DALAM PEMASARAN
PEMASARAN GAYA MODERN DENGAN FALSAFAH KUNO
Dheni Haryanto
dheni_mqc@yahoo.com
Focus
On Marketing
Pria yang bernama asli SUN WU ini diperkirakan lahir pada tahun 544 SM dan
merupakan seorang panglima perang di masa pemerintahan raja Helu dari
kerajaan Wu, yang memerintah pada tahun 510 SM. Setelah menulis The Art
of War, Sun Tzu diminta oleh seorang raja dari kerajaan Wu untuk
mendemostrasikan keahliannya melatih pasukan militer. Sayangnya sang raja
kemudian tidak sempat melihat keberhasilan Sun Tzu membawa kejayaan
negerinya, lantaran keburu wafat. Namun demikian, Sun Tzu memegang
kendali militer kerajaan Wu. Di tangannyalah kerajaan ini, yang kemudian
dipegang oleh raja Helu, menjadi negara yang paling kuat pada zaman
tersebut. Sun Tzu diperkirakan meninggal pada tahun 496 SM. Namun
demikian, kejayaan kerajaan Wu masih terus berlanjut. Sekalipun telah
meninggal, ajaran Sun Tzu terus berkembang di negeri Cina dan cukup
mempengaruhi pemikiran-pemikiran di Cina selanjutnya. Ajaran ini masuk ke
pola pemikiran barat setelah dibawa oleh seorang pastur Jesuit pada tahun
700an. Naskah asli Sun Tzu sendiri mulai diterjemahkan ke dalam bahasa
Inggris pada tahun 1905 oleh Calthrop, dan pada tahun 1910 oleh Lionel Giles,
serta disempurnakna oleh Samuel Griffith seorang Jendral AS yang
menerbitkan buku Art of War pada tahun 1960an.
Penerapan
Sun Tzu
falsafah Sun Tzu ini banyak dipergunakan sebagai strategi berperang di Cina,
Vietnam, dan Jepang. Di Eropa, menurut legenda, keberhasilan Napoleon
Bonaparte menguasai Eropa adalah berkat menggunakan strategi perang ala
Sun Tzu. Ajaran ini kemudian menjadi bahan pembelajaran dalam perang
modern. Pemikiran Jendral-jendral besar di Amerika Serikat seperti Patton,
banyak dipengaruhi ajaran yang lahir 500 tahun Sebelum Masehi (SM) ini.
Bahkan beberapa buku yang beredar di Amerika Serikat percaya bahwa
strategi Sun Tzu bisa diandalakan dalam perang melawan teroris.
Falsafah perang kemudian juga dipergunakan oleh para pebisnis. Tidak kurang
eksekutif top dunia semacam Jack Welch menjalankan ajaran Sun Tzu. Ajaran
ini tidak hanya dipergunakan dalam strategic management, tetapi juga di
bidang lain seperti sumber daya manusia, penjualan, pemasaran, customer
satisfaction, finance, hingga dipergunakan pada program self motifation. Itulah
sebabnya, di luar negeri banyak sekali pelatihan dan konsultasi bisnis yang
mengadopsi falsafah kuno Sun Tzu sebagai frame worknya.
Lalu mengapa Sun Tzu bisa menjadi ajaran yang begitu berpengaruh di dunia?
Dr. Foo Check Teck, pengarang buku Organizing Strategy: Sun Tzu Business
Warecraft, mengatakan bahwa kekuatan dari ajaran Sun Tzu adalah
kemampuannya menembus batas-batas zaman hingga kini, bahkan mungkin
hingga tidak ada lagi yang namanya peperangan di dunia ini.
Jurus-Jurus
Sun Tzu Dalam
Pemasaran
Jurus #1 :
Menang Tanpa
Bertempur
Sun Tzu mengatakan, Dalam perang, strategi terbaik adalah merebut suatu
negara secara utuh. Memperoleh 100 kemenangan dalam 100 pertempuran
bukanlah suatu keahlian. Namun menaklukan musuh tanpa bertempur, itu
baru keahlian. Karena tujuan bisnis adalah survive dan meraih untung, maka
kita harus merebut pasar. Hal ini mesti dilaksanakan sedemikian rupa
sehingga pasar tidak hancur dalam prosesnya. Sun Tzu menyebutnya sebagai
Jurus #3 :
Gunakan
Pengetahuan &
Tipuan
Inilah petuah Sun Tzu yang sangat terkenal: Kenalilah musuhmu dan
kenalilah dirimu, niscaya Anda akan berjaya dalam ratusan pertempuran.
Agar bisa tahu dan mengeksploitasi kelemahan lawan, butuh pemahaman
mendalam tentang strategi, kapabilitas, pemikiran, dan hasrat para
pemimpinnya; seperti juga pengetahuan yang dalam atas kekuatan dan
kelemahan diri kita sendiri. Penting juga untuk mengerti keseluruhan
persaingan serta tren industri di sekeliling. Dengan demikian kita bisa memiliki
feeling atas medan laga tempat di mana kita akan bertempur. Sebaliknya,
untuk menjaga agar kompetitor tidak memakai strategi yang sama melawan
kita, penting kiranya untuk menutupi dan merahasiakan rencana tersebut.
Suatu perencanaan akan membuahkan hasil maksimal bila kita mempunyai
informasi yang tepat waktu, relevan, dan akurat, begitu pendapat Khoo Keng
Jor, penulis Applying Sun Tzus in Marketing. Karenanya, memaksimalkan
kekuatan dalam mengumpulkan informasi itu sangat penting. Penggunaan
intelejen pasar (spy) yang jitu akan meningkatkan pengetahuan untuk
menyerang pasar dan mendiferensiasikan diri dalam mind share pelanggan.
Dan pada akhirnya, pemasar tidak bisa mengabaikan gerakan pesaing, lebihlebih lagi tidak bisa mengabaikan kebutuhan pelanggan. Di dunia pemasaran
kini, kita mesti mengenal siapa pelangan kita, mengenal siapa musuh kita,
dan mengenal diri kita sendiri untuk dapat merebut kemenangan.
Jurus #4 :
Kecepatan &
Persiapan
Pemasar mesti bergerak cepat untuk dapat menguasai persaingan. Agar bisa
menggunakan pengetahuan dan tipuan secara penuh, Sun Tzu menyatakan
bahwa kita mesti mampu bertindak dengan kecepatan tinggi. Bersandar apa
adanya tanpa persiapan merupakan kejahatan terbesar, persiapan terhadap
kemungkinan yang muncul adalah kebijakan terbesar. Bergerak dengan cepat
bukan berarti mengerjakan secara tergesa-gesa. Kenyataannya, kecepatan
butuh persiapan matang. Mengurangi waktu yang diperlukan untuk mengambil
keputusan, mengembangkan produk, dan layanan pelanggan adalah hal
utama. Memahami reaksi kompetitor potensial terhadap serangan kita
merupakan hal yang juga penting.
Timing dan kecepatan sangat krusial dalam banyak industri, baik teknologi,
farmasi, dan barang konsumsi. Kemampuan membaca pasar dan meluncurkan
produk secara cepat, biasanya merupakan langkah utama dalam meraih mind
share dan market share. Dalam pasar produk teknologi, misalnya, tiga besar
penguasa pasar sering punya pangsa pasar berturut-turut 50%, 15%, dan
5%; tergantung pada siapa yang muncul pertama, kecanggihan teknologi,
serta yang punya superioritas dan fungsionalitas. Waktu peluncuran dan
kecepatan tidak mutlak penting bagi semua bisnis, karena tergantung pada
tahap daur hidup sebuah produk dan kedinamisan industri yang bersangkutan,
tapi sangat relevan pada produk baru atau arah strategi. Kecepatan ini mesti
dilakukan lewat persiapan yang matang dan membangun struktur tertentu
yang cerdas, prospektif, dan adaptif.
Jurus #5 :
Membentuk
Lawan
Mereka yang ahli adalah mereka yang menggiring lawan menuju medan
pertempuran dan bukan sebaliknya, kata Sun Tzu. Membentuk medan
persaingan berarti mengubah aturan kontes (rules of contest), membuat
persaingan sesuai dengan keinginan kita. Maka dari itu, kendali situasi harus
berada dalam genggaman kita, bukan pesaing. Salah satu cara melakukan
strategi ini ialah melalui penggunaan aliansi. Dengan membangun jaringan
aliansi, pergerakan kompetitor dapat dibatasi. Demikian pula, dengan
mengontrol titik-titik strategis dalam industri, kita bakal sanggup membuat
pesaing menari sesuai irama yang kita tentukan.
Sekarang co-marketing dan co-branding populer digunakan untuk menaikan
marketing relationship, pelengkap produk dan pengalaman yang lain. Menurut
Sun Tzu, membangun jaringan aliansi yang kuat merupakan cara untuk
membendung gerakan aktratif lawan. IBM misalnya, bermitra dengan 30 lebih
vendor aplikasi guna menghadang serangan pesaing dengan perangkat solusi
yang luas dan lengkap. Ketimbang merger dan akuisisi, aliansi mudah
dibentuk dan mudah pula bubar. Ini mengurangi resiko investasi serta
memberikan respon pasar dan persaingan yang cepat. Setiap marketing plan
yang strategis mesti melibatkan identifikasi, analisis, dan evaluasi dari aliansi
potensial untuk mengendalikan medan persaingan. Namun, sebelum
membentuk aliansi, perlu dikaji keuntungan apa yang kita peroleh dan
tawarkan kepada pihak lain dalam beraliansi.
Jurus #6 :
Pemimpin
Berkarakter