Kasus PARU
Kasus PARU
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny, K
Usia
: 66 Tahun
Pekerjaan
: Petani
Status
: Sudah Menikah
Agama : Islam
Datang ke Rumah Sakit pada tanggal : 3 Mei 2014 Datang dari IGD
Anamnesa tanggal 3 Mei 2014
A. SUBYEKTIF
Keluhan Utama
ditusuk ataupun ditindih serta tidak adanya nyeri yang menjalar ke tangan,
punggung ataupun organ lainnya. Selain itu juga pasien menyangkal adanya rasa
berdebar-debar di bagian dada.
Pasien menyatakan bahwa sejak 4 bulan yang lalu pasien merasakan
adanya penurunan nafsu makan, serta sejak 4 bulan yang lalu terjadi penurunan
berat badan. Berat badan menurun 5 kg tiap 1 bulan.
Riwayat Penyakit Dahulu
-
Riwayat Pengobatan
-
Sedang menjalankan terapi untuk penyakit TB Paru dan baru minum obat
selama 4 bulan
Sudah minum obat batuk namun tidak kunjung sembuh
Kesadaran
Vital Sign
TD
Nadi
Suhu
RR
: 140/80 mmHg
: 82x/menit
: 36,6 C
: 24x/menit
Thoraks
-
Cor
Inspeksi
: IC tidak terlihat
Palpasi : IC tidak kuat angkat
Perkusi
: Kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis Dextra
Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
Kiri atas: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
Kiri bawah: SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
Pulmo
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
: Vokal Fremitus kanan = kiri
Perkusi
: Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi
: Suara dasar Vesikuler +/+, Rhonki +/+, Wheezing +/+
Abdomen
:
Inspeksi
: Cembung
Auskultasi
: BU (+) 4x/menit
Perkusi
: Timpani
Palpasi : Soefl, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, CVA
(-/-)
Extremitas
-
Daftar Masalah
Subyektif
-
Batuk berdarah
Sesak jika batuk
Berkeringat pada malam hari
Nafsu makan menurun
Penurunan berat badan 5 kg dalam sebulan selama 4 bulan
Riwayat Tb Paru
Obyektif
-
Td : 140/80.
HIPOTESA
Pasien diatas kemungkinan menderita hemoptisis ec Tb Paru, DD Bronkitis
Kronik, Pneumonia, Bronkiektaksis
PENATALAKSANAAN
DIAGNOSA
-
Diffcount
Sputum BTA S P S
Ro Thorax PA
TERAPI
-
Supportif
: RL 16 tpm
Causatif
: Viciline, RHE
Simptomatik :
Salbutamol 3 x 2 mg
Cefotaxim 2 x 1
OBH 3 x 1
MONITORING
-
Ku dan VS
Eso
EDUKASI
-
Follow Up
(Tgl 03 05 2014)
S
sejak kemarin
Vs :
Tb Paru DD
PDL
Td : 140/80
obs
Diff count
N : 82x/menit
(Bronkitis
Kimia Darah
S: 36,6
kronik,
Pneumonia,
Sputum BTA
R: 22x/ menit
Bronkiektasis)
HT
Smear
Jvp (dbn)
Kgb (dbn)
Pulmo:
I : Simetri
DIAGNOSTIK
hemoptisis
ec
paru
gram
kultur sputum
Ro/ Thorax PA
Supportif :
Th/
&
P: VF ka = ki
Asering 18 tpm
P: Sonor
Causatif :
Cefo 2 x 1
Cor:
Simptom :
I: Ic tdk tampak
Pamol 3 x 1
Amlodipin 1 x 20
P: Redup
Kalnex
Abd:
MONITORING
I: Datar
Ku & ttv
A: Bu (+) n
Gejala klinis
ESO
EDUKASI
Ekst :
Bed rest
Cr< 2dtk
Hangat
Selama
perawatan
pasien
memakai
Edemea -/-
masker
HASIL
REFERENSI
PEMERIKSAAN
WBC
LYM
GRAN
MON
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW_CV
4,7 10/mm
32,5 %
58,6 %
8,9 %
4,73
13,0 g/dL
38,6 %
82 m
27,5 Pg
33.8 g/dL
15.9 %
3.5 10.0
17.0 48,0
43,0 76,0
4,0 10,0
3,8 5,80
11.0 16.5
35.0 50.0
80.0 97.0
26.5 33.5
31.5 35.0
10 15
PLT
MPV
PCT
PDW
290 10/mm
7,1 m
.205 %
13,6%
150 450
7.4 11.0
.100 - .500
10.0 18.0
Hasil
120 mg/dl
22 mg/dl
1.0 mg/dl
30 U/l
22U/l
Referensi
70-115
17 43
0.675 1.300
0.000 37.000
0.0 41.00
(Tgl 04 05 2014)
S
darah
Vs :
Tb
obs
Td : 140/80
paru (Bronkitis
Sputum BTA
N : 82x/menit
kronik,
Smear
S: 36,6
Pneumonia,
R: 22x/ menit
Bronkiektasis)
HT
Demam (-)
Jvp (dbn)
Kgb (dbn)
Pulmo:
I : Simetri
DIAGNOSTIK
Hemoptisis ec
Paru
Ro/ Thorax PA
Supportif : Asering
Th/
18 tpm
Causatif : Cefotaxim
2x1
Simptom :
Kalnex 3 x 1 amp
Cor:
Pamol 3 x 1
I: Ic tdk tampak
Amlodipin 1 x 20
&
kultur sputum
P: VF ka = ki
P: Sonor
gram
MONITORING
Ku & ttv
Abd:
Gejala klinis
I: Datar
ESO
A: Bu (+) n
P: NT (-)Hepar tdk teraba,
EDUKASI
Ekst :
Edemea -/-
Bed rest
Selama
perawatan
pasien
memakai
Cr< 2dtk
masker
Hangat
Batuk
berdahak
disertai
sedikit darah
Vs :
Td : 130/80
berkurang
N : 80x/menit
S: 35,6
R: 18x/ menit
Demam (-)
Jvp (dbn)
Kgb (dbn)
Pulmo:
hemoptisis
ec
DIAGNOSTIK
Tb Paru
Ro/ Thorax PA
Supportif : Asering
Th/
18 tpm
RHZE 1 x 1 mlm
Vicilin 2 x 1 gr IV
P: Sonor
MONITORING
Ku & ttv
Cor:
Gejala klinis
I: Ic tdk tampak
ESO
Simptom :
Kalnex 3 x 1 amp
I : Simetri
P: VF ka = ki
Causatif :
P: Redup
EDUKASI
Bed rest
Abd:
I: Datar
Selama
perawatan
pasien
memakai
A: Bu (+) n
P: NT (-)Hepar tdk teraba,
masker
P: Timpani
Ekst :
(Tgl 06 05 2014)
S
Vs :
hemoptisis
Tb Paru,
ec
Th/
Supportif :
Asering 18 tpm
Td : 130/80
(-)
N : 80x/menit
S: 36,6
RHE 1 x 1 malam
Sesak (-)
R: 20x/ menit
Vicilin 2 x 1 gr iv
Demam (-)
Jvp (dbn)
Kgb (dbn)
Pulmo:
Causatif :
Simptom :
Kalnex 3 x 1 amp
MONITORING
Ku & ttv
P: VF ka = ki
Gejala klinis
P: Sonor
ESO
I : Simetri
Cor:
I: Ic tdk tampak
EDUKASI
Bed rest
P: Redup
Selama
perawatan
pasien
memakai
Abd:
masker
I: Datar
A: Bu (+) n
Ekst :
Edemea -/Cr< 2dtk
Hangat
(Tgl 07 05 2014)
S
Batuk
mulai
dengan
sedikit
berkurang,
dahak
Vs :
hemoptisis
Tb Paru,
ec
Th/
Supportif:
Asering
berwarna putih
Td : 130/80
N : 84x/menit
Sesak (-)
S: 36,5
Vicilin 2 x 1 gr IV
Demam (-)
R: 18x/ menit
RHE 1 x 1 malam
Jvp (dbn)
Kgb (dbn)
Pulmo:
I : Simetri
P: VF ka = ki
P: Sonor
A:Sdv+/+, rh -/- wh -/-
Cor:
18 tpm
Causatif :
Simptom
Dycinone 1 x 1
Kalnex 3 x 1 amp
MONITORING
Ku & ttv
Gejala klinis
ESO
I: Ic tdk tampak
EDUKASI
Bed rest
P: Redup
Selama
perawatan
pasien
memakai
Abd:
I: Datar
masker
A: Bu (+) n
P: Timpani
Ekst :
Edemea -/Cr< 2dtk
Hangat
(Tgl 08 -0 5 -2014)
S
Batuk
mulai
dengan
sedikit
berkurang,
dahak
Vs :
hemoptisis
Tb Paru,
ec
Th/
Supportif : Asering
berwarna putih
Td : 130/80
N : 84x/menit
Sesak (-)
S: 36,5
Vicilin 2 x 1 gr IV
Demam (-)
R: 18x/ menit
RHE 1 x 1 malam
Jvp (dbn)
Kgb (dbn)
Pulmo:
I : Simetri
P: VF ka = ki
P: Sonor
A:Sdv+/+, rh -/- wh -/-
18 tpm
Causatif :
Simptom :
Kalnex 3 x 1 amp
Dycinone 3 x 1 tab
MONITORING
Ku & ttv
Gejala klinis
ESO
Cor:
I: Ic tdk tampak
Bed rest
P: Redup
Selama
perawatan
Abd:
pasien
memakai
I: Datar
masker
A: Bu (+) n
P: Timpani
EDUKASI
Ekst :
Edemea -/Cr< 2dtk
Hangat
DIAGNOSA
Hemoptosis ec TB Paru
TERAPI AKHIR
Terapi
- FDC 3 tab
- Cefotaxim 2 x 1
- OBH 3 x 1
Monitoring
- Ku dan TTV
- Gejala klinis Batuk darah, sesak
- Eso
Edukasi
a. Pasien :
Minum obat dengan teratur
Proteksi diri dengan menggunakan masker
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Batuk merupakan suatu ekspirasi yang eksplosive, merupakan mekanisme
perlindungan normal untuk membersihkan tracheobronchial dari sekret dan benda
asing. Batuk dapat terjadi dengan sengaja atau karena refleks. Batuk dimulai
dengan inspirasi dalam diikuti dengan menutupnya glotis, relaksasi diafragma,
dan kontraksi otot melawan penutupan glotis yang menyebabkan tekanan
intratoraks meningkat . Ketika glotis terbuka, perbedaan tekanan yang besar
antara saluran napas dan udara luar menghasilkan aliran udara yang cepat
melewati trakea. Batuk membantu membuang mukus dan bahan-bahan asing.
Saluran pernapasan dimulai dari rongga hidung sampai saluran saluran kecil
alveoli paru. Pada setiap saluran ini terdapat pembuluh darah. Umumnya
penyebab terjadinya perdarahan sehingga terjadi batuk darah adalah karena
Sebab sebab lain dari hemoptosis adalah karsinoma bronkogenik, infarksi, dan
abses paru
Hemoptisis
harus
dibedakan
dengan
hematemesis.
Hematemesis
disebabkan oleh lesi pada saluran ceran, sedangkan homoptisis disebabkan oleh
lesi pada paru atau bronkus/ bronkioulus.
PEMBAHASAN : Pasien ini merupakan pasien dengan TB paru sejak 4 bulan
yang lalu serta masih dalam pengobatan TB paru. Kemungkinan hemoptisis yang
terjadi pasien ini merupakan manifestasi dari TB Paru yang masih aktif.
KLASIFIKASI
1. Berdasarkan volume darah yang dibatukkan :
a)
b)
c)
d)
Pseudohemoptisis
Pseudohemoptisis adalah batuk darah dari struktur saluran napas bagian
atas (di atas laring) atau dari saluran cerna atas (gastrointestinal) atau hal
ini dapat berupa perdarahan buatan (factitious).
PEMBAHASAN
termasuk yang hemoptisis dan disebabkan karena TB selain itu darah yang di
batukkan oleh pasien tidak sangat banyak. Hanya gumpalan dan tidak terjadi terus
menerus dalam sehari.
Bila terjadi hemoptisis, maka harus dilakukan penilaian terhadap
Lamanya perdarahan
N0
1
2
Keadaan
Prodormal
Batuk darah
Muntah Darah
Darah dibatukkan dengan Darah
dimuntahkan
Onset
3
4
5
Tampilan
Warna
Isi
batuk
Darah berbuih
Darah tidak berbuih
Merah segar
Merah tua
Leukosit, mikroorganisme, Sisa makanan
6
7
Ph
RPD
hemosiderin, makrofag
Alkalis
Penyakit paru
Asam
Peminum
ulcus
8
9
peptikum,
kelainan hepar
Kadang tidak dijumpai
Sering disertai anemis
Blood test (-) / Benzidine Blood test (+) /
Anemia
Tinja
PEMBAHASAN
alkohol,
test (-)
benzidine test (+)
: Pada pasien batuk darah berwarna merah segar dimana
pada saat pasien batuk tidak ada sisa makanan yang keluar. Dilihat dari RPD,
bahwa pasien mempunyai riwayat penyakit paru yaitu TB Paru. Dari pemeriksaan
konjungtiva, tidak ditemukan adanya anemis serta dari pemeriksaan darah tidak
terjadi penurunan. Sehingga gejala yang dialami pasien sesuai dengan gejala batuk
darah
2. Berdasarkan penyebabnya :
a)
b)
Hipertensi pulmonal
Karsinoma
Adenoma
b. Infeksi
Bronkiektasis
: Campur purulen
Abses paru
: Campur purulen
Tuberkulosis paru :
Batuk
sedikit
sedikit,
masif
perdarahannya, bergumpal
Pneumonia
Bronkitis
c. Infark paru
d. Udem paru, terutama disebabkan oleh mitral stenosis
e. Perdarah paru
SLE
Kontusio pulmonalis
Transbronkial biopsi
Malformasi arteriovena
h. Bleeding diathesis
Penyebab hemoptoe terbanyak, tapi secara sederhana dapat dibagi dalam 3
kelompok yaitu : infeksi, tumor, dan kelainan kardiovaskular. Infeksi merupakan
darah sekunder yang disebabkan oleh penyakit infeksi yaitu TB Paru. Karena
dilihat dari riwayat penyakit dahulu pasien yaitu terdiagnosa TB paru dan masih
dalam pengobatan. Tb paru yang sering mengalami manifestasi batuk darah serta
dilihat dari usianya 66 tahun dimana batuk darah karena infeksi TB Paru adalah
yang terbanyak.
PATOFISIOLOGI
Setiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi dari
cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk memberikan nutrisi pada
jaringan paru bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan
fungsinya untuk pertukaran gas. Terdapatnya aneurisma Rasmussen pada kaverna
tuberkulosis yang merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe masih
diragukan. Teori terjadinya perdarahan akibat pecahnya aneurisma dari Ramussen
ini telah lama dianut, akan tetapi beberapa laporan autopsi membuktikan bahwa
terdapatnya hipervaskularisasi bronkus yang merupakan percabangan dari arteri
bronkialis lebih banyak merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe.
Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :
1. Radang mukosa
Pada trakeobronkitis akut atau kronik, mukosa yang kaya pembuluh darah
menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk
menimbulkan batuk darah
2. Infark paru
Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme pada
pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh jamur
3. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler
Lamanya perdarahan
Wheezing
b. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik dicari gejala/ tanda lain diluar paru yang dapat
mendasari terjadinya batuk darah. Antara lain : bising sistolik dan opening
snap, pembesaran kelenjar limfe, ulserasi septum nasalis, teleangiektasis
c. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto thorak dalam AP dan lateral hendaklah dibuat pada setiap penderita
hemoptisis masif. Gambaran opasitas dapat menunjukkan tempat
perdarahan
d. PEMERIKSAAN BRONKOSKOPI
Sebaiknya dilakukan sebelum perdarahan berhenti, karena dengan
demikian sumber perdarahan dapat diketahui.
Adapun indikasi bronkoskopi pada batuk darah adalah :
-
Mencegah asfiksia
Menghentikan perdarahan
Langkah langkah
kadang-kadang
berusaha
menahan
batuk.
Untuk
Pemberian oksigen
Tranfusi darah
c. Menghentikan perdarahan
Pada umumnya hemoptisis akan berhenti secara spontan rata-rata dalam 7
hari. Pemberian kantongan es diatas dada, hemostatiks, vasopresim
(Pitrissin)., ascorbic acid ikatakan khasiatnya belum jelas. Apabila ada
kelainan didalam factor-faktor pembekuan darah, lebih baik memberikan
faktor tersebut dengan infus.
KOMPLIKASI
BAB III
KESIMPULAN
1. Hemoptoe merupakan salah satu gejala pada penyakit paru saluran pernapasan
dan atau kardiovaskuler yang disebabkan oleh berbagai macam etiologi.
2. Untuk mengetahui penyebab batuk darah kita harus memastikan bahwa
perdarahan tersebut berasal dari saluran pernafasan bawah, dan bukan berasal dari
nasofaring atau gastrointestinal
3. Pada umumnya hemoptosis ringan tidak diperlukan perawatan khusus dan
biasanya berhenti sendiri. Yang perlu mendapat perhatian yaitu hemoptisis yang
masif.
4. Tujuan pokok terapi hemoptisis ialah mencegah asfiksia, menghentikan
perdarahan dan mengobati penyebab utama dari perdarah itu sendiri.
5. Untuk mengurangi asfiksia pasien diharuskan tidur tanpa menggunakan bantal
6. Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar
DAFTAR PUSTAKA