Kisah Helen Keller Cerpen

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

Kisah Helen Keller

Helen Keller lahir di Tuscumbia, Alabama, pada tanggal 27 Juni 1880,


dia adalah putri dari Arthur H Keller dengan istri keduanya Kate Adams.
Sebenarnya Helen dilahirkan sebagai bayi normal, dia mampu
menirukan gerakan yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya,
seperti halnya bayi normal lainnya.
Perubahan drastis mulai terjadi ketika umurnya baru beranjak 19 bulan,
Helen terjangkit penyakit yang menyerang perut dan otaknya, dan para
dokter memperkirakan bahwa dia tidak akan bertahan hidup dalam
waktu yang lama. Namun ternyata kenyataan berkata lain, Helen
berhasil keluar dari keadaan kritis meskipun dia harus kehilangan dua
hal yang sangat penting dalam kehidupannya, yaitu pendengaran dan
penglihatannya. Sejak saat itu praktis Helen hidup dalam kegelapan dan
kesunyian, hingga akhirnya ia mendapatkan secercah harapan ketika ia
berumur 7 tahun.

Kedua orang tuanya mengutus seorang guru untuk melatih Helen, dia
adalah Anne Mansfield Sullivan, seorang guru dari Institute Perkins,
Boston. Ny. Sullivan mengubah kehidupan Hellen yang semula tidak
mempunyai masa depan, menjadi seorang gadis yang mempunyai masa
depan cerah seperti halnya gadis normal lainnya. Sebelumnya pada saat
Helen masih berada dibawah pengawasan keluarganya, Helen hanya
mampu berkomunikasi dengan gerakan yang sangat sederhana.
Namun ketika dia telah berada dibawah pengawasan Ny. Sullivan, Helen
mulai belajar untuk membuat kata dari gerakan jari, Ny. Sullivan juga
memberi tahu nama-nama benda yang ada disekitar Helen dengan
menggunakan permainan jari, dan semenjak Helen didampingi oleh
Ny.Sullivan, ia mulai mengerti bahwa segala sesuatunya memiliki nama.
Caranya dengan menuliskan nama benda-benda itu di telapak tangan
Helen. Usaha itu tidaklah semudah yang kita bayangkan. Sampai suatu
ketika, Helen merasakan semburan air dari pompa air yang jatuh ke
telapak tangannya. Lalu Anne segera menuliskan kata WATER di
telapak tangan Helen. Ajaib, sejak saat itu Helen mampu mengingat dan

mengenali benda-benda disekelilingnya dengan cepat sekalipun ia tak


dapat melihat maupun mendengarnya.
Pelajaran selanjutnya yang diterima oleh Helen adalah membaca, Ny.
Sullivan memperkenalkan Helen pada huruf latin dengan menggunakan
kertas karton, dan berlanjut dengan mempelajari kata-kata melalui buku,
bukan hanya itu saja, Ny. Sullivan juga memperkenalkan puisi dan cerita
indah melalui gerakan jari, Helen juga mulai memperluas wawasannya
untuk

mengenal

dunia

dengan

memberanikan

diri

melakukan

petualangan di alam bebas dengan didampingi oleh Ny. Sullivan dan


adiknya Mildred.
Hebatnya, meskipun punya kekurangan, tapi Helen bisa menunjukkan
kelebihan yang dimilikinya. Helen hobi menulis dan menuangkan kisah
hidupnya dalam sebuah buku. The Story of My Life, buku yang
diterbitkan tahun 1903 ini, sampai sekarang sudah diterjemahkan ke
dalam 50 bahasa. Bukan cuma itu, kisah hidupnya pun dibuat menjadi
film dan dipentaskan di teater Broadway.

Keinginan Helen untuk maju kian tidak terbendung, ia mulai ingin


melakukan sesuatu yang sangat sulit dilakukan oleh seorang tunanetra
dan tunarungu sekaligus, ia ingin belajar untuk berbicara, Helen
terinspirasi oleh seorang gadis Norwegia bernama Ragnhild Kaata yang
juga bisu dan tuli, namun ternyata sanggup untuk belajar berbicara.
Dibawah bimbingan Sarah Fuller, Helen mulai di perkenalkan pada
suara, Ny. Fuller meletakkan tangan Helen diwajahnya dan membiarkan
Helen mengetahui posisi bibir dan lidahnya ketika dia berbicara. Helen
berusaha keras untuk mampu berbicara, ia mempunyai harapan bahwa
suatu saat nanti orang-orang akan mengerti apa yang ingin dia katakan.
Dibawah bimbingan Ny.Fuller kemampuan Helen mulai berkembang, dia
tidak hanya belajar bagaimana membaca gerakan bibir, tapi ia juga
belajar berbagai macam mata pelajaran seperti Arithmetic, fisika,
geografi, bahasa perancis dan bahasa Jerman.
Sejak saat itu Helen mulai bercita-cita untuk mengenyam pendidikan
hingga tingkat universitas. Untuk menggapai cita-citanya itu, Helen harus
melalui berbagai macam rintangan yang berat, mulai dari kesulitannya

beradaptasi dengan teman-teman sekelasnya yang notabene "orang


normal", hingga kesangsian para guru akan kemampuannya mengikuti
pelajaran seperti murid lainnya, tidak pernah menyurutkan niat Helen
untuk terus maju menggapai impiannya.
Berkat bimbingan Ny. Sullivan dan orang-orang yang menyayanginya,
Helen berhasil lulus hanya dalam 4 tahun dari universitas Radcliffe pada
tahun 1904 dengan predikat magna cum laude. Dia tercatat sebagai
orang buta dan tuli pertama yang sanggup menyelesaikan pendidikan
hingga tingkat universitas, dan bukan hanya itu saja, Helen juga berhasil
menjadi seorang penulis dan selalu aktif dalam kegiatan kemanusiaan
untuk menolong orang-orang "kekurangan" seperti dirinya.
Helen memenangkan Honorary University Degrees Women's Hall of
Fame, The Presidential Medal of Freedom, The Lions Humanitarian
Award, bahkan kisah hidupnya meraih 2 piala Oscar. Ia menulis artikel
serta buku-buku terkenal, diantaranya "The World I Live In" dan "The
Story of My Life" (diketik dengan huruf biasa dan Braille), yang menjadi
literatur klasik di Amerika dan diterjemahkan ke dalam 50 bahasa. Ia

berkeliling ke 39 negara untuk berbicara dengan para presiden,


mengumpulkan dana untuk orang-orang buta dan tuli. Ia mendirikan
American Foundation for the Blind dan American Foundation for the
Overseas Blind.
Mungkin kita tidak habis pikir, bagaimana bisa dengan keadaan buta dan
tuli Helen bisa menjadi penulis. Bagaimana juga Helen bisa menjalani
kehidupannya dalam kesendirian. Tanpa bisa mendengar suara apapun,
tanpa melihat benda apa pun. Bayangkan bagaimana rasanya hidup di
dunia yang sepertinya kosong, tanpa cahaya dan tanpa suara. Namun,
kemauannya yang keras membuat Helen dapat bertahan hidup dan
berhasil dalam kehidupannya.
Bagaimana dengan kita? Kita semua pasti punya kondisi fisik yang jauh
lebih baik daripada Helen Keller, kita juga pasti diberi kemampuan yang
lebih untuk mengembangkan talenta kita. Tapi seringkali yang kita
lakukan adalah selalu berorientasi dengan apa yang tidak kita miliki dan
selalu iri dengan keberhasilan orang lain. Kita selalu berpikir bahwa
orang lain punya kelebihan yang jauh diatas kita, sehingga mereka

berhasil. Kita tidak mulai bergerak untuk mengembangkan talenta yang


kita miliki. Mulailah sesuatu dengan apa yang ada pada kita, bukan yang
tidak ada pada kita.

Anda mungkin juga menyukai