Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
oleh HH
ntuk anda yang ingin berjuang menentang keserakahan sekelompok kecil orang
kaya yang didukung negara guna merusakkan ibu pertiwi, kami
siapkan
informasi dasar. Tentu anda sendiri bisa melakukan sport di dunia maya untuk
mendapatkan lebih banyak lagi dan syering dengan rekan-rekan anda. Dari referensi
yang diberikan pada daftar kepustakaan hasil studi tentang tambang, anda bisa telusuri
segala informasi yang bisa anda cari sendiri. Anda tentu membutuhkan investigasi yang
jauh lebih sistematik, agar anda tahu apa yang sedang anda perjuangkan.
Bahan terbagi atas 3 bagian:
1) Hasil studi tentang tambang, khususnya tambang biji besi di Sikka & Ende.
Termasuk dalam kelompok ini juga data dari pihak pemerintah tentang potensi
tambang
2) Berita Media tentang pro-kontra pertambangan biji besi di Sikka
3) Berita Media tentang pro-kontra tambang biji besi di wilayah lain di Flores
Catatan. Gambar-gambar yang dimuat dalam laporan hasil studi, tidak semuanya dapat
dicopy. Karena itu, anda tidak akan mendapatkannya secara lengkap.
Selamat membaca.
Wairklau, 19 April 2012
HH.
ABSTRACT
The geology of the survey area consists of Miocene volcanics of Kiro Formation and Tanahau
Formation and intrusive of granodiorite and quartz diorite, Pliocene Laka Formation, and
Quaternary volcanics. Based on whole chemistry result of four volcanic rocks from this area
indicates the rocks belong to calk-alkaline tholeitic type.
Most of base metal mineralization was hosted in andesitic to dacitic tuff of Kiro Formation and
Tanahau Formation and intrusive of granodiorite with the occurrences of structure controlled
epithermal type and porphyry (?) mineralization. The structures controls indicate based on
Photogeological study using satellite imagery revealed the prominent direction of NNW to NNE in
the distribution of lineaments and fracture traces in the whole survey area. The mineralization of the
area appears to have a closed relation with NW-SE and NE-SW fault systems.
Indications of primary gold and base metal mineralization were caught at several places in the
survey area. The indications are; occurrence of gold in pan concentrates, distribution of quartz
floats, and outcrops of quartz veins. 21 samples of quartz vein and disseminated wall rocks were
collected from all over the survey area and provided for assaying. The analytical rock results for
copper are high values (2%), but gold were disappointing showing very low values (50 ppb).
The fluid inclusion data of the Sikka-Ende area indicate that the main base metal (Cu-Pb-Zn) and
gold mineralization was led by the boiling coupled with later cooling and dilution of ore fluids. The
inclusions are divided into high temperature type and low temperature type, and are the result of
different processes of mineralization. In the mineralization process, the temperature of formation
was estimated as 320 C in the early stage and 170 C in the late stage, and the pressure of
formation was estimated as 10 to120 bars.
Through the geochemical soil prospecting 4 gold/base metal anomalous zones were defined as
follows,
1) Au-Cu-Mo anomaly around Lowo Deba and Ag-Pb-Zn anomaly, NE extension of Lowo
Deba at block A in Wai Wajo area
2) Cu-Pb-Zn anomaly between Diang Gajah and Lia Kutu-Ghera at block C in Wai Wajo area
4
SARI
Geologi daerah penyelidikan disusun oleh batuan gunungapi Miosen Formasi Kiro dan Formasi
Tanahau, granodiorit dan diorit kuarsa,Batuan sedimen Formasi Laka Pliosen serta batuan
gunungapi Kuarter.Batuan gunungapi di daerah ini termasuk tipe kalk-alkalin toleitik
Mineralisasi di daerah ini umumnya ditemukan pada tufa andesitik Formasi Kiro dan tufa dasitik
Formasi Tanahau serta terobosan granodiorit yang menunjukkan tipe epitermal dan porfiri? serta
dikontrol oleh struktur. Berdasarkan studi fotogeologi, struktur yang dominan serta berhubungan
dengan mineralisasi adalah NW-SE dan NE-SW. Indikasi emas dan logam dasar ditemukan
dibeberapa tempat pada pendulangan, urat kuarsa apungan dan singkapan. Dari 21 conto batuan
yang dianalisis menunjukkan kandungan tembaga yang cukup tinggi (2%) sementara emas hanya
menunjukkan kandungan 50 ppb.
Studi inklusi fluida pada empat conto urat kuarsa di daerah penyelidikan menunjukkan mineralisasi
Cu-Pb-Zn dan Au terbentuk pada zona boiling dan mempunyai dua temperatur pembentukan
mineralisasi yaitu yang bertemperatur rendah (170 C) dan bertemperatur tinggi (320 C) serta
tekanan formasi diperkirakan antara 10 sampai 120 bar.
Geokimia prospeksi conto tanah di daerah ini menunjukkan ada empat zona anomali logam dasar
dan emas yaitu
1) Anomali Au-Cu-Mo sekitar Lowo Deba dan anomali Ag-Pb-Zn, ke arah NE Lowo Deba
pada blok A di daerah Wai Wajo
2) Anomali Cu-Pb-Zn antara Diang Gajah dan Lia Kutu-Ghera di blok C daerah Wai Wajo
3) Anomali Au-Ag-Cu, Pb-Zn, dan Mo di Lowo Polu-Lowo Pelongo daerah Magepanda
4) Anomali Au-Ag, Cu-Zn and Pb-Mo di Keli Ndati dan Kogogamba daerah Ratenggo.
1. PENDAHULUAN
Salah satu kegiatan yang, telah dilaksanakan oleh Proyek Inventarisasi dan Evaluasi Bahan
Galian Mineral Indonesia pada T.A. 2003 ini diantaranya melakukan inventarisasi dan
eksplorasi mineral logam di Wilayah Penugasan Pertambangan (WPP) yang tertuang
dalam SK Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor : 290/KEP/HK/2002 tertanggal 11
November 2002 terletak di daerah Kabupaten Sikka dan Ende, NTT.
Kegiatan eksplorasi ini dalam rangka realisasi kerjasama teknik bilateral antara
Pemerintah Republik Indonesia dengan Pemerintah Republik Korea yang masing-masing
diwakili oleh Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral (DIM) dan Korea Resources
Corp. (KORES/Korea). Kerjasama tersebut tertuang dalam Nota Kesepahaman (MOU)
yang pada tanggal 7 Juni 2002 telah ditandatangani antara Dirjen Geologi dan Sumber
Daya Mineral dengan KORES dan ditindaklanjuti oleh penandatanganan Scope of Work
antara Direktur Inventarisasi Sumber Daya Mineral dengan KORES pada tanggal 13
Agustus 2002.
Daerah tersebut dipilih karena berdasarkan hasil penyelidikan terdahulu menunjukkan
adanya mineralisasi yang cukup potensial serta mengingat endapan logam dasar dan
logam mulia terutama emas merupakan salah satu komoditi andalan bagi pertumbuhan
ekonomi nasional, maka penyelidikan ini penting untuk membantu pemerintah daerah
setempat dalam rangka usaha menginventarisasi potensi sumber daya mineral di
daerahnya masing-masing.
2. GEOLOGI REGIONAL
Pulau Flores terbentuk pada kala Cenozoik yang merupakan bagian dalam busur
gunungapi Banda berkomposisi kalk-alkalin dan masih aktif sampai saat ini. Busur ini
terbentuk cukup luas akibat subduksi kerak samudera Indonesia ke arah utara. Bentuk
pulau Flores sekarang ini telah berubah menjadi suatu lengkungan ke arah timur akibat
tubrukan dengan tepi benua Australia New Guinea.
Analisis stratigrafi (Gambar 3) dan magmatik memperlihatkan bahwa Pulau Flores
merupakan suatu pulau yang muda yang diperkirakan terbentuk pada Miosen Tengah Oligosen Atas (Hendaryono, 1998). Daerah Flores barat ditempati cukup luas oleh lava
basaltik andesitik dan breksi yang berselingan dengan tufa pasiran serta pasir tufaan dari
Formasi Kiro (Tmk) dan Formasi ini menjemari dengan batuan gunungapi tua(Tlmv)
Miosen bawah sebagai batuan tertua di Flores barat. Di atas Formasi ini diendapkan
selaras Formasi Tanahau Miosen Awal (Tmt) terdiri dari lava riolitik, breksi, tufa dan tufa
kaca. Kedua Formasi ini diterobos oleh granodiorit Miosen Tengah (Tmg). Berikunya
diendapkan Formasi Laka (Tmpl) Miosen Ahir Pliosen terdiri dari perselingan tufa
dengan batupasir tufaan, batugamping pasiran dan batupasir tufaan. Kedudukan Formasi
ini menjemari dengan Formasi Waihekang (Tmpw). Di atas Formasi ini diendapkan
batuan gunungapi Kuarter (Qtv), terdiri dari lava, breksi dan aglomerat. Satuan batuan
termuda adalah aluvium dan endapan pantai (Qac) terdiri dari kerakal, kerikil, pasir dan
lumpur serta diendapkan tidak selaras di batuan yang lebih tua.
2.2 Mineralisasi
Sebagaimana telah dibahas oleh para pakar Geologi terdahulu (J.A. Katili,1975;
Hamilton,1970; J.C. Carlile & Mitchelle,1994), rangkaian gunung api yang berasal dari
busur magmatik Sunda-Banda yang membujur dari P. Sumatera, P. Jawa, Kepulauan Nusa
Tenggara Timur dan berakhir di Kepulauan Banda, merupakan tempat kedudukan
mineralisasi logam mulia dan logam dasar yang sangat potensial di Indonesia (Gambar 5).
Tipe cebakan mineralisasi logam yang terbentuk pada kedua lingkungan busur ini adalah
berbeda. Tipe Epitermal bersulfida rendah (low sulphides epithermal type) umumnya terjadi
pada lingkungan pengendapan Kontinen, seperti yang ditemukan di Sumatera dan
sebagian Jawa-Barat serta sebagian di Jawa-Tengah. Sedangkan ke arah Indonesia bagian
timur (Jawa-Timur, Kepulauan di Nusa Tenggara Timur dan Kepulauan Banda) yang
umumnya telah dipengaruhi oleh pengendapan busur-kepulauan, banyak ditemukan
mineralisasi tembaga dan emas tipe porfiri dan tipe epitermal bersulfida tinggi seperti
yang ditemukan di Batu Hijau (P.Sumbawa) di daerah P. Lombok, P. Sumbawa dan P.
Wetar dan indikasi mineralisasi logam dasar ( massive sulphide ) bentukan laut dangkal di
P. Flores.
3. HASIL PENYELIDIKAN
Dari enam formasi batuan dan batuan terobosan yang menyusun daerah penyelidikan,
hanya tiga jenis batuan yang memegang peranan penting sebagai tempat kedudukan
mineralisasi dan zona prospek endapan logam dasar beserta mineral ikutannya.
Ketiga jenis batuan tersebut adalah tufa andesitik Formasi Kiro, tufa lapili dasitik Formasi
Tanahau dan batuan terobosan granodiorit(Gambar 6 - 8)
Tufa andesitik yang dominan menutupi daerah penyelidikan umumnya telah mengalami
ubahan dan pemineralan. Hasil studi petrografi menunjukkan batuan ini telah mengalami
gejala deformasi yang diduga akibat tektonik atau disebabkan oleh terobosan batuan beku
granitik granodioritik, sehingga beberapa mineral menunjukkan gejala retakan-retakan
yang diisi oleh mineral mineral lain seperti karbonat dan aktinolit serta beberapa mineral
telah terubah antara lain plagioklas terubah menjadi karbonat lempung serisit dan
opak mineral (KWA 1/p; KWA 2/p dan KWB 1/p).
Akibat adanya tektonik dan terobosan batuan beku tersebut, menyebabkan batuan ini
termineralisasi dan dari hasil pengamatan lapangan menunjukkan tufa andesitik
tersilisifikasi mengandung pirit, kalkopirit, galena, sfalerit seperti pada conto KWA 2/A,
KWA 4/A, KWA 12/A, KWB 1/A dan KWC 5/A. Hasil analisis kimia conto-conto
batuan tersebut menunjukkan kandungan terbaik Cu: 1147 ppm dan Au: 52 ppb.
Urat-urat kuarsa sering ditemukan memotong batuan tufa andesitik ini, dan terbentuknya
urat-urat tersebut diduga diakibatkan oleh adanya patahan geser sinistral atau dextral
yang membentuk jog-jog dilasi yang berfungsi sebagai perangkap mineralisasi berarah
timurlaut baratdaya seperti yang diukur di Lowo Deba. Hasil analisis conto urat-urat
tersebut menunjukkan kandungan logam terbaiknya untuk Cu: 1577 ppm dan Au: 20 ppb
(KWA 13/A).
Hal yang sama juga ditemukan pada tufa dasitik Formasi Tanahau. Pada satuan batuan
ini, ubahan yang berkembang baik terutama klorit, epidot dan kalsit serta di beberapa
tempat dijumpai serisit, kaolinit dan kuarsa. Zona ubahan tersebut pada umumnya terisi
oleh mineralisasi pirit, kalkopirit, sfalerit dan galena (KWC 6/A).
Di daerah Ratenggo (Keli Ndati), dijumpai mineralisasi dasitik yang terbreksikan dengan
diameter 25 30 meter dan panjangnya 150 200 meter. Zona mineralisasi ini
mengandung dominan pirit dan bercak-bercak kalkopirit serta galena. Sementara itu di
daerah Mageapanda di Lowo Pelongo, tufa lapili dasitik yang telah diterobos oleh
granodiorit dan diterobos lagi oleh dyke andesit dan basalt telah menghasilkan zona
mineralisasi yang intensif dan zona tersebut juga terbentuk akibat dipengaruhi oleh dua
struktur patahan geser sinistral yang membentuk jog-jog dilasi. Pengamatan lapangan
menunjukkan panjang zona ini hampir 250 meter dengan lebar kurang lebih 100 meter.
Mineralisasi yang teramati pada batuan ini antara lain pirit dominan, sedikit kalkopirit,
sfalerit dan pirrotit.
Granodiorit yang ditemukan di daerah Wai Wajo dan Magepanda umumnya telah
terubah dan pada bagian yang mengalami ubahan ditemukan mineral serisit, kaolinit dan
klorit serta dipotong oleh urat kuarsa magnetit kalkopirit. Ubahan serta pemineralan
yang terjadi kemungkinannya disebabkan oleh dyke-dyke andesit dan basalt yang
menerobos batuan granodiorit ini. Hasil analisis kimia dari conto batuan ini menunjukkan
kandungan Cu: 1480 ppm dan Au: 32 ppb (KWC 1/A).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Formasi Kiro dan Formasi Tanahau serta
batuan terobosan granodiorit merupakan tempat kedudukan mineralisasi dan zona
endapan logam dasar logam emas yang prospek serta tempat-tempat kedudukannya
umumnya dikontrol oleh struktur patahan timurlaut baratdaya atau patahan normal
utara timurlaut.
Mineralisasi di daerah penyelidikan umumnya ditemukan pada batuan gunungapi
Formasi Kiro, batuan gunungapi Formasi Tanahau dan batuan intrusi yang telah terubah
(Gambar 10 14)). Batuan Formasi Kiro yang termineralisasi tersebut paling umum
dijumpai pada satuan tufa andesitik yang telah tersilisifikasi, sedangkan pada satuan
batuan lainnya seperti lava andesitik atau batupasir tufaan sangat jarang ditemukan.
Sementara itu di batuan Formasi Tanahau, satuan batuan termineralisasi yang umum
dijumpai yaitu pada tufa dasitik serta tufa breksi/lapili dasitik tersilisifikasi. Satuan ini
menjadi tempat kedudukan mineralisasi disebabkan sifat-sifat fisik dan sifat kimianya
yang dimungkinkan masuknya larutan hidrotermal yang berekasi dengan batuan samping
selanjutnya mengendapkan mineral-mineral logam pada temperatur dan tekanan yang
sesuai. Hal yang sama terjadi di batuan intrusi seperti yang teramati di granodioritik.
Tempat-tempat kedudukan mineralisasi ini umumnya pada zona-zona ubahan, seperti
pilik, propilik, advanced argilik dan argilik yang terjadi karena pengaruh larutan
hidrotermal yang naik bersama-sama intrusi granitik granodioritik atau disebabkan juga
oleh pengaruh dyke-dyke andesitik basalt yang terbentuk akibat adanya strukturstruktur patahan geser sinistral dan dextral berarah timurlaut baratdaya serta utara
timurlaut.
Pemineralan yang terbentuk pada satuan batuan tersebut di atas dikontrol oleh patahan
yang umumnya adalah tipe tersebar, pengisian rekahan dan urat-urat kuarsa. Hasil
pengamatan lapangan mineral-mineral yang umum ditemukan adalah pirit, kalkopirit,
sfalerit, galena dan oksida besi.
9
mengarakan adanya zona anomali logam dasar yang berasosiasi dengan logam emas
seperti yang ditemukan di Keli Ndati dan Kogogamba. Jadi kedua daerah tersebut perlu
diusulkan untuk diselidiki pada penyelidikan selanjutnya. Situasi yang sama juga di
jumpai di daerah Magepanda seperti di Lowo Pelongo dan Lowo Polu yang
mengindikasikan adanya zona mineralisasi sulfida berdasarkan hasil uji statistik yang
menghasilkan anomali gabungan unsur-unsur logam dasr. Mineralisasi ini diduga terkait
dengan intrusi granodiorit dan kembali diterobos oleh intrusi retas andesit
Gn. Keli Ndati, mineral utama pirit tersebar dan pengisian rekahan/retakan, beberapa
kalkopirit dan sfalerit pada batuan dasit terbreksikan. Ubahan yang terbentuk antara
lain propilitik dari kumpulan (klorit, epidot, kalsit, kuarsa) di beberapa tempat
ditemukan ubahan argilik (serisit, klorit, kuarsa). Panjang zona mineralisasi
diperkirakan 200 250 meter.
Kogogamba, mineral pirit dan sedikit arsenopirit bersama urat-urat kuarsa halus pada
batuan induk tufa dasitik. Tebal urat 1 2 cm pada zona setebal 1 1,5 meter berarah U
200 T/90, tersingkap 10 meter. Ubahan yang terbentuk klorit, epidot, kuarsa serta
limonitik kuat.
Wolo Desa/Lowo Deba, mineral utama pirit tersebar dan pengisian rekahan/retakan,
beberapa kalkopirit, galena, sfalerit, kovelit dan bornit pada batuan tufa andesitik
tersilisifikasi. Di beberapa tempat ditemukan kontak tufa andesitik tersilisifikasi
dengan urat kuarsa termineralisasi pirit, kalkopirit, galena, sfalerit. Lebar urat 1 2
meter, berarah U 85 T/79. Ubahan yang teramati adalah, argilik, propilitik dan pilik.
Panjang zona mineralisasi 700 800 meter.
Desa Lia Kutu/Lowo Diang Gajah, mineral kalkopirit, bornit, covelit, malakit sedikit
galena dan pirit dalam bentuk tersebar serta stockwork pada granodiorit yang telah
mengalami ubahan serisit ( kaolinit, K-felspar, kuarsa sekunder dan magnetit). Panjang
zona mineralisasi diperkirakan 150 200 meter.
Desa Lia Kutu/Lowo Mera, mineral pirit, kalkopirit, bornit, kovelit, sedikit galena dan
sfalerit bersama-sama urat-urat halus pada breksi andesitik, lava andesitik yang telah
mengalami ubahan serisitik (kaolinit, kuarsa). Panjang zona mineralisasi diperkirakan
500 600 meter.
Desa Ghera/Lowo Sanga, mineral pirit dan kalkopirit sedikit galena tersebar dalam
breksi andesitik yang telah mengalami ubahan klorit, epidot, pirit dan granodiorit
yang telah mengalami ubahan serisit, kaolinit, kuarsa. Panjang zona mineralisasi
diperkirakan 400 500 meter.
11
Desa Ghera/Lowo Dagegoge, mineral pirit sedikit kalkopirit, galena bersama urat
kuarsa arah U 310 320 T; U 110T/80 pada batuan granodiorit yang telah mengalami
ubahan serisit, kaolinit, klorit. Mineral pirit, kalkopirit bersama urat kuarsa berarah U
45 50T/65 pada batuan tufa breksi andesit yang telah mengalami ubahan klorit,
epidot, kalsit. Mineral pirit, kalkopirit tersebar dalam granodiorit yang telah
mengalami ubahan serisit, kaolinit, kuarsa. Panjang zona mineralisasi diperkirakan 400
500 meter.
Daerah Magepanda :
Lowo Magepanda, mineral arsenopirit, pirit sedikit kalkopirit dan sfalerit dalam
bentuk tersebar dan pengisian rekahan pada tufa lapili dasitik, tufa andesitik yang
telah mengalami ubahan klorit, epidot, kuarsa dan granodiorit serta breksi andesit
yang telah mengalami ubahan serisit, kaolinit, kuarsa. Panjang zona mineralisasi
diperkirakan 200 250 meter dengan lebar kurang labih 90 100 meter.
Lowo Polu, mineral arsenopirit, pirit sedikit kalkopirit dalam bentuk tersebar dan
mengisi rekahan pada dasit, tufa dasitik yang telah mengalami ubahan klorit, epidot,
kalsit, kuarsa sedikit serisit dan kaolinit. Panjang zona mineralisasi diperkirakan 400
500 meter.
4. KESIMPULAN
Kompilasi data dan informasi serta interpretasi landsat citra mengenai geologi dan sumber
daya mineral telah dilakukan selama berlangsungnya eksplorasi mineral fase pertama di
daerah Sikka dan Ende. Di samping itu pemetaan geologi regional dan penyontoan
geokimia tanah untuk melokalisir daerah zona mineralisasi dan anomali untuk
penyelidikan fase berikutnya juga telah dilakukan.
Hasil yang diperoleh pada fase pertama ini menunjukkan adanya indikasi tembaga, timbal
dan seng yang prospek serta didukung oleh munculnya indikasi zona anomali logam
dasar dan logam mulia di batuan gunungapi, batuan terobosan serta batuan piroklastik
Tersier di daerah penyelidikan. Data-data untuk mendukung indikasi tersebut telah diuji
melalui analisis kimia pada conto urat kuarsa, batuan termineralisasi, studi inklusi fluida
dan pemetaan zona alterasi yang berhubungan dengan struktur geologi serta analisis
kimia tanah berikut uji statistiknya. Dengan hasil-hasil tersebut dapat disimpulkan serta
diidentifikasikan beberapa zona prospek antara lain :
a)
b)
c)
d)
Prospek Keli Ndati untuk mineralisasi tembaga dan seng pada zona alterasi
Prospek Kogogamba untuk mineralisasi tembaga dan seng pada zona alterasi
Prospek Lowo Polu untuk mineralisasi tembaga pada zona alterasi
Prospek Magepanda/Lowo Pelongo untuk mineralisasi tembaga dan seng pada
zona alterasi
12
e) Prospek Wolo Desa/Lowo Deba untuk mineralisasi tembaga, timbal dan seng pada
zona alterasi
f) Prospek Lia Kutu/Ghera untuk mineralisasi tembaga, timbal dan seng pada zona
alterasi
Kalkopirit dan sfalerit kerap ditemukan di dalam urat kuarsa di daerah penyelidikan
tetapi anomali geokimianya relatif rendah. Untuk anomali tembaga telah terdeteksi di Lia
Kutu Ghera dan potensi tembaganya cukup tinggi.
Berdasarkan hasil pembahasan potensi bahan galian di Kabupaten Ende dan Kabupaten
Sikka, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Hasil inventarisasi dan evaluasi data sekunder yang dituangkan dalan peta digital (GIS)
sebaran lokasi mineral dan tabel sumberdaya mineral, maka sebaran titik lokasi
keterdapatan bahan galian mineral logam dan non-logam untuk tiap kabupaten diperoleh
hasil sebagai berikut :
Jumlah lokasi potensi bahan galian di Kabupaten Ende sebanyak : 44 titik lokasi,
yang terdiri dari :
o Mineral Logam sebanyak : 2 titik lokasi
o Mineral Non Logam sebanyak : 42 titik lokasi
Jumlah titik lokasi potensi bahan galian di Kabupaten Sikka sebanyak : 8 titik
lokasi, yang terdiri dari :
o Mineral Logam sebanyak : 2 titik lokasi
Daftar pustaka
1. Ahrens, L.H., 1954. Lognormal distributions of the elements. Geochim. Cosmochim.
Acta 5, p. 49 73.
2. Bandi, S.Djaswadi, S.L.Gaol. 1994, Laporan Pendahuluan Penyelidikan Mineral Logam
di Daerah Wolowaru Kab. Ende, Flores - Nusa Tenggara Timur. Proyek Eksplorasi
Bahan Galian Logam, SubDirektorat Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat
Sumberdaya Mineral Bandung.
3. Budhi Priatna, et.al, 2000, Laporan Eksplorasi Geofisika Mineral Logam di Daerah Wai
Wajo, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, TA. 2000, Direktorat Sumber
Daya Mineral Bandung.
4. Franklin dkk, 1999, Eksplorasi Logam Mulia dan Logam Dasar di Daerah Wai Wajo
dan Sekitarnya Kabupaten SIKKA Nusa Tenggara Timur. Proyek Eksplorasi Bahan
Galian Mineral Indonesia. SubDirektorat Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat
Sumberdaya Mineral, Bandung.
5. Franklin dkk, 2002, Inventarisasi Endapan Molibdenum dan Logam Dasar Serta
Mineral Logam Ikutannya di Daerah Wai Wajo Kabupaten SIKKA Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Proyek Eksplorasi Bahan Galian Mineral Indonesia. SubDirektorat
Eksplorasi Mineral Logam, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung.
13
14
Hasil perhitungan diketahui sumber daya hypotetik seluruhnya sebesar 57.134.358,4 ton
konsentrat.
15
PENDAHULUAN
Pasir besi sebagai salah satu bahan bakuutama dalam industri baja dan industri alatberat
lainnya di Indonesia, keberadaannya akhir-akhir ini memiliki peranan yang sangat
penting. Berbagai permintaan dari berbagai pihak meningkat cukup tajam.
Potensi dan sebaran pasir besi di Indonesia banyak di jumpai di berbagai pulau seperti di
pantai barat Sumatra, pantai selatan Jawa, Kalimantan, Sulawesi, kawasan Nusatenggara,
Kepulauan Maluku. Namun demikian sejauh ini kegiatan eksplorasi dan inventarisasi
berkaitan dengan endapan besi tersebut belum dilakukan secara menyeluruh, dan
sistimatis.
Berdasarkan kejadiannya endapan besi dapat dikelompokan menjadi tiga jenis.Pertama
endapan besi primer, terjadi karena proses hidrotermal, kedua endapan besi laterit
terbentuk akibat proses pelapukan, dan ketiga endapan pasir besi terbentuk karena proses
rombakan dan sedimentasi secara kimia dan fisika.
Salah satu potensi endapan besi (pasir besi) yang dijumpai di Kepulauan Indonesia di
antaranya terdapat di Pantai selatan Ende ,Flores, Nusa Tenggara Timur di mana secara
geologi keterdapatan ini sangat dimungkinkan
Hasil penyelidikan tinjau yang di lakukan di beberapa tempat di pesisir selatan Sikka dan
Ende menunjukkan nilai kadar Fetotalnya mencapai 63% dengan TiO2 1%. Rata-rata kadar
Fetotal nya diatas 56% dengan TiO2 <2%, (Bambang N.W., 2005).
Daerah kajian endapan pasir besi secara geografis terletak antara 121,45 ~ 121,65BT dan
8,80 ~ 8,85 dan secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan
Ende,Kabupaten Ende, Flores. (Gambar 1)
Maksud dari kajian ini adalah untuk mengetahui gambaran global keberadaan potensi
sumber daya pasir besi di daerah pantai selatan Kabupaten Ende, Flores yang diharapkan
dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi investor yang berminat untuk terjun dalam
usaha di bidang pertambangan khususnya pasir besi.
Gambar
1.
Lokasi
daerah
penyelidikanPasir besi di Pesisir
selatan Ende
16
Metoda
Metoda penyelidikan yang dilakukanya itu penyelidikan lapangan antara lainpemetaan
geologi permukaan, pengukuran dengan menggunakan alat ukur TO, pemboran
menggunakan hand auger serta sampling untuk analisis laboratorium.
Penyelidikan Lapangan
Pemetaan permukaan bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh hubungan antarageologi
dipermukaan dan sebarannya denganpembentukan endapan pasir besi di daerahtersebut.
Pengamatan dilakukan terutama padadaerah pantai dan sekitarnya.
Pengukuran (dengan teodolit jenis TO) dilakukan untuk membuat baseline dan crossline
titik-titik pemboran. Tujuannya adalah untuk menentukan penempatan posisi titik bor.
Penentuan posisi titik pertama sebagai acuan dalam pengukuran dilakukan dengan GPS.
Pemboran dilakukan pada daerah pantai mengandung pasir besi dengan interval panjang
(baseline) 400 meter dan lebar (crossline) 200 meter. Pekerjaan pemborandilakukan dengan
bor tangan (hand auger) jenis Doomer yang dilengkapi dengan casing 2,5 inchi.
Metoda preparasi hasil pemboran adalah sbb : conto-conto pasir besi yang terletak diatas
permukaan air tanah diambil dengan sendok pasir (sand auger) jenis Ivan 2,5inchi,
sedangkan conto pasir besi yang terletak di bawah permukaan air diambil dengan bailer.
Conto diambil untuk setiap kedalaman1,50 meter atau kurang dan dibedakan antara conto
dari horizon A (diatas permukaan airtanah), conto horizon B (antara permukaan airtanah
dan air laut) dan conto dari horizon C (yang terletak di bawah permukaan air laut).
Reduksi conto di kerjakan dengancara increment berdasarkan J.I.S. ( Japanese Industrial
Standard ), dimana conto asli ditampung ke dalam baki kayu berukuran 90 x60 x 2 cm.
Pertama conto dari kedalaman tiap1,5 m atau kurang diaduk-aduk hingga homogen,
kemudian diratakan sampai setinggi permukaan baki, setelah itu conto dibagi-bagi
menjadi beberapa bagian yang sama. Dari tiap bagian masing-masing diambil setengahnya
dengan sendok increment berukuran 3 cm x 3 cm x 2 cm. Proses increment ini dilakukan
empat lima kali, hingga diperoleh conto seberat sekitar 2 kg. Sisa terakhir dari proses
increment tiapkedalaman dari satu lubang bor tersebut dikumpulkan untuk dijadikan
sebagai conto komposit. Increment juga diberlakukan pada conto tersebut.
Pekerjaan Laboratorium
Tahap berikutnya adalah pemisahan fraksi magnetit dari non magnetit dilakukan dengan
magnet batang 300 gaus secara berulang-ulang sebanyak 7 kali untuk mendapatkan
konsentrat yang cukup bersih. Setelah konsentratnya diperoleh, dilakukan penimbangan.
Dengan membandingkan berat konsentrat dan berat asal, maka didapat nilai MD
(magnetic degree), dengan menggunakan rumus :
Berat konsentrat
MD = ------------------------- -- X 100
% Berat asal
17
Untuk mengetahui kualitas kandungan besi kadar pada tiap sampel pasir besi tersebut
dilakukan analisa unsur Fe2O3, Fe3O4, Fetotal, TiO 2 dan H2O terhadap sampel yang
sudahmenjadi konsentrat.
Adapun endapan pasir besi yang dimasukan ke dalam perhitungan sumber daya terukur
adalah yang mempunyai MD > 7% untuk kuat magnet 300 gauss. Sumber daya terukur
total dihitung dengan cara menjumlahkan sumber daya tiap lubang bor. Sumber daya
konsentrat tiap lubang dihitung dengan rumus
C = (L X t) X MD X SG
Keterangan :
C =
L =
t =
MD =
SG =
Geologi
Menurut N. Suwarna, dkk (1990) geologi di daerah penelitian dan sekitarnya adalah
sebagai berikut :
Formation Kiro (Tmk)
Merupakan batuan tertua yang terdapat didaerah ini, berumur Miosen Awal, terdiri
breksi, warna kelabu tua-kelabu muda, komponen andesit, basal, berukuran 0,5 5cm,
lava, bersusunan andesit- basal, kelabu muda ~ kehijauan dan kehitaman, porfir,sebagian
terkersikan, terkalsitkan dan terkhloritkan, kekar lapis, sebagian bersisipan breksi, tufa
pasiran dan batu pasir tufaan,sisipan warna kelabu, berlapis 25 50 arah jurus barat lauttenggara, tebal satuan sekitar 1000 meter 1500 meter. Batuan ini tersebar terutama di
sekitar Kali Kiro, Desa Walogai, Keli Wumbu, dan Mbotu Mapolo, sebagiandijumpai
dipantai selatan Ende. Formasi ini ditumpangi secara tidak selaras diatasnya oleh Formasi
Nagapanda.
Formasi Nangapanda (Tmn)
Terdiri dari batu pasir, batu tufa berlapis,dan breksi. batu pasir, hijau, halus ~
kasar,menyudut tanggung membundar, padat, berlapis baik.; Breksi, merupakan breksi
vulkanik, bersifat andesitik-basaltik, dengan ukuran komponen bervariasi dari beberapa
cm hingga 30 cm. Tebal singkapan mencapai 30cm. Formasi ini membentuk morfologi
yang cukup kasar dengan ketebalan diperkirakan sekitar 2000 meter dan menjemari
dengan Formasi Kiro di bagian timur.
18
Struktur Geologi
Struktur geologi yang dijumpai di daerah pesisir selatan khusunya Ende adalah lipatan,
sesar dan kelurusan. Arah struktur timurlaut-baratdaya, beberapa memiliki arah
baratlaut-tenggara. Batuan yang mengalami perlipatan secara kuat pada Formasi
Nangapanda dengan kemiringan perlapisan dari 15~ 50. Struktur terjadi pada Formasi
Kiro dan Nangapanda yang merupakan formasi tertua. Sumbu lipatan sinklin yang
memiliki arah baratdaya timurlaut.
Selain struktur lipatan di kawasan ini juga ditemukan struktur sesar. Jenis sesar yang
berkembang adalah sesar normal dan sesar geser. Sesar normal berarah baratlaut-tenggara
dan timurlaut baratdaya. Sesar ini terdapat pada batuan Miosen dan Plio Plistosen,
19
diperkirakan terjadi pada Plistosen. Sesar geser teramati pada Formasi Kiro dan Formasi
Nangapanda. Gambaran umum geologi serta urut-urutan stratigrafi regional dapat dilihat
pada gambar 2 dan gambar 3.
Gambar 2. Peta geologi regional daerah Flores
20
Mineralisasi
Pembentukan endapan pasir besi memilikiperbedaan genesa dibandingkan
denganmineralisasi logam lainnya. Pembentukanpasir besi adalah merupakan produk
dariproses kimia dan fisika dari batuan yangmenengah hingga basa atau dari
batuanbersifat andesitik hingga basaltik. Proses inidapat dikatakan merupakan gabungan
dariproses kimia dan fisika.
Di daerah pantai selatan Kabupaten Ende,endapan pasir pantai di perkirakan berasaldari
akumulasi
hasil
desintegrasi
kimia
danfisika
seperti
adanya
pelarutan,
pengahncuranbatuan oleh arus bawah laut, pencucian secaraberulang ulang, transportasi
danpengendapan.
Menurut Subandoro dan Pudjowaluyo(1972) di Pulau Flores secara umum terletak pada
busur batuan vulkano-plutonik yangmasih aktif mirip dengan Pulau Jawa dimanaendapan
besi mengandung titan ditemukansepanjang pantai selatan. Agaknya batuanvolkanik
Flores adalah merupakan sumberutama pasir besi pantai yang ada sekarang.
HASIL PENYELIDIKAN
Dalam penyelidikan lapangan diperolehdata sbb :
21
Secara keseluruhan nilai rata-rata dari sektor Rapo Rindu MD 20,84 % dan ASG 3,245;
Bheramari MD 20,68 % dan ASG 3,19; Ruku Ramba MD 20,69 % dan ASG3,15 dan sektor
Ondorea memiliki MD 13,75% dengan ASG 3,193.
Nilai Fetotal tertinggi dan terendah untuk masing-masing sektor :
Sektor Raporindu Fetotal nilai tertinggi 22,35% dan terendah 4,43%; Bheramari Fetotal nilai
tertinggi 22,69% terdapat pada BM2/B dan terendah 9,23% pada BM 1/A1. Ruku Ramba
Fetotal nilai tertinggi 31,39% terdapat pada lokasi RR 3/2/A2 dan terendah 10,86% terdapat
pada lokasi RR 1/2/B. Sedangkanuntuk sektor Ondorea Fe total nilai tertinggi37,10 %
terdapat pada OR7/A1 dan nilaiterendah 8,92 % pada OR 5/2/A1.
Adapun nilai Fetotal rata-rata masing-masing sektor ; Raporindu 23,96 %,Bheramari 15,37
%, Ruku Ramba 18,14%dan Ondorea 19,74 %.
Nilai TiO2 pada umumnya menunjukkan dibawah 2%, kecuali di beberapa lokasi seperti
di BM2/2/A2 TiO2 = 2,35%, RA 4/A1= 2,27%, RR3/2/A2 TiO2 = 2,52%, OR 7/A1TiO2 = 4,97%,
OR6 /A1 = 3,41%, dan OR7/2/A1 = 5,22% dari hasil analisis menunjukkan nilai TiO2 diatas 2
banyak terdapat di sektor Ondorea atau sektor OR. Gambaran sebaran masing-masing
sektordapat dilihat pada Gambar 4 7. Perhitungan potensi dilakukan dengan metoda
Area of influence dengan prinsip bahwa satu lubang bor memiliki daerah pengaruh
jarak terhadap lubang bor di sampingnya, hasil perhitungan disajikan dalam tabel-1.
Gambar 4
Peta Lokasi Hasil Pemboran Sektor I Rapo Rindu (RA)
22
Gambar 5
Peta Lokasi Hasil Pemboran Sektor II Bhera Mari (BM)
Gambar 6
Peta Lokasi Hasil Pemboran Sektor III Ruku Ramba (RR)
23
Gambar 7
Peta Lokasi Hasil Pemboran Sektor IV Ondorea (RA)
PEMBAHASAN
Dari hasil survey lapangan dan analisis laboratorium diketahui di sepanjang pantai selatan
Kabupaten Ende empat daerah atau sektor yang dianggap paling memungkinkan untuk
terbentuknya akumulasi endapan pasirbesi yaitu sektor Rapo Rindu, Bheramari, Ruku
Ramba dan Ondorea. Pada sektor 1(Rapo Rindu/RA), ketebalan lapisan kaya besi magnetit
terdapat pada RA6, mengalami menipis pada RA5 dan RA4. Pada RA2 ketebalan lapisan
mengandung besi magnetit mulai menebal kembali. Sedangkan ke arah barat (RA7 dan
RA8) terjadi menipis lapisanmengandung magnetit secara drastis.
Ke arah timur yaitu pada sektor Ruku Ramba, pola perlapisan yang mengandung pasir
besi magnetit dari RR1~ RR5 mengalami menebalan, ini terutama terlihat terutama pada
titik bor RR5. Ketebalan lapisan mengandung magnetit di sektor ini mencapai 3,2 meter.
Sedangkan di sektor Ondorea penipisan lapisan terjadi ke arah barat ditandai dengan
adanya deplesi lapisan pasir magnetit serta meningkatnya lapisan pasir kuarsa/gamping.
Ciri fisik dipermukaan ditandai dengan warna putih yang dominan.
Hasil analisis laboratorium umumnya menunjukkan bentuk garis linier baik pada sektor
Rapo rindu, Ruku ramba maupun Ondorea. Ini menunjukkan hubungan sejajar antara
24
kandungan nilai pasir magnetit dengan Fe Total nya. Dimana jika kandungan pasir
bermagnet di suatu daerah dominan maka nilai derajat secara otomatis kemagnetan tinggi.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan pola sebaran lapisan di satu daerah berbeda
dengan daerah lainnya (melensis misalnya). Faktor-fkator / parameter tersebut diataranya :
Batuan induk, merupakan sumber asal untuk terbentuknya endapan pasir besi.
Faktor penghancuran fisika - kimia seperti suhu, erosi dan transportasi sungai, arus
laut bawah laut dan sungai sebagai sebagai media transportasi dan akumulasi
material.
Faktor topografi (kemiringan), memegang peranan penting sebagai tempat
akumulasi endapan pasir besi disuatu tempat (basin).
Jadi adanya bentuk dan pola sebaran endapan pasir besi yang berbeda antara satu daerah
dengan daerah lain dimana terjadi pengayaan misalnya, ini sangat di tentukan oleh
faktor/parameter tersebut diatas. Sebagai contoh di sektor Rapo Rindu akumulasi pasirbesi
relatif lebih banyak dibandingkan dengans ektor lainnya. Tetapi sebaliknya di sektor
Ondorea pasir besi berkurang ke arah baratdengan meningkatnya pasir dari batuan
karbonat. Gambaran global polapembentukan tersebut dapat dilihat pada gambar
dibawah ini (Gambar 9).
KESIMPULAN
Keterdapatan endapan pasir besi dikawasan pesisir selatan Kabupaten Ende diperkirakan
merupakan endapan yang terbentuk dari akumulasi hasil disintegrasi fisika dan kimia
batuan vulkanik tua didaerah ini yang bersifat, dari kisaran dasitik hingga basaltik.
Secara fisik endapan pasir besi di daerah pesisir selatan Ende relatif muda dimana
prosesnya diduga dari pelindihan dan pencucian yang berjalan cukup secara
intensif sampai sekarang sehingga di beberapa lokasi menghasilkan konsentrat magnetit
yang tinggi.
Model endapan pasir besi yang terdapat dipesisir selatan Ende diperkirakan
bentuk melensis dimana ke arah barat, kandungan magnetitnya berkurang dengan
bertambahnya pasir karbonat (berwarna putih kecoklatan) sedangkan kearah timur
kandungan magnetitnya bertambah hal ini diperkuat dengan hasil analisis laboratorium.
Hasil gabungan data pemboran dan analisis laboratorium diketahui potensi endapan pasir
besi berurutan dari yang besar terdapat pada sektor Rapo Rindu, Bheramari,Ruku Ramba
dan Ondorea dengan jumlah sumber daya hypotetik seluruhnya sebesar 57.134.358,4 ton
konsentrat.
kepada kami berupa kesempatan, dorongan dan saran sehingga terwujudnya tulisan ini.
Koreksi dan saran kami nantikan guna penyempurnaan tulisanini.
DAFTAR PUSTAKA
Bambang N. Widi., 2005, Laporan HasilPenyelidikan Tinjau Endapan Pasir Besi di
Kabupaten Sikka, Nusa TenggaraTimur. PT. Ever Mining.
Bambang W., Kisman, A. Said, Soepriadi,Budiharyanto, 2005, Eksplorasi Logam Besi di
Pesisir Selatan Kabupaten Ende,Provinsi Nusa Tenggara Timur, Direktorat Inventarisasi
Sumber DayaMineral, Bandung.
Bandi, S.Djaswadi, S.L.Gaol, 1994, LaporanPendahuluan Penyelidikan Mineral Logam di
Daerah Wolowaru Kab. Ende,Flores - Nusa Tenggara Timur , DirektoratSumberdaya Mineral,
Bandung.
Franklin dkk., 1999, Eksplorasi Logam Mulia dan Logam Dasar di Daerah Wai Wajo dan
Sekitarnya Kabupaten SIKKA NusaTenggara Timur , Direktorat Sumberdaya Mineral,
Bandung.
Suwarna N., S. Santosa, S. Koesoemadinata.,1990,Geologi Lembar Ende 1:250.000, Nusa
Tenggara Timur , Pusat Penelitiandan Pengembangan Geologi Bandung.
Subandoro dan Pudjowaluyo, 1978, Iron Sand Occurrences In The Coastal Areas of Flores,
Mineral Resources In AsianOffshore Areas , CCOP , Singapore.
Van Bemmelen, R.W., 1949, The Geology of Indonesia. Vol. IA,1st Edition . Govt.Printing
office, The Hague, pp 104-136
26
S A R I
Kabupaten Manggarai merupakan salah satu daerah yang dilalui oleh jalur magmatik
Sunda Banda yang secara tidak langsung implikasinya merupakan salah satu tempat
kedudukan mineralisasi logam yang potensil salah satunya adalah pasir besi. Hasil
penyelidikan yang telah dilakukan di daerah Nangarawa seluas 3 Km x 40 m sejajar garis
pantai, ketebalan rata-rata lapisan pasir yang mengandung besi 2,23 m, persentase
kemagnetan 5,65 % dan berat jenis 3,11 telah menghasilkan sumber daya terunjuk sebesar
343.300 ribu ton pasir besi. Sumber daya ini masih dimungkinkan bertambah lagi
mengingat belum seluruhnya diselidiki terutama ke arah barat. Apabila hasil analisis
kimia menunjukkan kadar besi total kurang lebih 56 % Fe, maka potensi sumber daya
pasir besi di daerah ini cukup prospek untuk dikembangkan mengingat permintaan pasar
yang jatuh pada kisaran angka tersebut cukup banyak.
PENDAHULUAN
Makalah ini merupakan penjabaran serta interpretasi data lapangan yang mencakup data
geologi, dan pemboran di daerah Nangarawa Kabupaten Manggarai Flores Nusa Tenggara
Timur yang di perkirakan merupakan daerah potensi endapan pasir besi.
Hasil penyelidikan ini didasarkan pada studi kuantitatif pada batuan dan karateristik
mineral seperti misalnya melalui pemetaan geologi, analisis ayak serta komparasi data
hasil penyelidikan tahun 2005.
Penyelidikan yang telah dihasilkan ini bukan dimaksudkan untuk dipakai sebagai
perbandingan terhadap keterdapatan endapan pasir besi beserta mineral ikutannya di
daerah-daerah lainnya.
Daerah penyelidikan terletak pada koordinat UTM 245.578,2 mN dan 9.020.206,6 mE
dengan luas kurang lebih 343.300 meterpersegi (Gb.1). Penerbangan domestik tersedia dari
Bandung/Jakarta ke ibukota kabupaten Manggarai dan dilanjutkan dengan kendaraan
roda empat ke Desa Nangarawa kurang lebih tiga jam.
PENYELIDIK TERDAHULU
27
Daerah Nangarawa telah diselidiki secara sistematik oleh Direktorat Sumber Daya Mineral
pada tahun 2005 (kerjasama antara Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral ~ DIM
dengan Pemerintah Kabupaten Manggarai) yang difokuskan pada inventarisasi sumber
daya alam termasuk di dalamnya logam dasar dan logam mulia. Hasil inventarisasi
menunjukkan kadar magnetit (Fe3O4)= 41%, piroksen = 42,5%, kuarsa= 11,5%, olivin= 3,5%
dengan perkiraan endapan pasir besi lebar 300 meter dan panjang 3 kilometer.
Berdasarkan data dan informasi tersebut, maka pada tahun 2006, daerah tersebur kembali
diselidiki dengan metoda eksplorasi pemboran.
Hasil Penyelidikan
Morfologi :
Kondisi fisik daerah ini sebagian besar terdiri dari pegunungan dan perbukitan dengan
kemiringan lebih dari 40 (70,45% dari total luas wilayah), sedang daerah yang agak
landai kurang dari 15 persen. Di antara perbukitan yang agak landai, masyarakat setempat
membuka areal persawahan, perladangan, perkebunan dan padang peternakan.
Berdasarkan ketinggiannya luas wilayah yang mempunyai ketinggian > 1000 m mencapai
12,67%, ketinggian 500 1000 m 32,40%, ketinggian 100 500 m 40,62% dan 0 100 m
14,29%. Dari peta DEM dan kenampakan 3 dimensinya serta dari citra dan topografi,
daerah pegunungan dijumpai di bagian tengah (foto 1 dan 2).
Litologi - Batuan Hasil Gunungapi Tua (QTv)
Satuan ini merupakan hasil kegiatan gunungapi aktif seperti G. Watueri serta G. Bajawa di
Flores Tengah yang terutama terdiri dari perselingan breksi, lava dan tufa dengan
komposisi utama andesit sampai andesit-basaltik. Di daerah penyelidikan satuan ini
menutupi bagian tengah sampai kedataran yang lebih rendah dan satuan ini berumur
Pliosen (Gb.2).
Undak Pantai (Qct), Satuan ini menutup secara tidak selaras batuan yang lebih tua dan
diendapkan hanya pada lembah besar Nangarawa. Satuan ini terdiri dari perselingan
konglomerat dan batupasir kasar, sedikit gampingan.
Endapan Pantai dan Aluvial (Qa), Endapan pantai dan alluvial Kuarter mengisi lembahlembah sungai terutama pada sungai-sungai besar Nangarawa dan undak yang terangkat.
Satuan ini terdiri dari bahan-bahan yang kurang padat dan kompak yang berasal dari
aliran sungai dengan ukuran bervariasi dari bongkah sampai lempung (Foto 3).
SUMBER DAYA
Luas Daerah Pengaruh : Panjang pantai 3000 meter, Lebar rata rata 70 meter, jarak
antar titik bor pada sumbu panjang 200 meter dan sumbu lebar 40 meter, maka luas daerah
pengaruh = 343,300 meter persegi.
28
Pengukuran Dan Perhitungan Berat Jenis Pasir Besi : Analisis dilakukan dengan cara
conto asli (crude sand) seberat 100 gram dimasukkan ke dalam air yang diketahui
volumenya di dalam gelas ukur. Untuk memudahkan perhitungan ditetapkan volume 200
cc, apabila kenaikan air menjadi A cc, maka volume pasir yang dimasukkan = A 200 cc.
Jadi Berat jenis = 100/(A 200) gram/cc. Hasil perhitungan menunjukkan Berat Jenis ratarata adalah = 3,11 ton/m3.
Sumber Daya Pasir Besi : Penentuan potensi endapan pasir besi dilakukan dengan
metoda daerah pengaruh dengan menggunakan formula C = (L x t) x MD x SG
C = sumber daya dalam ton
L = luas daerah pengaruh dalam m2
t = tebal rata-rata endapan pasir besi dalam meter
MD = prosentase kemagnetan dalam persen
SG = Berat jenis dalam ton/m3
Berdasarkan formula tersebut sumber daya pasir besi di daerah Nangarawa dapat di
tentukan yaitu :
Luas daerah pemboran = 343.300 m2, Tebal rata-rata endapan pasir = 2,23 m, MD rata-rata
= 5,65 %, SG rata-rata = 3,11. Jadi sumber daya pasir besi adalah C = 343.300 m2 x 2,23 m x
5,65/100 x 3,11 ton/m3 = 134.520,20 ton.
Potensi Logam Besi : Berdasarkan hasil analisis kimia kadar besi daerah Nangarawa
adalah : %, maka potensi logam besi di Nangarawa adalah :
KESIMPULAN
Hasil penyelidikan yang telah dilakukan di daerah ini seluas 3 Km x 40 m sejajar garis
pantai, ketebalan rata-rata lapisan pasir yang mengandung besi 2,23 m, persentase
kemagnetan 5,65 % dan berat jenis 3,11 telah menghasilkan sumber daya terunjuk sebesar
343.300 ribu ton pasir besi. Sumber daya ini masih dimungkinkan bertambah lagi
mengingat belum seluruhnya diselidiki terutama ke arah barat (masuk kecamatan
Borong). Apabila hasil analisis kimia yang sedang dalam proses menunjukkan kadar besi
total kurang lebih 56 % Fe, maka potensi sumber daya pasir besi di daerah ini cukup
prospek untuk dikembangkan mengingat permintaan pasar yang jatuh pada kisaran angka
tersebut cukup banyak. Namun jika sebaliknya yang terjadi, maka sumber daya tersebut
29
dapat dipakai sebagai tambahan basis data daerah sambil menunggu perkembangan
teknologi yang dapat mengolah bijih besi dengan spesifikasi kadar yang lebih rendah.
ACUAN
Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Manggarai, 2003: Laporan Akhir
Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Galian Mineral di Daerah Kabupaten Manggarai,
provinsi Nusa Tenggara Timur.
Franklin et.al., 2002, Joint Cooperation on Metallic Mineral Exploration in TebedoDalong-Bolol, Manggarai, NTT, DMRI-Kores.
Pemerintah Kabupaten Manggarai, 2001, Manggarai dalam angka 2001, Manggarai.
30
POTENSI TAMBANG
http://www.nttprov.go.id/bkpmd/web/index.php?hal=pottambang
Sektor pertambangan dan energi di NTT belum memberikan sumbangan yang signifikan
terhadap perekonomian, hal ini disebabkan karena potensi sector pertambangan dan
energi yang ada di beberapa wilayah belum dikelola secara maksimal. Hampir di semua
wilayah di NTT potensi bahan galian A dan B (mineral dan logam) seperti nikel, emas,
tembaga, timah, pasir besi serta bahan galian C lainnya. Potensi energi terbarukan seperti
matahari, angin, mikro hidro untuk pembangkit energi skala kecil memiliki potensi untuk
dikembangkan, potensi panas bumi di Mataloko dan Ulumbu serta daerah-daerah lainnya
di pulau flores memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi pembangkit tenaga listrik
skala sedang dan besar.
a. Potensi Pertambangan Umum Bahan Galian C
1). Barit
Barit terjadi karena berasosiasi dengan batu lempung. Digunakan untuk lumpur
pengeboran, industri cat, kertas dan plastic. Lokasi di Kabupaten Lembata dengan
cadangan diperkirakan sebesar 62.500m3.
2) Aragonit
Terjadi karena bersaosiasi dengan batu gamping. Berwarna coklat bening, bersifat
transparan, kristalisasi, kondisi stabil dan berubah menjadi kalsit. Digunakan untuk bahan
industri kosmetik. Lokasinya di Kabupaten Kupang dengan cadangan 7.360.562m3
Kabupaten Kupang
- Cadangan : 7.360.562 m2
Kabupaten Sumba Timur
- Cadangan : Tidak terdeteksi
3) Batu Gamping
Merupakan batuan pospat yang sebagian besar tersusun oleh mineral kalsium karbonat
(CaCo3). Digunakan untuk bahan baku terutama pembuatan semen Portland, industri
keramik, obat-obatan, dall. Lokasi terbanyak di Kabupaten Manggarai dengan cadangan
5.558.771.299m3
Lokasi dan Cadangan Bahan Galian Batu Gamping
No
Kabupaten
Cadangan
1.
Kupang
3.575.260.000 m2
2.
TTS
41.233.125 m2
3.
TTU
186.928.000 m2
4.
Belu
2.279.400.000 m2
5.
Alor
319.605.000 m2
6.
Lembata
262.380.000 m2
31
7.
Flores Timur
8.
Sikka
54.690.000 m2
9.
Ende
7.698.000 m2
10. Ngada
7.470.000 m2
37.000.000 m2
11. Manggarai
5.558.771.299 m2
4.708.606.782 m2
3.704.907.916 m2
Kabupaten
Cadangan
1.
Kupang
10.359.750 m2
2.
TTS
5.967.360 m2
3.
Alor
26.000.000 m2
4.
Ende
270.000 m2
5.
Sumba Timur
12.500 m2
32
Merupakan bahan galian yang terdiri dari lempung monmorilonit, mempunyai sifat
mengembang apabila terkena air atau basah. Digunakan sebagai bahan pemutih/pemucat
minyak kelapa, sebagai lumpur penahan lubang bor agar tidak runtuh, lokasi bahan galian
di Kabupaten Ngada dengan cadangan sebesar 10.000 m3
8). Dolomit
Disebut juga kapur magnesium (magnesium limestone), terjadi apabila beberapa unsure
kalsit (Ca) dalam batu gamping di ganti oleh magnesium (mg), dengan susunan kima
CaMg (Co 3)2 Dolomit merupakan bahan pembuat semen, bahan refraktori dalam tungku
pemanas/tungku pencair, bahan pupuk (unsure Mg) dan pengatur Ph tanah,
pengembangan dan pengisi cat, plastik dan kertas. Lokasinya terdapat di Kabupaten TTS
dengan cadangan 14.976.000 dan Manggarai dengan cadangan 350.000.000 m3
9). Feldspar
Merupakan pembentuk batuan seperti granit dan diorite, berwarna putih keabu-abuan,
hijau muda, dan kuning kotor. Digunakan untuk bahan porselin dan bedak penggosok,
sebagai fluk dalam industri keramik, gelas dan kaca, sebagai bahan pembuat semen, bahan
refraktori dalam tungku pemanas/tungku pencair, bahan pupuk (unsure (Mg) dan
pengatur Ph tanah, pengembangan dan pengisi cat, plastik dan kertas.
Kabupaten
Cadangan
1. Ende
2.000 m2
2. Sumba Timur
3. Manggarai
5.340.000 m2
456.462.499 m2
Kabupaten
1.
Kupang
2.
TTU
Cadangan
11.214.800 m2
6.000 m2
33
3.
Alor
4.
Flores Timur
1.179.125 m2
182.850 m2
bangunan ringan (agregat konstruksi, campuran plester atau bangunan beton), bahan
isolator, bahan saringan, bahan pengisi, bahan pembawa dan sebagai bahan peredam
bunyi. Lokasi bahan galian ini terdapat di Kabupaten Lembata, dengan cadangan sebesar
17.370.000 m3.
17) Silika
Merupakan mineral yang mengisi urat-urat pada batu gamping dengan warna abuabusampai coklat kotor dan merupakan pecahan konkoidal. Digunakan dalam industri
metalurgi (refraktor), silikon, keramik, bahan abrasive dan permurnian logam. Lokasi
cadangan bahan galian silica banyak terdapat di Kabupaten Manggarai sebesar 518.150.000
m3.
18) Toseki
Merupakan hasil ubahan hidrotermal dan batuan tufa, berwarna putih agak kompak.
Digunakan sebagai bahan baku dan campuran keramik, refraktor, isolator, dll. Cadangan
bahan galian toseki ini banyak terdapat di Kabupaten Manggarai sebesar 13.365.000 m3.
19) Tras
Terbentuk sebagai hasil pelapukan bahan muntahan gunung api seperti abu, tuf, dan pasir
siliko. Digunakan sebagai bahan pembuatan batako dan bahan urugan, Cadangan bahan
galian ini banyak terdapat di Kabupaten Manggarai sebesar 387.023.000 m3.
20) Zeolit
Merupakan nama sekelompok mineral almino silisic acid yang mengandung unsur logam
alkali seperti Al, Si, O, Na, K, Ca, dan Mg. Digunakan sebagai bahan bangunan dan
ornament, pembuatan semen puzolland dan semen portland, bahan agregat ringan, bahan
pengembang dan pengisi dalam industri kertas, karet dan plastik, sebagai pupuk dan
makanan ternak, untuk mencegah pencemaran lingkungan dll. Potensi terbesar ada di
Kabupaten Ende dengan cadangan sebesar 29.705.000 m3.
21) Andesit
Merupakan batuan intermediate yang dihasilkan oleh pendinginan magma pada
permukaan bumi ataupun yang dihasilkan oleh aktifitas gunung api seperti lava atau
sebagai fragmen-fragmen pada batuan vulkanik, anglomerat dan lain-lain. Digunakan
untuk pembuatan jalan/jembatan, untuk pondasi bangunan ataupun sebagai material
konstruksi lainnya. Potensi bahan galian andesit di NTT terbesar terdapat di Kabupaten
Lembata dengan cadangan diperkirakan sebesar 73.735.000 m3.
22) Basalt
Terjadi kare4na pembekuan di permukaan bumi yang merupakan aliran lava atau
bongkah, berwarna hitam digunakan sebagai bahan agregat dan pondasi bangunan.
35
Potensi ini banyak terdapat di Kabupaten Sumba Timur sebesar 307.020.000 m3.
23) Batu Apung
Merupakan bahan yang dihasilkan oleh letusan gunung api afusir yang kaya akan silica
atau buih kaca alam (rock froth), berwarna abu-abu terang hingga putih. Digunakan untuk
bahan baku pembuatan ampelas untuk logam, montar dan beton, bata ringan, bahan tahan
api, filter bahan cat, pasta gigi dan lain-lain. Bahan galian ini banyak terdapat di
Kabupaten Lembata sebesar 22.425.000 m3.
24) Batu Pasir
Marupakan batuan endapan klasik yang disemen dengan tuf, berwarna putih kekuningan,
dan berbutir halus. Digunakan sebagai bahan penggosok (abrasive). Lokasi bahan galian
ini terdapat di Kabupaten Kupang dengan cadangan sebesar 9.308.250 m3.
25) Dasit
Merupakan batuan beku yang mengalami proses pendinginan/pembekuan magma relative
dekat dengan permukaan bumi (merupakan batuan intrusi dengan tubuh magma yang
besar), berbutir halus dan tekstur holokristalin. Digunakan sebagai bahan bangunan.
Bahan galian ini banyak terdapat di Kabupaten Flores Timur sebesar 41.091.900 m3.
26) Diorit
Merupakan batuan beku dalam yang mana mengalami proses pembekuan magma di
bawah permukaan sebagai akibat terobosan magma, berwarna abu-abu, tektur
holokristalin dan berbutir halus. Digunakan untuk bahan bangunan ubin/lantai, dinding
dan ornament. Lokasi galian ini banyak terdapat di Kabupaten Sumba Timur dengan
cadangan sebesar 2.639.319.165 m3.
27) Fuller Earth
Merupakan jenis bahan galian yang digunakan untuk campuran semen, yang
diagenesanya merupakan hasil dari pelapukan batu gamping yang mengalami proses
pemadatan, tidak kompak dan bersifat lepas-lepas. Digunakan untuk campuran sewmen.
Lokasi bahan galian ini terdapat di Kabupaten Manggarai dengan cadangan sebesar
132.300.500 m3.
28) Granodiorit
Merupakan batuan beku dalam yang mengalami pembekuan magma di bawah
permukaan bumi (intrusi magma), berwarna putih keabuan, holokristalin, tersusun atas
mineral kwarsa feldspar. Potensi bahan galian ini terdapat di Kabupaten Sumba Timur
dengan perkiraan cadangan sebesar 317.500.000 m3.
29) Granit
36
Merupakan batuan terobosan yang bersifat asam, berbutir kasar hingga sedang, berwarna
terang (keabuan, kecoklatan dan kemerahan) terjadi sebagai hasil pembekuan magma di
bawah permukaan bumi dengan temperature yang stabil. Digunakan untuk bahan baku
pembuatan tegel, batu hias dll. Potensi bahan galian granit terdapat di Kabupaten Sumba
Timur dengan perkiraan cadangan sebesar 343.227.666 m3.
30) Marmer
Terbentuk sebagai proses malihan dari batuan gamping atau dolomite, dengan sifat fisik
keras, padat, kristalin, berwarna putih, merah (teroksidasi oleh fe), berwarna hijau
(mengandung serpentin) dan berwarna hitam (mengandung karbon). Digunakan untuk
dinding bangunan, lantai dan ornament lainnya. Potensi ini terdapat di Kabupaten
Manggarai, TTS dan TTU dengan cadangan sebesar 1.896.393.126 m3.
31) Sirtu
Merupakan campuran material lepas yang berukuran pasir, kerikil dan kerakal.
Digunakan untuk bahan bangunan pada campuran beton, material pondasi bangunan,
pengeras jalan dll. Potensi dan cadangan galian ini banyak terdapat di Kabupaten Sumba
Timur dengan cadangan sebesar 20.789.852 m3.
32) Tufa
Merupakan batuan piroklasik (hasil gunung api) yang terdiri dari pasir dan abu yang
mengalami pemadatan, terdiri atas fragmen gelas dan berbutir halus. Digunakan untuk
kerajinan jambangan, vas bunga, pembersih minyak bumi kasar. Potensi galian ini banyak
terdapat di Kabupaten Kupang dengan cadangan sebesar 149.400 m3.
37
Bahan Galian
Emas
Kabupaten
TTS, TTU, Lembata, Sikka, Ngada, Manggarai Barat, Sumba Barat,
Sumba Timur
2.
Mangan
3.
Pasir Besi
4.
Tembaga
5.
Timbal
KETERANGAN :
EMAS
1. Terdapat di Desa Bijeli, Kecamatan Molo Selatan, Kabupaten Timor Tengah
Selatan.
2. Terdapat di Noel Toko, Kecamatan Miamafo Barat, Kabupaten Timor Tengah
Utara.
3. Terdapat di Kecamatan Buyasuri, Kecamatan Omesuri dan Kecamatan Lebatukan,
Kabupaten Lembata (Luas 358.203 Ha).
4. Terdapat di daerah Papang, P. Lainjawa, Wolo Besi, Wai Dewas, Lodo, Wae Teo,
semenanjung Ontok dan Hunut, Menganumba, Poselik, Kuli Boko dan Mbay,
Kabupaten Ngada.
5. Terdapat Di Tanah Darru, Kecamatan Umbu Ratunggai dan Lamboya, Kecamatan
Walakaka, Kabupaten Sumba Barat.
6. Terdapat di Pegunungan Masu, Kecamatan Nggongi, Kabupaten Sumba Timur.
MANGAN
1. Sungai Taemaman dekat Kampong Fatukoko, Fatu tuminu, Kecamatan Molo
Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan.
2. Oe Ekam, Oe Bake, Kolbano dan Baboin, Kecamatan Amanuban, Kabupaten Timor
Tengah Selatan.
3. Terdapat di Bonleo dan Noemuti, Kecamatan Miamafo Barat, Kabupaten Timor
Tengah Utara.
PASIR BESI
1. Terdapat di Desa Beur dan Gunung Kedang, Kecamatan Buyasuri, Kabupaten
Lembata.
38
39
42
I. PENDAHULUAN
Kabupaten Ende sebagai salah satu daerah yang terletak di pulau Flores memiliki banyak
sekali Potensi Pertambangaan Bahan Galian Logam maupun Bahan Galian Non Logam
yang tersebar di seluruh Kecamatan dan Desa / Kelurahan.
Sebaran Potensi Pertambangan Bahan Galian Logam maupun Bahan Galian Non Logam
yang dimiliki, telah diidentifikasi melalui Kegiatan Survey dan Pemetaan Logam oleh
Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Ende yang bekerja sama dengan Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral Bandung pada Tahun Anggaran 2006 serta Kegiatan
Survey dan Pemetaan Bahan Galian Non Logam oleh Dinas Pertambangan dan Energi
Kabupaten Ende yang bekerja sama dengan Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral
Bandung pada Tahun Anggaran 2003.
Hasil kegiatan tersebut adalah informasi tentang Jenis Pertambangan Bahan Galian Logam
dan Bahan Galian Non Logam, Lokasi keterdapatannya serta deposit dan kualitasnya telah
didapat melalui hasil Analisa Kimia, XRD, Analisa Petrografi, Poles Batuan dan Analisa
Keramik. Kiranya Informasi yang disajikan ini dapat memberi nilai tambah bagi Kegiatan
Pengusaha melalui Investor yang ingin melakukan Kegiatan Pertambangan di Kabupaten
Ende.
LOKASI SEBARAN
Sebaran Pasir Besi di Kabupaten Ende terdapat disepanjang pantai selatan yang
memanjang dari Desa Pangamuna Kecamatan Nangapanda sampai Desa Wolotopo
Kecamatan Ndona dengan berbagai karakteristik baik fisik maupun kandungan kimia
mineralnya.
Lokasi lokasi yang cukup potensial untuk dikembangkan dengan berbagai tujuan
produksi sesuai karakteristik pasir besinya adalah :
43
b.
Kualitas Pasir Besi di Kabupaten Ende bervariasi pada berbagai lokasi sepanjang pantai
selatan, dengan kandungan Besi berkisar 20 % - 70 %, Titanium 1 % - 11 %, Hematit 1 % - 7
%. Sedangkan cadangan terduga pada masing masing lokasi berkisar 240.000 m belum
termasuk cadangan bawah lautnya. ( data di ambil dari laporan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Pusat Sumber Daya Geologi Bandung
MINERAL LOGAM
Dari hasil Survey dan Pemetaan Potensi Pertambangan Sumber Daya Mineral Logam di
Kabupaten Ende yang dilakukan oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Ende
yang bekerjasama dengan Badan Geologi Pusat Sumber Daya Geologi Bandung pada
Tahun Anggaran 2006 2007, terdapat beberapa indikasi mineralisasi yang ada di
Kabupaten Ende yang merupakan daerah prospek yang perlu ditindaklanjuti dintaranya :
Kualitas : Secara umum digunakan sebagai bahan bangunan dan batu hias
(Ornamental stone )
2). Zeolith.
Bahan galian Zeolith terdapat diwilayah Kecamatan Nangapanda, disebelah selatan
sampai
utara
daerah
Kecamatan
Maukaro
Kabupaten
Ende.
Lokasi Endapan Zeolith terdapat di :
Zeolith berguna untuk bahan bangunan dan ornamen semen puzzolan, Bahan agregat
ringan, Bahan pengembag dan pengisi tapal gigi, Bahan penjerni air, limbah dan kolam
ikan, Makanan ternak, Pemurni gas metan, gas alam dan gas bumi, Penyerap zat ( logam ),
Eacun dan lain lain.
Deposit :
45
SiO2
CAO
MgO
H2O
Analisa Kimia
: 71.60 76.90 % AL2O3 : 10.12 12.43 %
Fe2O3 : 1.65 2.69 %
: 0.76 2.28 %
NA2O : 0.86 2.14 %
K2O : 0.95 4.09 %
: 0.19 0.47 %
MnO
: 0.03 0.04 %
TiO2
: 0.17 %
: 1.59 2.50 %
3). Tras.
Lokasi Tras terdapat di Kampung Wologai Tengah, Kecamatan Detusoko serta Desa
Onelako, Kecapatan Ndona.
Kualitas.
Deposit.
4). Lempung.
Bahan Galian Lempung terdapat di Desa Kebesani, Kecamatan Derukeli, dan Desa
Onelako, Kecamatan Ndona.
Kualitas.
o Untuk Pembuatan Keramik struktur seperti bata, genting dan gerabah.
Deposit.
o
o
o
o
o
o
Deposit :
Analisa Petrografi :
Mineral gelas (5%), Kuarsa (3%), Piroksen (15%), Lempung (17%), Klorit (18%), Plagioklas
(50%), Mineral Opak (2%).
6). Sirtu.
Sirtu adalah singkatan dari pasir dan batu karena komposisi ukuran yang tidak seragam.
Sirtu terdapat dibeberapa daerah antara lain :
o
o
o
o
o
o
o
o
Kualitas :
Deporit
Analisa Kimia:
SiO2 : 71.40 75 %
AL2O3 : 12.83 13.17 %
Fe2O3 : 1.68 3.75 %
CAO : 0.93 1.40 %
K2O : 0.95 2.18 %
MgO : 0.44 1.30 %
MnO : 0.06 0.08 % TiO2 : 0.20 - 0.40 %
SO3 : 0.00 %
Na2O : 2.57 %
P2O5 : 0.17 0.17 %
H2O : 0.62 1.80 %
8). Kaolin
Terdapat didaerah kawasan Mutubusa Desa Sokoria, Kecamatan Ndona, Kopo Onr,
Kecamatan Wolowaru, Detusoko Kecamatan Detusoko.
Kualitas.
Bahan industri keramik, kertas, karet, plastik dan cat, terutama untuk bahan
keramik halus.
Deposit
Analisa Kimia
9). Felspar.
Terdapat didaerah Wolosoko, Kecamatan Wolowaru, Maubasa, Kecamatan Ndori.
Kualitas
48
Digunakan untuk industri gelas / kaca, industri keramik, industri karet dan cat sebagai
pengisi.
Deposit.
2.000.000 ton
500 ton
Analisa Kimia.
Kualitas.
Deporit.
Kecamatan
Maurole
- Kecamatan Kotabaru sebesar
sebesar
3.000. ton
2.000.
ton
Analisa Kimia.
SiO2 : 68.70 %
AL2O3 : 11.80 % Fe2O3 : 6.38 %
CaO : 3.81 % Na2O : 2.14 % K2O : 0.68 %
TiO2 : 0.53 %
P2O5 : 0.19 %
11). Bentonit.
Terdapat didaerah Paupanda, Kecamatan Wewaria.
Kualitas.
o Digunakan untuk Lumpur Pemboran, Pencegah kebocoran dalam
bangunan sipil basah dan campuran pembuata cat, lateks dan tinta cetak.
o Bahan penyerap, zat perekat dan pekt makanan ternak.
Deporit.
500. Ton
49
Analisa Kimia.
SiO2 : 64.80 %
AL2O3 : 12.18 % Fe2O3 : 2.43 %
CaO : 1.39 % Na2O : 1.29 % K2O : 1.36 %
TiO2 : 0.34 %
P2O5 : 0.16 %
12). Batu Gamping.
Terdapat didaerah Kecamatan Nangapanda.
Kualitas.
Digunakan untuk bahan mentah semen, karbit, sebagai imbuh dalam pembuatan soda
abu, penetral keamanan tanah, pupuk, industri keramik, bahan bangunan, bahan
ornament, pengembang dan pengisi industri cat, kertas, karet, plastik, kosmetik dan lain
lain.
Deporit.
500 ton
Analisa Kimia.
SiO2 : 2.83 %
CaO : 52.74 %
TiO2 : 0.00 %
MnO : 0.02 %
AL2O3 : 0.60 %
Na2O : 0.01 %
P2O5 : 0.06 %
H2O : 0.44 %
Fe2O3 : 0.33 %
K2O : 0.04 %
MgO : 0.68 %
SO3 : 0.00 %
13). Gipsum.
Terdapat di Maubasa Desa Ndori, Kecamatan Ndori, tersingkap didaerah sekuas 10 m2
Analisa Kimia.
SiO2 : 6.97 %
AL2O3 : 1.29 %
CaO : 29.79 %
Na2O : 0.20 %
H2O : 13.53 % SO3
: 38.88 %
Fe2O3 : 1.22 %
K2O : 0.14 %
14). Obsidian.
Terdapat di Tanjung Laja Desa Mausambi, Kecamatan Maurole.
Kualitas.
Analisa Kimia.
50
SiO2 : 66.30 %
CaO : 2.03 %
TiO2 : 0.46 %
AL2O3 : 14.56 %
Na2O : 3.43 %
H2O : 2.49 %
Fe2O3 : 2.48 %
K2O : 2.32 %
Kualitas.
Deporit.
200 ton
16). Kalsit.
Terdapat didesa wonda, Kecamatan Ndori
Kualitas.
Bahan pembuat bata refraktori, bahan abrasive, penggosok, industi gelas dan keramik.
Analisa Kimia
SiO2 : 0.30 %
AL2O3 : 0.33 %
Fe2O3 : 0.02 %
CaO : 53.50 %
Na2O : 0.01 %
K2O : 0.02 %
P2O5 : 0.07 %
HD
: 43.44 %
Dari 16 jenis Bahan Galian Non Logam hasil survey tersebut terdapat 5 jenis Bahan Galian
Unggulan di Kabupaten Ende adalah sebagai berikut :
- Zeolith
13.000.000. ton
- Granit
100.000.000. ton
- Tras
2.000.000. ton
- Toseki
6.100.000. ton
- Felspar
2.000.000. ton
GAMPING KRISTALIN
o
Sumber Batu Gamping Klastik yang mengalami proses metamor sehingga terjadi
perubahan tekstur komposisi mineral menjadi batuan bertekstur metasedimen (
terubah sebagian menjadi batuan malihan / marmer )
Berdasarkan klasifikasi kuat tekan untuk lantai dan dinding menurut Standart
Industri Indonesia ( SII ), maka Gamping Kristalin Nangapanda layak untuk
dijadikan bahan keramik lantai atau dinding.
o Kuat tekan untuk lantai 856 kg /M2
51
o
o
o
o
o
o
PENUTUP
Demikian informasi yang dapat diberikan dengan harapan apabila ada investor berminat
mengembangkan usaha dibidang Pertambangan Bahan Galian Logam maupun Non
Logam dapat diinformasikan kembali pada Dinas Pertambangan dan Energi kabupaten
Ende.
Semoga informasi singkat ini dapat bermanfaat bagi investor dan masyarakat Kabupaten
Ende ke depan.
Ende,
Mei 2008
Kepala Dinas
Pertambangan dan Energi Kabupaten Ende
Drs. Ag. Thom R. Benge
Pembina Tk. I
Nip. 010 234 238
52
53
54
Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral Provinsi Jambi Azwar Effendi mencatat,
hingga saat ini ada 386 izin usaha pertambangan (IUP) di Provinsi Jambi, 261 IUP di
antaranya untuk kegiatan eksplorasi, sedangkan 125 IUP lain telah berproduksi.
Lembaga pengawas
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik mengatakan, pemerintah tengah
berupaya mencari celah hukum untuk mendorong kontrol yang lebih ketat pada
pemberian izin tambang di kota/kabupaten. Celah itu berupa lembaga pengawas di tingkat
provinsi. Masih ada celah yang sedang kami cek. Harus ada lembaga di provinsi yang
mengawasi sehingga tidak bisa diterbitkan izin di kabupaten/kota tanpa ada inspektur
tambang. Jadi, harus ada inspektur tambang jika mau mengeluarkan izin, kata Jero
Wacik.
Pemerintah bertekad untuk merapikan tambang-tambang yang bermasalah di seluruh
Indonesia. Banyak sekali tambang yang bermasalah. Kami sedang berupaya memperbaiki
peraturan-peraturannya, ujar Jero Wacik.
Sekretaris Perusahaan PT Aneka Tambang (Antam) Bimo Budi Satriyo, kemarin, di Jakarta,
mengklaim, Antam selalu mengacu pada amdal, RKL dan RPL, serta praktik
pertambangan yang terbaik (mining best practice).
Selektif
Bupati Ende Don Bosco M Wangge, Selasa, menyatakan, izin tambang yang dikeluarkan
oleh Pemkab Ende dilakukan secara selektif dengan memperhatikan aspek kelestarian
lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Kami memberikan izin tambang secara
selektif, seperti di daerah Wololele A yang kaya akan potensi emas, begitu juga di Boafeo
di Kecamatan Maukaro yang memiliki kandungan mangan. Walau banyak perusahaan
yang berminat, izin tidak kami berikan sebab itu di daerah hulu, kata Don Bosco. Saat ini
Pemkab Ende mengeluarkan 20 IUP untuk komoditas mangan, batuan zeolit, galena,
galian C, bijih besi, dan pasir besi.
Pemkab Tasikmalaya, Jawa Barat, menahan permohonan izin baru bagi penambangan
pasir Galunggung dan pasir besi karena memicu bencana longsor dan banjir. Kepala Dinas
Pertambangan dan Energi Kabupaten Tasikmalaya H Miscbah menyatakan, hanya ada
satu perusahaan tambang pasir besi yang beroperasi. Pada 2011, Pemkab Tasikmalaya
menolak 40-an pengajuan izin baru.
Warga desa nelayan di pantai selatan Kabupaten Blitar, Jawa Timur, juga mengeluhkan
penambangan pasir besi yang merusak lingkungan dan tak memberikan kontribusi
ekonomi bagi warga.
Merusak pesisir
Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia Nusa Tenggara Timur Herry Naif di
Kupang, kemarin, menyatakan, IUP No 184/HK/2011, tanggal 4 April 2011, yang diberikan
55
kepada PT Skyline Flores Adijaya untuk usaha pertambangan pasir besi dan SK No
67/HK/2010, tanggal 4 April 2010, yang diberikan kepada PT Greenlife Bioscience, sangat
meresahkan warga. Warga pesisir pantai Sika, dari Paga sampai wilayah Doreng
Mapitama, mendesak pemerintah setempat agar membatalkan izin itu. Mereka sangat
khawatir lahan pertanian mereka hilang, kata Naif tentang ancaman kerusakan pesisir
pantai Sika sepanjang 10.000 hektar.
Tuntutan serupa muncul dari warga di Pulau Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, dan
Desa Degeuwo, Kabupaten Paniai, Papua. Kondisi lingkungan Bangka makin rusak parah
akibat maraknya pertambangan timah. Keresahan warga bertambah karena pertambangan
makin meluas ke lautan. Hutan yang ada di Bangka hanya tinggal 10 persen, kata
Isnaini, konsultan lingkungan di Bangka.
Warga Desa Degeuwo, Kabupaten Paniai, meminta agar tambang emas di pinggiran
Sungai Derewo ditutup. Ketua Aliansi Intelektual Suku Wolani, Moni, dan Mee Thobias
Bagubau mengatakan, pertambangan tak memberikan manfaat bagi penduduk. Bupati
Kabupaten Paniai Naftali Yogi berjanji akan menertibkan penambangan di Degeuwo lagi.
Saat ini ada tiga perusahaan yang mengantongi izin usaha tambang di Degeuwo.
(NIT/ITA/IRE/ODY/JOS/KOR/SEM/CHE/ATO/EVY)
56
57
Faktor lainnya investor dipersulit pejabat pada instansi tertentu. Seperti yang disampaikan
oleh salah seorang pengusaha di Kota Kupang, Fredy Ongkosaputra, bahwa pejabat justru
mempersulit investor dalam pengurus administrasi usaha, sehingga
pengusaha
59
Menyikapinya adanya Surat Keputusan Pabrik dibarengi dengan Surat Keputusan Bupati
akan adanya Tambang, yakni: SK. No. 67/Hk/2011 tanggal 2011 tentang Pembangunan
Pabrik Pupuk kepada PT. Greenlife Bioscience dan SK Nomor 184/Hk/2010 tertanggal
31 Juli 2010 tentang Pertambangan Biji Besi kepada PT. Skyline Flores
Adijaya
seluas
10.000
(sepuluh
ribu
hektare)
di
sepanjang
pesisir
pantai selatan, yang meliputi 8 Kecamatan yakni: Paga, Mego, Tanawawo, Lela, Bola,
Waiblama, Mapitara, Doreng), Perhimpunan Mahasiswa Sikka (Permasi) Kupang dan
LMND menyelenggarakan diskusi seputar permasalahan tersebut dengan tema:
"Pertambangan Pasir Besi di Sikka: Berkah atau Petaka". Diskusi yang menghadirkan
puluhan anak Sikka dari berbagai organisasi kemahasiswaan di Sekretariat Permasi
dengan menghadirkan dua nara sumber yakni Kornelis Moa Nita dan Herry Naif. Kornelis
(Pemred Mingguan Berita Suara Flores) menyoroti pertambangan dari apek media. Bahwa,
akhir-akhir ini ada kemajuan di dunia Media bahwa banyak kasus lingkungan menjadi
topik aktual yang santer dibicarakan. Ini adalah sesuatu yang perlu diapreseasi berbagai
pihak. Selain itu, diskusi soal pertambangan tergantung dari pemimpin. Banyak pemimpin
yang ada di NTT kurang peduli dengan lingkungan. Karena itu, jualan sumber daya alam
terus dilakukan tanpa mempertimbangkan berbagai media.
Sedangkan Herry (Direktur WALHI) menyoroti pertambangan dari aspek lingkungan,
sosial-budaya, politik dan kesehatan. Mengawali pertemuan itu diungkapkan mengenai
tentang konsep pengelolaan sumber daya alam masyarkaat sikka. Bahwa sejak dahulu
orang sikka punya kepedulian yang sangat tinggi, dimana ada kawasan opidun kare
dunan (Kawasan larangan) Opidun kare taden (Kawasan cadangan, Nian Kuben Namang
Pare (Kawasan kelola rakyat) Reping goit raen rahat (Kawasan kemiringan di atas 60 derat
tidak boleh diganggu), dan lian puan wair matan (Kawasan mata air). Dalam seminar itu
juga diungkapkan mengenai beberapa hal mengapa adanya pertambangan, Pertama,
Pragmatisme Pemerintahan dalam Peningkatan Pendapatan Asli Daerah melalui
pertambangan adalah leading sector ketimbang pertanian, peternakan dan
pariwisata.Kedua, Biaya demokrasi di Indonesia mahal, sehingga ada proses perjudian
antara pemodal dan calon penguasa. Ketiga, Keterdesakan ekonomi berakibat pada
penggadaian Sumber-sumber Penghidupan Rakyat (tanah, hutan, air) untuk kepentingan
modal. Kempat, ketidakpahaman rakyat tentang apa itu pertambangan dan dampakdampaknya? Kelima, Lemahnya kekuatan kelompok peduli lingkungan dan civil society
(Mahasiswa, LSM, Pers dll). Keenam, akses dan kontrol rakyat terhadap sumber-sumber
penghidupan diserahkan pada negara, tanpa berpandangan bahwa itu adalah hak warga
negara dalam memenui kebutuhan hidupnya. Ketujuh, akses informasi publik terhadap
60
61
terhadap pertambangan tersebut. Karena itu dia mengajak para mahasiswa untuk
memikirkan bagaimana strategi penolakan. Dan dia menyatakan bahwa dalam waktu
dekat kami akan melakukan Diskusi seputar pertambangan di Paga (daerah pusat
pertambanga) dengan melibatkan berbagai pihak. Kita mau tahu mengapa pemkab sikka
mengeluarkan SK tersebut. Oleh karena itu kami mengharapkan dukungan dari kawankawan semua.
Herry Naif ( Direktur Walhi NTT)
heribertus naif <herrynaif@yahoo.com
63
64
65
"Untuk perusahaan pupuk di Paga yang bernama PT. Green Life Bio Sciense yang
bergerak dibidang pupuk, ijin yang kami berikan merupakan ijin lokasi dan IMB guna
mendirikan mess bagi karyawannya. Selanjutnya kini ada dermaga lalu penggusuran
lahan. Itu yang kami minta untuk dihentikan. Kalau ada aktifitas harus ada lapor bukan
dikaji ijin lalu dilapangan ada kegiatan lain lagi tanpa izin. Buat dermaga itu harus ada
izin dari Kementerian Perhubungan RI. Supaya tidak ada kepentingan banyak yang masuk
dalam masalah ini maka itu saya sudah perintah hentikan aktivitas perusahaan pupuk di
Paga. Kita kaji secara baik biji besi di Sikka dulu," kata Sosimus.
Mengenai PT. Skyline Flores Adijaya yang bergerak di usaha eksplorasi pertambangan
mineral biji besi di Sikka, Bupati Sosimus pun menegaskan
aktivitasnya dan menunggu proses pemaparan hasil kerja
akan menghentikan
memaparkan potensi dan penelitian tentang biji besi yang mereka teliti.
"Untuk kepentingan masyarakat dan kebaikan bersama, dua aktivitas perusahaan itu di
Sikka akan kami hentikaan sehingga jangan ada kepentingan lain masuk lalu masyarakat
yang dirugikan," kata Sosimus.
Wakil Bupati Sikka, dr. Wera Damianus, M.M saat dengar pendapat dengan DPRD Sikka
juga mengatakan kalau pemerintah akan mengkaji dua SK tentang kegiatan dua
perusahaan di Sikka.
Pengkajian akan dilakukan dalam rangka melakukan merevisi keberadaan dua
perusahaan jika menyalahi aturan tentu akan menjadi bahan pertimbangan bagi
pemerintah.
Mengenai SK yang menurut DPRD Sikka siluman dan meragukan, wabup mengatakan SK
itu tidak siluman tapi pemerintah tidak menyampaikan SK itu kepada DPRD Sikka saja.
Sementara dalam dengar pendapat di DPRD Sikka, Sabtu (17/3/2012) siang, yang dipimpin
Ketua DPRD Sikka Rafael Raga beberapa anggota DPRD Sikka menolak keberadaan
perusahaan tambang dan pupuk di Sikka.
DPRD Sikka seperti dikuti dari floresstar, meminta Pemkab Sikka mengkaji dua SK yang
memberikan izin dua perusahaan itu melakukan aktivitas di Sikka.
****************
66
MASYARAKAT Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka terpecah antara yang menerima atau
menolak investasi tambang pasir besi dan pabrik pupuk hayati di wilayah mereka.
Sebanyak 25 warga mendatangi DPRD Sikka, Selasa (27/3),. Mereka mendesak pemerintah
segera menerbitkan izin operasional bagi PT Skyline Flores Jaya dan Green Life Bio Science
untuk berinvestasi di bidang pertambangan pasir besi serta mendirikan pabrik pupuk di
Paga.
Bulan lalu, puluhan warga bersama tokoh adat dari wilayah yang sama, juga datang
menemui DPRD Sikka untuk mendesak pemerintah menghentikan sementara aktivitas
tambang pasir besi dan pendirian pabrik pupuk. Warga yang datang Selasa, menamakan
diri Aliansi Pendukung Pembangunan Paga (APPP). Mereka mendesak pemerintah
mempercepat proses izin dan memberikan rekomendasi kepada kedua perusahaan itu
untuk segera beroperasi. Mereka meminta DPRD Sikka menyikapi pro kontra soal
investasi tersebut secara arif.
Ketua APPP, Herminegildus Beo mengatakan kehadiran kedua perusahaan tersebut
membawa perubahan dan kesejahteraan pada masyarakat. Kami berharap dan berjuang
agar investor tetap eksis dan berinvestasi di Paga. Kami tidak rela perusahaan itu angkat
kaki karena kehadirannya membawa perubahan dan kesejahteraan bagi kami, kata Beo.
Mereka diterima berdialog dengan Ketua DPRD Sikka, Rafael Raga dan Wakil Ketua, Felix
Wodon, serta dua anggota dewan. Rafael Raga mengatakan dewan akan mengkaji
pendapat dari dua kelompok masyarakat, yakni yang menolak dengan yang menerima
kehadiran investor.
Dalam waktu dekat kami menyurati pihak perusahaan dan pemerintah agar
mempresentasekan profile kedua perusahaan itu, sehingga kami bisa mengambil
keputusan bersama, katanya.(yns/D1/P-2)
67
68
Sekretaris FORMALIN, Petrus Sandro Ikeng menjelaskan dalam orasinya bahwa hal ini
merupakan jebakan dasyat yang dibuat oleh para penguasa dengan mengolkan
kepentingan prekrutan tenaga kerja. Oleh karena itu, Bupati harus segera cabut
SK.184/HK/2010 ini karena dinilai hanya untuk menyengsarakan masyarakat. Sandro juga
menegaskan bahwa pernyataan bupati sikka SK Tambang tidak bisa dibatalkan karena
masi dalam tahap penjajakan atau penelitian adalah pernyataan yang tidak
mempertimbangkan segala aspek kehidupan manusia. Jangan keluarkan pernyataan yang
prematur atau cepat-cepat dengn tidak ada nilai tambah sama sekali, suara keras Sandro
saat berorasi.
Namun sayang, kedatangan FORMALIN hanya diterima oleh empat orang wakil rakyat,
Paulus Nong Susar, Yeni Kabupung, Agus Pora, dan Alfridus Melianus Aeng. Dalam
dialog bersama para wakil rakyat, sebelumnya salah satu peserta aksi membacakan
pernyataan sikap dihadapan forum sidang DPRD Sikka. Dialog antar anggota forum dan
anggota DPRD terlihat a lot karena ada peserta aksi yang bernada keras mempertanyakan
soal kehadiran anggota dewan yang sangat sedikit padahal hari Senin merupakan hari
kerja yang efektif.
Paulus Nong Susar yang memamndu jalnya dialog ini menyampaikan bahwa asiprasi dari
FORMALIN akan disampaikan kepada pimpinan DPRD Sikka dan akan diperjuangakn
lebih lanjut. Secara pribadi anggota dewan yang hadir menolak keras pertambangan yang
hadir di kabupaten Sikka karena hanya menimbulkan masalah baru di Sikka.
Kedatangan Forum Masyarakat Peduli Lingkungan (FORMALIN) Sikka meminta kepada
DPRD Sikka untuk mengambil langkah-langkah penyelamatan atas kasus pertambangan
di kabupaten Sikka. Berikut pernyataan yang merupakan seruan FORMALIN Sikka.
Pertama, mendesak BUPATI SIKKA untuk segerah mencabut SK.184/HK/2010 tentang
persetujuan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Mineral Logam Pasir Besi kepada
PT Skyline Flores Adijaya. Kedua, meminta DPRD Sikka untuk segera membekukan
SK.184/HK/2010 tentang persetujuan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi Mineral
Logam Pasir Besi kepada PT Skyline Flores Adijaya. Ketiga, menyerukan kepada DPRD
Sikka untuk lebih produktif dalam memainkan peranannya sebagai fungsi Kontrol dan
Fungsi Pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan tanpa tersubordinat dan
terkooptasi dengan jaringan penguasa. Keempat, mendesak pihak kepolisian untuk segera
tangkap Saudara Sosimus Mitang selaku Bupati Sikka dan Saudara Muhamad Rafik selaku
Pimpinan Perwakilan PT Skyline Flores Adijaya yang sudah melakukan pembohongan
publk. Kelima, mendesak pihak penegak hukum untuk menegakkan kembali superemasi
hukum dengan menggunakan hati nurani, berorientasi kepada kepentingan rakyat tanpa
memandang bulu. (Red).
69
70
Kabupaten Ngada adalah sebuah salah satu kabupaten di daratan Flores. Secara historis
Kabupaten ini terdiri dari 3 suku besar, yakni Suku Ngada, Nagekeo dan Riung.
Kabupaten ini terkenal subur dan merupakan dapur Flores. Malah hasil kopi petani sudah
masuk sampai pada pasaran internasional. Dan, kabupaten ini hampir memiliki kondisi
ekologi yang mirip dengan wilayah Manggarai, yang masih memiliki keseimbangan
ekologi.
Kini, Kabupaten Ngada dimekarkan lagi menjadi 2 wilayah otonom yakni kabupaten
Ngada dan Nagekeo. Kabupaten Ngada masih melingkupi Riung dan Ngada. Dari
pantauan, demokrasi di wilayah ini memiliki dinamika yang sangat tenang tidak sepeti
wilayah Flores lainnya.
Di kabupaten Ngada, ada kasus Cagar Alam Watu Ata yang sedang diadvokasi LAPMAS
(anggota WALHI) sudah pada tingkat pembentukan forum multi pihak kehutanan
(Masyarakat Adat, Dinas Kehutanan, LSM). Tujuannya adalah agar adanya pengelolaan
yang berpihak pada rakyat dalam kawasan dengan memperhatikan aspek keseimbangan
ekologi, serta melibatkan para pemangku kepentingan.Gambaran Umum tentang Wilayah
Kasus Tambang Riung
Riung adalah salah kecamatan di Kabupaten Ngada yang letaknya berbatasan dengan
Kabupaten Nagekeo dan Kabupaten Manggarai Timur. Sebagian besar masyarakat
Kecamatan Riung bermata pencaharian sebagai petani di daerah pengunungan dan
nelayan di daerah pesisir.
Kecamatan Riung cukup diandalkan oleh Pemerintah Kabupaten Ngada, sebab daerah ini
sangat terkenal dengan Taman Laut Tujuh Belas Pulau dan Biawak Varanus Riungensis.
Biawak ini hampir sama dengan komodo, namun ia memiliki postur tubuh yang lebih
kecil dibanding dengan Komodo. Riung juga sering dikunjungi para wisatawan baik dari
dalam negri maupun asing untuk mengunjungi daerah pariwisata tersebut. Memang,
Riung belum memiliki nama yang terkenal seperti Taman Nasional Komodo, namun
daerah ini memiliki Potensi Pariwisata yang bisa diemban.
Akhir-akhir ini , Masyarakat Riung mulai resah dengan kebijakan PEMDA yang ingin
menjadikan Riung sebagai areal pertambangan biji besi. Ada 4 (empat) titik yang akan
dijadikan lokasi tambang; yakni Gunung Mbopok, Rendeng, Lowun dan Mbongbilang.
Luas areal yang akan ditambang kurang lebih 1.395 hektare. Ada dua desa (Latung dan
Sambinase) dan dua kelurahan (Kel. Benteng Tengah dan Kel.Nangamese) yang sedang
71
berada di lokasi. Selain itu lokasi ini juga adalah lokasi Cagar Alam yang harus dilindungi
oleh siapa saja (Pos Kupang, 19 Januari 2010).
Beberapa fakta diungkap warga bahwa Pemerintah Kabupaten Ngada telah memberi ijin
penyelidikan kepada empat investor antara lain:
2004 PT. Bina Sempurna
2005-2006 PT. Lasindo
2007 PT. Kharisma
2009 PT. Graha Kencana Perkasa
Respon Warga dan Para Pihak
Menyikapi kasus ini, PERISAI (anggota WALHI NTT) mengadvokasi kasus tersebut.
Ahmad Lezo (anggota Dewan Daerah) yang pernah dilaporkan mencemarkan nama baik
Pemerintah Kabupaten Ngada, dimana Ahmad Lezo mengusir para pegawai Dinas
Pertambangan Kabupaten Ngada yang mengunjungi lokasi untuk diadakan sosialisasi
tentang pertambangan. Kini, Persatuan Riung Sariwu (PERISAI) masih tetap
mengadvokasi kasus tersebut.
900 Warga Desa Latung, Kecamatan Riung Barat dan Wolomese (Kabupaten Ngada) telah
memblokir lokasi tambang besi di gunung Mbopong (15/01/2010). Warga siaga di lokasi
tambang dengan senjata tambang berupa tombak, parang, busur dan anak panah. (Pos
Kupang, 16 Januari 2010).
WALHI NTT telah berkoordinasi dengan Ahmad Lezo untuk beberapa informasi
diharapkan informasi-informasi terbaru akan diperoleh untuk kepentingan Advokasi dan
Kampanye public.
72
73
berbeda, warga Desa Latung menggelar Musyawarah Masyarakat Tolak Tambang. Jelas,
ini tandingan terhadap rambu rangke.
Secara moral, yang dilakukan warga Desa Latung itu terhormat. Mereka jujur. Ajang itu
mereka namakan lugas: Musyawarah Masyarakat Tolak Tambang. Mereka tidak
berkamuflase. Mereka tidak bikin rambu rangke yang bukan rambu rangke. Mereka
tidak memperalat apalagi memperkosa ritus adat adiluhung demi memenuhi dahaga
politik kekuasaan elite kabupaten. Mereka tidak rela rambu rangke direndahkan dari
tuntunan menjadi sekadar tontonan
Riung semestinya bersyukur punya kelompok kecil masyarakat seperti ini. Ketika daerah
sudah dipimpin para oportunis, sejarah toh masih memberi peluang. Dan peluang itu ada
pada mereka yang disebut disiden. Mereka habitus kecil yang masih berpikir rasional
dan sedang berusaha mengorganisasi diri. Daya tahan mereka harus didukung. Di sinilah
peran Gereja, JPIC, LSM, dan lain-lain elemen civil society.
Berharap pada wakil rakyat? Dalam kasus di atas, harapan itu sirna. Pada Musyawarah
Masyarakat Tolak Tambang di Desa Latung, tak satu pun anggota DPRD hadir. Sebaliknya
pada rambu rangke di Riung. Ketua DPRD hadir dan bawakan sambutan. Isinya sama
dengan sambutan bupati. Sama-sama membantah sebuah isu. Koq sama, ya? Akur banget!
Bentara FLORES POS, Selasa 6 Juli 2010
74
Bupati Ngada Piet Yos Nuwa Wea menegaskan, acara perdamaian adat rambu rangke
antar-masyarakat Riung Seriwu yang difasilitasi pemkab bukan ajang peresmian ekplorasi
pertambangan biji besi di Riung sebagaimana diisukan di tengah masyarakat.
Rambu rangke digelar di halaman kantor camat Riung, Sabtu 26 Juni 2010. Ditandai
penyembelihan kerbau jantan merah oleh bupati. Hadir, para petinggi pemerintah, DPRD,
polres, dan para tokoh adat (Flores Pos Kamis 1 Juli 2010).
Yang menarik di sini bukan isi pernyataan bupati. Pernyataannya benar. Tanpa dikatakan
pun, rambu rangke jelas bukan peresmian pertambangan. Itu perdamaian adat.
Mengapa pernyataan itu dilontarkannya, itu yang menarik.
Jauh sebelum rambu rangke digelar, isu sudah beredar. Bupati akan resmikan ekplorasi
pertambangan biji besi di Riung pada atau melalui rambu rangke. Isu ini santer di
kalangan masyarakat tolak tambang. Terutama pada masyarakat adat Ria-Latung yang
tanah adatnya akan dijadikan objek.
Isu bukanlah berita. Sebab, isu itu tanpa verifikasi. Kendati demikian, isu selalu mudah
dipercaya. Terutama pada masyarakat yang telah terkondisikan untuk mudah
mempercayainya. Pengondisian bisa melalui berbagai cara, yang oleh Reuel L Howe
dikategorikan sebagai perintang komunikasi. Bisa berupa bahasa, citra, kecemasan, bela
diri, dan maskud berlawanan.
Pada kasus rambu rangke, yang menjadi perintang utama yang menyebabkan acara adat
itu di-salah-isu-kan adalah dua hal ini. Citra bupati dan kecemasan masyarakat. Di
kalangan masyarakat adat Ria-Latung, bupati telah tercitra sebagai pendukung tambang.
Tahun 2009, ia memberi izin kuasa pertambangan kepada PT Graha Kencana Perkasa
untuk eksplorasi bahan galian biji besi dan mineral serta pengikut lainnya. Masyarakat
adat Ria-Latung menyatakan menolak. Mereka akan melawan tambang sampai titik darah
penghabisan.
Kendati demikian, masyarakat adat Ria-Latung cemas juga. Sebab, selain harus melawan
keputusan seorang bupati yang notabene punya aneka kekuatan, mereka harus
berhadapan dengan masyarakat adat lain yang justru mendukung tambang. Suk
u Wua, Lio, Niki, Kraeng, dan Baar. Hak atas tanah (bakal) lokasi tambang pun
diperebutkan melalui klaim-mengklaim.
75
Dalam kondisi seperti inilah rambu rangke digelar. Fasilitatornya bupati yang notabene
pendukung tambang. Tokoh adat yang hadir pun berasal dari suku-suku pendukung
tambang. Jadi, hadirinnya sudah cocok satu sama lain sebelum rambu rangke digelar.
Sudah akur sebelum berdamai. Kalau sudah akur, apa yang mau perdamaikan? Tidak ada,
bukan?
Kalau tidak ada yang diperdamaikan maka yang digelar bukanlah perdamaian. Bukanlah
rekonsiliasi. Bukanlah resolusi konflik. Tapi, konsolidasi. Mengompak-kuatkan barisan
pendukung tambang. Dalam konteks pro-kontra, menguatkan yang pro sama dengan
melemahkan yang kontra. Ini bentuk lain dari pemecah-belahan masyarakat.
Dalam medan makna seperti itulah tersiar isu, rambu rangke yang difasilitasi bupati
merupakan ajang peresmian ekplorasi pertambangan. Isu seperti itu salah, tapi tidak bisa
dipersalahkan. Ia hanya konsekuensi logis dari apa yang dilakukan bupati. Yang kita
sesalkan, justru di pengujung masa jabatannya, bupati menorehkan luka baru. Sebuah
catatan buruk di senjakala kekuasaan.
Bentara FLORES POS, Jumat 2 Juli 2010
76
investasi besar itu datang, pemerintah harus memenuhi persyaratan yang harus dipenuhi
agar investasi berjalan aman. Persyaratan itu berupa liberalisasi pasar. Dengan adanya
liberalisasi pasar, pemerintah tidak memiliki kewajiban lagi menagih pajak, tarif, upah
harus ditekan, izin konsesi harus dipermudah dan sederet aturan lain yang ramah
terhadap investor (investor friendly). Semua persyaratan ini saya kira sudah dipenuhi
Pemerintah NTT dan itu adalah sebuah pilihan yang sangat berisiko bagi kesejahteraan
NTT ke depan.
Mengapa berisiko?
Ekonom J Stiglitz jauh-jauh hari berpesan, penetrasi asing dan investasi berskala raksasa
sangat rentan terjadi asimeteri informasi. Asimetri informasi adalah informasi yang tidak
sejajar diterima pelaku pasar. Itulah mengapa menjalankan bisnis di negara berkembang
seperti Indonesia, apalagi NTT, sangat sulit. Soalnya informasi tidak dapat diterima
dengan sempurna, karena umumnya di Indonesia, tak terkecuali di NTT, berkembang
praktek bisnis yang tidak jujur. Menurut Stiglitz, asimetri informasi tidak akan terjadi
tanpa ada asimetri kekuasaan. Artinya kekuasaan lebih memberi akses mudah kepada
investor daripada rakyat miskin. Akses mudah dari pemerintah itu berupa pemberian
supervisi dan aturan hukum lainnya. Akibatnya, pemerintah menjadi tidak transparan
terhadap warga. Akibat ketidaktranspranan ini, aksi protes warga di NTT merebak.
Merebaknya aksis protes ini karena warga tidak pernah mendapat pemahaman sempurna
berupa sosialisasi bagaimana baik-buruknya sektor pertambangan.
Memang dalam pemberitaan media, pemerintah telah melakukan MoU dengan investor
secara transparan. Namun, dalam MoU itu rakyat tidak pernah dibeberkan secara
mendetail informasi seputar sektor pertambangan itu. Akibat asimetri infomasi, aksi
protes pun merebak. Protes warga muncul ketika mesin-mesin raksasa menggerus hak
ulayat masyarakat adat. Namun, kesadarannya serba terlambat. Keterlambatan kesadaran
ini bukan tanpa sengaja karena pemerintah sengaja menyembunyikan data dan informasi
lengkap seputar pertambangan pada saat melakukan MoU dengan investor. Melihat
realitas di atas, saya kira, masuknya investasi pertambangan di NTT justru merusak
tatanan demokrasi pada tingkat lokal. Demokrasi memang kelihatan berjalan namun
demokrasi yang mengabdi kepentingan bisnis. Risiko lebih lanjut terjadinya aktivitas
pemburu rente dan korupsi di tingkat lokal meluas. Belum lagi jika melihat track record
perusahaan yang berkiprah di NTT. Memang untuk perusahaan asing yang berkiprah di
NTT sangat mudah dilacak pembukuannya, karena perusahaan-perusahaan itu tercatat di
bursa Australia atau bursa Toronto. Namun hampir semua KP lokal di NTT sangat sulit
dilacak neraca keuangannya. Karena semua KP adalah perusahaan privat. Lantas
bagaimana publik mengakses informasi ke perusahaan-perusahaan itu? Berapa kapasitas
produksi, berapa penjualan perusahaan setiap tahun, sehingga publik bisa mengetahui
secara pasti berapa yang masuk ke PAD daerah dari sektor tambang.
Selain itu publik semakin sulit melacak siapa pemilik KP, apakah raksasa bisnis dari
Jakartakah atau pebisnis tingkat lokal. Karena sulit dideteksi, total aset perusahaan itu
pun sulit diketahui. Maka, mereka semakin dibebaskan dari pembayaran pajak ke negara.
Semuanya ini menjadi informasi yang sangat susah diakses. Asimetri informasi inilah yang
memungkinkan pemda memiliki ruang untuk korupsi. Korupsi terjadi ketika akses dan
sumber informasi ditutup rapat. Itulah nasib sebuah negara dan daerah yang telah
78
menjalankan resep liberalisasi pasar. Dengan kondisi carut-marut seperti ini, apa yang
harus kita lakukan? Tambang bukan solusi Saya kira tambang bukan solusi membangun
ekonomi NTT ke depan. Tambang tidak dapat memberdayakan partisipasi warga lokal.
Partisipasi warga lokal ini, menurut hemat penulis, menutut pemerintah untuk memahami
lebih bijaksana arti demokrasi ekonomi. Demokrasi ekonomi dibangun berdasarkan
prinsip subsidiaritas dan solidaritas. Subsidiaritas artinya pemerintah memiliki kewajiban
membantu masyarakat lemah, jika mereka tidak sanggup memenuhi kebutuhan hidup.
Sementara apa yang dapat dikerjakan masyarakat tidak boleh diintervensi pemerintah.
Demokrasi ekonomi ini menuntut pemerintah untuk responsif bahwa membangun daerah
NTT bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi menjadi tanggung jawab
bersama. Cara seperti apa? Partisipasi warga akan terealisasi jika pemerintah memiliki
kehendak politik menggerakkan ekonomi mikro-kecil. Gerakan ekonomi mikro-kecil harus
dibangun mulai dari pembangunan infrastruktur publik agar memudahkan rakyat
mengakses ke pasar. Lebih jauh lagi, rakyat harus diupayakan untuk dapat mengakses ke
sumber dana (bank) agar dapat mengembangkan usaha. Dengan gerakan seperti itu,
pertumbuhan ekspor NTT ke depan bisa meningkat, budaya saving dan income
masyarakat pun terus meningkat. Semuanya itu akan berjalan jika ditopang dengan tata
kelola pemerintahan yang baik (good governance). Gerakan ekonomi sektor riil ini sudah
dikembangkan di negara-negara maju, seperti Jerman. Di Jerman, pemerintahnya sekarang
mulai menggerakkan Mittelstand. Mittelstand adalah gerakan pembangunan sektor riil,
seperti industri manufaktur dan industri kecil lainnya. Gerakan seperti ini semakin
mengokohkan Jerman menjadi negara paling sukses menerapkan Ekonomi Pasar Sosial
(EPS). Akhirnya tulisan ini ditujukan kepada publik di NTT, agar lebih cermat dan kritis
memahami tulisan Ignas K Lidjang. Tambang bukan sebuah berkah bagi rakyat miskin,
tetapi lebih sebagai kutukan. *
Peneliti pada Indonesia Today, Jakarta & Penekun Masalah Neoliberalisme
Sumber:
http://pos-kupang.com/read/artikel/51725/editorial/opini/2010/8/19/tambangrisiko-asimetri-informasi
79
Animo pemerintah daerah (Pemda ) NTT terhadap tambang sangat besar. Pemda begitu
optimis, tambang membawa berkah bagi jutaan rakyat NTT. Berbagai Peraturan daerah
(Perda ) pun di rancang untuk memuluskan investasi pertambangan dan menarik minat
investor untuk berinvestasi ke NTT. Pertanyaanya, benarkah tambang untuk rakyat?
Hanya Menghibur Rakyat
Pola pembangunan yang mengandalkan modal besar atau investasi asing kerap disebut
trickle-down-effect (efek-tetesan-ke-bawah). Prinsipnya adalah pemerintah tidak perlu repotrepot mengeluarkan budget untuk pembangunan infrastruktur publik karena hanya akan
menyebabkan defisit anggaran dan mengganggu pertumbuhan ekonomi. Untuk itu,
pemerintah tidak perlu menagih pajak pada orang kaya, karena uang orang kaya
berdampak pada tetesan ke bawah, melalui investasi. Investasi serentak akan menampung
tenaga kerja dalam jumlah masif.
Model pembangunan trickle-down-effect terlihat pada obesesi pemda menarik masuk
perusahaan-perusahaan tambang. Perusahaan-perusahaan ini siap mengelolah Blok Migas
di blok Sabu dan Blok Rote. Mengelolah areal pertambangan biji besi dan emas di Sumba
Barat dan Sumba Timur dan mengeksplorasi mangan di daratan Flores dengan lahan
garapan cukup luas. Untuk itu, Pemda sibuk melakukan propaganda pro tambang dan
membangun opini ke masyarakat bahwa tambang menyejahterakan rakyat. Opini publik
terlihat dari beberapa penulis yang mewakili Pemda. Mereka mengupas sisi-sisi positif
sektor pertambangan tanpa sebuah data yang terukur dan berilusi, jika tambang di
dikelola secara profesional akan bermanfaat bagi rakyat.
Mereka membandingkan keberhasilan tambang di beberapa belahan dunia, seperti
tambang modern di kota Perth, Australia. Mereka lupa, tambang di Australia sudah
terkanalisasi dan upah di perusahaan pertambangan itu rata-rata mencapai 69.000 dollar
AS. Pemain tambang di Perth dikuasai raksasa pertambangan BHP Billiton, Rio Tinto,
produsen Migas Chevron dan Woodside Petrolium. Meskipun demikian, pemerintah
Australia tetap memiliki saham di perusahaan tambang, sehingga sistem regulasinya
berjalan baik.
Membandingkan model pembangunan yang sukses, ideal, di negara lain untuk
dicangkokan di NTT disebut Zlavoj Zizek (2004) sebagai structure of fantasy. Model
tambang yang mereka angkat dari negara lain tentu hanyalah sebuah ketakjuban
memandang sebuah model tambang. Apa yang mereka fantasikan belum tentu sukses jika
diterapkan di NTT. Seolah-olah semua negara atau daerah mengalami problem yang sama.
Model pembangunan sektor pertambangan di Perth, belum tentu cocok jika diterapkan di
NTT. Kita memang tidak kekurangan konsep di atas kertas. Yang kurang adalah kejujuran
80
dan kebersihan nurani. Akibatnya pelaksanaan investasi tambang menjadi masalah. Dari
segi regulasi saja, disparitasnya sangat jauh. Mayoritas perusahaan tambang di Indonesia,
tak terkecuali di NTT samasekali belum menjalankan amanat UU Minerba No.4 tahun
2009. Padahal dalam UU itu mewajibkan setiap KP/IUP melakukan reklamasi, sanksi
administrasi bagi pelanggar, pelibatan masyarakat lingkar tambang dan sederetnya.
Pemda boleh saja berkilah, tambang memiliki dampak positif bagi NTT, karena
pemerintah akan menerima royalty dari pendapatan perusahaan. Merujuk ke aturan
umum, bagian pemerintah daerah hanya sekitar 7,5 persen dari royalti yang diserahkan
perusahaan pertambangan, sedangkan sisanya dinikmati pemerintah pusat. Pemda lupa
membuat kalkulasi bahwa secara akuntasi, rakyat sebenarnya lebih banyak menanggung
cost daripada benefit.
Dengan itu, janji-janji kesejahteraan rakyat dari tambang tak lebih sebagai leviathan yang
menghibur. Istilah leviathan adalah percikan filosofis Thomas Hobbbes. Hobbes
mengatakan, negara sama dengan leviathan atau monster raksasa yang menakutkan.
Dalam Leviathan ia mengatakan, secara umum kekuasaan manusia adalah sari pati segala
sarana yang dipakainya untuk meraih tujuan-tujuan di masa depan. Maka, hakikat
kekuasan seperti rasa lapar dan saling memangsa-satu sama (homo homoni lupus ). Namun
dibalik individu alamiah ini bertenggerlah kepentingan-kepentingan individu berjuis yang
ingin mengejar kepentingan diri. Individu-individu ini bersembunyi dibalik keputusan
pemerintah dan bahkan hadir dalam wajah penulis yang sangat antusias dengan tambang
dan memberi gambaran ideal tentang tambang rakyat.
Menurut mereka tambang rakyat perlu dibenahi mulai dari sisi manajemennya. Beberapa
penulis di Koran ini dan Wakil Gubernur NTT menganjurkan agar masyarakat lingkar
tambang menjadi pemagang saham (shareholder). Manajemen seperti itu khas yang anjuran
para manajer perusahaan dan penggagas neoliberalisme yang sekarang mendapat hujatan
banyak pihak. Bukankan manajemen tambang yang demikian sebagai upaya privatisasi
perusahaan-perusahaan pada tingkat lokal? Mereka lupa membangun manajemen
tambang seperti ini hanya memperparah masalah korupsi di NTT. Investor kerap memiliki
strategi state-capture (kiat menyandra aparat publik ). Anjuran mereka tentu tidak
sepenuhnya salah, namun pembagian saham perushaan tambang ke masyarakat di tengah
keroposnya akuntabilitas dan transparansi badan publik menimbulkan monopoli. Maka,
menerapkan gagasan neoliberalisme tanpa adanya jaring pengaman sosial, seperti
pendidikan hanya membuat rakyat tetap menderita. Soalnya dibalik proyek itu terbersit
proyek antropologis, manusia harus kompetitif, produktif dan rakyat NTT harus menjadi
entrepreneurship (wirausahawan).
Akibat langsung yang terlihat dengan mata telanjang bisa kita saksikan pada rakyat sekitar
lingkar tambang. Rakyat NTT yang tidak berpendidikan dan tidak memahami dunia
teknis pertambangan harus menjadi buruh kasar dengan imbalan upah rata-rata Rp 25.000
(pekerja perempuan) dan Rp 30.000 (pria). Semua itu sudah termasuk transportasi,
makananan ataupun urusan kesehatan lainnya. Bukankah dengan cara seperti itu,
perusahaan-perusahaan itu akan mendulang benefit besar, sementara cost harus
ditanggung mahal oleh para buruh.
81
Dengan pertimbangan itu, saya mengajak publik agar kritis menanggapi berbagai wacana
pro-tambang di media. Lihat saja lagak para penulis pro-tambang yang sok menjadi
dokter. Dokter yang dapat memberi obat penyembuhan dan memberikan pertolongan
dalam bentuk sikap bersahabat. Seolah-olah rakyat bisa dimanipulasi dengan janji
kesejahteraan dan menyulap ekonomi NTT menjadi lebih sejahtera. Lebih konyol lagi, para
penulis pro-tambang dan pemerintah menghubungkan begitu saja secara eksak bahwa
investasi tambang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekian persen.
Menurut saya, mereka bagaikan dokter yang hanya memberi obat penenang, karena
memang rakyat sedang putus asa akibat beban hidup terlalu tinggi. Mereka lupa,
perusahaan-perusahaan tambang rentan berprilaku spekulatif dan ponzi. Investor
berwatak ponzi adalah investor yang mengandalkan pinjaman tanpa equitas memadai
untuk membayar utang. Risikonya, barangkali untuk jangka pendek belum terasa, namun
dalam jangka panjang bukan tidak mungkin, jika sesekali pemodal raksasa itu mengalami
sakit parah karena beban utang, justru yang terkena getahnya adalah perekonomian NTT.
Banyak fakta telah berbicara kepada kita. Pada saat krisis menerjang, perusahaan
bermodal besar itu justru banyak memangkas karyawan dalam jumlah besar. Justru yang
menyelamatkan ekonomi kita secara nasional adalah sektor UMKM. Secara nasional,
populasi UMKM mencapai 50,7 juta atau 99,9% dari total usaha di Indonesia. Jumlah
penyerapan tenaga kerja UMKM mencapai 91,8 juta atau 97,3% dari PDB. Pada skala lokal
NTT, pertumbuhan ekonomi pada medio 2009 yang mencapai 4,8 persen itu justru
ditopang UMKM (sektor pertanian, pariwisata, kehutanan dan koperasi)? Pemerintah
memang mengklaim sektor UMKM sudah ditopang sistem perbankan yang sehat, namun
tetap saja ketimpangan terus terjadi. Buktinya, meskipun jasa perbankan, seperti BRI, Bank
NTT, Bank BNI, Bank Mandiri dan BPR Lugas Ganda, telah beroperasi di sana, namun
rakyat tetap sulit mendapat akses kredit.
Minimnya akses kredit karena dibatasi oleh ketiadaan agunan. Bank umumnya tidak mau
memberikan kredit untuk modal awal usaha, tetapi hanya untuk usaha yang telah
berjalan. Usaha yang dimaksud adalah kegiatan usaha non-pertanian. Kegiatan usaha
bidang pertanian dianggap sebagai usaha ekonomi yang kelayakan kreditnya sangat
rendah, sehingga sangat sulit bagi petani untuk mendapatkan kredit untuk budidaya
pertanian atau usaha lainnya. Kondisi itu akan diperparah dengan munculnya sektor
pertambangan. Dengan adanya investasi tambang di NTT, UMKM yang praktis memberi
kontribusi ke pertumbuhan ekonomi akan ditinggal pergi sektor perbankan. Akibatnya,
pertumbuhan ekspor mandek, budaya saving melemah dan income masyarakat terus
merosot. Lantas bagaimana seharusnya membangun NTT?
Ekonomi Berbasis Kawasan
Pemerintah diharapkan dapat merancang model pembangunan solutif yang mampu
merangkum kondisi lokal. Alasannya konteks sosial, politik dan budaya sangat dekat
dengan ekonomi riil, seperti pertanian, perikanan atau peternakan. Sektor-sektor ini justru
memberi peluang bagi penyerapan tenaga kerja dan secara perlahan dapat meredam
gelombang urbanisasi besar-besaran warga NTT ke kota-kota besar atau ke negara lain,
seperti Malyasia. Pembangunan sektor riil perlu juga memperhitungkan potensi setiap
82
daerah. Maka pembangunan ekonomi berbasis kawasan menjadi penting, karena daerah
di NTT memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Manggarai misalnya, sebagai salah satu daerah sentra pertanian di pulau bunga. Tetapi
area persawahan di sana hanya dapat panen dua kali setahun, inipun seringkali
mengalami gagal panen. Bagi kebanyakan petani, hasil produksi padi sering tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan keluarga sampai pada musim panen berikutnya. Mereka
harus membeli kekurangan bahan pangan tersebut dari hasil penjualan tanaman
perkebunan atau ternak babi dan ayam. Selain untuk membeli bahan pangan, hasil
tanaman perkebunan biasanya juga digunakan untuk pembiayaan lainnya, seperti
pendidikan anak dan pembangunan rumah, serta untuk biaya-biaya adat. Untuk mengisi
kekurangan itu, pemda seharusnya memfasilitas tanah, irigasi untuk proses pertanian
rakyat.
Hal yang sama bisa diterapkan di daerah-daerah lain yang memiliki potensi untuk
mengembangkan peternakan atau pariwisata. Lalu bagaimana carannya? Sisihkan Rp 1015 miliar APBD per tahun untuk proyek percontohan, pertanian, peternakan atau
perikanan. Berbuatlah dari hal-hal kecil membangun perekonomian rakyat dan bukan
tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan nasib rakyat NTT akan berubah. (Ferdy
Hasiman)
Short URL: http://www.formaddantt.com/?p=36
83
84
85
86
Semenara itu Pimpinan CV Rahmad Raya, Mohamad Pua Wajo, ketika dikonfirmasi
mengatakan telah menghentikan eksplorasi.
"Sebenarnya imbauan dari Dinas Pertambangan ini janggal. Izin sudah dikeluarkan, tapi
kemudian tanpa alasan yang jelas kami diminta menghentikan sementara kegiatan
eksplorasi. Padahal kami juga sudah menunggu lama izin ini. Kami sudah mengajukan
izin tambang ini sejak tahun 2006," kata Mohamad.
Secara terpisah, Direktur Pusat Kajian dan Advokasi Masyarakat (Pusam) Indonesia, Cesar
Bara Bheri, menduga, Pemkab Ende mengeluarkan 20 IUP itu digunakan sebagai mesin
uang untuk menghadapi pemilihan kepala daerah (pilkada) tahun 2013.
Ada indikasi 20 IUP itu dikeluarkan terburu-buru, demi meraup dana dari investor untuk
kepentingan modal bagi pejabat tertentu yang akan terjun dalam pilkada 2013.
"Mengapa ranperda belum ditetapkan tapi izin sudah mendahului, kata Sesar
mempertanyakan.
88
89
90
91
92
"Mereka bagai tamu di kampung sendiri. Sementara perusahaan tambang justru mendapat
kemudahan ijin menguasai ribuan hektar lahan. Kami berjanji akan terus memperjuangkan
dan melawan rencana jahat pemerintah dan perusahaan tambang yang mengancam
keselamatan bersama dan keberlanjutan saudara-saudara kami di Riung, serta Flores pada
umumnya," tegas Andrie.
(Nvl / Nky)
93
96
mengganggu kesehatan warga. Pesisir juga akan tercemar dan menggangu penghidupan
nelayan di sana, " beber Andrie
Andrie mengatakan, Sebenarnya, Riung tak hanya terancam tambang. Kawasan Riung
secara sepihak ditetapkan menjadi kawasan lindung sejak 1983, diubah dan diperbaharui
pada 1999. Petani dibatasi mengelola lahan karena sebagian besar berstatus hutan lindung,
sementara hutan-hutan adat mereka diklaim sebagai hutan negara. Mereka bagai tamu di
kampung sendiri. Sementara perusahaan tambang justru mendapat kemudahan ijin
menguasai ribuan ha lahan.
" Kami mendukung sikap masyarakat dan upaya penyelamatan kawasan Riung bebas dari
pertambangan dan model pembangunan yang merusak lainnya. Flores, pulau kecil dengan
luas hutan dan sumber-sumber air terbatas harusnya dilindungi, dijauhkan dari
pertambangan yang merusak kawasan serapan, tangkapan hujan dan sumber air
Kami menolak kehadiran pertambangan di Riung dan mendukung upaya warga Riung
mengembangkan ekonomi berbasi pertanian berkelanjutan dan wisata ekologi,".
Ungkapnya.
Andrie berjanji akan terus memperjuangkan dan melawan rencana jahat pemerintah dan
perusahaan tambang yang mengancam keselamatan bersama dan keberlanjutan
Masyarakat di Riung, serta Flores pada umumnya.
97
98
Seabad kemudian, ternyata laporan Freijs terbukti benar. Flores, Lembata, juga Timor dan
Sumba (Kepulauan Sunda kecil), ternyata kaya mineral. Potensi tambang di Provinsi ini
mulai dilirik pada era 1970-an sampai 1980-an. Pada tahun-tahun ini, berbagai ekpedisi
penelitian pertambangan baik dari dalam maupun luar negeri, sering kali keluar masuk di
pulau-pulau kecil ini. Jo Castillo misalnya, pada tahun 1980-an melakukan penelitian di
Ngada dan Manggarai dan menemukan potensi sejumlah mineral (emas, besi, Batu Barit,
Mangan, dll).
PT. Aneka Tambang, PT, Nusa Lontar Mining, dan PT. Flores Indah Mining, misalnya
hadir di Flores tahun 1980. Tahun 1990-an, pemerintah memalui kementerian
Pertambangan dan Energi juga sudah melakukan penelitian ke NTT (Pusat penelitian dan
Pengembangan Geologi (1993). Akhirnya, era tahun 2000-an perusahaan pertambangan
benar-benar mengepung NTT. Hampir semua Kabupaten di NTT tidak pernah luput dari
incaran para investor pertambangan. Mineral mangan, emas, dan biji besi menjadi berkat
untuk para investor dan kutuk bagi rakyat.
Pertambangan Emas di Sumba
Pos Kupang, Edisi Selasa, 09 Agustus 2011 yang lalu melansir berita Saya Tak Berwenang
Cabut Izin terhadap IUP Emas di kabupaten Sumba Timur. Pernyataan ini dilontarkan
oleh orang nomor satu dikabupaten Sumba Timur Sdr.Gidion Mbiliyora sesaat diambil
keterangannya oleh wartawan Pos Kupang di Hotel Sasando Kupang terkait gelombang
aksi protes yang semakin memanas di Sumba. Masyarakat rela mengorbankan waktu dan
tenaganya untuk berjuang mengembalikan hak-hanya demi masa depan generasi penerus
dan lingkungan hidup Sumba Timur. Adalah konyol dan sedikit kecewa dari penulis yang
selama ini berjuang untuk mengusir para Monster Tambang dari Sumba khususnya dan
NTT pada umumnya, ketika masih ada pemimpin di NTT ini yang masih
mempertahankan kebijakan irasional dan konyolnya disaat masyarakat dengan semangat
menolak kebijakan tersebut. Inkontekstual dan standart yang penulis maksudkan adalah
mungkinkah mereka (Pro Tambang, red) sudah memahami dan mengerti akan prosentasi
atau kuantitas keuntungan dan kerugian dari pertambangan dengan berpusat pada
keberlangsungan hidup manusia dan lingkungan? Pernahkan mereka mengkaji secara
detail akan keuntungan dari industri ekstraktif ini dan industri lainnya semisal pertanian,
peternakan, perikanan, kelautan dll yang tidak merugikan lingkungan hidup, dan
ekosistem yang ada? Patut disayangkan ketika seorang Gidion Mbiliyora yang
berkapasitas sebagai seorang bupati Sumba Timur mengeluarkan statement bahwasannya
dia (Gidion Mbiliyora, red) tidak mempunya hak dan wewenang sedikitpun terkait
kebijakan investasi pertambangan emas di Sumba. Pertanyaan penulis adalah, bukankah
IUP yang dikeluarkan oleh Gubernur NTT, Frans Leburaya yang waktu memberikan IUP
dengan No 322/KEP/HK/2009 tanpa mendapat rekomendasi dari bupati Sumba Tengan
dan Sumba Timur?
Dalam kesempatan yang berbeda, Timor Express (Sabtu, 11/2/2012) menurunkan berita
NTT Perlu Tambang. Gubernur dalam pernyataannya mengungkapkan bahwa selain
potensi pariwisata, peternakan, kelautan/perikanan, potensi yang sangat besar dan perlu
mendapatkan perhatian adalah potensi tambang. Gubernur NTT mengajak semua investor
untuk berinvestasi di NTT termasuk investasi tambang. Statement ini disampaikan oleh
99
Gubernur sesaat menjadi pembicara pada Seminar dan Pameran Pangan Nasional bertajuk
Jakarta Food Security Summit 2012: Feed Indonesia Feed The World yang digelar Kamar
Dagang dan Industri (kadin) Indonesia di Jakarta Convention Center (JCC), Selasa, 7/2.
Pernyataan yang dilontarkan oleh orang No 1 di NTT ini patut diapresiasi lantaran disaat
gelombang aksi protes dimana-mana khususnya di Sumba semakin tinggi menuntut
pencabutan IUP. Dan pada saat yang sama, gubernur NTT masih berani dan mampu
melawan suara rakyat yang mempercayakan dia menjadi pemimpin di NTT. Hal ini
berindikasi bahwa apa yang disampaikan oleh gubernur tersebut seyogianya tidak
representative bahkan hanya mengakomodasi kepentingan kelompok tertentu saja.
Realitas menunjukkan bahwa akhir-akhir ini, setelah masyarakat mengerti dan memahami
akan dampak positif dan negative dari industri pertambagan, masyarakat ramai-ramai
meninggalkan aktivitas kesehariannya hanya untuk berjuang mengembalikan hak-hak
yang telah dirampas oleh pemimpinnya sendiri juga oleh para korporasi nakal dan
serakah.
Menolak Investasi Pertambangan
Alasan penolakan terhadap investasi pertambangan di NTT khususnya di Sumba, bukan
soal harga emas dan atau mangan yang relative murah dan tidak sesuai dengan UU
Minerba dan regulasi lainnya, akan tetapi lebih dari pada itu masyarakat dan penulis
menilai bahwa kerusakan terhadap lingkungan dalam skala besar (dampak ekologis). Hal
ini menyangkut kerusakan terhadap tanah, rusaknya ekosistem hutan, tercemarnya air,
hilangnya sumber mata air, rusaknya ekosistem sekitar lokasi tambang, terutama laut yang
menjadi tempat pembuangan limbah dan efek bahan-bahan peledak yang dipakai, sambil
bencana yang akan menyusul seperti banjir, longsor, kemarau panjang, dan kebakaran
hutan. Ditilik dari sisi ekonomis, ongkos untuk memulihkan bencana kerusakan atau
bencana lingkungan jauh lebih mahal ketimbang pendapatan daerah dari pertambangan,
dampak kesehatan, tercemarnya air minum warga. Hujan deras telah menghanyutkan
limbah mangan dari tempat penampungannya. Dampak lain yang bisa dilihat dengan
hadirnya pertambangan juga menyangkut soal-soal Sosial Budaya. Beberapa hal yang
menjadi soal dalam lingkup sosial budaya antara lain adalah rentannya konflik horizontal
di antara masyarakat, maupun konflik vertikal antara masyarakat dengan pemerintah
setempat, dan juga kemungkinan konflik antara masyarakat lokasi tambang dengan pihak
perusahaan, atau juga antara pihak perusahaan dengan karyawan. Klaim pemilikan tanah
di antara para tuan tanah menjadi persoalan tersendiri, yang bukan tidak mungkin
menjadi potensi konflik di antara para pemilik tanah ulayat. Belum lagi dengan keturunan
para tuan-tuan tanah tersebut. Di antara masyarakat sekitar lokasi tambang pun,
kemungkinan konflik bisa saja terjadi di antara kelompok pro tambang dan kontra
tambang; kelompok yang diuntungkan oleh industri tambang dengan kelompok yang
merasa dirugikan oleh industri tambang. Masih banyak alasan-alasan penolakan lain yang
tidak kalah pentinganya yang belum diketahui atau sengaja tidak mau tahu oleh para
pemimpin kita saat ini.
Tawaran Strategis
Presiden pertama RI, Bung Karno pernah berucap apakah kita mau Indonesia merdeka yang
kaum kapitalisnya merajalela, ataukah yang semua rakyatnya sejahtera, yang semua orang cukup
100
makan, cukup pakaian, hidup dalam kesejahteraan, merasa dipangku oleh Ibu Pertiwi yang cukup
memberi sandang pangan kepadanya? (Soekarno, Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945). Berpegang
pada pikiran tersebut dan setalah mengikuti alur kisah kehadiran, proses, kebijakan,
manfaat, dampak (positif dan negatif) secara sosial, ekonomi, budaya dan religius, dari
pertambangan yang kini sedang mengeksploitasi perut ibu pertiwi Sumba, penulis dan
masyarakat setidaknya mengharapkan pikiran cerdas dan konstruktif dari gubernur dan
bupati se NTT khususnya bupati Sumba Tengah dan Sumba Timur untuk, Pertama, perlu
mengkaji ulang kebijakan serta asumsinya bahwa pertambangan mendatangkan
kesejahteraan bagi rakyat, karena faktanya tidak demikian, menimbang bahwa potensi
pertanian, perdagangan, pariwisata, peternakan amat menjanjikan dan nyatanya memberi
kontribusi besar bagi PAD maka pertambangan harus dicoret, dalam menentukan suatu
kebijakan sudah sepatutnya pemerintah kabupaten dan provinsi mempertimbangkan
dimensi sosial, budaya, ekonomi dan religius yang merupakan elemen dasar dari
bangunan manusia. Kedua, Mengubah keyakinan palsu bahwa investor mendatangkan
kesejahteraan bagi rakyat, tetapi memperlakukan dan membangun manusia sebagai
pelaku pembangunan utama bagi kemajuan wilayahnya. Ketiga, Pembangunan yang bijak
harus selalu bertumpu dan berangkat dari kecakapan nyata manusianya, sehingga tujuan
pembangunan, yakni membangun manusia seutuhnya akan tercapai. Mengidealkan
investor asing sebagai pelaku pembangunan demi kesejahteraan, bukan saja melecehkan
kemampuan dan kecakapan dasar manusia, tetapi meminggirkan manusia Sumba sendiri
sebagai subyek pembangunan, padahal manusia Sumba adalah investor utama dari
kemajuan Sumba hingga kini. Keempat, Memajukan sektor-sektor ekonomi potensial riil
Sumba sesuai dengan prioritas, urgensi dan kompetensi manusia Sumba sekarang ini.
Kelima, Kekayaan alam yang belum dapat diolah manusia Sumba karena kompetensi serta
keahliannya yang belum memadai, adalah warisan mengagumkan untuk generasi
manusia Sumba di masa depan. Sumba bukan saja tanah warisan leluhur, tetapi terutama,
tanah pinjaman dari anak cucu yang harus kita kembalikan kepada mereka. Akhirnya,
Manusia mengira boleh semaunya sendiri mendayagunakan bumi dan menikmati hasilnya,
dengan menaklukannya tanpa syarat kepada kehendaknya sendiri, seolah-olah bumi tidak
mengemban tuntutan serta maksud tujuannya semula yang diterimanya dari Allah dan yang
manusia dapat mengembangkan tetapi tidak boleh mengkhianati (Yohanes Paulus II,
Centesimus Annus, 37).
101
102
103
104
105
mengatakan bahwa NTT telah terkenal di seluruh dunia sebagai daerah dengan bahan
galian mangan berkadar tinggi (+46 %Mn).
Chameleon telah melakukan pembayaran sebesar AS$3,5 million. Pembayaran ini
dilakukan melalui anak usahanya yang akan mengakusisi 100 % kepemilikan NTT
Manganese Pty Ltd (NTT ). NTT Manganese memiliki 30 saham di PT Kupang Resources
yang memiliki ijin usaha pertambangan/lisensi (100 %) produksi pada proyek mangan di
Kupang.
Kepemilikan NTT Manganese pada proyek mangan itu dipegang oleh joint venture (JV)
MKI. NTT Manganese kemudian akan memperbesar kepemilikan di Kupang JV. Joint
Venture itu kemudian memiliki 55 % proyek mangan di Kupang dengan anggaran belanja
sebesar A$ 6.5-juta. Kepemilikan JV dipegang oleh pemagang saham lokal asal Indonesia.
Melalui HOA ini Chameleon akan menyelesaikan proses due diligence pada NNT
Manganese, PT Kupang dan JV, sehingga segera mengekesekusi perjanjian jual-beli saham
secara formal. Presiden Direktur Chameleon, Ben Elias mengatakan, tujuan joint Venture
(JVI ini adalah agar sesegera mungkin melakukan program eksplorasi di daerah tersebut.
107
tanggung jawab pemerintah, dalam hal ini Polri (Pasal 28 UUD 1945 dan pasal 8 jo 71
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM," tegasnya.
Setelah berorasi, 10 tokoh adat dari 10 kecamatan di Mabar, mewakili empat ribuan massa
masuk menemui Bupati Mabar, Drs. Agustinus Ch. Dula, di depan ruang kerja Bupati
Mabar menyampaikan dukungan mereka kepada pemerintah, guna membangun
Kabupaten Mabar menjadi lebih baik ke depan.
Di hadapan Bupati Agus, sejumlah tokoh masyarakat memberikan dukungan kepada
pemerintah untuk melaksanakan pembangunan di Mabar hingga tahun 2015 mendatang.
Karena seluruh masyarakat mendukung dan mengharapkan proses pembangunan yang
baik ke depan, hingga ke pelosok-pelosok desa, tanpa harus membedakan antara desa
yang satu dengan desa yang lain. Karena itu, para tokoh adat menegaskan, pembangunan
masyarakat desa membutuhkan pembagian kue pembangunan yang merata dan adil.
Bupati Agus, yang didampingi Danramil, Kapten (Inf), Sulaiman, Wakapolres Mabar,
Kompol Rahmat Herman, dan Kasi Pidsus Kajari Labuan Bajo, kepada 10 tokoh adat dan
puluhan warga yang ikut ke lantai dua kantor Bupati Mabar, menegaskan, ia dan Wakil
Bupati, Drs. Maximus Gasa, M.Si, adalah Bupati dan Wakil Bupati Mabar hasil Pemilu
Kada 2010 yang sah, dan akan memimpin Kabupaten Mabar hingga tahun 2015
mendatang.
Agus mengucapkan terima kasih kepada para tokoh adat yang menyerahkan dua ekor
ayam, satu botol bir, dan dua cincin untuk Bupati dan Wakil Bupati Mabar, sebagai simbol
dukungan masyarakat adat kepada pemerintah, dalam membangun Kabupaten Mabar ke
depan menjadi lebih baik.
"Saya dan Pak Maxi Gasa (Wabup), ini Bupati dan Wakil Bupati Mabar periode 2010-2015.
Hasil konsultasi kami ke Jakarta, kami ini pemerintahan yang sah, sehingga tidak akan ada
penerbitan Surat Keputusan (SK) baru. Kami ini bupati dan wakil bupati untuk semua
masyarakat Mabar," kata Agus, disambut tepukan tangan puluhan warga yang
menyaksikan pertemuan Bupati Mabar dengan perwakilan massa di lantai dua kantor
Bupati Mabar.
Kepada para tokoh masyarakat perwakilan massa, Bupati Agus juga berpesan tidak
melakukan demonstrasi anarkis, tapi dilakukan dengan damai sehingga tidak
menimbulkan kerugian masyarakat sendiri. "Neka pande kacau pe'ang one/jangan buat
kacau luar dalam," pinta Bupati Agus, dalam bahasa Manggarai. (meo)
Editor : alfred_dama
Sumber : pos-kupang.com
109