Anda di halaman 1dari 45

Tata Laksana HIV/AIDS Pada

Anak
Micheline Brigita
Bolang
N 111 14 012
Pembimbing:
dr. Kartin Akune, Sp.A

PENDAHULUAN
Infeksi HIV pada anak berkembang lebih pesat
dibandingkan pada dewasa
Sebagian anak yang tidak mendapat terapi
mengalami kematian pada dua tahun
pertama kehidupan.

Diperlukan tatalaksana yang baik


sehingga munculnya AIDS dapat
ditunda dan usia anak dapat
diperpanjang

LAPORAN KASUS
Identitas Pasien:
Nama
: An. Y
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir
: 24 Juni 2012
(3 tahun)
Tanggal Masuk : 25 Juni 2015
Alamat
: Jln. Ahmad Yani

Keluhan Utama: Badan lemas


Riwayat perjalanan penyakit:
Badan lemas dan malas makan sudah dialami
selama 2 minggu.
Mengalami keluhan bercak-bercak berwarna
putih dibagian mulut sejak 6 bulan yang lalu,
sudah diberikan obat namun tidak
menghilang.
Pasien juga mengalami BAB encer sejak
lama, frekuensi >5x sehari, ampas(+), warna
kekuningan, bau tidak spesifik, darah (-).

Riwayat perjalanan penyakit:


Mual (+), muntah (-), nyeri menelan
(+)
Demam (+) bersifat naik turun.
Hampir setiap bulan pasien
mengalami demam.
Pasien tidak mengalami kejang,
menggigil, atau sakit kepala.
Pasien tidak mengeluh batuk, flu
atau sesak.
Buang air kecil lancar, urin berwarna
kuning muda, dan tidak ada keluhan
nyeri berkemih.

Riwayat penyakit sebelumnya:


Telah di diagnosis terkena HIV/AIDS sejak
2,5 tahun yang lalu, mendapat pengobatan
terus menerus.
Riwayat diare berulang sejak awal tahun
2015 dan sudah 4 kali dirawat di RS

Riwayat penyakit dalam keluarga:


Ayah dan ibu pasien sudah meninggal
karena HIV/AIDS sejak pasien berusia 15
bulan.

Riwayat sosial dan ekonomi:


Menengah

Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:


Menurut nenek pasien tinggal di kos-kosan yang
agak kumuh.

Riwayat kehamilan dan persalinan:


Pasien lahir normal, cukup bulan,
langsung menangis
Berat badan dan panjang badan lahir tidak
diketahui.
Proses persalinan dibantu oleh bidan di
rumah.

Riwayat tumbuh kembang

Mulai berbicara Mama atau Papa sekitar usia 7-8 bulan.


Bisa duduk tanpa pegangan usia 10 bulan.
bisa berjalan sekitar usia 1 tahun.

Riwayat makanan

ASI ekslusif lahir - 7 bulan.


Susu formula sejak usia 7 bulan - 1 tahun.
Bubur halus sejak usia 10 bulan lebih.
Nasi sejak 1 tahun sampai sekarang.
Lebih suka makan snack-snack dan jarang makan
sayur dan buah-buahan.

Riwayat imunisasi
Imunisasi dasar lengkap.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Sakit Berat


Kesadaran
: Komposmentis
Berat Badan : 8 kg
Tinggi Badan
: 85 cm
Status Gizi
: Gizi Buruk
(Z score < -3 SD)

Tanda Vital
Suhu
: 37,9C
Denyut Nadi
: 116 x/menit
Respirasi
: 26 x/menit

Kulit :
Ruam kemerahan (-), kering (+)

Kepala : Normocephal
Mata : konjungtiva anemis +/+, sklera ikterik -/-,
edema palpebra (-)
Mulut : moniliasis (+)
Faring : hiperemis (+)
Tonsil : T1-T1
Telinga : sekret (-/-), nyeri tekan (-/-)
Hidung : rhinorrhea -/-

Leher

Kelenjar getah bening: Pembesaran (-)


Kelenjar tiroid
: Pembesaran (-)

Thorax
Paru
Inspeksi
: Ekspansi paru simetris,
Retraksi interkostal -/ Palpasi
: Fokal fremitus simetris kiri=kanan,
massa (-)
Perkusi
: Sonor +/+
Auskultasi : Bronkovesikuler +/+, Rhonki -/-,
Wheezing -/-

Jantung
Inspeksi
: Denyut iktus kordis tidak tampak
Palpasi
: Denyut iktus kordis teraba pada SIC IVV linea midclavicularis sinistra
Perkusi
: Batas Jantung normal
Auskultasi : Bunyi Jantung I&II murni regular, Bunyi
tambahan (-)

Abdomen :

Inspeksi : Kesan cembung


Auskultasi : Peristaltik (+) Kesan Normal
Perkusi
: Timpani
Palpasi
: Nyeri tekan (-),
tidak ada teraba hepar, lien, atau
massa

Punggung
Genitalia

: deformitas (-)
: Tidak ada kelainan.

Ekstremitas Atas : Akral hangat +/+, Edema -/ Ekstermitas Bawah : Akral hangat +/+, Edema -/-

Hasil pemeriksaan darah rutin


Eritrosit
: 2,42 x 106/mm3
Hemoglobin : 6,0 g/dL
Hematokrit
: 19,0 %
Platelet
: 392 x103/mm3
Leukosit
: 6,0 x103/mm3

RESUME
Pasien anak laki-laki (3 tahun) mengalami badan
lemas dan malas makan selama 2 minggu.
Moniliasis (+) sejak 6 bulan yang lalu, sudah
diberikan obat namun tidak menghilang.
BAB encer sejak lama, frekuensi >5x sehari,
ampas(+), warna kekuningan. Nausea (+),
Disfagia (+)
Demam (+) bersifat naik turun. Hampir setiap
bulan pasien mengalami demam.
Buang air kecil lancar, urin berwarna kuning muda

Pasien telah di diagnosis terkena HIV/AIDS sejak 2,5


tahun yang lalu dan mendapat pengobatan terusmenerus
Riwayat diare berulang sejak awal tahun 2015 dan
sudah 4 kali dirawat di RS karena keluhan tersebut
Ayah dan ibu pasien sudah meninggal karena HIV/AIDS
sejak pasien berusia 15 bulan.

Pemeriksaan klinis ditemukan status gizi buruk, denyut


nadi : 116 x/menit, respirasi : 26 x/menit, suhu :
37,9Celcius.
Kulit tampak kering (+), Mulut terdapat moniliasis (+).
Pemeriksaan penunjang: Hb: 6,0 g/dL

DIAGNOSIS
-

HIV/AIDS
Diare Persisten
Gizi Buruk Kondisi III

TERAPI

- IVFD KAEN 3B 8 tetes/menit


- Injeksi Ceftriaxone 250mg /12jam /IV
- Paracetamol syrup 4 x cth (kalau perlu)
- Nevirapine 2 x 60 mg
- Lamivudine 2 x 30 mg
- Efavirenz 1 x 200 mg
- Nystatin 3 x 2 ml
- Cotrimoxazole syrup 2 x 1 cth

Tatalaksana Gizi buruk Kondisi III


a) Fase Stabilisasi
- Glukosa 10% 50 ml
- 2 Jam pertama:
- Resomal setiap 30 menit, dosis: 5ml/kgBB
8x5ml= 40ml/kgBB
- Catat nadi, frekuensi nafas dan pemberian
Resomal setiap 30 menit
-10 jam berikutnya:
- Teruskan pemberian resomal berselangseling dengan F75 setiap 1 jam
Resomal: 5-10ml/kgBB/setiap pemberian 40ml
F-75 setiap 2 jam menurut tabel (8 kg 90ml)

- Bila sudah rehidrasi:


Diare (-) : Hentikan Resomal teruskan F75 setiap
2 jam
Diare (+) : Setiap diare berikan resomal 100200ml

Bila diare/muntah berkurang, dapat


menghabiskan F75, ubah pemberian F75
menjadi setiap 3 jam
Bila diare/muntah berkurang, dapat
menghabiskan F75, ubah pemberian F75
menjadi setiap 4 jam

DISKUSI
Yang paling penting dalam pengobatan
adalah menentukan kapan saat yang

paling tepat untuk mulai memberikan


antiretrovirus.
Biasanya
keputusan
untuk
memulai
memberikan obat atau mengganti obat
adalah dengan memantau gejala klinis
penderita secara ketat dan melakukan
pemeriksaan hitung CD4+ dan PCR RNA.1

Umumnya pengobatan antiretrovirus


mulai
diberikan
kepada
anak
terinfeksi HIV, bila sudah muncul
gejala klinis AIDS
Pemberian obat ARV tidak
tergantung status gizi penderita

PEMBERIAN PROFILAKSIS
Profilaksis Kotrimoksasol
untuk Pneumocystis
Pneumoniae

Pemberian kotrimoksazol pada bayi yang lahir dari ibu HIV positif

Pasien dan keluarga harus di


edukasi bahwa:
Kotrimoksazol tidak mengobati atau menyembuhkan
infeksi HIV.
Kotrimoksazol tidak menggantikan kebutuhan terapi
antiretroviral.
Kotrimoksazol mencegah infeksi yang umum terjadi
pada bayi yang terpajan HIV dan anak
imunokompromais, dengan tingkat mortalitas tinggi.
Meminum kotrimoksazol harus teratur.

Inisiasi Profilaksis Kotrimoksasol pada Anak

DOSIS KOTRIMOKSASOL
Usia < 6 bulan :

suspensi 2,5 ml atau


1 tablet pediatrik atau
tablet dewasa setara dengan 100 mg SMX/20 mg TMP

Usia 6 bulan-<5 tahun :

suspensi 5 ml atau
2 tablet pediatrik atau
tablet dewasa setara dengan 200 mg SMX/40 mg TMP

Usia 5-14 tahun :

suspensi 10 ml atau
4 tablet pediatrik atau
1tablet dewasa

Usia > 14 tahun :


1 tablet dewasa (atau tablet dewasa forte) setara dengan 400 mg
SMX/80 mg TMP

Pada pasien ini, pemberian kotrimoksasol


syrup 2 x 1 cth sudah sesuai dengan dosis
kotrimoksasol pada usia 6 bulan - <5
tahun yaitu: suspensi 5 ml atau setara
dengan 200mg sulfametoksazol /40mg
trimetoprim.

Penghentian Terapi Profilaksis Kotrimoksasol


Untuk bayi dan anak yang terpajan HIV saja dan
tidak terinfeksi :
Profilaksis dapat dihentikan sesudah status ditetapkan
(sesingkatnya umur 6 bulan atau sampai umur 1 tahun)

Untuk anak yang terinfeksi HIV:


Umur < 1 tahun profilaksis diberikan hingga umur 5 tahun atau
diteruskan seumur hidup tanpa penghentian
Umur 1 sampai 5 tahun profilaksis diberikan seumur hidup.
Umur > 5 tahun bila dimulai pada stadium berapa saja dan CD4<
350 selseumur hidup atau dihentikan bila CD4>350 sel/ml
setelah minum ARV 6 bulan.

Bila dimulai pada stadium 3 dan 4 maka profilaksis dihentikan jika


CD4 > 200 sel/ml.

Indikasi terapi ARV menggunakan kombinasi


kriteria klinis dan imunologis

a.
b.

Tatalaksana terhadap Infeksi Oportunistik yang terdeteksi harus didahulukan


Meskipun tidak menjadi dasar untuk pemberian ARV, bila memungkinkan
dilakukan pemeriksaan CD4 untuk memantau hasil pengobatan

Nilai CD4 dapat berfluktuasi menurut individu dan penyakit yang


dideritanya. Bila mungkin harus ada 2 nilai CD4 di bawah ambang
batas sebelum ARV dimulai.
Bila belum ada indikasi untuk ARV lakukan evaluasi klinis dan nilai CD4
setiap 3-6 bulan sekali, atau lebih sering pada anak dan bayi yang
lebih muda.

Risiko kematian tertinggi terjadi pada anak dengan


stadium klinis 3 atau 4, sehingga harus segera dimulai
terapi ARV.
Anak usia < 12 bulan dan terutama < 6 bulan memiliki
risiko paling tinggi untuk menjadi progresif atau mati
pada nilai CD4 normal.

Pemberian ARV pada bayi dan anak < 18 bulan


dengan diagnosis presumtif
Bayi umur < 18 bulan yang didiagnosis terinfeksi HIV
dengan cara presumtif harus SEGERA mendapat terapi
ARV.
Segera setelah diagnosis konfirmasi dapat dilakukan
penilaian ulang apakah pasien PASTI terdiagnosis HIV
atau tidak.
Bila hasilnya negatif maka pemberian ARV dihentikan.

REKOMENDASI ARV
Paduan lini pertama yang direkomendasikan
adalah:
2 Nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI)
+ 1 Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor
(NNRTI).
AZT
D4t
TDF

NRTI
Zidovudin

Keuntungan
- AZT kurang menyebabkan

Kerugian
- Efek samping inisial

(AZT)b

lipodistrofi dan asidosis laktat

gastrointestinal lebih banyak

dipilih bila Hb >7,5 g/dl)

AZT

tidak

memerlukan - Anemia dan neutropenia berat

penyimpanan

di

lemari dapat terjadi.

pendingin

Pemantauan darah tepi lengkap


sebelum dan sesudah terapi
berguna terutama pada daerah
endemik malaria

Stavudin (d4T)c memiliki


d4T

efek

gastrointesinal

dan

samping d4T lebih sering menimbulkan


anemia lipodistrofi, asidosis laktat dan

lebih sedikit dibandingkan AZT

neuropati perifer (penelitian pada


orang dewasa)

Tenofovir (TDF)d - Dosis sekali sehari


- Untuk anak > 2 tahun

- Risiko osteoporosis dan


gangguan fungsi ginjal

NNRTI
Nevirapin

Keuntungan
- NVP dapat diberikan pada

Kerugian
- Insiden ruam lebih tinggi dari EFV. Ruam

(NVP) a,b

semua umur

NVP mungkin berat dan mengancam jiwa

- Tidak memiliki efek teratogenik

- Dihubungkan dengan potensi

- NVP merupakan salah satu

hepatotoksisitas yang mampu mengancam

kombinasi obat yang dapa

jiwa

digunakan pada anak yang lebih - Rifampisin menurunkan kadar NVP lebih
tua

banyak dari EFV

Efavirenz

- Ruam yang muncul umumnya

- EFV dapat digunakan mulai pada umur 3

(EFV) b

ringan

tahun atau BB > 10 kg

- Kadarnya lebih tidak

- Gangguan SSP sementara dapat terjadi

terpengaruh oleh rifampisin

pada 26-36% anak, jangan diberikan pada

- Pada anak yang belum dapat

anak dengan gangguan psikiatrik berat

menelan kapsul, kapsul EFV

- Tidak tersedia dalam bentuk sirup

dapat dibuka dan ditambahkan


pada minum atau makanan

FORMULARIUM OBAT ARV

MEKANISME AKSI

Pada pasien ini mendapat pengobatan 1


NRTI dan 2 NNRTI: Lamivudine 2x30mg,
Nevirapine 2x60mg, Efavirenz 1x200
mg.
Hal ini tidak sesuai dengan pedoman
tata laksana dimana seharusnya terapi
ARV yaitu 2 NRTI dan 1 NNRTI.
Untuk dosis obat lamivudine 2 x 30
mg sudah sesuai dimana dosis
Lamivudine adalah 4 mg/kg/dosis
dengan 2 kali pemberian (berat
badan pasien 8kg 8kg x 4 mg =
32mg)

Obat Nevirapine dengan pemberian 2 x 60 mg


tidak sesuai dengan dosis yang seharusnya
diberikan untuk anak usia < 8 tahun:
200mg/m2/dosis dengan 2 kali pemberian.
Untuk obat Efavirenz seharusnya tidak diberikan
karena berat badan pasien 8kg (< 10 kg)
Pada pasien ini sebenarnya bisa diberikan obat
NRTI lainnya seperti Stavudin atau Zidovudin.
Tetapi untuk pemberian zidovudin sebaiknya
tidak dilakukan karena Hb pasien <7,5g/dL

Pemberian nistatin untuk kandidiasis


oral (moniliasis) pada pasien ini yaitu
3x2ml.
Hal ini tidak sesuai karena dosis 1 ml =
100.000 IU, sedangkan dosis yang
harus diberikan untuk Kandidiasis oral:
nistatin 400.000-600.000 unit, 5x/ hari,
selama 7 hari.
Bila tidak ada respon dalam 7 hari
berikan flukonazol oral 3-6 mg/kgBB,
1x/hari, selama 14 hari.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai