Anda di halaman 1dari 26

BAB I

LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny, K

Usia

: 66 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan


Alamat

: Marongan, RT 5, RW 4, Sukamakmur, Kajoran, Magelang

Pekerjaan

: Petani

Status

: Sudah Menikah

Agama : Islam
Datang ke Rumah Sakit pada tanggal : 3 Mei 2014 Datang dari IGD
Anamnesa tanggal 3 Mei 2014
A. SUBYEKTIF
Keluhan Utama

Batuk disertai darah


Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan batuk disertai darah sejak kemarin. Darah
yang keluar hanya sedikit. Sebelumnya pasien hanya mengeluhkan batuk biasa.
Pasien menyatakan 4 bulan yang lalu pernah dirawat di RST karena batuk
berdahak dengan dahak putih kekuningan, namun tidak pernah disertai dengan
adanya darah. Pasien merupakan pasien penyakit paru di diagnosa TB Paru sejak
4 bulan. Pasien juga menyatakan bahwa sekarang pasien rutin minum obat selama
6 bulan dan baru dilakukan selama 4 bulan tanpa putus obat.
Pasien mengeluhkan adanya berkeringat. Berkeringat dirasakan pada
malam hari saja. Keluhan ini sudah dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Pasien
menyangkal adanya mual dan muntah, menyangkal adanya demam. Pasien
menyatakan adanya sesak, sesak jika pasien batuk saja dan menyangkal adanya
sesak dalam keadaan aktifitas. Pasien juga menyangkal adanya nyeri dada seperti

ditusuk ataupun ditindih serta tidak adanya nyeri yang menjalar ke tangan,
punggung ataupun organ lainnya. Selain itu juga pasien menyangkal adanya rasa
berdebar-debar di bagian dada.
Pasien menyatakan bahwa sejak 4 bulan yang lalu pasien merasakan
adanya penurunan nafsu makan, serta sejak 4 bulan yang lalu terjadi penurunan
berat badan. Berat badan menurun 5 kg tiap 1 bulan.
Riwayat Penyakit Dahulu
-

Pasien merupakan pasien dengan TB paru dan telah terdiagnosa sejak 4

bulan yang lalu


Pasien tidak mempunyai riwayat hipertensi
Riwayat diabetes mellitus disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


-

Keluhan serupa pada keluarga disangkal


Riwayat hipertensi disangkal
Riwayat diabetes mellitus disangkal.

Riwayat Pengobatan
-

Sedang menjalankan terapi untuk penyakit TB Paru dan baru minum obat

selama 4 bulan
Sudah minum obat batuk namun tidak kunjung sembuh

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien merupakan pasien dengan BPJS
B. Obyektif
Keadaan Umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

: compos mentis (E4V5M6)

Vital Sign

TD
Nadi
Suhu
RR

: 140/80 mmHg
: 82x/menit
: 36,6 C
: 24x/menit

Kepala dan Leher


-

Conjungtiva anemis (-/-)


Sklera Ikterik (-/-)
IVP dan KGB normal

Thoraks
-

Cor
Inspeksi
: IC tidak terlihat
Palpasi : IC tidak kuat angkat
Perkusi
: Kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis Dextra
Kanan bawah: SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
Kiri atas: SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
Kiri bawah: SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
Pulmo
Inspeksi
: Simetris
Palpasi
: Vokal Fremitus kanan = kiri
Perkusi
: Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi
: Suara dasar Vesikuler +/+, Rhonki +/+, Wheezing +/+
Abdomen
:
Inspeksi
: Cembung
Auskultasi
: BU (+) 4x/menit
Perkusi
: Timpani
Palpasi : Soefl, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, CVA
(-/-)

Extremitas
-

Edema -/Sianosis -/Akral hangat


Tidak kering
Capilla refil (dbn)
Motorik 5/5 5/5

Daftar Masalah
Subyektif
-

Batuk berdarah
Sesak jika batuk
Berkeringat pada malam hari
Nafsu makan menurun
Penurunan berat badan 5 kg dalam sebulan selama 4 bulan
Riwayat Tb Paru

Obyektif
-

Td : 140/80.

HIPOTESA
Pasien diatas kemungkinan menderita hemoptisis ec Tb Paru, DD Bronkitis
Kronik, Pneumonia, Bronkiektaksis
PENATALAKSANAAN
DIAGNOSA
-

Pemeriksaan darah ( WBC, RBC, HGB, HCT, MCV, MCHC, PLT)

Diffcount

Kimia darah ( GDS, SGOT, SGPT)

Sputum BTA S P S

Ro Thorax PA

TERAPI
-

Supportif

: RL 16 tpm

Causatif

: Viciline, RHE

Simptomatik :
Salbutamol 3 x 2 mg
Cefotaxim 2 x 1
OBH 3 x 1

MONITORING
-

Ku dan VS

Gejala klinis : Batuk darah, sesak

Eso

EDUKASI
-

Istirahat yang cukup

Minum obat teratur

Makan makanan yang bergizi

Selama perawatan, pasien memakai masker

Kalau batuk, tutup dengan tangan, saptu tangan, masker

Follow Up
(Tgl 03 05 2014)
S

Ku/kes : Cm, sakit sedang

sejak kemarin

Vs :

Tb Paru DD

PDL

Td : 140/80

obs

Diff count

N : 82x/menit

(Bronkitis

Kimia Darah

S: 36,6

kronik,
Pneumonia,

Sputum BTA

R: 22x/ menit

Mata : Ca-/- Si -/-

Bronkiektasis)
HT

Smear

Jvp (dbn)

Kgb (dbn)

Pulmo:

Berkeringat malam hari


Penurunan nafsu makan
Sesak jika batuk
Demam (-)

I : Simetri

DIAGNOSTIK

Batuk berdahak diserta darah

hemoptisis

ec
paru

gram

kultur sputum

Ro/ Thorax PA

Supportif :

Th/

&

P: VF ka = ki

Asering 18 tpm

P: Sonor

A:Sdv+/+, rh +/+ wh +/+

Causatif :
Cefo 2 x 1

Cor:

Simptom :

I: Ic tdk tampak

Pamol 3 x 1

P: Ic tdk kuat angkat

Amlodipin 1 x 20

P: Redup

Kalnex

A: s1>s2 reg. M(-) g(-)

Abd:

MONITORING

I: Datar

Ku & ttv

A: Bu (+) n

Gejala klinis

ESO

P: NT (-)Hepar tdk teraba,


lien tdk teraba
P: Timpani

EDUKASI

Ekst :

Bed rest

Cr< 2dtk

Minum obat teratur

Hangat

Selama

perawatan

pasien

memakai

Edemea -/-

masker

Kalau batuk tutup


dengan tangan, sapu
tangan atau masker

HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Darah lengkap (03 05 2-14)
JENIS

HASIL

REFERENSI

PEMERIKSAAN
WBC
LYM
GRAN
MON
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
RDW_CV

4,7 10/mm
32,5 %
58,6 %
8,9 %
4,73
13,0 g/dL
38,6 %
82 m
27,5 Pg
33.8 g/dL
15.9 %

3.5 10.0
17.0 48,0
43,0 76,0
4,0 10,0
3,8 5,80
11.0 16.5
35.0 50.0
80.0 97.0
26.5 33.5
31.5 35.0
10 15

PLT
MPV
PCT
PDW

290 10/mm
7,1 m
.205 %
13,6%

150 450
7.4 11.0
.100 - .500
10.0 18.0

2. Kimia Darah (03-05-2014)


Jenis Pemeriksaan
Gula darah
Urea
Creatinin
SGOT
SGPT

Hasil
120 mg/dl
22 mg/dl
1.0 mg/dl
30 U/l
22U/l

Referensi
70-115
17 43
0.675 1.300
0.000 37.000
0.0 41.00

(Tgl 04 05 2014)
S

Ku/kes : Cm, sakit sedang

darah

Vs :

Tb

obs

Kimia Darah (GDS)

Td : 140/80

paru (Bronkitis

Sputum BTA

N : 82x/menit

kronik,

Smear

S: 36,6

Pneumonia,

R: 22x/ menit

Bronkiektasis)
HT

Berkeringat malam hari


Penurunan nafsu makan

Sesak jika batuk

Demam (-)

Mata : Ca-/- Si -/-

Jvp (dbn)

Kgb (dbn)

Pulmo:
I : Simetri

DIAGNOSTIK

Batuk berdahak diserta sedikit

Hemoptisis ec
Paru

Ro/ Thorax PA

Supportif : Asering

Th/

18 tpm

Causatif : Cefotaxim
2x1

Simptom :

A:Sdv+/+, rh +/+ wh +/+

Kalnex 3 x 1 amp

Cor:

Pamol 3 x 1

I: Ic tdk tampak

Amlodipin 1 x 20

P: Ic tdk kuat angkat


P: Redup
A: s1>s2 reg. M(-) g(-)

&

kultur sputum

P: VF ka = ki
P: Sonor

gram

MONITORING

Ku & ttv

Abd:

Gejala klinis

I: Datar

ESO

A: Bu (+) n
P: NT (-)Hepar tdk teraba,

EDUKASI

lien tdk teraba


P: Timpani

Ekst :
Edemea -/-

Bed rest

Minum obat teratur

Selama

perawatan

pasien

memakai

Cr< 2dtk

masker

Hangat

Kalau batuk tutup


dengan tangan, sapu
tangan atau masker

(Tgl 05 04- 2014)


S

Batuk

berdahak

disertai

sedikit darah

Ku/kes : Cm, sakit sedang

Vs :

Berkeringat malam hari mulai

Td : 130/80

berkurang

N : 80x/menit

Penurunan nafsu makan

S: 35,6

Sesak mulai berkurang

R: 18x/ menit

Demam (-)

Mata : Ca-/- Si -/-

Jvp (dbn)

Kgb (dbn)

Pulmo:

hemoptisis

ec

DIAGNOSTIK

Tb Paru

Ro/ Thorax PA

Supportif : Asering

Th/

18 tpm

RHZE 1 x 1 mlm
Vicilin 2 x 1 gr IV

P: Sonor

MONITORING

Ku & ttv

Cor:

Gejala klinis

I: Ic tdk tampak

ESO

P: Ic tdk kuat angkat

A:Sdv+/+, rh +/+ wh +/+

Simptom :
Kalnex 3 x 1 amp

I : Simetri
P: VF ka = ki

Causatif :

P: Redup

EDUKASI

A: s1>s2 reg. M(-) g(-)

Bed rest

Abd:

Minum obat teratur

I: Datar

Selama

perawatan

pasien

memakai

A: Bu (+) n
P: NT (-)Hepar tdk teraba,

masker

lien tdk teraba

P: Timpani

Kalau batuk tutup


dengan tangan, sapu

Ekst :

tangan atau masker

Edemea -/Cr< 2dtk


Hangat

(Tgl 06 05 2014)
S

Batuk masih sedikit dengan

Ku/kes : Cm, sakit sedang

dahak berwarna putih

Vs :

hemoptisis
Tb Paru,

ec

Th/

Supportif :
Asering 18 tpm

Berkeringat malam hari mulai

Td : 130/80

(-)

N : 80x/menit

Nafsu makan mulai meningkat

S: 36,6

RHE 1 x 1 malam

Sesak (-)

R: 20x/ menit

Vicilin 2 x 1 gr iv

Demam (-)

Mata : Ca-/- Si -/-

Jvp (dbn)

Kgb (dbn)

Pulmo:

Causatif :

Simptom :
Kalnex 3 x 1 amp

MONITORING

Ku & ttv

P: VF ka = ki

Gejala klinis

P: Sonor

ESO

I : Simetri

A:Sdv+/+, rh -/- wh -/-

Cor:
I: Ic tdk tampak

EDUKASI

Bed rest

P: Ic tdk kuat angkat

Minum obat teratur

P: Redup

Selama

perawatan

pasien

memakai

A: s1>s2 reg. M(-) g(-)

Abd:

masker

I: Datar

Kalau batuk tutup

A: Bu (+) n

dengan tangan, sapu

P: NT (-)Hepar tdk teraba,

tangan atau masker

lien tdk teraba


P: Timpani

Ekst :
Edemea -/Cr< 2dtk
Hangat

(Tgl 07 05 2014)
S

Batuk

mulai

dengan

sedikit

berkurang,

Ku/kes : Cm, sakit sedang

dahak

Vs :

hemoptisis
Tb Paru,

ec

Th/

Supportif:

Asering

berwarna putih

Td : 130/80

Nafsu makan mulai meningkat

N : 84x/menit

Sesak (-)

S: 36,5

Vicilin 2 x 1 gr IV

Demam (-)

R: 18x/ menit

RHE 1 x 1 malam

Mata : Ca-/- Si -/-

Jvp (dbn)

Kgb (dbn)

Pulmo:
I : Simetri
P: VF ka = ki
P: Sonor
A:Sdv+/+, rh -/- wh -/-

Cor:

18 tpm

Causatif :

Simptom
Dycinone 1 x 1
Kalnex 3 x 1 amp

MONITORING

Ku & ttv

Gejala klinis

ESO

I: Ic tdk tampak

EDUKASI

P: Ic tdk kuat angkat

Bed rest

P: Redup

Minum obat teratur

Selama

perawatan

pasien

memakai

A: s1>s2 reg. M(-) g(-)

Abd:
I: Datar

masker

A: Bu (+) n

P: NT (-)Hepar tdk teraba,

dengan tangan, sapu

lien tdk teraba

tangan atau masker

P: Timpani

Kalau batuk tutup

Ekst :
Edemea -/Cr< 2dtk
Hangat

(Tgl 08 -0 5 -2014)
S

Batuk

mulai

dengan

sedikit

berkurang,

Ku/kes : Cm, sakit sedang

dahak

Vs :

hemoptisis
Tb Paru,

ec

Th/

Supportif : Asering

berwarna putih

Td : 130/80

Nafsu makan mulai meningkat

N : 84x/menit

Sesak (-)

S: 36,5

Vicilin 2 x 1 gr IV

Demam (-)

R: 18x/ menit

RHE 1 x 1 malam

Mata : Ca-/- Si -/-

Jvp (dbn)

Kgb (dbn)

Pulmo:
I : Simetri
P: VF ka = ki
P: Sonor
A:Sdv+/+, rh -/- wh -/-

18 tpm

Causatif :

Simptom :
Kalnex 3 x 1 amp
Dycinone 3 x 1 tab

MONITORING

Ku & ttv

Gejala klinis

ESO

Cor:
I: Ic tdk tampak

P: Ic tdk kuat angkat

Bed rest

P: Redup

Minum obat teratur

A: s1>s2 reg. M(-) g(-)

Selama

perawatan

Abd:

pasien

memakai

I: Datar

masker

A: Bu (+) n

Kalau batuk tutup

P: NT (-)Hepar tdk teraba,

dengan tangan, sapu

lien tdk teraba

tangan atau masker

P: Timpani

EDUKASI

Ekst :
Edemea -/Cr< 2dtk
Hangat

DIAGNOSA
Hemoptosis ec TB Paru
TERAPI AKHIR
Terapi
- FDC 3 tab
- Cefotaxim 2 x 1
- OBH 3 x 1
Monitoring
- Ku dan TTV
- Gejala klinis Batuk darah, sesak
- Eso
Edukasi
a. Pasien :
Minum obat dengan teratur
Proteksi diri dengan menggunakan masker

Kalau batuk, tutup dengan tangan, saptu tangan, masker


b. Lingkungan :
Jangan menggunakan alat makan bersama penderita
Ventilasi memadai sehingga sirkulasi baik
Pastikan ventilasi bisa membuat sinar matahari masuk ke dalam
rumah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN
Batuk merupakan suatu ekspirasi yang eksplosive, merupakan mekanisme
perlindungan normal untuk membersihkan tracheobronchial dari sekret dan benda
asing. Batuk dapat terjadi dengan sengaja atau karena refleks. Batuk dimulai
dengan inspirasi dalam diikuti dengan menutupnya glotis, relaksasi diafragma,
dan kontraksi otot melawan penutupan glotis yang menyebabkan tekanan
intratoraks meningkat . Ketika glotis terbuka, perbedaan tekanan yang besar
antara saluran napas dan udara luar menghasilkan aliran udara yang cepat
melewati trakea. Batuk membantu membuang mukus dan bahan-bahan asing.
Saluran pernapasan dimulai dari rongga hidung sampai saluran saluran kecil
alveoli paru. Pada setiap saluran ini terdapat pembuluh darah. Umumnya
penyebab terjadinya perdarahan sehingga terjadi batuk darah adalah karena

robeknya lapisan saluran pernapasan sehingga pembuluh darah di bawahnya ikut


sobek dan darah mengalir keluar. Adanya cairan darah kemudian dikeluarkan oleh
adanya reflek batuk.
Batuk darah adalah darah atau dahak bercampur darah yang dibatukkan
yang berasal dari saluran pernafasan bagian bawah (mulai glotis ke arah distal).
Batuk darah adalah suatu keadaan menakutkan / mengerikan yang
menyebabkan beban mental bagi penderita dan keluarga penderita sehingga
menyebabakan takut untuk berobat ke dokter. Biasanya penderita menahan batuk
karena takut kehilangan darah yang lebih banyak sehingga menyebabkan
penyumbatan karena bekuan darah. Batuk darah pada dasarnya akan berhenti
sendiri asal tidak ada robekan pembuluh darah, berhenti sedikit-sedikit pada
pengobatan penyakit dasar. Batuk darah merupakan suatu gejala atau tanda suatu
penyakit infeksi. Volume darah yang dibatukkan bervariasi dan dahak bercampur
darah dalam jumlah minimal hingga masif, tergantung laju perdarahan dan lokasi
perdarahan.
Batuk darah atau hemoptisis adalah ekspektorasi darah akibat perdarahan
pada saluran napas di bawah laring, atau perdarahan yang keluar melalui saluran
napas bawah laring. Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala
penyakit dasar sehingga etiologi harus dicari melalui pemeriksaan yang lebih
teliti. Batuk darah masif dapat diklasifikasikan berdasarkan volume darah yang
dikeluarkan pada periode tertentu. Batuk darah masif memerlukan penanganan
segera karena dapat mengganggu pertukaran gas di paru dan dapat mengganggu
kestabilan hemodinamik penderita sehingga bila tidak ditangani dengan baik dapat
mengancam jiwa.
DEFINISI
Hemoptisis adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan batuk darah,
satau sputum yang berdarah. Sputum mungkin bercampur dengan darah. Mungkin
juga seluruh cairan dikeluarkan paru paru berupa darah. Setiap proses yang
mengakibatkan terganggunya kontinuitas aliran aliran pembuluh darah paru paru
dapat mengakibatkan perdarahan. Batuk darah merupakan suatu gejala yang
serius. Mungkin merupakan manifestasi yang paling dini dari tuberkulosis aktif.

Sebab sebab lain dari hemoptosis adalah karsinoma bronkogenik, infarksi, dan
abses paru
Hemoptisis

harus

dibedakan

dengan

hematemesis.

Hematemesis

disebabkan oleh lesi pada saluran ceran, sedangkan homoptisis disebabkan oleh
lesi pada paru atau bronkus/ bronkioulus.
PEMBAHASAN : Pasien ini merupakan pasien dengan TB paru sejak 4 bulan
yang lalu serta masih dalam pengobatan TB paru. Kemungkinan hemoptisis yang
terjadi pasien ini merupakan manifestasi dari TB Paru yang masih aktif.
KLASIFIKASI
1. Berdasarkan volume darah yang dibatukkan :
a)

Bercak ( streaking). < 15 20 mL/ 24 jam


Darah bercampur dengan sputum hal yang sering terjadi, paling umum
pada bronchitis.

b)

Hemoptisis : 20 600 mL / 24 jam


Hal ini berarti perdarahan pada pembuluh darah yang lebih besar. Biasanya
pada kanker paru, pneumonia, TB atau meboli paru.

c)

Hemoptisis massif : > 600 mL/ 24 jam


Biasanya pada kanker paru, kavitas pada TB Paru, atau bronkiektasis

d)

Pseudohemoptisis
Pseudohemoptisis adalah batuk darah dari struktur saluran napas bagian
atas (di atas laring) atau dari saluran cerna atas (gastrointestinal) atau hal
ini dapat berupa perdarahan buatan (factitious).

PEMBAHASAN

: Menurut klasifikasi volume yang dibatukkan pasien ini

termasuk yang hemoptisis dan disebabkan karena TB selain itu darah yang di
batukkan oleh pasien tidak sangat banyak. Hanya gumpalan dan tidak terjadi terus
menerus dalam sehari.
Bila terjadi hemoptisis, maka harus dilakukan penilaian terhadap

Warna darah untuk membedakan dengan hematemesis

Lamanya perdarahan

Terjadi mengi ( wheezing) untuk menilai besarnya obstruktif

Keadaan umum pasien, tekanan darah, nadi, respirasi, tingkat


kesadaran.

N0
1
2

Keadaan
Prodormal

Batuk darah
Muntah Darah
Darah dibatukkan dengan Darah
dimuntahkan

Onset

rasa panas ditenggorokan


dengan rasa mual
Darah dibatukkan dapat Darah
dimuntahkan
disertai dengan muntahan

dapat disertai dengan

3
4
5

Tampilan
Warna
Isi

batuk
Darah berbuih
Darah tidak berbuih
Merah segar
Merah tua
Leukosit, mikroorganisme, Sisa makanan

6
7

Ph
RPD

hemosiderin, makrofag
Alkalis
Penyakit paru

Asam
Peminum
ulcus

8
9

peptikum,

kelainan hepar
Kadang tidak dijumpai
Sering disertai anemis
Blood test (-) / Benzidine Blood test (+) /

Anemia
Tinja

PEMBAHASAN

alkohol,

test (-)
benzidine test (+)
: Pada pasien batuk darah berwarna merah segar dimana

pada saat pasien batuk tidak ada sisa makanan yang keluar. Dilihat dari RPD,
bahwa pasien mempunyai riwayat penyakit paru yaitu TB Paru. Dari pemeriksaan
konjungtiva, tidak ditemukan adanya anemis serta dari pemeriksaan darah tidak
terjadi penurunan. Sehingga gejala yang dialami pasien sesuai dengan gejala batuk
darah
2. Berdasarkan penyebabnya :
a)

Batuk darah idiopatik


Batuk darah idiopatik adalah batuk darah yang tidak diketahui
penyebabnya dengan insiden 0,5 sampai 58%, dimana perbandingan antara
pria dan wanita adala 2 : 1. Biasanya terjadi pada usia 30 50 tahun.
Kebanyakan 40 60 tahun dan berhenti secara spontan dengan supportif
terapi.
Teori perdarahan ini sebagai berikut :

b)

Adanya ulserasi mukosa yang tidak dicapai oleh bronkoskopi

Infark paru yang minimal

Hipertensi pulmonal

Batuk darah sekunder


Adalah batuk yang diketahui penyebabnya
a. Tumor

Karsinoma

Adenoma

b. Infeksi

Bronkiektasis

: Campur purulen

Abses paru

: Campur purulen

Tuberkulosis paru :

Batuk

sedikit

sedikit,

masif

perdarahannya, bergumpal

Pneumonia

Bronkitis

: Warna merah bata, encer, berbuih


: Sedikit sedikit campur darah dan lendir

c. Infark paru
d. Udem paru, terutama disebabkan oleh mitral stenosis
e. Perdarah paru

SLE

Idiopatic pulmonary haemosiderosis

f. Cidera pada dada/ trauma

Kontusio pulmonalis

Transbronkial biopsi

Transtorakal biopsi memakai jarum

g. Kelainan pembuluh darah

Malformasi arteriovena

h. Bleeding diathesis
Penyebab hemoptoe terbanyak, tapi secara sederhana dapat dibagi dalam 3
kelompok yaitu : infeksi, tumor, dan kelainan kardiovaskular. Infeksi merupakan

penyebab yang sering didapatkan antara lain : tuberkulosis, bronkiektasis, dan


abses paru. Pada dewasa muda, TB paru, stenosis mitral, dan bronkiektasis
merupakan penyebab tersering. Pada usia diatas 40 tahun karsinoma bronkus
merupakan penyebab yang sering didapatkan, diikuti tuberkulosis dan
bronkiektasis
PEMBAHASAN

: Dari etiologi yang terjadi, pasien ini mengalami batuk

darah sekunder yang disebabkan oleh penyakit infeksi yaitu TB Paru. Karena
dilihat dari riwayat penyakit dahulu pasien yaitu terdiagnosa TB paru dan masih
dalam pengobatan. Tb paru yang sering mengalami manifestasi batuk darah serta
dilihat dari usianya 66 tahun dimana batuk darah karena infeksi TB Paru adalah
yang terbanyak.

PATOFISIOLOGI
Setiap proses yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervaskularisasi dari
cabang-cabang arteri bronkialis yang berperanan untuk memberikan nutrisi pada
jaringan paru bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan
fungsinya untuk pertukaran gas. Terdapatnya aneurisma Rasmussen pada kaverna
tuberkulosis yang merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe masih
diragukan. Teori terjadinya perdarahan akibat pecahnya aneurisma dari Ramussen
ini telah lama dianut, akan tetapi beberapa laporan autopsi membuktikan bahwa
terdapatnya hipervaskularisasi bronkus yang merupakan percabangan dari arteri
bronkialis lebih banyak merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe.
Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :
1. Radang mukosa
Pada trakeobronkitis akut atau kronik, mukosa yang kaya pembuluh darah
menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk
menimbulkan batuk darah
2. Infark paru
Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme pada
pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh jamur
3. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler

Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan tekanan darah


intraluminar seperti pada dekompensasi cordis kiri akut atau mitral
stenosis
4. Kelainan membran alveolokapiler
Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran, seperti pada Good
pastures sindrom
5. Perdarahan kavita tuberkulosa
Pecahnya pembuluh darah dinding kavita tuberkulosis yang dikenal
dengan aneurismus rassmusen ; pemekaran pembuluh darah ini berasal
dari cabang pembuluh darah bronkial. Diduga hal ini terjadi disebabkan
adanya anastomosis pembuluh darah bronkial dan pulmonal. Pecahnya
pembuluh darah pulmonal dapat menimbulkan hemoptisis masif
6. Invasif tumor ganas
7. Cidera dada / trauma
Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami
transudasi ke dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadnya batuk
darah
PEMBAHASAN

: Pada pasien ini patofisiologi yang terjadi adalah

akibat perdarahan kavita tuberkulosis. Dimana terjadi disebabkan adanya


anastomosis pembuluh darah bronkial dan pulmonal. Pecahnya pembuluh
darah pulmonal dapat menimbulkan hemoptisis masif
DIAGNOSA
a. ANAMNESA
Untuk mendapatkan riwayat penyakit yang lengkap sebaiknya diusahakan
untuk mendapatkan data :

Jumlah dan warna

Lamanya perdarahan

Batuknya produktif atau tidak

Sakit dada substernal atau pleuritik

Hubungan perdarahan dengan : istirahat, gerakan fisik, posisi


badan dan batuk

Wheezing

Riwayat penyakit paru dan jantung terdahulu

Peradarahan ditempat lain serempak dengan batuk darah

Perokok berat dan telah berlangsung lama

Sakit pada tungkai arau adanya pembengkakan serta sakit dada

Hematuria yang disertai dengan batuk darah.

b. PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik dicari gejala/ tanda lain diluar paru yang dapat
mendasari terjadinya batuk darah. Antara lain : bising sistolik dan opening
snap, pembesaran kelenjar limfe, ulserasi septum nasalis, teleangiektasis

c. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto thorak dalam AP dan lateral hendaklah dibuat pada setiap penderita
hemoptisis masif. Gambaran opasitas dapat menunjukkan tempat
perdarahan
d. PEMERIKSAAN BRONKOSKOPI
Sebaiknya dilakukan sebelum perdarahan berhenti, karena dengan
demikian sumber perdarahan dapat diketahui.
Adapun indikasi bronkoskopi pada batuk darah adalah :
-

Bila radiologi tidak ditemukan kelainan

Batuk darah yang berulang ulang

Batuk darah masif : sebagai tindakan teraupetik

Tindakan bronkoskopi merupakan sarana untuk menentukan diagnosis,


lokasi perdarahan, maupun persiapan operasi. Namun waktu yang tepat
untuk melakukannya merupakan pendapat yang masih kontroversi,
mengingat bahwa selama masa perdaraha, bronkoskopi akan menimbulkan
batuk yang lebih impulsif, sehingga dapat memperhebat perdarahan
disamping memperburuk fungsi pernapasan. Lavase dengan bronkoskop

fiberoptik dapat menilai bronkoskopi merupakan hal yang mutlak untuk


menentukan lokasi perdarahan.
Dalam mencari sumber perdarahan pada lobus superior, bronkoskopi
serat optik jauh lebih unggul, sedangkan bronkoskopi metal sangat
bermanfaat dalam membersihkan jalan nafas dari bekuan darah serta
mengambil benda asing, disamping itu dapat melakukan penamponan
dengan balon khusus ditempat terjadinya perdarahan
PENATALAKSANAAN
Tujuan pokok terapi adalah :
-

Mencegah asfiksia

Menghentikan perdarahan

Mengobati penyebab utama

Langkah langkah

1. Pemantauan fungsi vital


a. Pemantauan vs, anemia dan kolaps kardiovaskular
b. Pemberian 02 dan pemberian darah dipertimbangkan sejak awal
c. Pasien dibimbing untuk batuk yang benar
2. Mencegah obstruksi saluan nafas
a. Kepala pasien diarahkan ke bawah untuk cegah aspirasi
b. Kadang memerlukan intubasi atau bahkan bronkoskopi
3. Menghentikan perdarahan
a. Pemasangan kateter balon oklusi forgaty untuk tamponade perdarahan
b. Teknik lain adalah dengan pembedahan
4. Mengobati penyakit yang mendasarinya.
Pada penderita tuberkulosis, disamping pengobatan tersebut diatas selalu
diberikan secara bersama tuberkulostatika. Kalau perlu diberikan juga
antibiotika yang sesuai.
Dasar-dasar pengobatan yang diberikan sebagai berikut :
a. Mencegah penyumbatan saluran nafas

Bagi penderita yang mempunyai refleks batuk yang baik, dapat


diletakkan dalam posisi duduk, atau setengah duduk dan disuruh
membatukkan darah yang terasa menyumbat saluran pernapasan.
Dapat dibantu dengan pengisapan darah dari jalan na fas dengan alat
pengisap. Jangan sekali-kali disuruh menahan batuk.

Bagi penderita yang tidak mempunyai refleks yang baik diletakkan


dalam posisi tidur miring kesebelah dari mana diduga asal perdarahan,
dan sedikit trendelenburg untuk mencegah aspirasi darah ke paru yang
sehat. Kalau masih dapat penderita disuruh batuk bila terasa ada darah
di saluran nafas yang menyumbat, sambil dilakukan pengisapan darah
dengan alat pengisap. Kalau perlu dapat dipasang tube endotrakeal.

Batuk-batuk yang terlalu banyak dapat mengakibatkan perdarahan


sukar berhenti. Untuk mengurangi batuk dapat diberikan Codein 10 20 mg. Penderita batuk darah masif biasanya gelisah dan ketakutan,
sehingga

kadang-kadang

berusaha

menahan

batuk.

Untuk

menenangkan penderita dapat diberikan sedatif ringan (Valium) supaya


penderita lebih kooperatif.
b. Memperbaiki keadaan umum penderita

Bila perlu dapat dilakukan :

Pemberian oksigen

Pemberian cairan untuk hidrasi

Tranfusi darah

Memperbaiki keseimbangan asam dan basa

c. Menghentikan perdarahan
Pada umumnya hemoptisis akan berhenti secara spontan rata-rata dalam 7
hari. Pemberian kantongan es diatas dada, hemostatiks, vasopresim
(Pitrissin)., ascorbic acid ikatakan khasiatnya belum jelas. Apabila ada
kelainan didalam factor-faktor pembekuan darah, lebih baik memberikan
faktor tersebut dengan infus.
KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering terjadi :


1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran
nafas
2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadi hemoptosis dapat
menimbulkan renjatan hipovolemi
3. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan ke
dalam jaringan paru yang sehat bersama inspirasi
Penyulit hemoptisis yang biasanya terjadi :
1. Bahaya utama batuk darah adalah penyumbatan trakea dan saluran nafas,
sehingga timbul sufokasi yang sering fatal. Penderita tidak tampak anemis
tetapi sianosis. Hal ini sering terjadi pada batuk darah masif
2. Pneumonia aspirasi merupakan salah satu penyulit yang terjadi karena
darah terhisap ke bagian paru yang sehat
3. Karena saluran nafas tersumbat, maka paru bagian distal akan kolaps dan
terjadi ateletaksis
4. Bila perdarahan banyak, terjadi hipovolemi. Anemia timbul bila
perdarahan terjadi dalam waktu lama
PROGNOSA
Pada hemoptosis idiopatik prognosisnya baik kecuali bila penderita
mengalami hemoptosis yang rekuren. Sedangkan pada hemoptosis sekunder ada
beberapa faktor yang menentuka prognosis
1. Tingkat hemoptosis : hemoptosis yang terjadi pertama kali mempunyai
prognosis yang lebih baik
2. Macam penyakit dasar yang menyebabkan hemoptosis
3. Cepatnya dilakukan tindakan misalnya bronkoskopi yang segera dilakukan
untuk menghisap darah yang beku di bronkus dapat menyelamatkan
penderita
a. Hemoptosis < 200ml/.24 jam prognosis baik
b. Hemoptosis masif > 600ml/24 jam prognosis jelek 85% meninggal
1. Dengan bilateral far advance dan faal paru kurang baik

2. Adanya kelainan jantung

BAB III
KESIMPULAN

1. Hemoptoe merupakan salah satu gejala pada penyakit paru saluran pernapasan
dan atau kardiovaskuler yang disebabkan oleh berbagai macam etiologi.
2. Untuk mengetahui penyebab batuk darah kita harus memastikan bahwa
perdarahan tersebut berasal dari saluran pernafasan bawah, dan bukan berasal dari
nasofaring atau gastrointestinal
3. Pada umumnya hemoptosis ringan tidak diperlukan perawatan khusus dan
biasanya berhenti sendiri. Yang perlu mendapat perhatian yaitu hemoptisis yang
masif.
4. Tujuan pokok terapi hemoptisis ialah mencegah asfiksia, menghentikan
perdarahan dan mengobati penyebab utama dari perdarah itu sendiri.
5. Untuk mengurangi asfiksia pasien diharuskan tidur tanpa menggunakan bantal
6. Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar

sehingga etiologi harus dicari melalui pemeriksaan yang lebih teliti.


7. Untuk pasien hemamptoe, yang terpenting adalah menghentikan perdarahan.
Menghentikan perdarahan dengan pemasangan kateter balon oklusi forgaty untuk
tamponade perdarahan, bisa juga menggunakan teknik pembedahan
8. Pada prinsipnya penanganan hemoptoe ditujukan untuk memperbaiki kondisi
kardiopulmoner dan mencegah semua keadaan yang dapat menyebabkan
kematian. Penanganan tersebut dilakukan secara konservatif maupun dengan
operasi, tergantung indikasi serta berat ringannya hemoptisis yang terjadi.
9. Prognosis dari hemoptoe ditentukan oleh tingkatan hemoptoe, macam penyakit
dasar dan cepatnya tindakan yang dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wihastuti R, Maria, Situmeang T, Yunus F. 1999. Profil penderita batuk darah


yang berobat ke bagian paru RSUP Persahabatan Jakarta. Journal Respir Indo 19 :
54-9
2. Nugroho, A. 2002. Hemoptisis masif. . Kesehatan Milik Semua : Pusat
Informasi Penyakit dan Kesehatan . Penyakit Paru dan Saluran Pernafasan.
www.infopenyakit.com
3. Alsagaff, Hood. 2009. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga
University
Press.
pp.
301-5
4. Arief,Nirwan. 2009. Kegawatdaruratan paru. Jakarta: Departemen Pulmonologi
dan
Ilmu
Kedokteran
Respirasi
FK
UI.
http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/11/27bdd48b1f564a5010f814f09f2373c
0d805736c.pdf.
Diakses
pada
tanggal
10
Januari
2011.
5. Eddy, JB. Clinical assessment and management of massive hemoptysis. Crit
Care
Med
2000;
28(5):1642-7
6. Pitoyo CW. Hemoptisis. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata
M, Setiati S, penyunting. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid II, edisi IV. Jakarta:
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;2006.
hal.220-1
7. Osaki S, Nakanishi Y, Wataya H, Takayama K, Inoue K, Takaki Y, etal. 2000.
Prognosis of bronchial artery embolization in the management of hemoptysis.
Respiration
67:412-6

8. Amirullah, R. 2004. Gambaran dan Penatalaksanaan Batuk Darah di Biro


Pulmonologi RSMTH. Cermin Dunia Kedokteran No.33 : 30-32
9. PAPDI. 2006. Hemoptisis. Dalam: Rani Aziz, Sugondo Sidartawan, Nasir Anna
U.Z., Wijaya Ika Prasetya, Nafrialdi, Mansyur Arif. Panduan pelayanan medik.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Anda mungkin juga menyukai