Anda di halaman 1dari 12

PENGGUNAAN BRONKODILATOR : SIMPATOMIMETIKA (2 AGONIS)

DALAM TERAPI ASMA


ENDRA DEWI PRIANINGRUM, S.FARM.
07 8115 007
Asma merupakan penyakit yang sering ditemukan pada semua usia. Asma adalah
suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyampitan peradangan dan penyempitan yang
bersifat sementara. Ini terjadi karena saluran nafas tersebut sangat sensitif terhadap faktor khusus
(pemicu) yang menyebabkan jalan udara menyempit hingga aliran udara berkurang dan
mengakibatkan sesak nafas dan nafas berbunyi (wheezing).
Penatalaksanaan terapi pada penyakit asma meliputi outcome, sasaran terapi, tujuan
terapi, dan strategi terapi. Pada umumnya sasaran terapi penyakit asma adalah gejala asma,
bronkospasma (kejang bronki) dan peradangan pada saluran pernafasan. Tujuan terapi penyakit
asma adalah mencegah terjadinya gejala asma, mengontrol terjadinya gejala asma, mencegah dan
mengurangi terjadinya bronkospasma (kejang bronki), dan menghambat atau mengurangi
peradangan saluran pernafasan. Strategi terapi penyakit asma meliputi terapi non farmakologis
(tidak menggunakan obat) dan terapi farmakologis (menggunakan obat).
Terapi nonfarmakologis (tidak menggunakan obat) dapat dilakukan dengan pemberian
edukasi pada pasien. Penting bagi pasien untuk mengenali gejala asma yang mesti diwaspadai
seperti sesak nafas disertai mengi, keringat dingin, pucat, nyeri dada, dan lemas. Edukasi pada
pasien berupa penjelasan mengenai faktor pemicu timbulnya asma dan cara penanganannya jika
serangan asma terjadi. Selain itu juga mengontrol kondisi lingkungan sekitar (membersihkan
lingkungan rumah dan kamar secara rutin), tidak merokok, tidak beraktivitas secara ebrlebihan,
dan menjauhkan sebanyak mungkin faktor pemicu timbulnya serangan asma (menghindari
tempat-tempat berdebu, menjauhi binatang berbulu yang bulubya mudah rontok seperti kucing
dan anjing).
Terapi farmakologis merupakan terapi yang menggunakan obat. Tahap-tahap dalam
terapi farmakologis asma ada dua, yaitu Quick-relief medicines dan Long-term medicines. Cara
kerja quick-relief medicines yaitu merelaksasi otot-otot di saluran pernafasan, memudahkan
pasien untuk bernafas, memberikan kelegaan bernafas, digunakan saat terjadi serangan asma.Cara

kerja long-term medicines yaitu mengobati inflamasi pada saluran pernafasan, mengurangi udem
dan mukus berlebih, memberikan kontrol untuk jangka waktu lama, membantu mencegah
timbulnya serangan asma. Berdasarkan mekanisme kerjanya obat asma dibedakan menjadi
golongan bronkodilator, golongan kortikosteroid, dan obat-obat lain. Ada tiga jenis bronkodilator,
yaiu simpatomimetika (2 agonist), metil santin, dan antikolinergik.
Artikel ini membicarakan tentang terapi asma menggunakan obat asma golongan
bronkodilator jenis simpatomimetika (2 agonist). Obat simpatomimetika merupakan obat yang
memiliki aksi serupa dengan aktivitas saraf simpatis. Sistem saraf simpatis memegang peranan
penting dalam emnentukan ukuran diameter bronkus. Ujung saraf simpatis yang menghasilkan
norepinepherine, ephinepherine, isoprotenerol disebut adrenergic. Adrenergic memiliki dua
reseptor dan (1 dan 2). Adrenergic menstimulasi reseptor 2 (pada kelenjar dan otot halus
bronkus) sehingga terjadi bronkodilatasi. Mekanisme kerja obat simpatomimetika adalah melalui
stimulus reseptor 2 pada bronkus menyebabkan aktivasi adenilsiklase. Enzim ini mengubah ATP
(Adenosintrifosfat) menjadi cAMP (cyclic-adenosine-monophosphat) dengan pembebasan energi
yang digunakan untuk proses dalam sel. Meningkatnya kadar cAMP dalam sel menghasilkan efek
bronkodilatasi.
Obat simpatomimetika (2 agonist) mempunyai dua aksi yaitu short-acting
(salbutamol, terbutalin sulfat, bambuterol hidroklorida, fenoterol hidrobromida) dan long-acting
(formeterol fumarat, salmeterol). Obat simpatomimetika ( 2 agonist) seperti salbutamol dan
terbutalin merupakan obat 2 agonist yang paling aman dan paling efektif untuk asma. Serangan
asma ringan sampai sedang umumnya memberikan respon secara cepat terhadap pemberian
aerosol seperti salbutamol dan terbutalin. Untuk serangan asma yang lebih berat, diperlukan
kortikosteroid oral jangka pendek agar asmanya terkontrol. Salmeterol dan formeterol kerjanya
lebih panjang (long acting), diberikan secara inhalasi 2xsehari. Salmeterol dan formeterol mampu
memberikan manfaat klinis untuk penggunan rutin tetapi tidak dapat dipakai untuk serangan asma
akut. Obat simpatomimetika (2 agonist) short-acting tidak boleh diresepkan secara rutin untuk
pasien dengan asma ringan atau sedang, karena berbagai uji klinik penggunaannya secara rutin
tidak memberikan manfaat klinis.
Berikut ini adalah obat-obat pilihan bronkodilator jenis simpatomimetika (2 agonist)
untuk terpi asma :

<!--[if !supportLists]-->1. <!--[endif]-->Nama Obat Salbutamol

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Generik = salbutamol


<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Dagang = Bromosal, Ventolin, Lasal, Ventab,
Bromosal, Venterol, Volmax, Butasal

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Indikasi


Asma dan kondisi lain yang berkaitan dengan obstruksi saluran nafas yang reversibel

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Kontra indikasi


Hipertiroidisme, insufisiensi miokard, aritmia, hipertensi

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Bentuk sediaan, Dosis, Dan Aturan Pakai


<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Peroral (Tablet, kapsul, kaptab)
4 mg 3-4xsehari (usia lanjut dan pasien yang sensitif dosis awal 2 mg)
Dosis tunggal max 8mg
<2th: 100mcg/kg 4xsehari
2-6th: 1-2mg 3-4xsehari
6-12tth: 2mg 3-4xsehari

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Injeksi subkutan


500mcg diulang tiap 4 jam bila perlu

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Injeksi intravena lambat


250mcg diulang bila perlu

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Infus intravena

5mcg/menit lalu disesuaikan dengan respon dan denyut jantung, lazimnya antara 320mcg/menit, atau bila perlu

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Inhalasi aerosol


100-200mcg (1-2 hisapan), untuk gejala persisten 3-4 kali sehari, anak 100mcg (1
hisapan) dapat dinaikkan menjadi 200mcg bila perlu

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Efek Samping


Tremor halus terutama tangan, ketegangan saraf, sakit kepala, vasodilatasi perifer,
takikardi (jarang pada pemberian aerosol), hipokalemia sesudah dosis tinggi, reaksi
hipersensitif termasuk bronkospasma paradoks, urtkaria, dan angio edema. Sedikit rasa
sakit pada tempat injeksi intramuskular

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Resiko Khusus


Wanita hamil dan menyusui, pasien usia lanjut, pemberian intravena pada pasien
diabetes.

<!--[if !supportLists]-->2. <!--[endif]-->Nama Obat Terbutalin Sulfat


<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Generik = <!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Dagang = Bricasma, Bricasma Durules,
Brasmatic, Bintasma, Sobutal

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Indikasi


Asma dan kondisi lain yang berkaitan dengan obstruksi saluran nafas yang reversibel

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Kontra indikasi


Hipertiroidisme, insufisiensi miokard, aritmia, hipertensi

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Bentuk sediaan, Dosis, Dan Aturan Pakai

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Peroral (Tablet, kaptab)


2,5 mg 3xsehari selama 1-2 minggu, lalu dinaikkan 5mg 2xsehari
Anak: 75mcg/kg 3xsehari
7-15th: 2,5mg 2-3xsehari

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Injeksi subkutan, intravena lambat


250-500mcg sampai 4xsehari ; 2-15th: 10mcg/kg sampai max 300mcg

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Infus intravena


Dalam larutan yang mengandung 3-5mcg/ml, 1,5-5mcg/menit selama 8-10jam

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Inhalasi aerosol


Dewasa dan anak: 250-500mcg (1-2 hisapan), untuk gejala persisten sampai 34xsehari

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Efek samping


Tremor halus terutama tangan, ketegangan saraf, sakit kepala, vasodilatasi perifer,
takikardi (jarang pada pemberian aerosol), hipokalemia sesudah dosis tinggi, reaksi
hipersensitif termasuk bronkospasma paradoks, urtkaria, dan angio edema. Sedikit rasa
sakit pada tempat injeksi intramuskular

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Resiko khusus


Wanita hamil dan menyusui, pasien usia lanjut, pemberian intravena pada pasien diabetes

<!--[if !supportLists]-->3. <!--[endif]-->Nama Obat Salmeterol


<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Generik = <!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Dagang = Serevent Inhaler, Serevent Rotadisk

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Indikasi


Obstruksi saluran nafas reversibel (termasuk asma noktural dan asma karena latihan fisik)
pada pasien yang memerlukan terapi bronkodilator jangka lama yang seharusnya juga
menjalani pengobatan antiinflamasi inhalasi (kortikosteroid) atau kortikosteroid oral
(catatan : salmeterol tidak bisa untuk mengatasi serangan akut dengan cepat, dan
pengobatan pengobatan kortikosteroid yang sedang berjalan tidak boleh dikurangi
dosisnya atau dihentikan)

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Kontra indikasi


Hipertiroidisme, insufisiensi miokard, aritmia, hipertensi

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Bentuk sediaan, Dosis, Dan Aturan Pakai


<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Inhalasi
50 mcg (2 hisapan) 2xsehari, hingga 100mcg (4 hisapan) 2xsehari pada obstruksi
yang lebih berat.
< 4th tidak dianjurkan
> 4th 50 mcg (2 hisapan) 2xsehari

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Efek samping


Tremor halus terutama tangan, ketegangan saraf, sakit kepala, vasodilatasi perifer,
takikardi (jarang pada pemberian aerosol), hipokalemia sesudah dosis tinggi, reaksi
hipersensitif termasuk bronkospasma paradoks, urtkaria, dan angio edema. Sedikit rasa
sakit pada tempat injeksi intramuskular

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Resiko khusus


Wanita hamil dan menyusui, pasien usia lanjut, pemberian intravena pada pasien diabetes

<!--[if !supportLists]-->4. <!--[endif]-->Nama Obat Formoterol Fumarat

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Generik = <!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Dagang = Foradil


<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Indikasi
Sama seperti salmeterol

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Kontra indikasi


Hipertiroidisme, insufisiensi miokard, aritmia, hipertensi

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Bentuk sediaan, Dosis, Dan Aturan Pakai


<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Inhalasi Serbuk
Dewasa : > 18th 12mcg 2xsehari, dapat dinaikkan menjadi 24mcg 2xsehari pada
obstruksi jalan nfas yang lebih berat. Tidak dianjurkan untuk anak di bawah 18th.

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Efek samping


Tremor halus terutama tangan, ketegangan saraf, sakit kepala, vasodilatasi perifer,
takikardi (jarang pada pemberian aerosol), hipokalemia sesudah dosis tinggi, reaksi
hipersensitif termasuk bronkospasma paradoks, urtkaria, dan angio edema. Sedikit rasa
sakit pada tempat injeksi intramuskular, iritasi orofaring, iritasi konjungtiva atau udem
pelupuk mata, mual, insomnia, ruam kulit, dan gangguan pengecapan

<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Resiko khusus


Wanita hamil dan menyusui, pasien usia lanjut, pemberian intravena pada pasien diabetes
Steroid Inhalasi dapat Mencegah Aterosklerosis pada Pasien Asma
(17-Jun-2010)
Oleh: ASL
Kalbe.co.id - Asma adalah penyakit saluran pernafasan yang bersifat kronik yang
tersebar di seluruh dunia dan diderita oleh sekitar 22 juta orang di Amerika Serikat
dan lebih dari 200 juta orang seluruh dunia. Pada asma terjadi kondisi
hipersensitivitas saluran pernapasan, peradangan dan obstruksi yang intermiten
yang menyebabkan gejala mengi dan sesak.
GINA (Global Initiatives for Asthma) merekomendasikan kortikosteroid inhalasi

sebagai salah satu terapi pilihan (drug of choice) pada pasien-pasien asma kronik dan juga untuk
mencegah eksaserbasi akut pada asma. Hal ini dikarenakan kortikosteroid inhalasi mempunyai kerja
anti-inflamasi yang poten dengan efek sistemik yang rendah dibandingkan dengan kortikosteroid
oral.
Kortikosteroid juga mempunyai efek penghambatan pada molekul intercellular adhesion molecule-1,
E-selectin dan vascular cell adhesion molecule-1 yang bekerja pada endotel vascular sehingga
diperkirakan kortikosteroid dapat mencegah terbentuknya aterosklerosis dan juga dapat mencegah
perburukan dari aterosklerosis.
Suatu studi meneliti mengenai penggunaan kortikosteroid inhalasi pada pasien-pasien asma
mendapatkan kesimpulan bahwa terapi kortikosteroid inhalasi mempunyai efek anti aterogenik pada
pasien-pasien asma.
Disain penelitian ini adalah acak, tersamar ganda dan kontrol plasebo dengan jumlah sampel
sebanyak 300 pasien asma yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok terapi kortikosteroid
inhalasi (n=150) dengan dosis rata-rata kortikosteroid adalah 510-641 mikrogram/hari dan kelompok
kontrol (n=150).
Hasil yang didapatkan adalah prevalensi aterosklerosis pembuluh darah karotis pada kelompok
terapi kortikosteroid inhalasi adalah 34% dibandingkan dengan kelompok kontrol 46% (p=0,03).
Selain itu kelompok kortikosteroid inhalasi juga secara bermakna terjadi penurunan rata-rata
ketebalan tunika intima-media dari karotis (p=0,002) dibandingkan dengan kontrol. Prevalensi plak
karotis lebih rendah pada kelompok terapi kortikosteroid inhalasi jika dibandingkan dengan
kelompok kontrol walaupun hasil ini tidak bermakna (p=0,06).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terapi kortikosteroid inhalasi pada pasien-pasien asma selain
mempunyai efek anti-inflamasi pada saluran nafas (yang membuatnya menjadi salah satu pilihan
terapi pada asma berat dan pencegahan eksaserbasi akut asma) juga memiliki efek anti aterogenik
pada pembuluh darah karotis.

OBAT ASMA TEOFILIN


<!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]-->
Tujuan pengobatan anti penyakit asma adalah membebaskan penderita dari
serangan penyakit asma. Hal ini dapat dicapai dengan jalan mengobati serangan penyakit
asma yang sedang terjadi atau mencegah serangan penyakit asma jangan sampai terjadi.
Mengobati disini bukan berarti menyembuhkan penyakitnya, melainkan menghilangkan
gejala-gejala yang berupa sesak, batuk, atau mengi. Keadaan yang sudah bebas gejala
penyakit asma ini selanjutnya harus dipertahankan agar serangan penyakit asma jangan
datang kembali.
Obat-obatan bisa membuat penderita penyakit asma menjalani kehidupan normal.
Pengobatan segera untuk mengendalikan serangan penyakit asma berbeda dengan

pengobatan rutin untuk mencegah serangan penyakit asma. Untuk mengobati serangan
penyakit asma yang sedang terjadi diperlukan obat yang menghilangkan gejala penyakit
asma dengan segera. Obat tersebut terdiri atas golongan bronkodilator dan golongan
kortikosteroid sistemik.
Bronkodilator artinya obat yang dapat melebarkan saluran napas dengan jalan
melemaskan otot-otot saluran napas yang sedang mengkerut, sedangkan kortikosteroid
adalah obat antialergi dan anti peradangan yang diberikan dengan tujuan sistemik yaitu
disalurkan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Ada sekelompok penderita yang
begitu sering mendapat serangan sehingga hampir tidak pernah mengalami masa bebas
gejala penyakit asma. Keadaaan ini disebut kronis yang dapat berlangsung berbulanbulan dan bahkan bertahun-tahun. Pengobatannya memerlukan jangka waktu yang lama
dan penderita tiap hari harus memakai obat.
Agonis Reseptor Beta-2 Adrenergik
Merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan penyakit asma yang terjadi
secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh olahraga.
Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-adrenergik.
Bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor beta-2 adrenergik (misalnya adrenalin),
menyebabkan efek samping berupa denyut jantung yang cepat, gelisah, sakit kepala dan
tremor (gemetar) otot.
Bronkodilator yang hanya bekerja pada reseptor beta-2 adrenergik (yang terutama
ditemukan di dalam sel-sel di paru-paru), hanya memiliki sedikit efek samping terhadap

organ lainnya. Bronkodilator ini (misalnya albuterol), menyebabkan lebih sedikit efek
samping dibandingkan dengan bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor beta-2
adrenergik. Sebagian besar bronkodilator bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya
hanya berlangsung selama 4-6 jam. Bronkodilator yang lebih baru memiliki efek yang
lebih panjang, tetapi karena mula kerjanya lebih lambat, maka obat ini lebih banyak
digunakan untuk mencegah serangan.
Bronkodilator tersedia dalam bentuk tablet, suntikan atau inhaler (obat yang
dihirup) dan sangat efektif. Penghirupan bronkodilator akan mengendapkan obat
langsung di dalam saluran udara, sehingga mula kerjanya cepat, tetapi tidak dapat
menjangkau saluran udara yang mengalami penyumbatan berat.
Bronkodilator per-oral (ditelan) dan suntikan dapat menjangkau daerah tersebut,
tetapi memiliki efek samping dan mula kerjanya cenderung lebih lambat. Jenis
bronkodilator lainnya adalah teofilin. Teofilin biasanya diberikan per-oral (ditelan);
tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet dan sirup short-acting sampai kapsul
dan tablet long-acting.
Pada serangan penyakit asma yang berat, bisa diberikan secara intravena (melalui
pembuluh darah). Jumlah teofilin di dalam darah bisa diukur di laboratorium dan harus
dipantau secara ketat, karena jumlah yang terlalu sedikit tidak akan memberikan efek,
sedangkan jumlah yang terlalu banyak bisa menyebabkan irama jantung abnormal atau
kejang.

Pada saat pertama kali mengkonsumsi teofilin, penderita bisa merasakan sedikit
mual atau gelisah. Kedua efek samping tersebut, biasanya hilang saat tubuh dapat
menyesuaikan diri dengan obat. Pada dosis yang lebih besar, penderita bisa merasakan
denyut jantung yang cepat atau palpitasi (jantung berdebar). Juga bisa terjadi insomnia
(sulit tidur), agitasi (kecemasan, ketakuatan), muntah, dan kejang.

Pengobatan Untuk Serangan Penyakit Asma Akut


Suatu serangan penyakit asma harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin untuk
membuka saluran pernafasan. Obat yang digunakan untuk mencegah juga digunakan
untuk mengobati penyakit asma, tetapi dalam dosis yang lebih tinggi atau dalam bentuk
yang berbeda.
Agonis reseptor beta-2 adrenergik digunakan dalam bentuk inhaler (obat hirup)
atau sebagai nebulizer (untuk sesak nafas yang sangat berat). Nebulizer mengarahkan
udara atau oksigen dibawah tekanan melalui suatu larutan obat, sehingga menghasilkan
kabut untuk dihirup oleh penderita. Pengobatan penyakit asma juga bisa dilakukan
dengan memberikan suntikan epinefrin atau terbutalin di bawah kulit dan aminofilin
(sejenis teofilin) melalui infus intravena.
Penderita yang mengalami serangan hebat dan tidak menunjukkan perbaikan
terhadap pengobatan lainnya, bisa mendapatkan suntikan kortikosteroid, biasanya secara
intravena (melalui pembuluh darah). Pada serangan penyakit asma yang berat biasanya
kadar oksigen darahnya rendah, sehingga diberikan tambahan oksigen. Jika terjadi

dehidrasi, mungkin perlu diberikan cairan intravena. Jika diduga terjadi infeksi, diberikan
antibiotik.
Selama suatu serangan penyakit asma yang berat, dilakukan:

pemeriksaan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah


pemeriksaan fungsi paru-paru (biasanya dengan spirometer atau peak flow meter)
pemeriksaan rontgen dada.

Pengobatan Penyakit Asma Jangka Panjang


Salah satu pengobatan penyakit asma yang paling efektif adalah inhaler yang
mengandung agonis reseptor beta-2 adrenergik. Penggunaan inhaler yang berlebihan bisa
menyebabkan terjadinya gangguan irama jantung. Jika pemakaian inhaler bronkodilator
sebanyak 2-4 kali/hari selama 1 bulan tidak mampu mengurangi gejala, bisa ditambahkan
inhaler kortikosteroid, cromolin atau pengubah leukotrien. Jika gejalanya menetap,
terutama pada malam hari, juga bisa ditambahkan teofilin per-oral.
Daftar pustaka
Anonim, 2006, Pengobatan penyakit asma, www.medicastore.com, diakses tanggal 18
Maret 2009

Anda mungkin juga menyukai