LI LBM 1 Blok 3
LI LBM 1 Blok 3
akan lebih rendah dan lebih ke dalam dari pada sikap tiduran.
b. Letak diafragma.
Pada inspirasi yang dalam, maka letak iktus lebih ke bawah dan pindah
ke medial 1 1,5 cm. Pada wanita hamil trimester III, dimana
diafragma terdesak ke atas, maka iktus akan lebih tinggi letaknya, bisa
pada ruang interkostal III atau bahkan II, serta agak di luar linea
midklavikularis.Pada ascites juga akan dijumpai keadaan seperti
tersebut di atas,
Kadang-kadang iktus dapat ditentukan dengan melihat papilla
mammae, tapi seringkali hal ini tidak dapat dijadikan patokan karena letak
papilla mammae terutama pada wanita sangat variable. Iktus sangat
menentukan batas jantung kiri. Maka jika didapatkan iktus terdapat pada
perpotongan antara spatium interkostale V kiri dengan linea midklavikularis,
berarti besar jantung normal. Jika iktus terdapat di luar linea midklavikularis,
maka menunjukan suatu hal tidak normal, yang dapat disebabkan oleh
pembesaran jantung kiri atau jika besar jantung adalah normal, maka
perpindahan itu disebabkan oleh penimbunan cairan dalam kavum pleura kiri
atau adanya schwarte pleura kanan.
Jika iktus terdapat lebih medial (lebih kanan) dari normal, hal ini
juga patologis, dapat terjadi karena penimbunan cairan pleura kiri atau
adanya schwarte pleura kanan.
Sifat iktus :
a. Pada keadaan normal, iktus hanya merupakan tonjolan kecil, yang
sifatnya local. Pada pembesaran yang sangat pada bilik kiri, iktus akan
meluas.
b. Iktus hanya terjadi selama systole.Oleh karena itu, untuk memeriksa
iktus, kita adakan juga palpasi pada a. carotis comunis untuk merasakan
adanya gelombang yang asalnya dari systole.
Denyutan nadi pada dada.
Alveolus merupakan saluran akhir dari alat pernapasan yang berupa gelembunggelembung udara. Gelembung tersebut diselimuti pembuluh kapiler darah .
Alveolus adalah kantung berdinding tipis, lembap didalam paru2 yang
mengandung udara dan berlekat erat dengan kapiler-kapiler darah, melalui
seluruh dinding inilah terjadi pertukaran gas. Alveolus terdiri atas satu lapis sel
epitelium pipih dan di sinilah darah hampir langsung bersentuhan dengan udara.
Epitel pipih yang melapisi alveoli memudahkan darah di dalam kapiler-kapiler
darah mengikat oksigen dari udara dalam rongga alveolus. Adanya alveolus
memungkinkan terjadinya perluasan daerah permukaan yang berperan penting
dalam pertukaran gas O2 dari udara bebas ke sel-sel darah dan CO2 dari sel-sel
darah ke udara.
Jumlah alveolus pada paru-paru kurang lebih 300 juta buah. Adanya alveolus ini
menjadikan permukaan paru-paru lebih luas. Diperkirakan, luas permukaan
paruparu sekitar 160 m2. Dengan kata lain, paru-paru memiliki luas permukaan
sekitar 100 kali lebih luas daripada luas permukaan tubuh.
Dinding alveolus mengandung kapiler darah. Oksigen yang terdapat pada
alveolus berdifusi menembus dinding alveolus, lalu menem bus dinding kapiler
darah yang mengelilingi alveolus. Setelah itu, masuk ke dalam pembuluh darah
dan diikat oleh hemoglobin yang terdapat di dalam sel darah merah sehingga
terbentuk oksihemoglobin (HbO2). Akhirnya, oksigen diedarkan oleh darah ke
seluruh tubuh. Setelah sampai ke dalam sel-sel tubuh, oksigen dilepaskan
sehingga oksihemoglobin kembali menjadi hemoglobin. Oksigen ini digunakan
untuk oksidasi.
Dalam tubuh, oksigen digunakan untuk proses pembentukan energi. Pada proses
tersebut dihasilkan energi dan gas karbon dioksida (CO2). CO2 tersebut diikat
kembali oleh hemoglobin darah. Setelah itu, darah akan membawa CO2 ke
paru-paru. Sesampai di alveolus, CO2 menembus dinding pembuluh darah dan
dinding alveolus. CO2 dari paru-paru menuju tenggorokan, kemudian ke lubang
hidung untuk dikeluarkan dari dalam tubuh. Jadi proses pertukaran gas
sebenarnya berlangsung di alveolus.
yang diambil akan bereaksi dengan air membentuk asam karbonat (H2CO2)
yang berakibat darah bersifat asam.
Dalam kondisi normal tubuh menghasilkan sekitar 200 cc karbon dioksida dan
setiap liter darah hanya dapat melarutkan 4,3 cc karbon dioksida. Hal tersebut
menyebabkan terbentuknya asam karbonat dan pH darah menjadi asam (4,5).
Dengan adanya ion Na+ dan K+, keasaman darah dapat dinetralkan.
Pengangkutan karbon dioksida dari jaringan dengan pengubahan dari karbon
dioksida menjadi asam karbonat atau sebaliknya dipercepat oleh enzim karbonat
anhidrase.
Apabila ion H+ tetap tinggal di dalam darah akan berakibat darah bersifat asam.
Oleh karena itu, ion H+ dinetralkan dengan ion K+. Setelah itu aliran darah
kembali ke paru-paru dan melepaskan karbon dioksida. Hal itu dapat mengurai
konsentrasi karbon dioksida dan asam karbonat. Kemudian asam karbonat
diuraikan menjadi air dan karbon dioksida. Darah melepaskan sekitar 10%
karbon dioksida saat darah mengalir ke paru-paru dan sisanya yaitu sekitar 90%
tetap tertahan dalam bentuk bikarbonat (HCO3-) yang bertindak sebagai buffer
(penyangga) darah yang penting untuk menjaga agar Ph darah tetap.
Karbon dioksida yang dibentuk melalui respirasi sel diangkut menuju paru-paru.
Setelah sampai di alveolus, karbon dioksida berdifusi dari kapiler ke alveolus.
Dapi alveolus, karbon dioksida dikeluarkan melalui saluran pernafasan saat
menghembuskan nafas, dan akan keluar melalui hidung.