Anda di halaman 1dari 5

TUBECTOMI

Nama
Nim
Pembimbing

: Safarwati
: 1402101020029
: drh. Amiruddin, MP

PENDAHULUAN
Alat kelamin hewan betina terbagi atas alat kelamin primer dan sekunder,yang termasuk alat
kelamin primer yaitu ovarium yang berfungsi membentuk sel-sel telur dan hormon-hormon betina,
alat kelamin sekunder terdiri dari oviduct, uterus, cervix, vagina dan vulva ( Ressang, 1984).
Alat kelamin reproduksi betina terdiri dari sepasang ovarium yang berfungsi menghasilkan sel
telur, saluran reproduksi yang terdiri dari tuba fallopii, uterus, cervix, vagina dan vulva. Peristiwa
fertilisasi terjadi disaat spermatozoa membuahi ovum di tuba fallopii (Anonimus, 2007).
Tuba fallopii merupakan tempat fertilisasi dan memberikan nutrisi dan faktor-faktor
pertumbuhan untuk mendukung atau menstimulasi perkembangan awal embrio. Oviduct menerima
oosit yang diovulasikan dan mentransfernya menuju uterus (Toelihere, 1985).
Menurut Yatim (1990) Tuba fallopii terbagi atas 3 bagian utama, yakni :
a. Infundibulum adalah struktur seperti corong yang berdekatan atau berbatasan dengan ovarium.
Fungsinya adalah mengangkut oosit setelah fertilisasi. Infundibulum memiliki struktur penting,
yaitu :
Ostium abdominale adalah lubang masuk pada infundibulum.
Fimbrae adalah pinggiran yang tidak beraturan pada ujung infundibulum. Pada saat ovulasi,
fimbrae menangkap langsung oosit yang diovulasi ke arah infundibulum.
b. Ampulla merupakan daerah pada oviduct yang relatif lebih luas. Daerah ini merupakan tempat
terjadinya fertilisasi.
c. Isthmus adalah bagian tersempit dari oviduct yang terletak di antara ampulla dan kornua uterus.
Isthmus berhubungan dengan uterus pada utero-tubal junction, yang bereaksi sebagai spincter
fisiologis.
Ada beberapa macam operasi pada organ kelamin betina yang dapat mempengaruhi fungsi
fisiologis hewan yaitu: Tubectomi, Ovariohisterectomy (OH), Histerectomy (Archibald, 1974).
Tubectomi merupakan tindakan operasi kecil untuk mencegah kebuntingan pada hewan betina dengan
memotong atau mengikat salah satu bagian atau dua bagian saluran yang dilalui sel telur atau
menghambat pertumbuhan ovum dan spermatozoa (Race dan Smith, 2006).

Indikasi

Pada prinsipnya tubectomi pada hewan betina dilakukan untuk mensterilkan seksual pada
hewan, mencegah terjadinya pembuahan dan kebuntingan atas permintaan pemilik, juga mencegah
kebuntingan untuk alasan kesehatan.

Materi dan Metode Operasi

Tempat dan Waktu

Pelaksaan operasi tubectomi akan dilaksanakan di Ruang Klinik Bedah Fakultas Kedokteran
Hewan Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh pada hari Kamis 25 September 2014.

Persiapan Pra Operasi

Persiapan Hewan

Pasien diperiksa keadaan fisiknya secara umum dan dilakukan pemeriksaan laboratorium,
serta hewan di puasakan selama 12 jam dan tidak diberi minum selama 2-6 jam. Hewan perlu
dimandikan dan bulu didaerah yang akan dioperasi dicukur. Berat badan ditimbang untuk menentukan
dosis obat yang akan digunakan.

Persiapan Operator dan Co-Operator

Sebelum melakukan operasi, baik operator maupun co-operator harus terlebih dahulu
melepaskan semua assesoris yang dapat mengganggu jalannya operasi. Tangan dicuci dari telapak
tangan hingga mencapai siku dengan menggunakan air bersih dan sabun, setelah itu dapat dicuci
kembali dengan larutan seperti detol atau alkohol 70%, kemudian siap memakai baju operasi.
Alat dan Bahan

Alat yang digunakan antara lain : meja operasi, stateskop, spuit, scalpel, needle, needle
holder, gunting bengkok dan lurus, pinset anatomis dan cirurgis, allis forceps, arteri klem, drapping,
duk klem, tampon, hand scun.
Bahan-bahan yang digunakan antara lain benang silk, plain cat gut dan cutton, kain kasa,
alkohol 70%, iodium tinctur 3%, aquades, Nacl fisiologi, premedikasi (atropine sulfat) dan anastesi
(kombinasi ketamin dan xylazin), antibiotik (Ampicillin oil), Dexamethasone, vitamin B-kkompleks
dan Cyanocobalamine.

Premedikasi dan Anastesi

Premedikasi merupakan suatu tindakan pemberian obat sebelum pemberian anastesi yang
dapat menginduksi jalannya anastesi, bertujuan mencegah efek yang tidak diinginkan dari efek
anestetika. Obat premedikasi diberikan sebelum dilakukan anastesi dilakukan dengan tujuan
mengurangi rasa takut, amnesia, induksi anastesi lancar dan mudah, memperkecil resiko buruk dari
anastesi, hipersalivasi, bradikardia/takikardia dan muntah selama anastesi (Ibrahim, 2000).
Premedikasi yang digunakan adalah atropine sulfat dengan dosis 0,04 mg/kg BB, xylazin
dengan dosis 1-2 mg/kg BB secara intramuskular. Setelah pemberian anastesi, frekuensi nafas dan
jantung diperiksa setiap 5 menit sekali sampai pembedahan selesai (Tilley dan Smith, 1997).

Tehnik operasi

Pasien yang telah dianastesi diletakkan di atas meja operasi dengan posisi dorsal recumbency.
Daerah yang akan dioperasi didesinfeksi dengan alkohol 70% dan iodium tincture 3%. Untuk
mencegah kontaminasi pada daerah operasi dilakukan pemasangan drapping.
Incisi dilakukan pada 3-4 cm di bawah umbilicus memanjang ke caudal 2-5 cm. Jepit linea
alba dengan allis forceps, angkat kedua allis forceps sejajar agar sayatan tidak miring. Kemudian
dengan scalpel buat irisan kecil pada linea alba diperpanjang dengan gunting tumpul sampai ke fascia,
musculus dan peritoneum. Jari telunjuk dan jari tengah digunakan sebagai pemandu agar tidak
menggunting organ visceral. Cari uterus yang terletak di dorsal vesica urinaria, lalu angkat corpus
uteri dengan jari telunjuk, kemudian diraba kebagian depan sampai mencapai bifurcatio uterus dan
cornua, kemudian cari tuba fallopi dan ligasi keduanya, selanjutnya uterus dikembalikan ke posisi
semula.

Penutupan daerah sayatan dimulai dari peritonium dengan pola jahitan simple interrupted
menggunakan benang silk, musculus dan fascia dijahit dengan pola simple continous menggunakan
benang plain cat gut. Kemudian kulit ditutup dengan jahitan simple interrupted menggunakan benang
cutton. Kedalam daerah sayatan dimasukkan ampicillin oil dan bekas sayatan operasi dibersihkan
dengan menggunakan iodium tinture 3%. Kemudian dilakukan penyuntikan dexamethasone secara
intramuscular dan vitamin B-kompleks secara intramuscular sebagai pengobatan suportif ( Anonimus,
2004).

Perawatan pasca operasi

Pasien ditempatkan pada kandang yang bersih dan dijaga agar bekas luka operasi tidak digigit
ataupun dicakar. Hewan diberi makan 2x sehari dan minum secukupnya dan diukur suhu tubuh hewan
pagi dan sore. Pemberian obat-obatan dilakukan selama 5 hari sebanyak 3 kali sehari. Jahitan dibuka
setelah luka operasi kering dan pada bekas jahitan diolesi dengan salap gentamycin.

Anda mungkin juga menyukai