Anda di halaman 1dari 12

SINTESIS ASAM NUKLEAT

Oleh : Zainah / 1306405742


Kelompok : 5
Teknik Kimia, Universitas Indonesia
Abstrak
Asam nukleat merupakan makromolekul yang tersusun dari polimer nukleotida. Asam nukleat
dalam makhluk hidup memiliki fungsi yang sangat vital untuk menopang seluruh proses kehidupan
dalam tubuh, salah satunya sebagai materi genetik dan juga koenzim. Asam nukleat yang
berperan sebagai materi genetik adalah DNA dan RNA. Pemahaman akan asam nukleat sebagai
materi genetik dapat meliputi struktur, fungsi dan salah satu yang tidak kalah penting adalah
proses sintesisnya. Proses pembentukan DNA disebut dengan replikasi DNA. Pada proses ini
terdapat berbagai macam enzim yang terlibat. Sedangkan proses pembentukan RNA disebut
dengan transkripsi RNA. Pada proses transkripsi terdapat 3 tahapan secara umum, yaitu insiasi,
elongasi, dan terminasi. Kedua proses baik replikasi DNA dan transkripsi RNA memiliki perbedaan
pada organisme prokariotik dan eukariotik. Selain itu, terdapat proses reparasi DNA jika
mengalami kerusakan khususnya ketika proses sintesis sedang berlangsung.
Kata Kunci: Replikasi DNA, helikase, primase, enzim polimerase, ligase, transkripsi RNA, inisiasi,
elongasi, terminasi, reparasi DNA.
1. Replikasi DNA
Replikasi DNA adalah proses membuat salinan DNA. Tiga kemungkinan terjadinya replikasi
DNA
1. Model konservatif, yaitu dua rantai DNA lama tetap tidak berubah, berfungsi sebagai
cetakan untuk dua rantai DNA baru. Replikasi ini mempertahankan molekul dari DNA lama dan
membuat molekul DNA baru.
2. Model semikonservatif, yaitu dua rantai DNA lama terpisah dan rantai baru disintesis
dengan prinsip komplementasi pada masing-masing rantai DNA lama. Akhirnya dihasilkan dua
rantai DNA baru yang masing-masing mengandung satu rantai cetakan molekul DNA lama dan
satu rantai baru hasil sintesis.
3. Model dispersif, yaitu beberapa bagian dari kedua rantai DNA lama digunakan sebagai
cetakan untuk sintesis rantai DNA baru. Oleh karena itu, hasil akhirnya diperoleh rantai DNA lama
dan baru yang tersebar pada rantai DNA lama dan baru. Replikasi ini menghasilkan dua molekul
DNA lama dan DNA baru yang saling berselang-seling pada setiap untai.
DNA bereplikasi dengan replikasi semi-konservatif, yang berarti bahwa satu helai induk
helix ganda adalah kekal dalam setiap molekul DNA baru. Meselson dan Stahl adalah ilmuwan
yang menunjukkan bahwa DNA mengikuti model semi-konservatif. Mereka mampu menyangkal
replikasi konservatif, dimana semua DNA induk dilestarikan dalam molekul asli, setelah hanya satu
putaran replikasi DNA. Setelah empat ulangan lagi, mereka juga menyangkal replikasi dispersif,
yang menunjukkan bahwa DNA baru terdiri alternating induk dan anak DNA.

Gambar 1. Replikasi DNA


Proses pembentukan DNA (penggandaan) membutuhkan komponen-komponen sebagai
berikut :
1. DNA polimerase (enzim yang mengkatalisis perpanjangan rantai nukleotida satu dengan
yang lainnya)
2. DNA ligase (menyambung fragmen-fragmen hasil polimerasasi).
3. DNA cetakan (DNA induk untuk sintesis DNA baru
4. DNA Primase adalah enzim untuk sintesis RNA primer dalam mengawali pembentukan
DNA baru pada leading strand atau DNA fragmen Okazaki pada lagging strand oleh DNA
Polimerase.
5. Enzim Helicase adalah enzim yang berfungsi mengurai pilinan heliks dengan memotong
ikatan hydrogen antar basa untai ganda DNA sehingga terpisah menjadi 2 untai tunggal DNA.

Gambar 2. Ilustrasi Replikasi Semikonservatif DNA


Sintesis ini tejadi secara semi konservatif karena hanya satu untaian induk DNA
dipertahankan pada tiap DNA keturunan. Dengan demikian bila satu molekul DNA dengan dua

rantai antiparalel bereplikasi, mula-mula akan menghasilkan dua rantai DNA baru. Kemudian 4
rantai DNA (yaitu 2 rantai DNA asli ditambah 2 rantai DNA yang terbentuk) yang ada bereplikasi
lagi menjadi 8 rantai DNA, delapan ini bereplikasi menjadi 16 dan seterusnya. Reaksi polimerasasi
(perpanjangan rantai nukleotida) mengikuti arah 5 ke arah 3.
Tahap-tahap reaksi sintesis DNA :
1.Tahap pembukaan DNA untai ganda superkoil
2. Sintesis oligonukleotida primer
3. Pemanjangan rantai DNA arah 5--- 3, pelepasan primer dan
4. Penyambungan fragmen DNA dan membentukan ikatan fosfodiester.
Proses tahap awal pembukaan DNA dikatalisis oleh 3 jenis enzim yaitu 1) enzim helikase
(atau DNA- unwinding enzyme) yang mengkatalisis pembukaan bagian DNA yang kedua untainya
terpisah (garpu replikasi). 2) Enzim heliks-destabilizing protein atau single-stranded DNA-binding
protein yang berfungsi menjaga basa-basa pada untai tunggal agar tidak berpasangan dengan
lain, dan 3) enzim DNA girase mengkatalisis pembukaan heliks ganda sebelum proses replikasi
dimulai. Ketiga enzim ini bekerja sama membentuk DNA untai tunggal.
Tahap selanjutnya menggunakan enzim RNA polimerase spesifik atau dikenal enzim
primase atau dnaG dan protein dnaB. Pembentukan oligonukleotida primer dilakukan pada
daerah spesifik DNA sebagai tempat awal replikasi. Hal ini dikarenakan enzim DNA polimerase
hanya dapat menambahkan nukleotida DNA baru ke rantai yang sudah ada nukleotida, sehingga
diperlukannya RNA primer untuk meletakan nukleotida sebagai permulaan. RNA primer tersebut
terdiri dari sedikit RNA nukleotida secara berurutan. Setelah RNA primer menepati the origin of
replication site, DNA polimerase III dapat menambahkan nukleotidaRNA polimerase spesifik ini
berbeda dengan RNA polimerase untuk sintesis RNA, karena enzim ini bersifat nukleofilik dalam
pembentukan ikatan fosfodiester dari rantai DNA yang tidak berpasangan. dnaB berfungsi
mengikat DNA untai tunggal pada sisi awal replikasi kemudian dnaG membentuk oligonukleotida
primer.
Tahap berikut menggunakan katalis DNA polimerase III dan DNA polimerase I serta DNA
ligase. Proses penumbuhan rantai terjadi dengan penambahan deoksiribonukleotida pada gugus
3-OH ujung rantai primer (pertumbuhan 5 3). Karena kedua rantai DNA bersifat anti paralel
satu terhadap lainnya (5 3, dan 3 5) maka replikasi semikonservatif yang terjadi juga
berbeda. Pada satu rantai replikasinya bersifat kontinyu dan menghasilkan untai penuntun (leading
strand). Dengan Berbagai Enzim yang terlibat Sedangkan untai yang lain repilikasinya bersifat
diskontinyu dan menghasilkan untai potongan atau disebut juga fragmen Okazaki.

Gambar 3. Replikasi DNA

1.1 Leading Strand


Seperti yang telah dipelajari sebelumnya, bahwa DNA terbentuk dengan bergerak dari arah
nukleotida 5 ke nukleotida 3 sehingga proses penambahan nukleotida pada leading strand tidak
berjalan cukup kompleks dan dapat berlansung secara kontinyu.

Gambar 4. Penambahan nukleotida dari 5 ke 3


Pada prosesnya, sebelum nukleotida ditambahkan pada leading strand, enzim primase
memulai inisiasi dengan membentuk/mensintesis RNA primer pada awalan untaian leading strand
yang kemudian akan diteruskan dengan penambahan nukleotida yang akan dibantu oleh enzim
DNA polymerase III. Baik sel prokariotik dan eukariotik memiliki beberapa jenis DNA polimerase.
Beberapa enzim DNA polimerase berpartisipasi dalam membuat DNA baru untuk mempersiapkan
pembelahan sel.

Gambar 5. Penambahan nukleotida dibantu dengan enzim DNA polymerase III


Enzim Primase memegang peranan kunci pada replikasi asam nukleat. Karena enzim DNA
polymerase tidak dapat memulai sintesis dari DNA strand untuk menambahkan nukleotidanukleotida tanpa diawali inisiasi dengan DNA atau RNA primer sebelum elongasi.
1.2 Lagging Strand

Gambar 6. Penambahan nukleotida tidak dapat bergerak dari arah 3 ke 5


Pada lagging strand, terlihat perbedaan bahwa nukleotida yang akan terpasang diawali
dengan nukleotida 3 yang artinya nukleotida tersebut tidak dapat bergerak ke nukleotida 5. Oleh
karena itu, proses pada lagging strand akan berjalan lebih kompleks dan tidak terjadi secara
kontinyu seperti proses replikasi yang terjadi pada leading strand.
Dengan enzim helicase bergerak membuka double helix DNA maka proses replikasi
dimulai dari arah terbukanya DNA tersebut, dengan kata lain enzim DNA polymerase III bekerja
berlawanan arah dengan proses replikasi pada leading strand. Karena proses replikasi yang tidak
berjalan kontinyu, maka nukleotida-nukloetida yang berikatan pada lagging strand akan
membentuk fragmen-fragmen yang dinamakan okazaki fragment.

Gambar 7. Terbentuk celah dan fragmen yang disebut okazaki fragment


Seperti yang dipelajari sebelumnya, bahwa enzim DNA polymerase III tidak dapat bekerja
tanpa diawali dengan adanya RNA primer yang telah disintesis oleh enzim primase.

Gambar 8. Terlihat masih tersisa RNA primer (hijau) pada lagging strand
Untuk menghilangkan RNA primer tersebut dibutuhkan enzim DNA polymerase I, dan
enzim DNA polymerase I inilah yang akan mengganti nukleotida RNA primer dengan nukleotida
DNA. Celah yang terbentuk antara okazaki fragments akan dihubungkan oleh enzim DNA ligase
dengan mengkatalisasi pembentukan ikatan phosphodiester

Gambar 9. Celah diantara okozaki fragments akan dihubungkan oleh enzim DNA ligase
dengan mengkatalisasi pembentukan ikatan phosphodiester
Penghilangan rantai RNA Primer oleh enzim DNA polymerase I terjadi pada leading strand
dan legging strand.

1.3 Mekanisme Perbaikan DNA


Kerusakan terhadap DNA tidak dapat dihindarkan dan muncul dengan berbagai cara.
Kerusakan DNA dapat muncul dikarenakan beberapa penyebab, seperti pembelahan secara
spontan dari ikatan kimia dalam DNA atau agen radiasi. Perubahan dalam urutan DNA normal
disebut dengan mutasi yang dapat muncul ketika DNA polimerase memasukan kode nukleotida
yang salah sehingga terjadi kesalahan pada pembacaan template.
Untuk menangani hal tersebut maka DNA memiliki kemampuan untuk memperbaiki
kesalahan yang terjadi. Jika mutasi DNA yang terjadi cukup banyak dan DNA tidak sempat untuk
memperbaikinya maka akan terjadi kelainan ekspresi genetik yang dapat berlanjut menjadi
penyakit genetik. DNA repair merupakan suatu mekanisme perbaikan DNA yang mengalami
kerusakan atau kesalahan. Mekanisme perbaikan ini disesuaikan dengan jenis kerusakan yang
tentu saja terkait erat dengan jenis faktor penyebabnya.
Pada dasarnya perbaikan DNA dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
1.

Damage reversal: penggantian secara langsung, photoreactivation merupakan cara


perbaikan DNA dengan melibatkan pembuangan atau pembalikan DNA yang rusak oleh sebuah
enzim tunggal yang tergantung oleh cahaya. Pada jenis perbaikan ini akan terdapat enzim yang
akan memutuskan ikatan hidrogen tanpa memutuskan ikatan fosfodiester antar nukleotida dan
kemudian perubahan urutan basa akan segera digantikan dengan basa yang tepat

2.

Damage removal: proses ini lebih kompleks karena melibatkan replacing atau penggantian
dengan dipotong-potong. Pada jenis perbaikan ini diawali dengan proses pengidentifikasian urutan
DNA dalam suatu proses pengawasan yang dilakukan oleh endonuklease. Kompleks enzim
tersebut akan menginisiasi proses pemisahan untaian DNA heliks ganda menjadi suatu segmen
utas tunggal. Proses ini akan diakhiri dengan penyatuan kembali antara dua utas tunggal tersebut
untuk kembali menjadi bagian dari untaian heliks ganda, dengan perantaraan enzim DNA ligase.

3. Damage tolerance: Mentoleransi kesalahan. Pada jenis perbaikan ini, kesalahan yang terjadi tidak
bisa diperbaiki sehingga kesalahan terpaksa ditoleransi, dimana enzim polimerase melakukan
replikasi dengan melewati bagian dari DNA yang mengalami kerusakan.

(a)

(b)

Selain itu, terdapat 3 tipe demage removal yaitu :


Base excision repair, dimana hanya terdapat 1 basa yang rusak dan digantikan dengan yang lain.
Pada prokariotik biasanya kerusakan ini dapat disadari dan kemudian basa yang mengalamin
kerusakan akan dibuang dengan bantuan endonuklease. Kemudian kekosongan akan diisi dengan
bantuan DNA Polymerase I dan DNA Ligase. DNA polymerase I berperan didalam mensintesis
atau menambahkan pasangan basa yang sesuai dengan pasangannya. Sedangkan DNA Ligase
berperan dalam menyambungkan pasangan basa yang telah disintesis oleh DNA polymerase I.
Nucleotide excision repair, adalah memotong pada bagian / salah satu segmen DNA, dari DNA
yang mengalami kerusakan. Kerusakan nukleotida yang disebabkan oleh sinar UV, sehingga
terjadi kesalahan pirimidin dimer (kesalahan dua basa tetangga). Pada prokariot terdapat protein
yaang terlibat dalam proses pembuangan atau pemotongan DNA yang mengalami kerusakan,
sehingga terjadi kekosongan pada segmen untaian nukleotida tersebut. Selanjutnya untuk mengisi
kekosongan tersebut maka RNA polymerase I mensintesis nukleotida yang baru untuk
dipasangkan pada segmen DNA yang mengalami kekosongan tadi, tentu saja dengan bekerja
sama dengan DNA ligase dalam proses penyambungan segmen DNA tersebut.

(c)

Mismatch repair. Tipe ini adalah untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi ketika DNA
disalin. Selama replikasi DNA, DNA polymerase sendirilah yang melakukan perbaikan jika terjadi
kesalahan pemasangan. Polimerase ini mengoreksi setiap nukleotida terhadap cetakannya begitu
nukleotida ditambahkan pada untaian. Dalam rangka mencari nukleotida yang pasangannya tidak
benar, polymerase memindahkan nukleotida tersebut kemudian melanjutkan kembali sintesis.
Protein-protein lain selain DNA polymerase juga melakukan perbaikan salah pasang. Pada intinya
mekanisme perbaikan mismatch ini mendeteksi terlebih dahulu pasangan basa yang tidak cocok
(matched) atau tidak berpasangan dengan benar. Caranya segmen DNA yang membawa basa
yang salah dibuang, sehingga terdapat celah (gap) di dalam untai DNA. Selanjutnya dengan
bantuan enzim polymerase celah ini akan diisi oleh segmen baru yang membawa basa yang telah
diperbaiki, yang kemudian dilekatkan dengan bantuan enzim ligase.
1.4 Perbedaan Proses Replikasi Pada Prokariotik Dan Eukariotik
Proses replikasi DNA pada prokariot dan eukariot pada dasarnya hampir sama, hanya
terdapat sedikit perbedaan. Pada prokariot, proses replikasi terjadi secara cepat dan terusmenerus. Seperti pada E. coli yang memiliki 4,6 juta pasangan basa dalam kromosom sirkuler
tunggal dan semua itu akan direplikasi di sekitar 42 menit, mulai dari asal tunggal dari replikasi dan
melanjutkan sekitar lingkaran di kedua arah. Pada proses replikasi tersebut jarang sekali terjadi
kesalahan. Hal ini dikarenakan genom pada prokariot lebih sederhana daripada eukariot. Selain itu
proses replikasi hanya terjadi di satu tempat yang disebut oriC.
Pada eukariot, molekul DNA lebih besar daripada di prokariot dan tidak melingkar, dan juga
banyak tempat untuk memulai replikasi. Pada eukariot replikasi DNA hanya terjadi pada fase S di
dalam interfase

2. Transkripsi RNA
DNA merupakan materi genetik yang memiliki fungsi fenotip. Artinya, DNA harus mampu
mengatur ekspresi gen suatu makhluk hidup sehingga dihasilkan suatu fenotip tertentu bagi setiap
individunya. Fungsi ini dilaksanakan melalui ekspresi gen, yang tahap pertamanya adalah proses
transkripsi, yaitu perubahan urutan basa molekul DNA menjadi urutan basa molekul RNA. Dengan
perkataan lain, transkripsi merupakan proses biosintesis RNA menggunakan salah satu untai
molekul DNA sebagai cetakannya (template).
Transkripsi adalah sintesis RNA dibawah arahan DNA. Kedua asam nukleat menggunakan
bahasa yang sama, dan informasi hanya ditranskripsi, atau disalin, dari satu molekul menjadi
molekul lain. Sintesis RNA disebut juga dengan transkripsi DNA, sehingga terjadi proses
pemindahan informasi genetik dari DNA ke RNA. Fungsi ini disebut fungsi heterokatalis DNA
karena DNA mampu mensintesis senyawa lain yaitu RNA. Sebuah rantai DNA digunakan untuk
mencetak rantai tunggal mRNA dengan bantuan enzim RNA polimerase. Enzim tersebut
menempel pada kodon permulaan, umumnya adalah kodon untuk asam amino metionin. Pertamatama, ikatan hidrogen di bagian DNA yang disalin terbuka. Akibatnya, dua utas DNA berpisah.
Salah satu polinukleotida berfungsi sebagai pencetak atau sense, yang lain sebagai gen atau
antisense. Misalnya pencetak memiliki urutan basa G-A-G-A-C-T, dan yang berfungsi sebagai gen
memiliki urutan basa komplemen C-T-C-T-G-A. Karena pencetaknya G-A-G-A-C-T, maka RNA
hasil cetakannya C-U-C-U-G-A. Jadi, RNA C-U-C-U-G-A merupakan hasil kopian dari DNA C-T-CT-G-A (gen), dan merupakan komplemen dari pencetak.
Proses transkripsi ini memiliki banyak kesamaan dengan replikasi DNA dan juga mengikuti
prinsip pemasangan basa pada replikasi DNA. Beberapa kesamaan yang ditemukan adalah
sebagai berikut:
1. Adanya sumber basa nitrogen berupa nukleosida trifosfat. Perbedaannya terdapat pada
molekul gulanya. Seperti yang kita ketahui bahwa gula pada replikasi DNA berupa
deoksiribosa. Sedangkan pada replikasi RNA berupa ribosa. Selain itu, tidak adanya basa
timin tetapi digantikan oleh urasil. Jadi, keempat nukleosida trifosfat yang diperlukan adalah

adenosin trifosfat (ATP), guanosin trifosfat (GTP), sitidin trifosfat (CTP), dan uridin trifosfat
(UTP).
2. Adanya untai molekul DNA sebagai cetakan. Dalam proses ini hanya satu bagian dari
rantai DNA yang sudah terbuka yang dapat dijadikan sebagai cetakan bagi enzim RNA
polimerase pada proses sintesis RNA. Untai DNA ini mempunyai urutan basa yang
komplementer dengan urutan basa RNA hasil transkripsinya, dan disebut sebagai pita
antisens. Sementara itu, untai DNA pasangannya, yang mempunyai urutan basa sama
dengan urutan basa RNA, disebut sebagai pita sens. Meskipun demikian, sebenarnya
transkripsi pada umumnya tidak terjadi pada urutan basa di sepanjang salah satu untai
DNA. Jadi, bisa saja urutan basa yang ditranskripsi terdapat berselang-seling di antara
kedua untai DNA.
3. Proses transkripsi berlangsung dengan arah 5 3 seperti halnya dalam replikasi DNA.
4. Gugus 3- OH pada suatu nukleotida bereaksi dengan gugus 5- trifosfat pada nukleotida
berikutnya menghasilkan ikatan fosfodiester dengan membebaskan dua atom pirofosfat
anorganik (PPi).
2.1 Inisiasi
Proses transkripsi dari molekul RNA dimulai dengan diurainya kedua untaian dari molekul
DNA. Pemisahan kedua untaian DNA pertama kali terjadi di suatu tempat di dalam molekul DNA
yang disebut dengan promoter. Promoter ini nantinya merupakan tempat melekatnya RNA
polimerase untuk memulai transkripsi. Proses transkripsi ini mulai terjadi ketika RNA polimerase
menyadari dan mengikat daerah promotor yang terdapat dalam molekul DNA. RNA polimerase
melekat atau berikatan dengan promoter dibantu oleh adanya faktor sigma. Faktor sigma atau
kofaktor merupakan subunit RNA polimerase. Setelah promoter berikatan dengan kumpulan
protein yang disebut kofaktor-kofaktor. Kumpulan antara promoter, RNA polimerase, dan kofaktorkofaktor ini disebut kompleks inisiasi transkripsi. Selanjutnya, RNA polimerase membuka rantai
ganda DNA. Setelah proses inisiasi terjadi maka faktor sigma akan berdisosiasi dari RNA
polimerase, bersama-sama dengan DNA dan RNA nasen (RNA yang baru disintesis), akan
membentuk kompleks terner atau kompleks yang terdiri atas tiga komponen. Dengan adanya
kompleks terner ini RNA polimerase dapat berjalan di sepanjang molekul DNA.

Gambar 11. Enzim RNA polymerase mencari tempat, dan mengikat sementara salah satu
DNA strand agar double helix DNA terbuka

2.2 Elongasi

Pengikatan enzim RNA polimerase beserta kofaktor-kofaktornya pada untai DNA template
membentuk kompleks transkripsi. Pada tahap elongasi ini, RNA mengalami pertumbuhan
memanjang seiring dengan pembentukan pasangan basa nitrogen DNA pada ujung 3 nya.
Sehingga, proses elongasi RNA berlangsung dari arah 5 ke 3, sementara RNA polimerasenya
sendiri bergerak dari arah 3 ke 5 di sepanjang untai DNA template. Pembentukan RNA analog
dengan pembentukan pasangan basa nitrogen pada replikasi.

Gambar 12. Elongasi


Pada RNA tidak terdapat basa pirimidin timin (T), melainkan urasil (U). Oleh karena itu,
RNA akan membentuk pasangan basa urasil dengan adenin pada rantai DNA. Tiga macam basa
yang lain, yaitu adenin, guanin, dan sitosin dari DNA akan berpasangan dengan basa
komplemennya masing-masing sesuai dengan pengaturan pemasangan basa. Adenin
berpasangan dengan urasil dan guanin dengan sitosin.
2.3Terminasi
Berakhirnya proses elongasi RNA ditandai oleh terlepasnya enzim RNA polimerase beserta
kofaktor-kofaktornya dari untai DNA template. Begitu pula halnya dengan molekul RNA hasil
sintesis. Terlepasnya RNA polimerase dan kofaktor-kofaktor tersebut dikarenakan telah dicapainya
suatu urutan basa tertentu yang disebut dengan terminator.
Terminasi transkripsi dapat terjadi oleh dua macam sebab, yaitu terminasi yang hanya
bergantung kepada urutan basa cetakan (disebut terminasi diri) dan terminasi yang memerlukan
kehadiran suatu protein khusus (protein rho). Di antara keduanya terminasi diri lebih umum
dijumpai. Terminasi diri terjadi pada urutan basa palindrom yang diikuti oleh beberapa adenin (A).
Urutan palindrom adalah urutan yang sama jika dibaca dari dua arah yang berlawanan. Oleh
karena urutan palindom ini biasanya diselingi oleh beberapa basa tertentu, maka molekul RNA
yang dihasilkan akan mempunyai ujung terminasi berbentuk batang dan kala (loop).

Gambar 13. Proses terminasi dengan dilepasnya RNA yang baru dan enzim RNA
polymerase dari cetakan DNA

Inisiasi transkripsi berikutnya tidak harus menunggu selesainya tahapan transkripsi


sebelumnya. Hal ini dikarenakan, ketika RNA polimerase telah melakukan pemanjangan 50 hingga
60 nukleotida, promoter dapat mengikat RNA polimerase yang lain. Pada gen-gen yang
ditranskripsi dengan cepat re-inisiasi transkripsi dapat terjadi berulang-ulang sehingga gen
tersebut akan terselubungi oleh sejumlah molekul RNA dengan tingkat penyelesaian yang
berbeda-beda.

Gambar 14. Proses Transkripsi Secara Keseluruhan


2.4 Perbedaan Proses Transkripsi Dan Translasi Pada Prokariotik Dan Eukariotik
Pada dasarnya mekanisme transkripsi pada prokariotik dan eukariotik sama. Namun
demikian, pada eukariotik proses transkripsi lebih kompleks daripada prokariotik. Pada eukariotik
terdapat berbagai macam atau kelas gen dan dari setiap gen dibutuhkan RNA polimerase yang
berbeda-beda.
Pada prokariotik tempat terjadinya proses transkripsi (di dalam nukleus) dan translasi
(sitoplasma) tidak dapat dibedakan atau hampir sama. Hal ini dikarenakan prokariot tidak memiliki
membran inti yang memisahkan keduanya. Sehingga, memungkinkan translasi mRNA dimulai saat
transkripsi masih berlangsung. Sedangkan untuk eukariot sebelum RNA bisa meninggalkan
nukleus, transkrip RNA eukariotik dari gen pengode protein dimodifikasi dalam berbagai cara,
menghasilkan mRNA akhir yang fungsional.
Selain itu, pada eukariotik, RNA-d yang dihasilkan itu tidak langsung dapat berfungsi
dalam sintesis polipeptida, sebab masih mengandung segmen-segmen yang tidak berfungsi, yang
disebut intron. Sedangkan segmen-segmen yang berfungsi untuk sintesis protein disebut ekson.
Didalam nukleus terjadi pematangan atau pemasakan RNA-d, yaitu dengan jalan
melepaskan segmen-segmen intron dan merangkaikan segmen-segmen ekson. Gabungan
segmen-segmen ekson membentuk satu rantai atau utas RNA-d yang mengandng sejumlah
kodon untuk penyusunan polipeptida. Rantai RNA-d ini dikenal sebagai sistron.
Kesimpulan

Asam nukleat baik DNA (Deoxyribonucleic acid) maupun RNA (Ribonucleic acid)
merupakan molekul yang sangat penting bagi kelansungan hidup sebuah sel. Informasi-informasi
genetik dalam sebuah sel tersimpan pada DNA, sedangkan RNA salah satu fungsinya adalah
mensintesis protein dalam sel. Oleh sebab itu sintesis / pembentukan asam nukleat DNA terjadi
saat sel akan membelah diri (kecuali sel gamet) agar setiap sel turunan memiliki informasi genetik
yang sama dan RN) di dalam sel memegang peranan yang vital dalam keberlansungan hidup
sebuah organisme.
Pembentukan Asam Nukleat (baik DNA maupun RNA) melalui tahapan-tahapan yang
berurutan dan sistematis. Proses pembentukan DNA dinamakan replikasi DNA, replikasi DNA
berlansung dengan bantuan beberapa enzim, diantaranya; DNA helicase, DNA polymerase III,
DNA primase, DNA polymerase I, dan DNA ligase. Proses replikasi DNA ini bertujuan untuk
membuat salinan DNA yang identik. Sementara itu, proses pembentukan RNA dinamakan dengan
proses transkripsi yang melewati tahapan inisiasi (permulaan), elongasi (perpanjangan) dan
terminasi (pengakhiran). Proses sintesis RNA terjadi dengan bantuan enzim RNA polymerase.
Proses transkripsi pada RNA bertujuan untuk mensintesis RNA dibawah arahan DNA dengan
bantuan RNA Polimerase.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2014). DNA Replication. [Online] Available from:


http://www.bioteach.ubc.ca/TeachingResources/MolecularBiology/DNAReplication.swf
[Accessed: 26 Februari 2015]
Hilman
Maulana
(2009).
Replikasi
DNA.
[Online]
Available
from:
http://www.academia.edu/8524966/10_REPLIKASI_DNA [Accessed: 26 Februari 2015]
Yanti Kristy (2014). Mengenal Pengertian Polimerase. [Online] Avaliable from:
http://www.sridianti.com/mengenal-pengertian-polimerase.html [Accessed: 26 Februari
2015]
Anonim. (2012). DNA Replication. [Online] Available from:
http://users.rcn.com/jkimball.ma.ultranet/BiologyPages/D/DNAReplication.html
[Accessed from: 26 Februari 2015]
Yanti Kristy (2014). Fungsi DNA Helikase dalam Replikasi. [Online] Avalibale from:
http://www.sridianti.com/fungsi-dna-helikase-dalam-replikasi.html [Accessed from: 26
Februari 2015]
Anonim. (2014). Sintesis Protein dan Kode Genetik. [Online] Available from:
http://www.biologi-sel.com/2012/06/sintesis-protein-dan-kode-genetik.html
[Accessed: 26 Februari 2015]
Tirta
Setiawan
(2013).
Anabolisme
Asam
Nukleat.
[Online]
Available
from:
http://www.academia.edu/5992314/ANABOLISME_ASAM_NUKLEAT [Accessed from: 26
Februari 2015]
The Mc Graw-Hill Companies. (2007). DNA Replication. [Online] Available from:
http://highered.mcgrawhill.com/sites/0072943696/student_view0/chapter3/animation__dna_replication__quiz_1_.h
tml [Accessed: 26 Februari 2015]
Damayantie, E. (2011). Replikasi DNA dan Abnormalitasnya pada Pertumbuhan Sel Tumor.
[Online] Available from:
http://www.academia.edu/5085250/makalah._Replikasi_DNA [Accessed: 26 Februari 2015]
Warianti, C. (2011). Rekombinasi Genetik. [Online] Available from:
http://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/RekombinasiGenetik_ChaidarWarianto_23.pdf [Accessed: 26 Februari 2015]

Anda mungkin juga menyukai