Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PRAKTIKUM

SINTESIS OBAT

PENGARUH KATALIS DAN SUHU TERHADAP JUMLAH RENDEMEN


PADA SINTESIS METIL 3-NITROBENZOAT DENGAN METODE
NITRASI

Disusun oleh :
Eugenius Yogia

128114073

Ayaga Divadi

128114075

Dui Sostales

128114085

Yudha Prabowo

128114087

Malvin Choco

128114088

Diah Fani Gita

128114091

FST A/ Golongan A2/ Kelompok 2

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2015

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada praktikum kali ini, dilakukan sintesis Metil 3-Nitrobenzoat menggunakan
metode nitrasi. Benzena akan ternitrasi bila direaksikan dengan HNO 3 pekat. Seperti
dalam reaksi halogenisasi, nitrasi aromatik adalah reaksi 2 tahap. Tahap pertama (tahap
lambat) adalah proses penyerangan elektrofil yang berupa

+2

NO2. Hasil serangannya

adalah suatu ion benzenonium, yang mengalami pelepasan H + dengan cepat ditahap
kedua. H+ ini akan kembali pergabung dengan HSO4- untuk kembali membentuk H2SO4
(Fessenden, 1986).
Nitrasi aromatik merupakan reaksi yang penting dalam perindustrian. Hasilnya
yang berupa senyawa nitro aromatis merupakan komponen kunci intermediet organik
(Sarvari, 2010). Fungsi dari Metil 3-Nitrobenzoat ini adalah sebagai senyawa intermediet
pada sintesis obat Lenalidomid yang merupakan turunan dari obat Talidomide (Feng,
2008). Dalam praktikum ini dilakukan variasi katalis (dari asam sulfat menjadi asam
klorida) karena nitrasi diperkirakan dapat dikatalisis antara lain dengan menggunakan
asam sulfat dan asam klorida dengan pertimbangan sifat keasaman. Sedangkan dilakukan
variasi suhu agar dapat mengetahui apakah nitrasi dapat berlangsung dalam 30-400C.
Metil benzoat merupakan starting material dari sintesis Metil 3-Nitrobenzoat.
Metil benzoat tidak tersedia, sehingga dilakukan sintesis metil benzoat dengan metode
esterifikasi Fischer terhadap asam benzoat menggunakan metanol dengan katalis H2SO4.
Kemudian dalam sintesis Metil 3-Nitrobenzoat, metil benzoat yang telah disintesis
sebelumnya dinitrasi dengan donor ion nitronium berupa HNO 3 dengan variasi katalis
berupa asam sulfat (H2SO4) dan asam klorida (HCl) dalam suhu 10C dan suhu 30-400C.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah variasi katalis dan variasi suhu mempengaruhi jumlah rendemen yang
didapatkan dalam sintesis Metil 3-Nitrobenzoat?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh variasi suhu dan variasi katalis terhadap jumlah
rendemen yang didapatkan dalam sintesis Metil 3-Nitrobenzoat
D. Manfaat
1. Untuk memberikan informasi dalam bidang sintesis senyawa Metil 3-Nitrobenzoat
mengenai pengaruh suhu dan katalis terhadap rendemen yang didapatkan
E. Keaslian Penelitian
Telah dilakukan sintesis Metil 3-Nitrobenzoat dengan katalis H2SO4 dalam suhu 10C,
namun belum pernah dilakukan atau dipublikasikan sintesis Metil 3-Nitrobenzoat dengan
katalis asam klorida dan suhu 50C.

BAB II
A. Tinjauan Pustaka
1. Metode
Prinsip dari Esterifikasi yaitu alkohol bereaksi reversibel dengan asam dan akan
membentuk ester. Pada reaksi ini melibatkan penggantian gugus hidroksil dari asam oleh
gugus alkil dari alkohol (Murray,1977).
Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung terutama pada halangan
stearik dalam alkohol dan asam karboksilatnya. Kuat asam karboksilat hanya berperanan
kecil dalam laju pembentukan ester (Fessenden, 1986).
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi berdasarkan adanya radikal karboksil karena
asam amino mempunyai radikal karboksil bebas, pemanasan asam amino dan alkohol
dengan menggunakan asam klorida atau asam sulfat sebagai katalis dapat membentuk
ester (Sumardjo 2009).
Esterifikasi Fischer adalah proses pembentukan ester dengan pemanasan pada
refluks asam karboksilat dan alkohol dengan adanya katalis asam kuat, seperti H2SO4,
ArSO3H2 atau HCl (Brown et al, 2008).
Esterifikasi Fischer terjadi karena penyerangan nukelofil alkohol pada gugus
karbonil dari asam karboksilat membentuk intermediet tetrahedral.

Hilangnya

intermediet tetrahedral membentuk gugus karbonil dan membentuk ester dan H 2O (Mayo
et al, 2010).
Nitrasi merupakan reaksi penggabungan subtituen nitrogen pada cincin aromatik.
Dalam reaksi ini, ikatan C-H aren dan reagen yang digunakan, asam nitrat dapat saling
berikatan dengan mudah. Selain itu, reaksi nitrasi juga dapat membentuk ion nitronium
(NO2+) yang sangat reaktif. Cara yang paling umum dilakukan pada reaksi ini adalah
dengan melarutkan substrat dalam asam sulfat ( terjadi proses eksotermik), dilanjutkan
dengan penambahan HNO3 secara perlahan, dan akan terbentuk ion nitronium. Nitrasi
merupakan reaksi eksotermik yang tinggi, dan dapat dikontrol dengan penambahan HNO 3
(Caron,2011).
Nitrasi metil benzoat untuk membuat metil-m-nitrobenzoat merupakan reaksi
elektrofilik subtitusi pada aromatik, dimana proton pada cincin aromatik diganti dengan

gugus nitro. Reaksi subtitusi aromatik terjadi ketika substrat aromatik bereaksi dengan
reagen elektrofilik yang cocok.

Dalam reaksi nitrasi terjadi protonasi asam sulfat

terhadap asam nitrit dan terbentuk ion nitrosonium.

Suhu merupakan faktor dalam

menentukan kecepatan reaksi nitrasi, semakin tinggi suhu semakin besar pula jumlah
produk dinitrasi yang terbentuk dalam reaksi (Pavia, 2005).
2. Bahan- bahan yang digunakan
a. Metanol
Metanol merupakan larutan berwarna jernih, berbau seperti Alcohol. Metanol mudah
larut dalam air dingin dan panas. Berat molekul metanol ialah 32.04 g/mol dan
memiliki berat jenis seberat 0.7915. Titik didih metanol ialah 64.5 oC dan titik leleh
metanol ialah -97.8 oC (Sciencelab, 2005).
b. Aquadest
Aquadest merupakan cairan tidak berwarna dan tidak berbau. Aquadest memiliki
berat jenis sebesar 1, berat molekul seberat 18.02 g/mol. Titik didih yang dimiliki
aquadest sebesar 100 oC (Sciencelab, 2005).
c. CaCl2 anhidrat
Kalsium klorida anhidrat berbentuk kristal, tidak berbau, tidak berwarna dan memiliki
rasa asin. Kalsium klorida memiliki berat molekul 110.99 g/mol dan berat jenis 2.15.
titik didih kalsium klorida anhidrat ialah 1670 oC dan titik leleh sebesar 772 oC.
Kalsium klorida mudah larut dalam acetone, air digin, air panas dan larut dalam asam
asetat dan alcohol (Sciencelab, 2005).
d. Dietil eter
Dietil eter berupa cairan dan tidak berwarna. Titik didih dietil eter sebesar 34 oC dan
titik leleh sebesar -116 oC. Berat jenis dari dietil eter sebesar 0.71 (ReAgent, 2004).
e. Metil Benzoat
Metil benzoate merupakan cairan yang memiliki berat molekul sebesar 136.14 g/mol
dan berat jenis sebesar 1.094. Titik didih metil benzoate 199 oC dan titik leleh -12.3
o

C. Metil benzoate mudah larut dalam air (Sciencelab, 2005).


f. Natrium Karbonat
Natrium karbonat berupa padatan bewarna putih, tidak berbau dan memiliki rasa
alkalin. Berat molekul dari natrium karbonat sebesar 105.99 g/mol dan berat jenis
sebesar 2.532. Natrium karbonat mudah larut dalam air panas, gliserol, dan sedikit
larut dalam air dingin serta tidak larut dalam aseton dan alkohol (Sciencelab, 2005).
g. Asam Nitrat
Asam nitrat merupakan cairan dan tidak berwarna. Titik didh asam nitrat sebesar 121
o

C dan titik leleh sebesar -41.6 oC. Asam nitrat larut dalam air dingin, air panas, dan

dietil eter (Sciencelab, 2005).


h. Asam Sulfat

Asam sulfat berupa cairan yang tidak berwarna dan dan berbau. Berat molekul asam
sulfat sebesar 98.08 g/mol. Asam sulfat memiliki berat jenis 1.84. titik didih asam
sulfat 270 oC dan titik leleh sebesar -35 oC. Asam sulfat larut dalam air dingin dan atil
alcohol (Sciencelab, 2005).
i. Asam Klorida
Berbentuk cairan berbau pedas dan mampu mengiritasi, bersifat asam kuat tidak
berwarna. Memiliki titik lebur 108.58 C. Larut dalam air dingin, air panas, dietil eter.
Sangat reaktif dengan logam. Reaktif dengan agen oksidasi, bahan organik, alkali, air.
Bereaksi dengan air terutama ketika air ditambahkan ke produk. (Sciencelab, 2005).
B. Landasan Teori
Prinsip dari Esterifikasi yaitu alkohol bereaksi dengan asam dan akan membentuk
ester dengan melibatkan penggantian gugus hidroksil dari asam oleh gugus alkil dari alcohol.
Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung terutama pada halangan stearik dalam
alkohol dan asam karboksilatnya.
Esterifikasi Fischer adalah proses pembentukan ester dengan pemanasan pada refluks
asam karboksilat dan alkohol dengan adanya katalis asam kuat. Esterifikasi Fischer terjadi
karena penyerangan nukelofil alkohol pada gugus karbonil dari asam karboksilat membentuk
intermediet tetrahedral. Hilangnya intermediet tetrahedral membentuk gugus karbonil dan
membentuk ester dan H2O.
Nitrasi merupakan reaksi penggabungan subtituen nitrogen pada cincin aromatik.
Dalam reaksi nitrasi akan terbentuk ion nitronium (NO 2+) yang dihasilkan dari penambahan
HNO3 secara perlahan ke dalam substrat dan katalis. Nitrasi metil benzoat untuk membuat
metil-m-nitrobenzoat merupakan reaksi elektrofilik subtitusi pada aromatik, dimana proton
pada cincin aromatik diganti dengan gugus nitro. Dalam reaksi nitrasi terjadi protonasi asam
sulfat terhadap asam nitrit dan terbentuk ion nitrosonium.

C. Hipotesis
Perubahan penggunaan katalis dan suhu saat terjadi reaksi pada sintesis Metil 3Nitrobenzoat berpengaruh terhadap jumlah rendemen yang dihasilkan.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Prinsip Metode
a. Reaksi Esterifikasi Fischer
Proses pembentukan ester yang terjadi karena penyerangan nukelofil alcohol
pada gugus karbonil dari asam karboksilat sehingga membentuk intermediet hasil
akhir ester dan H2O.
b. Reaksi Nitrasi
Reaksielektrofiliksubtitusipadaaromatik, dimana proton pada cincin aromatic
diganti dengan gugus nitro (-NO2).
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yakni erlenmeyer, timbangan, labu alas bulat, batu didih,
kondensor Alihn, pendingin Liebigh, pipa bengkok, pipa alonga, corong pisah, rotary
evaporator, corong Buchner, kertas saring, mantel heater, statif dan klem.
Bahan yang digunakan antara lainasam benzoat, metanol, asam sulfat,asam
klorida,aquadest,dietil eter, natrium karbonat10%,asam nitrat, natrium klorida, kalsium
klorida anhidrat, cracked ice.

C. Cara Kerja
1. Sintesis Metil Benzoat
Ditimbang 20 g asam benzoat, kemudian ditambah dengan 100 ml metanol
dalam labu alas bulat 250 ml, lalu didinginkan dalam ice bath. Ditambah dengan 6 ml
H2SO4, campur hingga homogen. Dimasukkan tiga batu didih ke dalam labu tersebut,
lalu direfluks selama 1 jam.Labu tersebut lalu didinginkan kemudian didekantir, dan
dimasukkan ke dalam corong pisah yang berisi 100 ml air. Labu dicuci dengan 100 ml
dietil eter lalu dimasukkan ke dalam corong pisah tadi, kemudian digojog. Fase air
dikeluarkan dari corong pisah. Penggojogan dilakukan sebanyak tiga kali dengan
penambahan 100 ml air pada masing-masing penggojogan.
Pada fase dietil eter ditambahkan 100 ml Na 2CO3 10%, digojog kemudian
keran corong pisah dibuka untuk membuang gas yang terbentuk. Penggojogan
dihentikan ketika sudah tidak ada lagi gas yang terbentuk. Lapisan Na 2CO3 dipisahkan
dari lapisan dietil eter. Lapisan dietil eter dicuci dengan larutan NaCl jenuh lalu
ditambah CaCl2 anhidrat secukupnya. Setelah 10 menit, larutan tersebut didekantir
dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer. Sebanyak 20 ml dietil eter dituangkan untuk
mendekantir kembali.
Selanjutnya larutan hasil dekantir diuapkan dengan rotary evaporator. Hasil
evaporasi ditambahkan dengan 12 gr CaCl2 anhidrat lalu dipanaskan selama 5 menit.
Larutan dipindahkan dalam labu alas bulat kemudian diletakkan dalam mantel heater
dan dilakukan didestilasi

Reaksi Esterifikasi Fischer Pembentukan Metil Benzoat


ReaksiUmum

MekanismeReaksi

B. Sintesis Metil 3-Nitrobenzoat


Dengan katalis H2SO4 dan suhu 10 oC
Asam sulfatsebanyak 2 mL dilarutkan dalam metanol 2 mL kemudian
dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan didinginkan hingga suhu 0oC.
Kemudian campuran asam asetat dan metanol tersebut ditambahkan dengan 1
grammetil benzoat kemudian didinginkan hingga 10 oC dan ditambah dengan 1.3
mL campuran larutan 0.65 mL H2SO4dan0.65 mL HNO3. Selanjutnya, larutan
diaduk selama 15 menit, suhu tetap dijaga dalam keadaan 10 oC. Larutan
kemudian dicampur dengan 7.5 g cracked ice dan akan terbentuk solid.
Kemudian, larutan difiltrasi dengan corong Buchner. Filtrat yang ada di corong
Buchner kemudian dibilas dengan metanol. Selanjutnya, kertas saring yang ada
filtrat kemudian diangkat dan diletakkan di atas kertas kering. Filtrat yang
berbentuk kristal kemudian dipindahkan dengan menggunakan spatula. Kristal
dicuci dengan menggunakan 5 mL metanol dingin dan diaduk dalam keadaan
dingin. Selanjutnya, dilakukan penyaringan dengan menggunakan corong
Buchner dan dipindahkan dengan menggunakan kertas saring.
Dengan katalis H2SO4 dan suhu 30-40oC
Asam sulfat sebanyak 2 mL dilarutkan dalam metanol 2 mL kemudian
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dan didinginkan hingga suhu 0 oC.
Kemudian campuran asam sulfat dan metanol tersebut ditambahkan dengan 1
gram metil benzoat. Selanjutnya,ditambah dengan 1.3 mL campuran larutan 0.65
mL H2SO4 dan 0.65 mL HNO3. Lalu larutan diaduk selama 15 menit dan
dipanaskan pada rentang suhu 30-40 oC di atas waterbath.Dimasukkan 7.5 g
cracked ice dan akan terbentuk solid. Kemudian, larutan difiltrasi dengan corong
Buchner. Filtrat yang ada di corong Buchner kemudian dibilas dengan metanol.
Selanjutnya, kertas saring yang ada filtrat kemudian diangkat dan diletakkan di
atas kertas kering. Filtrat yang berbentuk kristal kemudian dipindahkan dengan

menggunakan spatula. Kristal dicuci dengan menggunakan 5 mL metanol dingin


dan diaduk dalam keadaan dingin. Selanjutnya, dilakukan penyaringan dengan
menggunakan corong Buchner dan dipindahkan dengan menggunakan kertas
saring.
Dengan katalis HCl dan suhu 10 oC
Asam klorida sebanyak 2 mL dilarutkan dalam metanol 2 mL kemudian
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dan didinginkan hingga suhu 0 oC.
Kemudian campuran asam asetatdan metanol ditambahkan dengan 1 gram metil
benzoat kemudian didinginkan hingga 10 oC dan ditambah dengan 1.3 mL
campuran larutan 0.65 mL asam klorida dan 0.65 mL HNO3. Selanjutnya, larutan
diaduk selama 15 menit, suhu tetap dijaga dalam keadaan 10 oC. Larutan
kemudian dicampur dengan 7.5 g cracked ice dan akan terbentuk solid.
Kemudian, larutan difiltrasi dengan corong Buchner. Filtrat yang ada di corong
Buchner kemudian dibilas dengan metanol. Selanjutnya, kertas saring yang ada
filtrat kemudian diangkat dan diletakkan di atas kertas kering. Filtrat yang
berbentuk kristal kemudian dipindahkan dengan menggunakan spatula. Kristal
dicuci dengan menggunakan 5 mL metanol dingin dan diaduk dalam keadaan
dingin. Selanjutnya, dilakukan penyaringan dengan menggunakan corong
Buchner dan dipindahkan dengan menggunakan kertas saring.
Dengan katalis HCl dan suhu 30-40 oC
Asam klorida sebanyak 2 mL dilarutkan dalam metanol 2 mL kemudian
dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer dan didinginkan hingga suhu 0 oC.
Kemudian campuran asam asetatdan metanol tersebut ditambahkan dengan 1
gram metil benzoat. Selanjutnya, ditambah dengan 1.3 mL campuran larutan 0.65
mL asam klorida dan 0.65 mL HNO3. Lalu larutan diaduk selama 15 menit dan
dipanaskan pda rentang suhu 30-40 oC.Dimasukkan 7.5 g cracked ice dan akan
terbentuk solid. Kemudian, larutan difiltrasi dengan corong Buchner. Filtrat yang

ada di corong Buchner kemudian dibilas dengan metanol. Selanjutnya, kertas


saring yang ada filtrat kemudian diangkat dan diletakkan di atas kertas kering.
Filtrat yang berbentuk kristal kemudian dipindahkan dengan menggunakan
spatula. Kristal dicuci dengan menggunakan 5 mL metanol dingin dan diaduk
dalam keadaan dingin. Selanjutnya, dilakukan penyaringan dengan menggunakan
corong Buchner dan dipindahkan dengan menggunakan kertas saring.

Reaksi Pembentukan Metil 3-Nitrobenzoat

2. Justifikasi Metil 3-Nitrobenzoat


Analisis terhadap Metil 3-Nitrobenzoat yang telah dihasilkan dari sintesis
sebelumnya dilakukan dengan justifikasi kualitatif dan kuantitatif.

Uji kualitatif

meliputi uji organoleptis (warna, bentuk, bau) dan pengukuran titik lebur yang
hasilnya kemudian dibandingkan dengan literatur.

Sedangkan uji kuantitatif

dilakukan dengan perhitungan rendemen Metil 3-Nitrobenzoat hasil sintesis.


a. Organoleptis
Dilakukanpemeriksaanorganoleptis (bau, warna, danbentuk) terhadapMetil 3Nitrobenzoat hasilsintesis.Hasilkemudiandibandingkandenganliterature
b. Titik Lebur

Metil 3-Nitrobenzoat yang didapatkandari proses sintesis dimasukkan kedalam


pipa kapiler alat melting apparatus. Ukur titik didih Metil 3-Nitrobenzoat yang
didapat. Hasil kemudian dibandingkan dengan literature.
c. Kelarutan
Metil 3-Nitrobenzoat yang didapatkandari proses sintesis ditambahkan dengan
toluen, aseton, metanol, aquades, HCl, dan NaOH. Diamati tingkat kelarutannya,
hasil kemudian dibandingkan dengan literatur.
d. PerhitunganRendemen
Perhitungan rendemen dilakukan melalui persamaan:

Daftar Pustaka
Brown, W., et al., Organic Chemistry, 5th edition, Brooks/Cole-Cengaging Learning, USA,
p.633.
Caron, Stphane, 2011, Practical Synthesic Organic Chemistry : Reactions, Principles, and
Techniques, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey, p.256.
Feng, 2008, Synthesis of Lenalidomide, Chinesse Journal of Pharmaceutical, China, p.1.
Fessenden, 1986, Kimia Organik Jilid 2, Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta, hal. 83, 470-471.
Firth, D., 2001, Nitration Reactions in The Manufacture of Pharmaceutical Intermediate,
Samedan LTD, United Kingdom, p. 132-139.
K.L. Williamson, 1994, Macroscale and Microscale Organic Experiments, Second Edition,
Houghton Mifflin.
Kilway, K.V., 2007, Nitration of Methyl Benzoate, University of Missouri, Kansas City, p.1-3.
Mayo, D.W., et al., 2010, Microscale Organic Laboratory : with Multistep and Multiscale
Syntheses, 5th edition, John Wiley & Sons Inc., Hoboken, New Jersey, p.197.
Murray, R.S. Peter, 1977, Principles of Organic Chemistry : A Modern and Comprehensive
Text for Schools and Colleges, 2nd edition, Heinemann Educational Books, Oxford,
p.177.
Nomura, G., 2007, Synthesis of Methyl m-Nitrobenzoate (also methyl 3-nitrobenzoate),
Georgia Perimeter College, Georgia, p. 1-3.
Pavia, L. Donald, 2005, Introduction to Organic Laboratory Techniques : A Small Scale
Approach, Brooks/Cole-Thomson Learning, USA, p.352-354.
ReAgent, 2004, Diethyl Eter LRG MSDS, ReAgent, Runcom, p. 2.
Sarvari, H.M., Tavakolian M., Ashenagar S., 2010, Nitration Of Aromatic Compounds Using
Alumina Sulfuric Acid (ASA) As a Novel Heterogenous System and Mg (NO3)2.6H2O
as Nitrating Agent In Water, Iranian Journal of Science & Technology, Shiraz
University, Iran, p. 215.
Sciencelab, 2005, Material Safety Data Sheet Calcium Chloride Anhydrous MSDS,
Sciencelab, Texas, p. 3.
Sciencelab, 2005, Material Safety Data Sheet Methanol MSDS, Sciencelab, Texas, p. 3.

Sciencelab, 2005, Material Safety Data Sheet Methyl Benzoate MSDS, Sciencelab, Texas, p.
3.
Sciencelab, 2005, Material Safety Data Sheet Nitric Acid, 70% MSDS, Sciencelab, Texas, p.
3.
Sciencelab, 2005, Material Safety Data Sheet Sodium Carbonate MSDS, Sciencelab, Texas,
p. 3.
Sciencelab, 2005, Material Safety Data Sheet Sulfuric Acid MSDS, Sciencelab, Texas, p. 3.
Sumardjo, D., 2009, Pengantar Kimia, EGC, Jakarta, hal. 142-143.
Williamson, K.L., 1994, Macroscale and Microscale Organic Chemistry Experiments, 2nd
edition, Houghton Mifflin, Boston, p.385.

Anda mungkin juga menyukai