Review Film Osama
Review Film Osama
Afganistan. Film ini berkisah tentang seorang gadis berumur 12 tahun yang hidup di masa
pemerintahan rezim Taliban. Fokus cerita film ini adalah perjuangan si gadis kecil yang
terpaksa menyamar sebagai anak laki-laki agar bisa menghidupi keluarganya. Film Osama ini
adalah film pertama yang di buat di Afganistan setelah produksi film dilarang oleh rezim
Taliban sejak tahun 1996. Menurut sang sutradara, cerita film Osama sebagian terinspirasi
oleh cerita seorang anak gadis yang ditemui oleh sutradara, yang menyamar menjadi anak
laki-laki agar bisa bersekolah. Serta terinspirasi oleh reportase sebuat surat kabar sesaat
setelah jatuhnya rezim Taliban. Nama Osama disini tidak ada kaitannya dengan Osama bin
Laden.
Dimasa pemerintahan Taliban di Afganistan, rezim ini menerapkan peraturan hukum
yang sangat represif terutama terhadap perempuan, yang antara lain perempuan tidak boleh
bekerja. Bahkan perempuan tidak boleh keluar rumah tanpa didampingi oleh muhrim lakilaki. Situasi ini menjadi sulit bagi sebuah keluarga yang hanya beranggotakan 3 orang
perempuan: seorang anak perempuan, sang ibu, dan sang nenek. Ayah dan paman si anak
perempuan tersebut meninggal semasa perang ketika Afganistan diinvasi oleh Soviet.
Akibatnya tidak ada laki-laki dalam rumah tangga tersebut yang bisa bekerja untuk
menghidupi keluarga.
Dalam kondisi seperti ini, sang ibu dan nenek tidak menemukan cara lain kecuali
meminta anak perempuannya untuk menyamar menjadi anak laki-laki agar bisa bekerja
mencari nafkah untuk keluarga. Si anak perempuan tidak berdaya menolak bujukan ibu dan
neneknya meskipun ia merasa sangat takut dibunuh oleh pemerintah Taliban bila
penyamarannya diketahui. Dua orang yang mengetahui penyamaran tersebut, selain ibu dan
neneknya, adalah seorang laki-laki pedagang susu, teman almarhum ayahnya, dimana anak
gadis tersebut kemudian bekerja; dan seorang anak laki-laki tetangganya bernama Espandi.
Espandi yang mengenali anak perempuan tersebut menyimpan rahasia penyamaran dan
bahkan kemudian memanggilnya dengan nama Osama.
Penyamaran ini kemudian menjadi masalah besar bagi Osama ketika pemerintah
Taliban merekrut anak-anak laki-laki dari sekolah-sekolah untuk masuk dalam pelatihan
militer. Dengan statusnya sebagai anak laki-laki Osama bersama Espandi termasuk yang
direkrut dalam pelatihan. Dalam pelatihan tersebut anak-anak tidak hanya dilatih berperang,
tetapi juga diajari melakukan tatacara keagamaan dalam Islam, seperti cara mandi besar bila
suatu saat nanti anak laki-laki mengalami mimpi basah atau setelah menggauli istrinya ketika
mereka menikah. Sikap Osama yang selalu menolak untuk ikut praktek dalam latihan mandi