ABSTRAK
Di daerah Namogedang Kecamatan Padang Tualang Kabupaten Langkat
Propinsi Sumatera Utara terdapat bahan galian industri bentonit. Bentonit merupakan
nama dagang dari mineral montmorilonit. Bentonit banyak dimanfaatkan terutama
dalam bidang industri perminyakan, konstruksi, farmasi, kosmetika dan industri
minyaka nabati. Di dalam penggunaannya sebagai bahan galian industri bentonit sangat
dipengaruhi oleh sifat fisik dan
sendiri.
Secara umum bentonit daerah penelitian merupakan bentonit Ca Mg bentonit..
Tingginya kandungan unsur pengotor terutama unsur besi (Fe2O3 1,70 4,12%) pada
bentonit sangat berpengaruh pada kualitas bentonit sehingga didalam proses
penggunaannya sebagai bahan
Berdasarkan hasil analisis kimia jika dibandingkan dengan hasil survey yang dilakukan
oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (PPTMB)
maka bentonit daerah Namogedang dapat dipergunakan sebagai bahan baku didalam
industri minyak nabati terutama sebagai salah satu bahan untuk penyerap / penjernih
minyak kelapa sawit.
Berdasarkan hasil perhitungan
berjumlah 82.882.843 ton., namun untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal perlu
dilakukan penambahan jumlah titk bor sebab dengan luas daerah tersebut dirasa kurang
representatip dengan jumlah bor yang ada.
ii
KATA PENGANTAR
Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah yang sangat kaya dengan
bahan galian industrinya. Bahan galian industri tersebut tersebar di masing masing
kabupaten dengan sifat dan karakteristik yang berbeda beda sesuai dengan proses
geologinya, sehingga diperlukan penelitian/kajian yang dapat mendukung industri yang
ada didaerah ini. Potensi bahan galian industri tersebut sangat didukung dengan
keberadaan industri yang ada didaerah ini seperti industri Keramik, Minyak Kelapa
Sawit, Farmasi, Kimia dan lain lain, yang kesemua proses industri tersebut sangat
mermerlukan dan bergantung kepada bahan galian industri. Penggunaan bahan galian
industri dapat berupa sebagai bahan baku utama dan bahan tambahan didalam proses
industri.
Penelitian ini merupakan salah satu bentuk hasil kerjasama antara Badan
Penelitian dan Pengembangan Propinsi Sumatera Utara (BALTBANG SU) dengan
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat Institut Teknologi Medan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terutama ke Pemerintah Daerah
Kabupaten Langkat
didaerah tersebut yang dapat dimanfaatkan oleh industri yang ada didaerah. Selama ini
kebutuhan bahan galian industri banyak didatangkan dari daerah lain.
Akhirnya diucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
didalam proses penelitian ini sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan baik dan
lancar.
Medan, 22 Desember 2005
Balitbang
Propinsi Sumatera Utara
Kepala
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
ABSTRAK
...
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI
..............................................................................................
DAFTAR TABEL...............................................................................................
DAFTAR FOTO ..................................................................................... .........
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
i
ii
iii
iv
vi
vi
vi
1
1
2
3
8
8
10
11
11
12
12
13
16
17
18
19
22
22
23
24
iv
4
5
5
5
6
6
7
7
24
25
25
26
27
27
28
28
29
30
31
33
33
35
36
36
37
BAB IV PEMBAHASAN
4.1. Eksplorasi Bentonit..
4.1.1. Pemetaan Geologi ..
4.1.2. Pengeboran Bentonit ..
4.2. Perhitungan Cadangan .
4.3.Jenis Lempung
4.3.1.Analisis Difraksi Sinar X ..
4.3.2. Analisis Oksida Mayor
.
4.4.Analisis Hasil
39
39
39
40
41
43
43
43
44
BAB V KESIMPULAN
A. Saran ..
47
48
DAFTAR PUSTAKA
49
LAMPIRAN
1. Hasil Analisis Kimia Lab Bentonit
2. Penampang Sumur Uji / Pengeboran
3. Peta Sebaran Bentonit
DAFTAR TABEL
Tabel.1. Klasifikasi Mineral Lempung (Grim,1953).....................................
Tabel.2. Perbedaan Sifat Fisik Bentonit (Sarni Harjanto, 1987)...................
Tabel.3 Spesifikasi Kimia Bentonit Untuk Industri Minyak Kelapa Sawit...
Tabel 4 Klasifikasi Satuan geomorfik William D.Thornbury, (1969)
Tabel.5. Hasil Analisis Oksida Mayor
11
23
28
34
44
DAFTAR FOTO
Foto.1. Kenampakan Morfologi Daerah Penelitian.
Foto.2. Satuan Batulempung pada Daerah Sei Batang Serangan...................
Foto.3. Singkapan Bentonit yang menunjukan Variasi Warna......................
Foto.4. Salah satu Kegiatan Pemboran Bentonit.........................................
13
15
40
41
DAFTAR GAMBAR
Gambar.1. Lokasi Daerah Penelitian.............................................................
Gambar.2. Pola Lubang Bor yang Teratur..
Gambar.3. Diagram Alir Proses Pengolahan Bentonit ...........................
3
32
46
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Industri,
termasuk salah satu di antaranya adalah bentonit. Bentonit merupakan sejenis lempung
yang banyak mengandung mineral montmorilonit, yaitu suatu mineral hasil pelapukan,
pengaruh hidrotermal atau akibat transformasi / devitrifikasi dari tuff gelas yang
diendapkan didalam air dalam suasana alkali (basa). Propinsi Sumatera Utara
merupakan salah satu daerah yang banyak menghasilkan minyak kelapa sawit, hampir
80 % minyak kelapa sawit Nasional dihasilkan dari daerah ini.
Berdasarkan data dari Direktorat Sumberdaya Mineral (Kunrat, 1994), jumlah
cadangan bentonit sekitar 380 juta ton yang tersebar
bentonit dalam
bidang industri adalah sebagai bahan penyerap didalam industri minyak nabati. Proses
pengelolahan CPO menjadi minyak goreng dengan bahan baku utama berupa bentonit,
diharapkan kotoran yang ada dari minyak kelapa sawit, kandungan asam lemak (ALB)
dapat diserap / ditangkap sehingga minyak tersebut menjadi lebih higienis. Dengan
melihat potensi yang ada diderah ini
perkebunan kelapa sawit dan potensi sumber daya mineral yang dapat dimanfaatkan
dalam industri minyak nabati adalah bentonit. Pada saat ini minyak kelapa sawit belum
vii
dikelola dengan maksimal hanya dieksport dalam bentuk crude palam oil (CPO) bahan
mentah, sementara teknologi yang ada sekarang CPO tersebut dapat dikelola lebih baik
dan memberikan nilai jual dan nilai tambah yang lebih tinggi terutama untuk
pendapatan asli daerah (PAD) setempat, membuka kesempatan berusaha dan membuka
kesempatan tenaga kerja di daerah daerah. Dengan pemanfaatan bahan galian industri
yang ada di daerah seperti bentonit ketergantungan dari negara lain dapat di hindari.
Untuk memenuhi kebutuhan industri
sekarang ini masih banyak didatangkan di import dari luar negeri terutama dari India,
Jepang, Inggris, Jerman Barat dan Amerika Serikat, sementara suplai dari dalam negeri
hanya sedikit yang dapat diserap oleh industri minyak kelapa sawi tersebut. Kendala
yang dihadapi adalah bentonit dalam negeri daya penyerap / penjernihnya kurang baik,
hal ini disebabkan cara pengolahannya kurang sempurna atau tanpa pengolahan sama
sekali.
Bentonit merupakan salah satu bahan galian industri yang cukup banyak
dibutuhkan oleh sektor industri. Salah satu karakteristik tertentu yang dimiliki oleh
bentonit adalah kemampuan daya pengembang dan daya serapnya yang tidak dimiliki
oleh jenis mineral lain. Sifat sifat tersebut mengakibatkan bentonit cukup baik untuk
digunakan dalam dunia industri, terutama dalam pemboran minyak dan gas bumi,
industri minyak nabati, industri kosmetika, farmasi dan cat, sehingga pemakaian
kebutuhan akan bahan dasar akan semakin meningkat. Untuk itu diperlukan kajian
tentang bahan galian industri itu sendiri.
viii
ix
bentonit yang
xi
laboratorium maupun hasil akhir dalam pembuatan laporan. Di dalam metode penelitian
dilakukan berbagai tahapan penelitian, yang masing masing tahapan penelitian saling
berkaitan. Tahapan penelitian ini dibagi menjadi tahap persiapan / studi pustaka, tahap
lapangan / observasi, dan tahap pengolahan data hasil akhir yang didapat disajikan
dalam bentuk laporan penelitian.
1.2.1. Tahap Persiapan
Tahap ini dilakukan pengumpulan data sekunder yang meliputi studi pustaka,
interpretasi peta topografi, persiapan peralatan, perencanaan lapangan, perijinan dan
evaluasi terhadap data sekunder dari peneliti terdahulu sehingga pada saat melakukan
penelitian dapat berjalan lancar sesuai dengan yang diharapkan.
1.2.2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap ini di lakukan pengumpulan data primer dari pengamatan lapangan.
Pekerjaan lapangan meliputi pengamatan singkapan batuan, pemerian, pengambilan
contoh batuan untuk analisa laboratorium, dokumentasi, pengamatan kondisi
lingkungan sekitar bahan galian dan pengumpulan data yang dapat mendukung
penelitian. Hasil akhir dibuat dalam bentuk peta tematik penyebaran bentonit
xii
dari
masing masing analisis tersebut adalah untuk mengetahui komposisi dan jenis bentonit,
kemudian jumlah cadangan bentonit yang terdapat pada daerah Namogedang Kabupaten
Langkat Propinsi Sumatera Utara. Dengan mengetahui kualitas dan kuantitas dari
bentonit tersebut diharapkan dapat memberikan masukan kepada Pemerintah Daerah
setempat didalam mengambil keputusan sebagai salah komoditi bahan galian industri
yang dapat dikelola dan dikembangkan didaerah ini.
xiii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
xiv
batuan asal dan mengubah mineral yang ada disekitarnya, oleh sebab itu ciri endapan
lempung hydrothermal ialah makin jauh dari daerah retakan atau makin kesamping
maka makin banyak mineral segar yang ditemukan, hal ini akan lebih mudah dikenal
apabila diantara mineral asal terdapat jenis mineral mika.
Menurut Grim (1953), lempung di artikan sebagai mineral di dalam batuan,
sebagai batuan atau partikel di dalam analisis mekanik batuan sedimen. Pengertian
lempung sebagai material alam merupakan material yang terbentuk di alam dan dapat
berkembang menjadi plastis bila bercampur dengan sejumlah air serta mudah di bentuk
menurut bentuk yang di kehendaki. Dalam pengertian ukuran butir, fraksi lempung
merupakan fraksi ukuran yang terdiri dari partikel partikel paling kecil atau ukuran
partikelnya lebih kecil dari 1/256 mm berdasarkan skala Wentworth.
Komponen penyusun mineral lempung yang dominan adalah silikat, Al dan OH.
Unsur unsur lain seperti Mg++ dan Fe++ serta potasium merupakan unsur tambahan.
Pada umumnya penggunaan lempung lebih mengutamakan sifat fisiknya. Sifat fisiknya
yang paling utama ialah derajat plastisitasnya, daya serap,
mengembang, warna, kecerahan serta ukuran butir, walaupun demikian bukan berarti
komposisi kimia tidak penting sebab dalam beberapa hal sifat fisik di pengaruhi oleh
sifat kimianya.
xv
xvi
xvii
fisik yang dapat di amati antara lain sifat kelengketannya serta sifat dari crack yang
terbentuk. Kaolinit umumnya tidak lengket di tangan, sedangkan montmorilonit
umumnya lengket di tangan. Montmorlonit, umumnya mempunyai crack yang besar,
sedangkan kaolinit mempunyai crack yang kecil.
2.2.2. Uji Warna (Stain Test)
Uji warna dapat untuk mengidentifikasi mineral lempung, di lakukan dengan
menggunakan zat kimia, misalnya larutan benzeidin, safranin dan malachit. Uji warna
biasanya di lakukakan pada lempung yang monomineral. Sebelum uji warna di lakukan
contoh yang akan di amati di persiapkan terlebih dahulu dengan cara sebagai berikut:
Contoh tanah di larutkan dengan aquades dan di tambah dengan sedikit HCT
kemudian di aduk. Hasil pengadukaan ini kemudian di bersihkan dengan HCl 10%
beberapa kali dan dicuci dengan aquades secukupnya. Sampel yang di dapatkan
kemudian di letakan dalam gelas arloji dalam tiga bagian dan masing masing diberi
larutan yang bebeda. Jenis mineral yang berbeda akan memberikan warna yang
berbeda.
2.2.3. Pengujian Terhadap Panas
Pengujian sifat ini di dasarkan pada kenyataan bahwa mineral lempung bila
dipanaskan akan berkurang beratnya. Jenis mineral lempung yang berbeda akan
mengalami pengurangan berat yang berbeda pula, apabila di panaskan dengan
temperatur yang sama. Pengujian sifat terhadap panas ini dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1.Thermogravimetri
xviii
Pada saat mineral lempung dipanaskan perubahan berat yang timbul diamati
kemudian dibuat grafik hubungannnya antara perubahan suhu dan perubahan berat
(massa) lempung. Jenis mineral lempung yang berbeda akan mengalami perubahan
berat yang berbeda apabila dipanaskan dengan suhu yang sama.
2. Differential Thermal Analysis (DTA)
Menurut Siddique Diferential termal analisia adalah perubahan perubahan yang
terjadi dalam bahan setelah dipanaskan atau didinginkan, kehilangan air, kehilangan
kelompok hidroksil, kehilangan karbon dioksida, perubahan phase, perubahan struktur
kristal, dekomposisi, transisi atau inversi sehingga terjadi pada suhu tertentu yang
terkarakterkan oleh reaksi yang terjadi. Differential thermal analisis dilakukan dengan
jalan memanaskan sampel sampai 5000C, kemudian di bandingkan dengan Allundum
(Al2O3). Perbedaan panas yang timbul di amati, kedua cara ini sangat baik digunakan
pada lempung yang mono mineral dan amorf.
2.2.4. Pengamatan dengan Difraktometer Sinar - X
Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui dengan tepat dan pasti komposisi
kandungan mineral lempung dan mineral ikutan dalam contoh yang akan di periksa,
dengan cara mencari jarak (basal d spacing) dari kisi kisi mineral yang terkandug
dalam contoh yang di analisa, hingga dengan itu dapat diketahui struktur kisi kristal dari
mineal mineral yang bersangkutan. Semua mineral lempung mempunyai skema umum
yang sama dalam struktur dan pola difraksinya yang agak mirip hanya perbedaan pada
xix
xx
yang dilakukan dengan menggunakan sinar X. Refleksi ini dapat diketahui dengan cara
melihat rekaman di dalam Difraktometer Charts.
Apabila kristal mineral lempung yang dianalisa masih mempunyai bentuk
bangun kisi krital yang baik dan sempurna, gambaran yang terdapat pada difraktometer
charts akan terlihat berupa garis garis yanng mencuat dengan bentuk ujung ujung yang
tegas dan tajam, sedangkan bentuk gambarnya berupa garis garis yang mencuat dengan
bentuk ujung ujung nya yang melebar dan tidak tajam dapat di pastikan bahwa kisi kisi
kristalnya tidak sempurna atau mineralnya berbentuk amorf. Tiap jenis mineral lempung
atau kelompok mineral lempung masing masing mempunyai harga jarak kisi yang
berbeda beda, oleh karenanya untuk dapat membedakan tiap jenis mineral lempung
tersebut dapat dengan cara menghitung jarak (spacing) kisi kisi kristalnya yang terlihat
pada hasil analisa difraksi sinar x yang erekam dalam difraktometer charts, dengan
mengguankan rumus :
N = 2 d sin 0
n
D= sin 0
2
Dimana d = jarak kisi kisi kristal
N = frekwensi radiasi Cu /Fe (diketahui)
0 = Sudut datang berkas sinar yang dapat diketahui dari grafik
xxi
Dari rumus tersebut diatas nilai d dapat diketahui, satuan jarak kisi kristal (d) dalam
satuan Angstorm (A0). Untuk membedakan mineral mineral lempung tersebut dapat
dilakukan 3 macam cara identifikasi yaitu:
1.Analisa contoh asal (Untreated), pada contoh yang akan dianalisa tidak diberikan
tambahan apa apa
2.Analisa contoh yang ditambah dengan cairan glicol (glycolated)
3.Analisa contoh yang telah dipanaskan terlebih dahulu sampai denagn temperatur
5500c.
Setelah contoh tersebut dianalisis
berdasarkan jarak kisi kisi kristalnya yang di dapatkan pada masing masing percobaan
yang dilakukan itu, maka mineral mineral yang terkandung pada contoh batuan tersebut
dapat diketahui.
2.3. Struktur Mineral Lempung
Pada dasarnya mineral mineral lempung terbentuk dari struktur yang tersusun
oleh kisi kisi struktur yang sejajar satu dengan yang lainnya. Mineral lempung pada
umumnya tersusun dari dua jenis struktur atom, jenis itu merupakan satu kesatuan dari
atom atom yang berkaitan membentuk struktur tertentu.
Jenis kesatuan yang pertama adalah unit alumina yang tersusun tertutup oleh
oksigen atau hidroksil .Diantara atom alumina tersebut terdapat enam atom oksigen atau
hidroksil pada posisi jarak yanng sama.terdiri dari dua lembaran oksigen yang rapat atau
hidroksil dari alluminium, besi atau magnesium yang berdempet dalam susunan
xxii
oktahedral, oleh karena itu akan terbentuk jarak yang sama dari ke enam atom oksigen
atau hidroksil tersebut. Apabila di dalam struktur tersebut terdapat alluminium, maka
hanya dua pertiga posisi yang mungkin terisi untuk mencapai ke setimbangan struktur
dan struktur tersebut sebagai struktur gibsit dengan rumus Al2(OH)6. Apabila di dalam
sturktur tersebut terdapat magnesium, maka seluruh posisis untuk mendapatkan
kesetimbangan struktur dan struktur tersebut disebut dengan struktur brusit dengan
rumus kimia Mg3 (OH)6.
Jenis kesatuan yang kedua tersusun oleh tetrahedra silika. Sebuah atom silika
tetrahedra mempunyai jarak yang sama dengan ke empat atom oksigen, hidroksil bila di
butuhkan untuk usaha menyeimbangkan struktur, sehingga susunan dari sebuah
tetrahedron akan teratur dengan kelompok yang teratur untuk membentuk jaringan
heksagonal berbentuk lembaran dengan komposisi kimia Si4O6(OH)4 (Grim 1953).
2.3.1. Mineral Montmorilonit
Mineral montmorilonit terjadi dalam ukuran partikel yang sangat kecil, dengan
begitu analisa di dapat dari defraksi sinar X tentang kristal tunggal tidak dapat
diperoleh. Montmorilonit mempunyai struktur yang tersusun oleh dua lembar
tetrahedral silika dengan sebuah pusat struktur berupa oktahedral alumina. Lembaran
lembaran tetrahedral dan oktahedral saling di kombinasikan sehingga ujung ujung
tetrahedral tiap tiap lembar silika atau satu lapisan hidroksil lembar oktahedral
membentuk suatu lapisan. Kenampakan yang menonjol dalam struktur montmorilonit
adalah adanya molekul air yang dapat di masuki posisi antar lapisan. Bila hal ini terjadi
xxiii
maka kisi kisinya dapat juga terisi oleh kation kation. Hal ini yang membedakan varites
varites montmrilonit dengan yang lainya..
2.3.2. Geokimia Unsur Penyusun Mineral Lempung
Unsur unsur utama penyusun mineral lempung adalah Si, Al, Fe, Mg, Na, dan K.
Diantara unsur unsur utama tersebut hanya Ca yang tidak masuk kedalam daftar
tersebut, akan tetapi unsur tersebut didalam lingkungan pengendapan mempunyai
pengaruh terhadap unsur unsur yang lain. Ion K+ yang terdapat didalam larutan biasanya
diserap oleh partikel partikel berbutir halus lebih banyak dari pada ion Na+. Pernyataan
tersebut akan menghasilkan rasio K/ Na lebih dari 1, sebagaimana halnya dalam
batulempung adalah 2,8 (Millot,1970). Kondisi tersebut akan memungkinkan
terbentuknya illit. Hal ini bukan berarti bahwa natrium tidak di jumpai di dalam illit,
tetapi kandungan unsur tersebut relatif lebih kecil daripada kalium. Pada kondisi yang
istimewa kandungan kalium dapat lebih kecil daripada kandungan natrium. Keadaan
tersebut dijumpai pada zona sementasi sehingga rasio K/Na, didalam air tawar adalah
1/10, di dalam air laut adalah 1/28,5 (Goldschimidt, 1973 vide Millot, 1970). kalsium
dan magnesium merupakan ion ion tanah yang mempunyai tingkah laku hampir sama,
akan tetapi peranan kalsium tidak begitu penting dalam pembentukan mineral lempung.
Selama proses tranformasi dan neoformasi sangat banyak diperlukan ion ion
Mg2+. Selama proses diagenesis ion Fe mempunyai kecendrungan yang besar untuk
memasuki kembali struktur silikat di dalam mineral lempung. Proses silikasi oleh
oksida besi tersebut mengahasilkan gloukonit didalam endapan endapan laut, pada
xxiv
kasus tersebut ion Fe menempati posisi oktahedral bersama sama dengan magnesium.
Selama waktu itu alumina akan memasuki struktur silikat lebih cepat daipada Fe. Bila
hal ini terjadi maka akan menghasilkan illit di dalam zona pelapukan moderat dan
kaolinit didalam zona pelapukan intensif. Didalam lingkungan dengan drainase baik,
selama pelapukan silika akan mengalami proses neoformasi untuk membentuk batuan
batuan lempung.
Pada dasarnya silikon dan aluminium mempunyai tingkah laku yang sama
dalam banyak hal dan hanya dalam sedikit kasus keduanya mempunyai tingkah laku
tidak sama atau berlawanan. Perbedaan tesebut di sebabkan oleh perbedaan sifat
kelarutan kedua ion tersebut. Alumina yang mempunyai kelarutan rendah terakumulasi
dekat dengan daerah pelapukan sehingga membentuk zona lapukan aluminaan,
sebaliknya silikat yang mempunyai kelarutan tinggi akan terangkat ke dalam cekungan
pengendapan dan bersama sama dengan magnesium akan mengalami neoformasi untuk
membentuk montmorilonit tipe trioktahedral.
2.4. Defenisi dan Mineralogi Bentonit
Bahan galian bentonit telah di kenal di Indonesia sejak diawalinya aktivitas
pemboran minyak bumi pada 1 abad yang lampau. Nama bentonit ini pertama kali di
perkenalkan oleh Knight pada tahun 1898 untuk menyebut suatu jenis lempung yang
sangat plastis dari Formasi Benton, Wyoming, Amerika Serikat. Riyanto (1992)
menyebutkan bahwa bentonit merupakan istilah dagang untuk sejenis lempung yang
sebagian besar atau seluruhnya tersusun oleh mineral montmirolonit
xxv
Penamaan jenis mineral lempung tergantung kepada orang atau ahli yang
menemukannya, misalnya ahli geologi, mineralogi, ahli tanah, ahli mineral industri dan
lain lain. Dalam mineral industri nama jenis lempung diambil dari nama tempat dimana
endapan tersebut ditemukan untuk pertama kali atau menurut sifat, penggunaan, mineral
penyusunnya. Di Inggris nama bentonit ini diperuntukkan bagi jenis lempung yang
terdiri dari mineral montmorilonit Na, sedangkan lempung yang banyak mengandung
mineral montmorilonit Ca Mg disebut dengan Fullers earth. Bentonit mempunyai
sifat kemampuan daya penyerap yang tinggi untuk menjernihkan warna, seperti
pengolahan minyak yang berasal dari binatang atau tumbuh tumbuhan. Kemampuan
xxvi
penyerapan warna dapat ditingkatkan melalui proses pengolahan dan pemanasan. Secara
umum bentonit dapat dibedakan menjadi:
a. Tipe Wyoming (Bentonit Na)
Merupakan jenis lempung bentonit yang mengembang apabila dicelupkan
kedalam air dan akan membentuk larutan koloid. Sifat ini terutama ditentukan oleh
jumlah kandungan ion atau kation yang mudah tertukar seperti Na+, Ca++, Mg++ dan H+.
Diantara kation tersebut kation Na+ yang
xxvii
xxviii
No
Sifat Fisik
Ca Mg
Bentonit
Na Bentonit
Daya mengembang
rendah
Tinggi
Kekuatan tekan
Sedang
Tinggi
Cepat
Sedang
Panas
Rendah
Tinggi
Kering
Rendah
Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Kemantapan terhadap
panas pada temperatur
cetak
Rendah
Sangat Baik
xxix
penjernih air minum. Daya serap bentonit dalam keadaan kering digunakan dalam
industri obat obatan dan penyerapan tumpahan minyak dipabrik serta menyerap bau
kotoran ternak.
2.5.3. Luas Permukaan
Yang dimaksud dengan luas permukaan ialah jumlah luas permukaan kristal atau
butir butir bentonit, dinyatakan dalam m2 / gram. Sifat ini sangat penting karena makin
besar jumlah luas permukaan, makin banyak zat kimia yang dapat terbawa (melekat)
atau makin sempurna pori - pori yang dapat terisi. Sifat ini dimanfaatkan dalam industri
kimia, misalnya sebagai katalis, pembawa racun serangga dan jamur serta digunakan
sebagai bahan pengisi dan pengembang dalam industri kertas, cat dan plastik.
2.5.4. Reologi
Ada dua macam reologi yang diutamakan dalam penggunaan bentonit yaitu:
1.Kekentalan dan daya suspensi
Sifat ini dimanfaatkan dalam penggunaan sebagai lumpur bor, dalam
industri cat (cat minyak dan cat air) industri pupuk (pupuk yang disemprotkan),
industri keramik untuk pembuatan formula lapisan pengkilap (email dan untuk
mengemulsi bitumen).
2.Tixotropi
xxx
pengembangan, jarak antara unit makin melebar dan kepingannya menjadi serpihan
pada pengocokan dalam air serta mempunyai permukaan luas dalam zat pensuspensi.
2.6. Kegunaan Bentonit
Kemajuan ilmu dan teknologi yang kian pesat secara langsung maupun tidak
langsung akan mempengaruhi penggunaan bentonit alami. Secara umum sumberdaya
mineral merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, namun kondisi
sekarang telah mengubah paradigma tersebut dengan adanya rekayasa dalam bidang
teknologi mineral dapat dilakukan pembuatan mineral sintetis walaupun masih
menggunakan bahan baku yang berasal
xxxi
dijumpainya jenis mineral mineral sintetis dipasaran, bentonit sendiri terdiri dari Tonsil,
NKH, Galleon yang secara tidak langsung berpengaruh pada bentonit alami. Meskipun
penggunaan bentonit banyak mendapat saingan yang berasal dari lempung yang
diaktipkan, namun bentonit alami masih memiliki keunggulan terutama didalam sifat
sifat fisik / bawaannya.
2.6.1 Penggunaan sebagai Lumpur Bor
Penggunaan bentonit jenis ini merupakan pemasaran yang terpenting dari
bentonit, selama ini lumpur pemboran di Indonesia masih banyak didatangkan dari luar
negri (Import) dari Amerika Serikat, Jerman dan lain lain. Bentonit yang digunakan
dalam lumpur pemboran harus memiliki sifat daya mengembang (Swelling) yang baik,
disamping itu harus memiliki syarat dari American Petroleum Institute (API) seperti:
- kekentalan untuk larutan 10 gram dalam 350 ml air paling sedikit 8,0 cp
(centripoise = ukuran deajat kekentalan)
- hilang dalam penyaringan melalui kertas penapis (filter) untuk larutan 10 gram
dalam 350 ml air maksimum 14,0 ml
- kandungan uap air (kelembaban ) maksimum 12 %
- sisa yang tertampung oleh 200 mesh dalam penyaringan basah maksimum
2,5%
2.6.2. Penggunaan dalam pengecoran logam
xxxii
Sekalipun penemuan bahan pengikat dalam pembuatan alat cetak tuang dan
logam seperti silikat, resin semakin populer tetapi penggunaan bentonit merupakan yang
paling praktis. Hal ini disebabkan bentonit mempunyai sifat daya ikat yang baik, tahan
terhadap temperatur tinggi dan mempunyai daya tahan lama (keawetan) yang tinggi.
Bentonit yang umum dipergunakan sebagai bahan pengikat dalam alat cetak pada
industri pengecoran logam adalah bentonit alam dan sintetis. Bentonit alam
dipergunakan dalam pengecoran logam baja (steel), sedangkan untuk pengecoran logam
besi (ferrous) menggunakan bentonit sintetis.
2.6.3. Penggunaan dalam pembuatan pelet konsentrat besi
Penggunaan dalam konsentrat bijih (besi dan logam lain) merupakan konsumsi
utama didalam penggunaan bentonit.Dalam hal ini sifat bentonit yang digunakan adalah
daya ikat, plastisitas dan daya serap untuk menghilangkan kelembaban. Konsntrat bijih
yang akan dibentuk pelet mula mula digerus sampai 44 micron atau paling tidak 80%
lolos 325 mesh (USSM), kemudian bubuk bijih logam dicampur dengan bahan pengikat
yang mengandung 0,5 1,0% bentoit, dan pada aakhirnya campuran tersebut dimasukan
dalam tangki/ drum yang berputar sehingga terbentuklah pelet konsentrat bijih yang
berupa bola bola kecil. Setelah proses tersebut selesai bola bola tersebut dikeringkan
dengan hati hati untk mnghindari retakan, lalu didipanaskan dan dibakar. Pembakaran
dilakukan dengan tanur sehingga menghasilkan bola pelet menjadi lebih kuat.
xxxiii
Bentonit merupakan salah satu jenis mineral lempung yang memiliki sifat daya
penyerap yang baik, sifat sifat tersebut tidak banyak dimiliki oleh jenis mineral lain.
Kemampuan untuk menyerap kotoran tersebut banyak digunakan dalam dunia industri
terutama industri minyak nabati/minyak goreng. Bentonit alam yang kondisi awalnya
kurang baik dalam daya penyerapan dapat ditingkatkan daya adsorbsi tersebut dengan
cara aktivasi.
Tabel 3. Spesifikasi Kimia Bentonit pada Industri Minyak Nabati
Senyawa Kimia
Bentonit
SiO2
Al2O3
Fe2O3
TiO2
CaO
MgO
K2 O
Na2O
Bahan habis
terbakar
Bleaching power
Penggunaan bentonit dalam industri lain seperti pada pembuatan tinta cetak, cat yang
tidak menetes, enamel keramik dan campuran cairan yang disemprotkan (untuk racun
serangga).
xxxiv
xxxv
dasar, distribusi ukuran pori, keasaman bentonit dan harga SiO2 atau Al2O3.
2.8. Metode perhitungan Cadangan
Konsep perhitungan cadangan merupakan suatu faktor yang paling penting
dalam suatu proses penghitungan cadangan, sehingga konsep tersebut haruslah jelas dan
dimengerti dengan baik sebelum melakukan penghitungan sendiri. Didalam proses
perhitungan cadangan mineral, ada jenis-jenis endapan mineral yang mempunyai resiko
kesalahan tinggi dan ada pula jenis-jenis endapan mineral yang mempunyai resiko
kesalahan rendah.
a. Jenis endapan Vein, terbentuk setelah pembentukan batuan samping, mineral terdapat
dalam bentuk spot, tersebar tidak merata, tidak memperlihatkan tendency
geometrik, sulit dievaluasi (memiliki resiko tinggi), cadangan biasanya berskala
kecil.
xxxvi
xxxvii
dari poligon bisa hanya sampai pada titik-titik bor terluar saja (included area) atau
dieksistensikan sampai sejauh setengah jarak (extended area).
Metode Area of Influence untuk perhitungan cadangan dilakukan sebagai berikut :
1. Untuk setiap lubang bor ditentukan suatu batas daerah pengaruh yang dibentuk oleh
garis-garis berat antara titik terdekat disekitarnya.
2. Masing-masing daerah / blok diperlukan sebagai poligon yang mempunyai kadar
dan ketebalan yang konstan yaitu sama dengan kadar dan ketebalan titik bor di
dalam poligon tersebut.
3. Cadangan endapan diperoleh dengan menjumlahkan seluruh tonase tiap blok /
poligon, sedangkan kadar rata-ratanya dihitung memakai pembobotan tonase.
xxxviii
BAB III
TATANAN GEOLOGI
3.1.Geomorfologi Daerah Penelitian
Geomorfologi adalah salah satu cabang dari ilmu geologi yang mengulas tentang
kenampakan roman muka bumi. Roman muka bumi itu sangat dikontrol oleh litologi,
struktur dan proses yang bekerja pada daerah tersebut. Pembagian satuan geomorfologi
daerah penelitian didasarkan atas genesa dan proses - proses yang membentuk serta
aspek morfometri. Genesa dan proses yang membentuk suatu satuan bentang alam yang
tercermin dalam pola dan bentuk bentang alam itu sendiri. Bentuk- bentuk bentang alam
dan sifatnya dapat ditentukan dari pola kontur
pengamatan dilapangan.
Pola kontur yang jarang mencerminkan bentuk morfologi daerah yang landai
hal tersebut menggambarkan litologi yang dominan penyusunnya berupa batuan
seragam atau sedimen, begitu pula bentuk morfologi yang terjal akan tecermin dengan
kondisi pola kontur yang rapat dan biasanya tersusun oleh litologi yang keras berupa
batuan beku dan batuan metamorf, batuan tersebut merupakan batuan yang relatif tahan
terhadap pelapukan.
Aspek morfometris menyangkut relief suatu bentuk bentang alam yang
ditentukan oleh beda ketinggian dan kecuraman lereng, dari bentuk bentuk bentang
alam terebut, beda tinggi dan kecuraman lereng dapat ditentukan dengan melakukan
pengukuran sayatan yang dibuat pada peta topografi dan dikombinasikan dengan
xxxix
Pemerian
Plateu
Kubah (Dome)
Hogback,
kuesta,
batholite,
lakolite
Pegunungan
Pegunungan lipatan
Pegunungan bongkah
Struktur sesar
horst
Dolena, sinkhole, stalagtit dan
Topografi karst
stalagmit
Lahar, caldera, plug dome, lava
Vulkanik
Dataran
Dataran glacial
xl
Geomorfik dataran merupakan morfo struktur pasif yang terbentuk dari aktivitas
erosi baik berupa erosi air maupun cuaca. Kenampakan dilapangan dijumpai adanya
endapan soil yang begitu tebal. Satuan dataran ini menyebar merata, dicirikan dengan
kenampakan garis kountor yang jarang dengan ketinggian berkisar 125 - 93 meter diatas
permukaan air laut. Satuan dataran ini tersusun oleh litologi berupa material matrial
yang berukuran kerakal sampai lempung.
Ciri umum dari satuan ini adalah pemukaan yang relatif datar dan termasuk
dalam endapan kuarter dan dijumpai adanya sungai yang berstadia tua dan dewasa yang
mengalir diatasnya, dengan kenampakan tersebut satuan ini merupakan tempat
terkumpulnya material material lepas sehingga terkumpul dan teronggokan menjadi
bahan galian golongan C (pasir dan batu). Satuan dataran alluvial pada daerah penelitian
umumnya digunakan sebagai lahan pertanian berupa perladangan, pemukiman dan
perkebunanan PTPN II.
xli
Stratigrafi merupakan bagian dari ilmu geologi yang mengulas tentang batuan
berupa lapisan batuan, hubungan satuan batuan, dan komposisi dari batuan tersebut.
N.R. Cameron, dkk (1982), membuat uraian mengenai stratigrafi regional baik
peristilahan maupun penggolongan lithostratigrafi regional daerah Medan. Berdasarkan
ciri ciri dan keadaan litologi yang tersebar di Sumatera Utara, maka dikategorisasi
kedalam Kelompok, Formasi dan Anggota.
Penyusunan stratigrafi daerah penelitian di dasarkan pada konsep litostratigrafi
yang dikembangkan dalam Sandi Stratigrafi Indonesia, (1996). Penamaan dan
pengelompokan satuan batuan mengikuti cara cara penamaan satuan litostratigrafi
tidak resmi yang bersendikan pada kenampakan litologi yang paling dominan dalam
urutan stratigrafi. Daerah penelitian termasuk kedalam Cekungan Sumatera Utara
dengan litologi penyusunnya satuan batulempung dan endapan aluvial.
3.2.1.Satuan Batulempung
Kenampakan fisik dilapangan satuan batulempung ini berwarna abu abu
kehitaman sebagian berwarna kemerahan, berukuran halus / lempung, bersifat lunak,
masif, memperlihatkan struktur laminasi, dan memiliki daya serap terhadap air yang
baik. Satuan batuan ini menempati pada satuan morfologi dataran yang mengalir
padanya sungai Batang Sarangan. Pada sungai Batang Sarangan ini singkapan batu
lempung dapat terlihat jelas dan segar, sehingga dapat memberikan gambaran tentang
ketebalannya. Satuan batulempung memiliki ketebalan yang berbeda beda hal ini dapat
kita lihat berdasarkan hasil pengeboran yang dilakukan. Adanya perbedaan bentuk
xlii
morfologi akan berpengaruh pada ketebalan lapisan endapan batulempung. Hal lain
yang dapat kita lihat adalah material penyusun satuan batulempung berupa lempung dan
berukuran lempung menurut skala Wrentworth. Dalam penentuan umur satuan batu
lempung ini menggunakan data korelasi regional dengan melihat kenampakan ciri ciri
dilapangan
Cameron, et,al, 1982) maka umur satuan batu lempung ini adalah Miosen Akhir
Pliosen. Dengan Lingkungan pengendapannya adalah Bathyal Atas
xliii
Batang Sarangan dan membentuk morfologi datar / landai. Pada umumnya daerah
endapan alluvial ini merupakan daerah konsentrasi aktivitas penduduk setempat sebagai
tempat tataguna lahan yang baik seperti pemukiman, perkebunan dan perladangan.
Endapan ini tersusun oleh material material lepas yang merupakan hasil endapan sungai
yang terakumulasi dan terendapkan. Berdasarkan kenampakan batuan di lapangan yang
merupakan hasil akumulasi dari batuan yang ada sebelumnya maka umur endapan
alluvial ini adalah Holosen hingga Resent (N.R. Cameron, et, al, 1982).
xliv
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.Eksplorasi Bentonit
Eksplorasi bentonit merupakan rentetan kegiatan yang berakhir pada estimasi
atau perkiraan besarnya cadangan endapan bentonit. Pekerjaan yang dilakukan dalam
eksplorasi ini meliputi pemetaan dan pembuatan sumur uji / pengeboran.
4.1.1.Pemetaan Geologi
Pemetaan dilakukan untuk mengetahui seberapa luas penyebaran endapan bentonit,
kemudian batas batas satuan litologi, jenis satuan batuan dan kondisi dilapangan secara
real (lampiran Peta Sebaran Bentonit). Berdasarkan hasil pemetaan ini juga dilakukan
untuk pembuatan sumur uji / pengeboran. Berikut ini merupakan kenampakan sifat sifat
fisik endapan bentonit secara megaskopis yang dijumpai dilapangan adalah,
Warna
: putih
Kekerasan
: 1 -2 skala mosh
Kilap
: lilin
Sifat dalam
: Brittle
Sifat lain
xlv
sehingga
8 meter, sedangkan
berdasarkan hasil pengeboran yang dilakukan pada Bor 1, Bor 2, Bor 3, Bor 4 dan Bor
5 menghasilkan ketebalan rata rata 6,8 meter (lihat lampiran pengeboran). Kendala
xlvi
yang dihadapi selama pengeboran adalah endapan bentonit sangat liat sehingga
pengeboran tidak begitu maksimal kemudian keterbatasn akan tenaga hanya
menggunakan tenaga manusia.
pengeboran yang dilakukan didapatkan ketebalan rata rata 6,8 meter, sehingga
xlvii
berdasarkan data tersebut kita dapat menghitung volume dan tonage dengan
menggunakan formulasi setengah daerah pengaruh:
(V) = S x T
Tonage = V x
Dimana
V
: volume (m3)
: kedalaman (ketebalan m)
= 170.016,09 x 250
= 42.504.022 m3
Tonage
= 42.504.022 x 2,6
= 110.510.457,2 ton
Fk 25%
= 110.510.457,2 x 25%
= 27.627,614,25 ton
Tonage
= 110.510.457,2 - 27.627,614,25
Tonage
= 82.882.843 ton
xlviii
masing 6 sampel yaitu: Gus1, Gus 2, Gus3, Gus 4, Gus 5 dan Gus 6.
4.3.1. Analisis jenis lempung ( X - Ray Difraction)
Analisis ini menggunakan metode difraksi sinar X, yang dilakukan di
Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Berdasarkan hasil analisis jenis mineral yang terkandung didalamnya
didapatkan bahwa jenis mineralnya adalah montmorilonit dan quartz (lampiran hasil
analisis X ray difraksi).
4.3.2. Analisis Oksida Mayor / Analisis Kimia
Analisis oksida mayor dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada
Yogyakakarta, menunjukan kandungan SiO2 34,34 37,06 % dan Al2O3 5,74 7,16 %.
Secara umum Perbandingan komposisi kandungan MgO 0,76 1,87 % dengan Na2O
0,76 1,38 % menunjukan hasil yang lebih tinggi maka disimpulkan jenis bentonit
adalah Ca - Mg Bentonit contoh sampel Gus 1, Gus 2, Gus 4 dan Gus 6. Jika kita lihat
hasil analisis sampel berdasarkan atas contoh bentonit yang dianalisis maka dapat
disimpulkan tidak semua adalah Ca Mg bentonit tetapi ada juga yang mengandung Na
Bentonit, contoh sampel Gus 3 dan Gus 5 (Tabel 5). Tingginya kandungan unsur
pengotor didalam bentonit seperti Fe (1,70 4,12%) menyebabkan warna bentonit
xlix
Contoh
SiO2
Al2O3
Fe2O3
MgO
K 2O
Na2O
Bentonit
1
Gus 1
36,21
6,21
3,51
1,51
1,54
0,77
Gus 2
35,14
5,78
4,12
1.87
1,41
1,23
Gus 3
34,34
7,06
3,90
0,76
0,97
1,40
Gus 4
35,16
5,74
3,24
1,67
1,76
1,38
Gus 5
35,88
7,16
1,70
0,90
1,25
1,07
Gus 6
37,06
6,54
1,71
0,85
1,08
0,76
berdasarkan hasil pengeboran pada 5 titik bor yang dilakukan menghasilkan tonage
82.882.843 ton. Hasil analisis Kimia yang dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik
li
Bongkah
Bentonit
Penimbunann
n
Preparasi ukuran
Pengayakan
Pengeringan
dengan Burner
Pengayakan
Digiling
Pengeringan
dengan burner
Pengayakan
Prudukta
Digiling
Pemisahan dengan
Classifier
lii
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang terangkum dalam laporan ini maka
dapat ditarik
diperkecil dengan proses aktivasi kimia, sehingga pada tahap awal bentonit yang
memiliki kemampuan daya serap yang rendah dapat ditingkatkan melalui proses
aktivasi kimia .
liii
A.Saran
Dalam upaya pemanfaatan bentonit sebagai bahan galian industri perlu
pengkajian lebih detail / penelitian lanjutan terutama sifat fisik dan kimia bentonit
tersebut, khusus untuk pemakaian bentonit sebagai penjernih minyak kelapa sawit
dalam skala industri perlu pencermatan lebih lanjut terhadap parameter parameter lain
yang tidak diperhitungkan sebelumnya seperti proses aktivasi kimia, analisis kapasitas
tukar kation (KTK), bleaching power dan bentonit pembanding. Sehingga didapatkan
hasil yang sesuai dengan bentonit yang ada dipasaran. Untuk perhitungan cadangan agar
didapatkan hasil yang lebih maksimal diperlukan penelitian lebih lanjut terutama
dengan melakukan pengukuran yang lebih detail dengan penambahan jumlah titik bor /
sumur uji sebab dengan luas daerah penelitian tersebut masih kurang representatif
sehingga hasil perhitungan yang didapatkan lebih akurat / valid.
liv
DAFTAR PUSTAKA
Aldiss, D. T., Aspden, J. A., Clarke, M. C. G., Diatma, D., Djunuddin, A., Harahap, H.,
Kastawa, dan Whandoyo, R., 1982, Peta Geologi Lembar Padangsidempuan
dan Sibolga, Sumatera, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung
Anonim, 1999, Tonsil Tanah Pemucat Beraktivitas Tinggi, PT. Sud-Chemie Indonesia,
Jakarta
Alino B. R dan Komar P.A., 1982, Penjernihan Minyak Nabati dengan Bentonit dari
Nanggulan Yogyakarta. Direktorat Jendral Pertambangan Umum Pusat
Pengembangan Teknologi Mineral, Bandung
Grim, R..E., and Guven. N., 1978, Bentonites Geology, Mineralogy, Properties and
Uses, Elsevier Scientivic Publishing Company, New York
Kunrat,T.S, 1994, Prospek Usaha Pertambangan Bentonit, Direktorat Jendral
Pertambangan Umum, Bandung
Mag. T.K, 1994, Bleaching Theory and Practice, Research Center, Canada Packers
Inc, Toronto, Ontario M6N 1K4, Canada
Poppof, C, Consiantine, 1966, Computing Reserves of Mineral Deposits Principles and
Conventional Methods, United State Departerment of Interior, Bireou of Mine,
Seattle, Washington
Riyanto, A.,1992, Bahan Galian Industri Bentonit, PPTM, Bandung
Sarno Harjanto, 1987, Lempung, Zeolit, Dolomit dan Magnesit, Direktorat Sumberdaya
Mineral, Bandung
Siddiqui. Hasnuddin. M.K 1968, Bleaching Earth, Regional Research Laboratory,
Hyderabad, India
Suhala, S. dan Arifin, M., 1997, Bahan Galian Industri, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Mineral, Bandung
lv