Anda di halaman 1dari 14

Keperawatan Anak 1

Asuhan Keperawatan Sindrom Nefrotik

Disusun Oleh :
Ramdani Taher
Winda Amiar
Yuliyanih
Yulli Fitriani

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA 1
JURUSAN KEPERAWATAN
2013-2014

Konsep Dasar
1. Pengertian Sindrom Nefrotik
Sindrom nefrotik merupakan keadaan klinis yang meliputi proteinuria masif,

hipoalbuminemia, hiperlipemia, dan edema. (Donna L. Wong, 2004)


Sindrom nefrotik merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan proteinuria,
hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema. Sindrom ini dapat terjadi karena faktor

yang menyebabkan permeabilitas glomerulus. (Aziz Alimul Hidayat, 2008)


Sindrom nefrotik adalah penyakit klinis dengan gejala edema, proteinuria,

hipoalbuminemia, dan hiperkolesterolemia. (Ngastiah, 2005)


2. Etiologi
1. Sindrom nefrotik bawaan.
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Resisten terhadap
semua pengobatan. Gejala : edema pada neonates
2. Sindrom nefrotik sekunder, disebabkan oleh :
Malaria kuartana atau parasit lainnya
Penyakit kolagen seperti lupus eritematosis diseminata, purpura dan anafilaktoid
Glomerolunefritis akut atau glomerulonefritis kronik, trombosis vena renalis
Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilanin, garam emas, sengatan

lebah, racun oak, air raksa


Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif

hipokomplementemik
3. Sindrom nefrotik idiopatik.
Tidak diketahui sebabnya atau juga disebut sindrom nefrotik primer.
4. Glomerulosklerosis fokal segmental
Pada kelainan ini yang mencolok sklerosis glomerulus. Sering disertai atropi tubulus dan
prognosis buruk.

3. Patofisiologi
Sindrom nefrotik dengan perubahn minimal (MCNS; minimal change nephritic syndrom)
dapat terjadi pada semua usia, tetapi terutama dijumpai pada anak-anak yang berusia antara 2
dan 7 tahun. MCNS jarang terjadi pada anak-anak yang berusia kurang dari 6 bulan, tidak

umum pada bayi yang berusia kurang dari satu tahun dan tidak lazim terjadi setelah usia 8
tahun. Anka laki-laki mempunyai kecenderungan dua kali lipat mengalami MCNS.
Patogenesis MCNS tidak diketahui. Kemungkinan sindrom tersebut merupakan keadaan
yang diperantarai oleh gangguan metabolik, biokimiawi, fisiokimiawi, atau imun, yang
menyababkan membran basalis glomelurus semakin permeabel terhadap protein, tetapi
penjelasan tentang penyebab dan mekanisme tersebut hanya spekulatif.
Membran glomerulus, yang secara normal tidak permeable terhadap albumin dan protein
lainnya, menjadi permeabel terhadap protein, khususnya albumin,
sehingganefrotik
protein ini
Sindrom
merembes keluar melalui membran glomelurus dan diekskresikan ke dalam urin
(hiperalbuminuria). Kaeadaan ini akan mengurangi kadar albumin dalam serum darah
Kerusakan glomelurus
(hipoalbuminemia) yang selanjutnya akan menurunkan tekanan osmotik koloid dalam kapiler
darah. Sebagai akibatnya, tekanan hidrostatik vascular melebihi tarikan tekanan osmotik
Proteinuria masif
koloid yang menyebabkan cairan berkumpul dalam ruang-ruang interstisial akan mengurangi
volume cairan dalam pembuluh darah (hipovolemia) yang selanjutnya akan menstimulasi
Selektif
Non Selektif
Hipoproteinemia
system renin angiostensin dan sekresi hormon antidiuretik serta aldosteron. Reabsorpsi
natrium dan air dalam tubulus ginjal akan meningkat sebagai upaya ginjal untuk
Ekskresi Albumin Ekskresi Imunoglobin
Pe sintesis protein dan lipid hepatik
meningkatkan volume intravaskular. Kenaikan kadar lipid dalam serum darah tidak dapat
dijelaskan.
Hipoalbuminemia Rentang terhadap infeksi
Hiperlipidemia
Pe

tekanan onkotik plasma

Hipovolemia
Penurunan aliran darah ginjal

Pathway

Pelepasan renin

Sekresi hormon ADH dan aldosteron

Reabsorbsi natrium dan air

Udema anasarka

4. Manifestasi Klinik
1. Kenaikan berat badan
2. Wajah tampak sembap ( edema fasialis) terutama di sekitar mata, tampak pada pagi hari
dan berkurang pada siang hari
3. Pembengkakan abdomen ( asites)
4. Efusi pleura

5. Pembengkakan labia atau skrotum


6. Edema pada mukosa intestinal dapat menyebabkan diare, Anoreksia, absorpsi intestinal
buruk
7. Pembengkakan pergelangan kaki / tungkai
8. Iritabilitas
9. Mudah letih
10. Letargik
11. Tekanan darah normal atau sedikit menurun
12. Rentan terhadap infeksi
13. Perubahan urin : Penurunan volume dan urin berbuih
(Wong, Donna.2008 : )
5. Pemeriksaan Diagnostik
Uji urin :
1. Urinalisis
a. Priteinuria (dapat mencapai lebih dari 2 g/m2/hari)
b. Bentuk hialin dan granular
c. Hematuria
2. Uji dipstick urin - hasil positif untuk protein dan darah
3. Osmolaliltas urin -meningkat
Uji darah :
1. Kadar albumin serum - menurun (kurang dari 2 g/dl)
2. Kadar kolesterol serum - meningkat (dapat mencapai 450 sampai 1000 mg/dl)
3. Kadar trigliserid serum - meningkat
4. Kadar hemoglobin dan hematokrit - meningkat (hemokonsentrasi)
5. Hitung trombosit - meningkat (mencapai 500.000 sampai 1.000.000/ l)
6. Kadar elektrolit serum - bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit perorangan
Uji diagnostic :
Biopsi ginjal (tidak dilakukan secara rutin) mengindikasikan status glomerular, jenis
sindrom nefrotik, respons terhadap penatalaksanaan medis, dan perjalanan penyakit.
Evaluasi mikroskopik menunjukkan tampilan membran basalis yang abnormal.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis untuk sindrom nefrotik mencakup :
1. Pemberian kortikosteroid (predinson atau predinsolon) untuk menginduksi remisi. Dosis
akan diturunkan setelah 4 samapi 8 minggu terapi. Kekambuhan diatasi dengan
kortikosteroid dosis tinggi untuk beberapa hari.
2. Penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena)
3. Pengurangan edema

a. Terapi diuretik (diuretik hendaknya digunakan secara cermat untuk mencegah


terjadinya penurunan volume intravaskular, pembentukkan trombus, dan/atau
ketidakseimbangan elektrolit)
b. Pembatasan natrium (mengurangi edema)
4. Mempertahankan keseimbangan elektrolit
5. Pengobatan nyeri (untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan edema
dan terapi invasif)
6. Pemberian antibiotik (penisilin oral profilaktik atau agens lain)
7. Terapi imunosupresif (siklofosfamid, klorambusil, atau siklosporin) untuk anak yang
gagal berespon terhadap steroid

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA SINDROM NEFROTIK


Pengkajian Keperawatan
1. Kaji tanda-tanda dan gejala kelebihan volume cairan
a. Edema local (periorbital, fasial, genitalia eksternal, abdominal)
b. Asites dengan ketegangan dan mengkilatnya kulit di atas abdomen (kaji lingkar
abdomen)
c. Penambahan berat badan
d. Penurunan aluaran urine
e. Urine gelap, berbusa
f. Anasarka(edema berat, merata)
g. Kongesti paru, peningkatan usaha bernapas, efusi pleura, edema paru
2. Kaji adanya tanda-tanda ketidakseimbangan elektrolit
a. Kaji tanda-tanda hipoksia
Kardiovaskuler: aritmia, pendataran gelombang T, penurunan segmen ST,

pelebaran QRS, peningkatan atau penurunan denyut jantung, hipotensi


System saraf pusat (SSP) dan musculoskeletal: apati, mengantuk, kelemahan

otot, kram otot, hiporefleksia


b. Kaji tanda-tanda hiponatremia akibat penggunaan diuretic.
SSP: apati, kelemahan, pusing, latergi, ensefalopati, kejang
Kardiovarkuler: hipotensi
Gastrointestinal (GI) : mual, kram abdomen
c. Kaji tanda-tanda hipernatremia akibat hemokonsentrasi

SSP: disorientasi, kedutan otot, latergi, iritabilitas


GI : Sangat haus, membrane kering, mual, dan muntah
Lain0lain: kulit kering kemerahan, peningkatan suhu, oliguria
3. Kaji adanya kehilangan protein dan status nutrisi
a. Pantau potein serum dan eksresi protein urine
b. Kaji nafsu makan dan asupan nutrisi
c. Kaji tanda-tanda memanjangnya hipoalbuminemia: garis-garis putih parallel pada
lunula
d. Kaji adanya pucat
e. Kaji iritabilitas nonspesifik, kelemahan, keletihan
4. Kaji efek samping dari pemberian obat
a. Steroid (gambaran cushing, hiperglikemia, infeksi, hipertensi, obesitas, perdarahan
GI, retardasi pertumbuhan, demineralisasi tulang, katarak)
b. Agens pengalkilasi (leucopenia, disfungsi gonad, sterilitas)
c. Diuretic
(penurunan
volume
intravaskuler,
pembentukan

thrombus,

ketidakseimbangan elektrolit)
5. Kaji tanda-tanda penurunan fungsi kardiovaskuler (hipotensi, hipertensi, syok, gagal
jantung kongestif, disritmia jantung, devisit volume cairan)
a. Tekanan darah (hipotensi atau hipertensi)
b. Denyut dan irama jantung (takikardia, aritmia_
c. Perfusi distal ( nadi, pengisian kapiler, suhu, warna)
d. Hipertropi ventrikel kiri (aritmia, peningkatan ukuran jantung, penurunan curah
jantung)
6. Kaji tanda-tanda ketidak efektifan pola pernafasan dan infeksi paru
a. Frekuensi dan pola pernafasan (tkipnea, pola tidak teratur)
b. Penggunaan otot-otot tambahan (retraksi, mengangkat bahu) dan mengembangkan
cuping hidung
c. Perlu duduk tegak atau peninggian kepala tempat tidur
d. Bunyi napas abnormal (bising, ronki, penurunan bunyi nafas pada lobus bawah)
e. Radiografi dada abnormal
f. Sianosis, penurunan saturasi oksigen
g. Asidosis respiratorik
7. Kaji tanda-tanda infeksi
a. Demam,
b. Peningkatan leukosit
c. Hasil kultur positive
d. Tanda-tanda selulitis : pembengkakan local, kemerahan, nyeri tekan
e. Tanda-tanda pneumonia
f. Tanda-tanda peritonitis : merah, nyeri tekan abdomen
g. Syok septic
8. Kaji tanda-tanda kerusakan kulit dari edema berat

9. Kaji tingkat kenyamanan dan kemampuan anak untuk menoleransi aktivitas. Atasi
kekhawatiran dan ketakutan anak dan keluarga yang berkaitan dengan penyakit dan
perubahan citra tubuh
10. Kaji respons koping anak dan keluarga terhadap penyakit
a. Kaji fungsi keluarga yang berkaitan dengan iritabilitas anak dan perubahan alam
perasaan
b. Kaji koping yang bekaitan dengan perubahan citra tubuh dari edema berat dan pucat
c. Kaji respos anak dan keluarga terhadap tirah baring dan pembatasan aktivitas.
Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan Volume Cairan (Tubuh Total) Berhubungan Dengan Akumulasi Cairan Dalam
Jaringan
Tujuan

: Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti akumulasi cairan (pasien


mendapatkan volume cairan yang tepat)

Kriteria Hasil : 1. Menunjukkan keseimbangan dan haluaran


2. Tidak terjadi peningkatan berat badan
3. Tidak terjadi edema
Intervensi
1. Kaji masukan yang relatif terhadap keluaran secara akurat.
Rasional : perlu untuk menentukan fungsi ginjal, keb penggantian cairan dan
penurunan resiko kelebihan cairan.
2. Timbang BB setiap hari (atau lebih sering jika diindikasikan).
Rasional : mengkaji retensi cairan
3. Kaji perubahan edema : ukur lingkar abdomen pada umbilicus serta pantau edema

4.
5.
6.
7.

sekitar mata.
Rasional : untuk mengkaji asites dan merupakan sisi umum edema.
Atur masukan cairan dengan cermat.
Rasional : agar tidak mendapatkan lebih dari jumlah yang dibutuhkan
Pantau infus intra vena
Rasional : untuk mempertahankan masukan yg diresepkan
Berikan kortikosteroid sesuai ketentuan.
Rasional : untuk menurunkan ekskresi proteinuria
Berikan diuretik bila diinstruksikan.

Rasional : untuk memberikan penghilangan sementara dari edema.


2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan (intrvaskular) berhubungan dengan kehilangan
protein dan cairan,edema
Tujuan

: Klien tidak menunjukkan kehilangan cairan IV atau shock hipovolemik


yang ditunjukkan pasien minimum atau tidak ada

Kriteria hasil : 1. Tanda vital normal


2. membran mukosa mulut dan elastisitas turgor kulit
Intervensi
1. monitor tanda-tanda vital
untuk mendeteksi bukti fisik penipisan cairan
2. Kaji kualitas dan frekuensi nadi
Rasional : untuk tanda syok hipovolemik
3. monitor intake dan output
Rasional : perlu untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan
penurunan resiko kelebihan cairan.
4. kaji membran mukosa mulut dan elastisitas turgor kulit
Rasional : untuk menegtahui keseimbangan cairan

3. Resiko Tinggi Infeksi Berhubungan Degan Pertahanan Tubuh Yang Menurun, Kelebihan
Beban Cairan.
Tujuan

: Tidak menunjukkan adanya bukti infeksi

Kriteria Hasil : 1. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi


2. Tanda-tanda vital dalam batas normal
3. Leukosit dalam batas normal.

Intervensi
1. Lindungi anak dari kontak individu terinfeksi
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
2. Gunakan teknik mencuci tangan yang baik
Rasional : untuk memutus mata rantai penyebaran infeksi
3. Jaga agar anak tetap hangat dan kering
Rasional : karena kerentanan terhadap infeksi pernafasan atas
4.

Pantau suhu.
Rasional : indikasi awal adanya tanda infeksi

5. Ajari orang tua tentang tanda dan gejala infeksi


Rasional : memberi pengetahuan dasar tentang tanda dan gejala infeksi

4. Risiko kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan edema


Tujuan

: integritas kulit terjaga

Kriteria hasil

: Tidak ada tanda kemerahan, lecet dan tidak terjadi tenderness bila
disentuh.

Intervensi
1. Kaji

adanya

faktor

risiko

yang

dapat

menyebabkan

kerusakan

kulit

(ketidakmampuan untuk bergerak, kehilangan kendali kandung kemih)


Rasional : untuk mencegah terjadinya komlikasi
2. Bersihkan dan bedaki permukaan kulit beberapa kali per hari untuk mencegah
kerusakan kulit
Rasional : mencegah terjadinya iritasi
3. Topang organ edema, seperti skrotum
Rasional : untuk menghilangkan area tertekan

4. Rubah posisi dengan sering; pertahankan kesejajaran tubuh yang baik karena anak
dengan edema masif selalu letargis, mudah lelah dan diam saja
Rasional : mencegah terjadinya ulkus
5. Gunakan penghilang tekanan atau matras atau tempat tidur penurun tekanan sesuai
dengan kebutuhan
Rasional : meminimalkan penekanan pada bagian-bagian tubuh
5. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
pembatasan diet, anoreksia sekunder akibat keletihan, malaise, dan tekanan pada struktur
abdomen (edema)
Tujuan

: klien dapat memperlihatkan status gizi : asupan makanan yang adekuat

Kriteria hasil

: 1. tidak terjadi mual dan muntah


2. menunjukkan masukan yang adekuat
3. mempertahankan berat badan

Intervensi :
1. Timbang berat badan setiap hari, pantau hasil laboratorium
Rasional : mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah dan
meminimalkan kurang gizi
2. Buat perencanaan makan dengan pasien yang masuk dalam jadwal makan,
lingkungan makan, kesukaan danketidaksukaan pasien, serta suhu makanan
Rasional : membantu pasien untuk mau makan
3. Pertahanknan kebersihan mulut yang baik (sikat gigi, membersihkan/membilas
mulut) sebelum dan sesudah makan
Rasional : membuat mulut tetap segar sehingga pasien mempunyai selera untuk
makan
4. Tawarkan makan porsi kecil tapi sering
Rasional : untuk mengurangi rasa tegang pada lambung
5. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana cara
memenuhinya
Rasional : memfasilitasi keluarga untuk menyedikan asupan makan dengan menu
yang seimbang
6. Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien dari rumah
Rasional : mendukung pasien untuk mau makan dengan makanan kesukaan

7. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein pasien yang
mengalami ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan protein
Rasional : membantu atau menyediakan asupan makanan dan cairan diet yang
seimbang
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kondisi lemah
Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalan intoleransi aktivitas


teratasi

Kriteria Hasil : 1. Klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri


2. Klien dapat ikut serta dalam proses pengobatan
Intervensi
1. Tingkatkan tirah baring / duduk.
Rasional : Meningkatkan istirahat dan ketenangan klien, posisi telentang
meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan
diuresis.
2. Pantau kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
Rasional : Untuk mengetahui tindakan apa yang dapat dilakukan oleh klien sehingga
perawat mudah dalam mengambil keputusan selanjutnya
3. Bantu klien dalam melakukan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Rasional : Membantu klien memenuhi aktivitas sehari hari
4. Anjurkan klien untuk ikut serta dalam tindakan pemulihan kesehatan klien
Rasional : Dengan partisipasi keluarga klien dapat merasakan bahwa keluarga
member support dalam pemulihan kesehatan
7. Ganguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan tampilan
Tujuan

: tidak terjadi gangguan boby image

Kriteria Hasil : 1. Menytakan Penerimaan Situasi Diri


2. Memasukkan Perubahan Konsep Diri Tanpa Harga Diri Negatif
Intervensi

1. Gali perasaan dan masalah mengenai penampilan


Rasional : Untuk memudahkan koping
2. Tunjukan aspek positif dari penampilan dan bukti penururnan edema
Rasional : Agar anak mersa terdorong
3. Dorong sosialisasi dengan individu tanpa infeksi aktif
Rasional : Agar anak tidak merasa sendirian dan terisolasi
4. Berikan umpan balik positif
Rasional : agar anak merasa dihargai
5. Peningkatan perkembangan anak
Rasional : Untuk memfasilitasi pertumbuhan motorik kasar, motorik halus, bahasa,
kognitif dan emosional

Kesimpulan
Ginjal merupakam salah satu organ penting dalam system urinia. Sedangkan sindroma nefrotik
merupakan salah satu penyakit kelainan pada ginjal. Sindroma nefrotik merupakan kumpulan
gejala yang disebabkan oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan
karakteristik proteinuria, hypoproteinuria, hypoalbunemia, hyperlipedemia dan edema. Penyebab
sindroma nefrotik belum diketahui secara pasti. Umumnya orang membagi etiologinya dalam ;
Sindroma Nefrotik Bawaan, Sindroma Nefrotik Sekunder, Syndrome Nefrotik Idiopatik,
Glomerulosklerosis fokal segmental.

Daftar Pustaka
Betz, Cecily Lynn.2009.Buku Saku Keperawatan Pediatri, edisi 5. Jakarta: EGC
Ngastiah.2005.perawatan anak sakit edisi 2. Jakarta: EGC
Wong, Donna.2009.Keperawatan Pediatrik volume 2.Jakarta:EGC
W,Sudoyo Aru.2006.Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi IV.Jakarta:FKUI

Anda mungkin juga menyukai