerusakan karena RL
mengaktivasi respon inflamasi dan menyebabkan terjadinya apoptosis. Komponen
yang terlibat adalah isomer D laktat, yang berbeda dengan isomer D, bukan
merupakan perantara yang normal pada metabolisme mamalia. Biasanya larutan
mengandung campuran 50:50 dari D dan isomer.
Penelitian in vitro menunjukkan bahwa hanya isomer D yang tidak mengaktivasi
neutrofil.
Larutan Elektrolit Parenteral
Larutan
Cairan ekstraseluler

Komposisi elektrolit ( mEq/L )


Na
Cl
K
HCO3142
103
4
27

Ca
5

Ringer Laktat

130

109

Natrium Klorida 0,9%

154

154

308

D5 0,45% natrium klorida

77

77

407

D5 W

513

513

253

28

Mg
3

mOsm
280-310
273

Natrium Klorida 3%

1026

Natrium klorida bersifat sedikit hipertonik, mengandung 154 mEq Na yang


diseimbangkan dengan 154 mEq Cl. Konsentrasi klorida tertinggi mengakibatkan
beban Cl signifikan melewati ginjal dan dapat menyebabkan asidosis metabolic
hiperkloremi. NaCl merupakan larutan yang ideal, untuk koreksi deficit volume yang
berhubungan dengan hiponatremia, hipokloremia, dan asidosis metabolic.
Konsentrasi larutan Na yang rendah, misalnya 0,45%, bermanfaat untuk
menggantikan kehilangan cairan, melalui gastrointestinal, juga untuk memelihara
terapi cairan setelah periode postoperative. Larutan ini menyediakan air yang cukup
untuk kehilangan air yang bersifat insensible dan cukup Na untuk membantu ginjal
mengkoreksi kadar Na serum. Penambahan dekstrose 5% (50 gr of dekstrose/L)
mengandung 200 kkal/L dan D5% selalu ditambahkan pada larutan yang
mengandung NaCl < 0,45% untuk memelihara osmolaritas dan hal tersebut berguna
untuk mencegah terjadi lisis sel darah merah yang dapat trjadi pada infus cairan
hipertonik yang cepat. Penambahan K bermanfaat untuk menjaga fungsi ginjal dan
urin output yang kuat.
CAIRAN RESUSITASI ALTERNATIF
Sejumlah larutan alternative untuk ekspansi volume dan resusitasi telah tersedia table
2-12 larutan salin hipertonik (3,5% dan 5% digunakan untuk mengatasi deficit Na
yang berat. Salin hipertonik (7,5% ) digunakan sebagai terapi pada cedera kepala
tertutup. Salin hipertonik meniungkatkan perfusi cerebral dan menurunkan tekanan
intracranial, hal tersebut akan meunurunkan edema otak. Salin hipertonik
dalamjumlah kecil, dibandingkan dengan salin isotonic dalam jumlah besar, lebih
efektif dalam meningkatkan volume pada shock hemoragik. Bagaimanapun harus
diperhatikan juga dalam meningkatkan darah, seperti salin hipertonik sebagai
vasodilator arteriola.

Koloid juga digunakan pada pasien bedah dan masih diperdebatkan sebagai
penambahan volume dibandingkan kristaloid isotonic. Melalui berat molekulnya
koloid tertahan di ruang intravascular. Bagaimanapun pada kondisi shock hemoragik
berat, permeabilitas membrane kapiler meningkat, menyebabkan koloid dapat masuk
ke ruang interstitial yang dapat memperburuk edema dan merusak oksigenasi
jaringan.
Ada empat tipe koloid yaitu :
- Albumin
- Dekstran
- Beta starch
- Gelatin
Larutan dengan ukuran partikel lebih kecil dan berat molekul lebih kecil mempunyai efek
onkotik yang lebih besar, tapi tertahan dalam sirkulasi pada periode lebih singkat dibandingkan
koloid dengan ukuran partikel lebih besar dan berat molukul lebih besar.Albumin (berat molekul
70000) merupakan derifat dari darah, oleh karena itu dapat dihubungkan dengan reaksi alergi.
Albumin dapat menginduksi gagal ginjal dan merusak fungsi paru jika digunakan untuk
resusitasi shock hemoragik.
Dextran adalah polimer glukosa yang dihasilkan oleh pertumbuhan bakteri pada media sukrosa
dan tersedia dalam larutan dengan berat molekul 40.000 atau 70.000. Dextran menambah volume
melalui efek osmotiknya. Dextran terutama lebih banyak digunakan untuk menurunkan
viskositas darah daripada penambahan volume.
Larutan hydroxyethyl starch merupakan kelompok lain dari larutan pengganti volume dan
plasma. Kerusakan hemostatik menyebabkan menurunnya faktor willebrand dan faktor VIII : c
dan telah digunakan pada perdarahan postoperatif jantung dan saraf. Heta starch juga
menyebabkan disfungsi ginjal pada pasien dengan shock septik dan pada resipien donor ginjal

dari donor yang mati batang otak. Heta Starch tidak berperan banyak pada resusitasi masif
karena dapat menyebabkan koagulopati dan asidosis hiperkloremik.
Gelatin merupakan kelompok ke empat dari koloid yang diproduksi dari kolagen sapi. Ada dua
jenis yaitu gelatin urea linked dan succinylated gelatin (gelofusine).

Contoh penyakit lain yang menimbulkan gangguan cairan elektrolit selain yang telah disebutkan
diatas yaitu vrtigo.
Patofisiologi Vertigo
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat
kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau
keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan.
Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan
vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar,
yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya
adalah proprioseptik.
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan
tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan
diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih
lanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam

keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap
lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi
tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka
proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala
otonom; di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul
gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/ berjalan
dan gejala lainnya.
Menurut teori Sinap yang merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau
peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses
adaptasi, belajar dan daya ingat.
Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin
releasing factor); peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf
simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas
sistim saraf parasimpatik.
Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat
di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual,
muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf
parasimpatis.

(PATHWAY)
peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses adaptasi, belajar
dan daya ingat.
Rangsang gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan yang telah tersimpan

Stress

Sekresi CRF

Susunan Saraf Simpatis Aktif

Aktivitas susunan saraf Parasimpatis


Vertigo
TIK

menekan pusat muntah


Mual, Muntah

Resiko Ketidakseimbangan
Elektrolit

A.

ASUHAN KEPERAWATAN
1.

PENGKAJIAN

a.

Pengumpulan Data
Biodata yang diperlukan mencakup : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
agama, alamat klien, nomor register, diagnosa medis, tanggal masuk perawatan, tanggal
mulai dikaji .
1.

Identitas Klien
Identitas pasien meliputi : nama, usia, alamat, tempat tanggal lahir, agama, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, kewarganegaraan, suku bangsa.
2.

Penanggung jawab

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan hubungan dengan klien.

Aktivitas / Istirahat
Letih, lemah, malaise
Keterbatasan gerak
Ketegangan mata, kesulitan membaca
Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala.
Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena
perubahan cuaca.

Sirkulasi

Riwayat hypertensi
Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.
Pucat, wajah tampak kemerahan.

Integritas Ego
Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu
Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi
Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala
Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik).

Makanan dan cairan


Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol,
anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain).
Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri)
Penurunan berat badan

Neurosensoris
Pening, disorientasi (selama sakit kepala)
Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke.
Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus.
Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis.
Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore
Perubahan pada pola bicara/pola pikir
Mudah terangsang, peka terhadap stimulus.
Penurunan refleks tendon dalam
Papiledema.

Nyeri/ kenyamanan

Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot,
cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis.
Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah.
Fokus menyempit
Fokus pada diri sendiri
Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah.
Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal.

Keamanan
Riwayat alergi atau reaksi alergi
Demam (sakit kepala)
Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis
Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus).

Interaksi sosial
Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan
penyakit.

Penyuluhan / pembelajaran
Riwayat hypertensi, migrain, stroke, penyakit pada keluarga
Penggunaan alcohol/obat lain termasuk kafein. Kontrasepsi oral/hormone, menopause

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit berhubungan dengan defisiensi volume cairan ditandai
dengan mual dan muntah
3. PERENCANAAN
Terlampir
4. EVALUASI
Terlampir
5. PATHWAY
Terlampir

DIAGNOSIS

TUJUAN DAN

PERENCANAAN

KEPERAWATAN
Resiko

KRITERIA HASIL
Setelah 2 x 24 jam,

INTERVENSI
- Pengelolaan

Ketidakseimbangan

rasa mual dan volume

Cairan/

Elektrolit

cairan

Eklektrolit

berhubungan
dengan

defisiensi

volume

cairan

ditandai

dengan

mual dan muntah

tubuh

klien

RASIONAL

tetap seimbang dengan a. Monitor

a.Untuk

kriteria hasil :

ketidaknormalan

mengetahui

- Keparahan mual dan

tingkat serum

tingkat

muntah
a.Frekuensi

mual

menurun (skala : 4)
b.Frekuensi

muntah

menurun (skala :4)


-Keseimbangan
Elektrolit

dan

asam

basa

elektrolit
b. Memberikan infuse
IV yang tepat
dengan kecepatan
yang pelan
c. Monitor TTV
d. Monitor cairan yang
hilang akibat
muntah

a. Serum sodium
dalam

elektrolit

cairan
yang

berkurang
b.Menggantikan
cairan
elektrolit
hilang

dan
yang
akibat

muntah
d.Memastikan
pasien

batas

keadaan

normal (skala :

baik saja

dalam
baik-

4)
b. Serum
pottasium batas
normal (skala :
4)
c. Serum klorida
batas

normal

(skala :4)
d. Serum kalsium
batas

normal

(skala :4)
e. Serum
magnesium
batas

normal

(skala :4)
f. Serum
batas

pH

normal

(skala :4)
g. Serum albumin
batas

normal

(skala :4)
h. Serum
bikarbonat
batas

normal

(skala :4)
i. Serum
osmolaritas
batas

normal

(skala :4)

IMPLEMENTASI
Prosedur pelaksanaan disesuaikan dengan NIC (Nursing Intervention Classification)

Monitor kadar serum


Memberikan infuse IV flow rate
Monitor tanda-tanda vital
Monitor cairan yang hilang

EVALUASI
Resiko

Ketidakseimbangan

Elektrolit
dengan

berhubungan
defisiensi

volume

cairan ditandai dengan mual


dan muntah

S : pasien tidak mengatakan ada rasa mual


O : pasien tidak mual dan muntah, kadar serum normal, TTV
normal
A :

pasien

terdiagnosa

keperawatan

dengan

Resiko

Ketidakseimbangan Elektrolit berhubungan dengan defisiensi


volume cairan yang ditandai dengan mual dan muntah
P : modifikasi asupan nutrisi serta berikan healt education
pada pasien dan keluarga

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001.Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Perry, Potter. 2005 .Buku Ajar Fundamental Keperawatan volume 2. Jakarta : EGC
Sue, Marion, Meridean, Elizabeth. 2008.
Nursing Outcomes Classification Fourth Edition, USA : Mosby Elsevie Joanne & Gloria. 2004.
Nursing Intervension Classification Fourth Edition, USA :Mosby ElsevierT. Heather Herdman. 2011.
NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi2009-2011, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Anda mungkin juga menyukai

  • 5 Implementasi
    5 Implementasi
    Dokumen2 halaman
    5 Implementasi
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • Learning Task 1 Juni 2012SASAd
    Learning Task 1 Juni 2012SASAd
    Dokumen1 halaman
    Learning Task 1 Juni 2012SASAd
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • Data umumDN
    Data umumDN
    Dokumen4 halaman
    Data umumDN
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • 15 Sss
    15 Sss
    Dokumen1 halaman
    15 Sss
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • 5 Legal Etik, Lanjutan Di Anik
    5 Legal Etik, Lanjutan Di Anik
    Dokumen1 halaman
    5 Legal Etik, Lanjutan Di Anik
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • Atik Pathway
    Atik Pathway
    Dokumen2 halaman
    Atik Pathway
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • Learning Task 1 Juni 2012SASAd
    Learning Task 1 Juni 2012SASAd
    Dokumen1 halaman
    Learning Task 1 Juni 2012SASAd
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • Lalala
    Lalala
    Dokumen1 halaman
    Lalala
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • Komplikasi
    Komplikasi
    Dokumen9 halaman
    Komplikasi
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • Abstrak Indo Anak Elektroooo Haha
    Abstrak Indo Anak Elektroooo Haha
    Dokumen1 halaman
    Abstrak Indo Anak Elektroooo Haha
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • DM SSSS
    DM SSSS
    Dokumen3 halaman
    DM SSSS
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • Lalala
    Lalala
    Dokumen1 halaman
    Lalala
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • Abstrak Indo Anak Elektroooo Haha
    Abstrak Indo Anak Elektroooo Haha
    Dokumen1 halaman
    Abstrak Indo Anak Elektroooo Haha
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • Dx Keperawatan Kriteria Hasil
    Dx Keperawatan Kriteria Hasil
    Dokumen9 halaman
    Dx Keperawatan Kriteria Hasil
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    0% (1)
  • Lalala
    Lalala
    Dokumen1 halaman
    Lalala
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • Hormone
    Hormone
    Dokumen4 halaman
    Hormone
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • Lalala
    Lalala
    Dokumen1 halaman
    Lalala
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • Format SKPNSJBJSJJHSK
    Format SKPNSJBJSJJHSK
    Dokumen1 halaman
    Format SKPNSJBJSJJHSK
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • Hormone
    Hormone
    Dokumen4 halaman
    Hormone
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • Lalala
    Lalala
    Dokumen1 halaman
    Lalala
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • Hormone
    Hormone
    Dokumen4 halaman
    Hormone
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • Hormone
    Hormone
    Dokumen4 halaman
    Hormone
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • Hormone
    Hormone
    Dokumen4 halaman
    Hormone
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • HTTP
    HTTP
    Dokumen2 halaman
    HTTP
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • HTTP
    HTTP
    Dokumen2 halaman
    HTTP
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • Hormone
    Hormone
    Dokumen4 halaman
    Hormone
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • Hormone
    Hormone
    Dokumen4 halaman
    Hormone
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • Hormone
    Hormone
    Dokumen4 halaman
    Hormone
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat
  • Hormone
    Hormone
    Dokumen4 halaman
    Hormone
    Dwie Mas Pujastutie Kd
    Belum ada peringkat