TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
dimensi ketebalan relatif tipis dengan rasio dimensi lebar setiap elemen profil terhadap
tebalnya sangat besar. Karena dimensi ketebalan profil relatif tipis, maka pembentukan
profil dapat dilaksanakan menggunakan proses pembentukan dingin (cold forming
processes). Di dalam proses ini, profil dibentuk dari pelat atau lembaran baja menjadi
bentuk yang diinginkan melalui mesin rol atau mesin tekuk pelat (rolling press atau
bending brake machines) pada suhu ruangan. Ketebalan pelat baja yang umumnya
digunakan sebagai bahan dasar pembentukan profil biasanya berkisar antara 0.3 mm
hingga 6 mm (WW-Yu).
Profil baja ringan sangat berbeda dibanding profil baja konvensional yang
dibentuk melalui proses pengerjaan panas (hot formed steel sections). Jenis profil
pertama dipengaruhi oleh tegangan sisa tekan yang diakibatkan oleh strain hardening
dalam proses pengerjaan dingin sedangkan pada jenis profil kedua, tegangan sisa yang
timbul diakibatkan oleh proses pendinginan. Karena rasio dimensi lebar terhadap tebal
dinding profil di setiap bagian elemennya sangat besar, maka akibat beban tekan sering
kali profil pertama-tama mengalami local buckling sebelum mencapai kekuatan
maksimumnya dalam mendukung beban kerja. Bentuk mekanisme kerusakan profil
6
sangat bervariasi tergantung dari jenis pembebanan yang dapat didukung profil sampai
mencapai kekuatan maksimumnya.
Baja ringan (cold formed steel) sebagai elemen struktur telah mulai diminati
dewasa ini. Hasil riset yg cukup intensif terhadap perilaku baja ringan yang telah
dituangkan di dalam design code di berbagai negara seperti Australia Standard
(AS/NZS), American Iron and Steel Institute (AISI), British Standard (BS code) dan
Eurocode telah meningkatkan kredibilitas baja ringan sebagai elemen struktur yang
sama dengan baja biasa (hot-rolled steel) dan beton bertulang.
Menurut Wei-Wen Yu, batang stuktural baja cold form memberikan beberapa
keuntungan dalam konstruksi bangunan, antara lain:
1.
Dibanding dengan baja biasa, produk baja ringan dapat diproduksi dengan
berat yang lebih ringan dan bentang yang lebih pendek.
2.
3.
4.
Panel dan dek pemikul beban bisa menyediakan permukaan yang berguna
digunakan untuk lantai, atap dan konstruksi dinding.
5.
Panel dan dek pemikul beban tidak hanya memikul beban normal tetapi juga
mampu memikul geser apabila panel-panel tersebut terkoneksi dengan baik.
Apabila dibandingkan dengan material struktur yang lain seperti kayu dan beton,
material baja ringan memiliki beberapa kelebihan:
1.
Lebih ringan.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2.
Tidak semua jenis sambungan dapat digunakan untuk material yang sangat
tipis.
3.
4.
5.
Riset
tentang
baja
ringan
untuk
konstruksi
bangunan
dimulai
oleh
Prof. George Winter dari Universitas Cornell tahun 1939. Berdasarkan riset-riset beliau
maka dapat dilahirkan edisi pertama tentang Light Gauge Steel Design Manual tahun
1949 atas dukungan AISI (American Iron and Steel Institute). Sejak dikeluarkan
peraturan tersebut lima dekade yang lalu, maka pemakaian material baja ringan
semakin berkembang untuk konstruksi bangunan, mulai struktur sekunder sampai
struktur utama misalnya untuk balok lantai, rangka atap dan dinding pada bangunan
industri, komersial maupun rumah tinggal.
Walaupun termasuk dalam kategori elemen struktur yang tipis (thin-walled
structures), pemakaian baja ringan telah meluas yaitu meliputi box-girder jembatan,
anjungan kapal (ship hulls) dan badan pesawat terbang. Ide dari pembuatan struktur
baja ringan adalah untuk mendapatkan kekuatan maksimum dari material yang relatif
tipis. Belakangan ini penggunaan baja ringan di Indonesa menjadi trend yang cukup
menarik, dimana material ini lebih banyak digunakan untuk rangka atap dibandingkan
menjadi struktur lainnya. Hal ini dikarenakan gencarnya iklan-iklan yang menawarkan
produk rangka atap baja ringan menggantikan material kayu. Di samping itu
kemudahan dalam mendapatkan bahan, kecepatan pemasangan dan struktur yang kuat
membuat rangka atap dari baja ringan menjadi terkenal.
Penggunaan baja ringan di Indonesia belum didukung oleh tersedianya
peraturan (design code) tentang penggunaan baja ringan tersebut. Baja ringan yang
10
2.1.2
2.
Untuk golongan yang pertama beberapa bentuk yang umum dijumpai adalah
profil kanal (C-section), profil Z (Z-section), profil I (I-section), profil siku (angle
section), profil T (T-section), profil sigma (sigma section) dan profil bulat (Tubular
section). Gambar 2.1 menunjukkan bentuk-bentuk profil baja ringan.
Gambar 2.1
Gambar 2.1 di atas menunjukkan beberapa jenis propil baja ringan tunggal:
(a) baja ringan profil I (I-section), (b) profil kanal (C-section), (c) profil sigma,
11
(d) profil Z (Z-section), (e) profil Z dengan pengaku ujung, (f) profil doubel siku,
(g) profil topi (hat section), (h) profil topi dengan pengaku ujung, (i) profil kotak (box
section) , (j) profil bulat.
Secara umum tinggi profil baja ringan tunggal bervariasi mulai dari ketinggian 2
inci sampai 12 inci (50.8 sampai 305 mm) dan ketebalan material dari mulai 0.048 inci
sampai 1/4 inci (1.22 6.35 mm). Pada beberapa kasus ketinggian profil batang tunggal
dapat mencapai 18 inci (457 mm) dan ketebalan profil mencapai 1/2 inci (12.7 mm)
atau lebih tebal lagi. Batang tersebut digunakan untuk kontruksi transportasi dan
bangunan. Karena fungsi utama dari golongan tipe ini adalah untuk pemikul beban
maka kekuatan struktural dan kekakuan adalah menjadi pertimbangan utama dalam
desain.
Untuk baja ringan golongan yang kedua (bentuk panel dan dek) biasanya
digunakan untuk dek atap, dek lantai, dan dinding panel. Ketinggian panel umumnya 1
inci sampai 7 inci (38.1 sampai 191 mm) dan ketebalan material panel baja ringan
mulai dari 0.018 sampai 0.075 inci (0.457 sampai 1.91 mm).
Dek dan panel baja ringan tidak hanya berfungsi untuk memikul beban akan
tetapi juga menyediakan permukaan yang dapat dijadikan lantai, atap serta menyediakan
ruang untuk perlengkapan instalasi listrik dan AC.
2.1.3
(hot rolled steel). Kurva tegangan regangan pada gambar di bawah ini menunjukan
12
perbandingan perilaku baja biasa dengan baja ringan (cold-formed). Kekuatan batang
struktural baja ringan tergantung kepada titik leleh (yield point) atau kekuatan leleh dari
baja kecuali pada daerah sambungan atau pada kondisi dimana tekuk lokal elastis atau
tekuk global menjadi kondisi kritisnya.
Istilah tegangan leleh (yield stress) mengacu kepada titik leleh
maupun
kekuatan leleh baja ringan. Kekuatan leleh baja ringan terentang mulai dari 165 MPa
sampai 552 Mpa (Yu, 2010).
Pada baja (hot-rolled) titik leleh menunjukan lekukan yang tajam setelah fase
elastis sedangkan pada baja ringan (cold-formed) menunjukan pola yang cenderung
naik secara bertahap. Untuk baja hot rolled tegangan leleh didefenisikan sebagai
tegangan dimana grafik teganganregangan menjadi horizontal seperti pada Gambar
2.2. Sedangkan pada baja cold form diagram tegangan-regangan melengkung pada
daerah sudut (knee) dan tegangan leleh ditentukan dengan menggunakan metode offset
maupun metode strain-underload (Wolford,1970) seperti Gambar 2.3.
Pada metode offset tegangan leleh adalah tegangan yang diperoleh dari
perpotongan kurva tegangan-regangan dan garis yang ditarik sejajar kurva pada titik
offset yang telah ditentukan (biasanya diambil pada titik dimana regangan yang terjadi
adalah sebesar 0.2%). Metode ini sering digunakan pada penelitian-penelitian dan pada
uji baja stainless steel dan baja alloy steel.
Pada metode strain-underload, tegangan leleh adalah tegangan
yang
13
14
ketentuan mengenai tekuk dalam Standard ditulis untuk gradually yielding steels
dengan proportional limit tidak kurang dari 70% dari titik leleh minimum yang
ditentukan.
Penggunaan material baja ringan menghasilkan fenomena tersendiri dalam
perencanaannya yang berbeda dengan material baja (hot-rolled) yang umumnya relatif
lebih tebal. Karakteristik material yang penting untuk desain cold-formed steel adalah
tegangan leleh, kuat tarik, dan daktilitas. Daktilitas adalah kemampuan baja menahan
regangan plastis atau permanen sebelum mengalami fraktur. Kemampuan ini cukup
penting untuk keamanan struktural maupun proses pembentukan penampang coldformed steel. Kemampuan ini diukur dengan penguluran baja sampai 50 mm satuan
panjang. Rasio tegangan leleh dengan kuat tarik juga merupakan karakteristik yang
penting karena rasio ini adalah indikasi adanya strain-hardening dan kemampuan
material mendistribusikan tegangan.
Dalam daftar yang dibuat oleh Australian and New Zealand Standards, kuat
leleh tekan dari baja berkisar antara 200 sampai 550 MPa. Sedangkan kuat tarik
bervariasi antara 300 sampai 550 MPa. Penguluran yang terjadi paling tidak lebih dari
8%. Terdapat pengecualian untuk Baja G550 dalam AS 1397 yang memiliki kuat leleh
tekan minimal 550 MPa dengan penguluran minimal sebesar 2% dalam 50 mm satuan
panjang. Baja dengan daktilitas rendah ini memiliki keterbatasan dalam penggunaannya
sebagai elemen struktural sehingga hanya diizinkan untuk penampang baja dengan
ketebalan tidak kurang dari 0.9 mm. Meskipun demikian, baja tersebut dapat berfungsi
dengan baik dalam aplikasi khusus sebagai elemen struktural seperti dek, panel, dan
rangka gedung. Penggunaan material baja ringan menghasilkan fenomena tersendiri
15
dalam perencanaannya yang berbeda dengan material baja (hot-rolled) yang umumnya
relatif lebih tebal. Uraian berikut menjelaskan beberapa fenomena pada baja ringan
(cold-formed) yang perlu menjadi pertimbangan dalam desain.
2.1.5
Daktilitas
Lembaran dan strip baja kadar karbon rendah dengan titik leleh minimum yang
telah ditentukan antara 250 MPa sampai 500 MPa disyaratkan memenuhi spesifikasi
Australian and New Zealand Standards yaitu terjadi penguluran minimal sebesar 8%
dalam 50 mm satuan panjang tetapi untuk baja AS 1397G550 dengan tegangan leleh
minimal 550 MPa, penguluran minimal adalah sebesar 2% dalam 50 mm satuan
panjang untuk baja dengan t 0.60 mm. Tidak ada ketentuan khusus mengenai
penguluran untuk baja yang lebih tipis dari 0.6 mm.
Setelah ditemukan baja dengan kekuatan yang lebih tinggi (310 sampai 690
MPa) syarat mengenai penguluran ditentukan antara 50 sampai 1.3% dalam 50 mm
satuan panjang. Rasio fu/fy ditetapkan berkisar antara 1.51 hingga 1. Namun, ketentuan
ini
cukup
memberatkan
untuk
kepentingan
desain.
Peneliti
sebelumnya
b.
Total penguluran dalam 50 mm satuan panjang tidak kurang dari 10% atau
tidak kurang dari 7% dalam 200 mm satuan panjang.
16
ketentuan dalam AS 4600 membatasi penggunaan baja tersebut hanya untuk purlin dan
girt. Namun desain gaya aksial dengan bentang pendek diizinkan selama persyaratan
dari standard mengenai daktilitas dipenuhi dan N*/Ru tidak melebihi 0,15.
Baja AS 1397G550 dengan ketebalan kurang dari 0,9 mm tidak memiliki
daktilitas yang cukup. Penggunaannya dibatasi untuk konfigurasi khusus. Batas dari
desain tegangan leleh sampai 75% dari tegangan leleh minimal yang telah ditentukan,
dan desain kuat tarik sampai 75% dari kuat tarik minimal yang telah ditentukan, atau
450 MPa (lebih kecil) akan memiliki safety factor yang lebih besar.
Meskipun demikian, standard tetap memperbolehkan baja dengan daktilitas
rendah seperti AS 1397G550 dengan tebal kurang dari 0,9 mm, untuk digunakan
berdasarkan hasil dari loading test yang diijinkan sebagai sebuah alternatif untuk
melakukan reduksi ini. Penggunaan tegangan desain yang lebih tinggi dari ketentuan di
atas juga diperbolehkan bila daktilitas material tersebut tidak mempengaruhi kekuatan,
stabilitas, dan daya layan dari elemen structural dengan metode penguluran nonproporsional atau metode total penguluran.
2.2
tekuk yang biasa dijumpai yaitu tekuk lokal, tekuk torsi lateral dan tekuk distorsi.
Faktor reduksi kekuatan terhadap tekan diambil sebesar 0.90.
2.2.1
Kapasitas Nominal
Kapasitas tekan nominal sebuah komponen struktur ( Nc ) harus diambil nilai
terkecil dari kapasitas tekan nominal komponen struktur ( Nce ) untuk lentur, torsi atau
17
lentur-torsi, kapasitas tekan nominal komponen struktur ( Ncl ) untuk tekuk lokal dan
kapasitas tekan nominal komponen struktur ( Ncd ) untuk tekuk distorsi.
2.3
Teori Kestabilan
Kolom-kolom ramping/langsing memiliki tipe pokok perilaku yang biasanya
dikenal dengan tekuk. Selama pembebanan yang diberikan relatif kecil, peningkatan
dalam pembebanan hanya akan menghasilkan penyusutan aksial. Namun, kadangkala
saat beban kritis dicapai, bagian dari struktur akan tiba-tiba tertekuk ke arah samping.
Tekuk ini memberikan kenaikan terhadap deformasi yang cukup besar, yang pada
selanjutnya dapat menyebabkan keruntuhan struktur. Beban pada saat terjadinya tekuk
merupakan kriteria desain untuk bagian yang mengalami tekan.
Bagian tekan seperti kolom akan mengalami kegagalan ketika tegangan yang
terjadi mencapai batasan kekuatan material tertentu. Saat batas kekuatan suatu material
diketahui, akan menjadi suatu persoalan yang relatif sederhana untuk menentukan
kapasitas beban yang dapat ditahan. Tekuk tidaklah selalu terjadi sebagai hasil dari
tegangan teraplikasi yang mencapai suatu kekuatan material tertentu yang diperkirakan.
Justru, tegangan pada saat terjadinya tekuk tergantung atas beberapa faktor, termasuk
dimensi struktur, perletakan, dan sifat material.
Teori-teori kestabilan dirumuskan dengan tujuan menentukan berbagai kondisi
yang dapat terjadi pada suatu sistem struktural, yang berada pada suatu keadaan
seimbang, tetap dalam keadaan stabil.
Ketidakstabilan merupakan sifat dasar dari struktur dari bentuk ekstrim yang
dapat terjadi, sebagai contoh batang-batang langsing panjang, pelat datar tipis, atau
18
mempunyai satu variabel N, yang pada umumnya menunjukkan beban luar tetapi juga
dapat berhubungan dengan temperatur (tekuk yang berkenaan dengan suhu) atau gejala
lainnya.
Di dalam permasalahan tekuk klasik, sistem dalam keadaan stabil jika N adalah
cukup kecil dan menjadi tidak stabil jika N adalah besar. Nilai dari N dimana suatu
sistem struktur mulai tidak stabil disebut dengan nilai kritis Ncr. Secara umum, hal yang
tersebut di bawah ini haruslah ditentukan terlebih dahulu:
a. Konfigurasi keseimbangan dari struktur dengan pembebanan tertentu.
b. Berada pada konfigurasi stabil.
c. Nilai kritis pembebanan serta konsekuensi perilaku yang dapat terjadi.
2.3.1
sistem fisik untuk dapat kembali ke keadaan seimbang apabila diberikan sedikit
gangguan.
Untuk suatu sistem mekanik, kita dapat mengambil batasan seperti yang
diberikan oleh Dirichlet: keseimbangan dari suatu sistem mekanik adalah stabil apabila
di dalam perpindahan titik dari sebuah sistem dari posisi keseimbangan oleh suatu
jumlah yang sangat kecil dan memberikan masing-masing suatu kecepatan awal kecil,
perpindahan titik yang berbeda dari sistem, sepanjang keadaan gerakan, berada di
bawah batas-batas yang telah ditentukan.
19
Batasan di atas menunjukkan dengan jelas bahwa kestabilan adalah suatu solusi
(2.1)
Dengan mengingat asas dari kekekalan energi. Dalam hubungan ini T adalah
energi kinetik sistem dan V adalah energi potensial. Suatu peningkatan kecil pada T,
disertai dengan penurunan kecil pada V atau sebaliknya. Jika sistem pada awalnya
berada pada konfigurasi keseimbangan dari energi potensial minimum, kemudian energi
kinetik T sepanjang dalam pergerakan bebas mengalami penurunan karena V haruslah
meningkat, sehingga perpindahan dari keadaan awal akan tersisa lebih kecil dan
menjadi keadaan yang stabil.
Konsep kestabilan sebagai contoh terkenal dari sebuah ilustrasi bola yang
diletakkan pada suatu bidang yang dilengkungkan serta berada pada berbagai posisi
dan perilaku dapat dilihat seperti pada Gambar 2.4 Tiga Keadaan Kesetimbangan
berikut ini:
20
Meskipun bola berada pada keadaan setimbang untuk setiap posisi yang
ditunjukkan, sebuah pengujian menyimpulkan keberadaan perbedaan-perbedaan yang
Pada posisi (a), bila bola digerakkan perlahan, bola akan berpindah dari posisi
kesetimbangan awal, dan bola akan kembali lagi ke posisi awal apabila gaya penyebab
perpindahan dihilangkan. Sebuah benda yang berperilaku seperti ini dikatakan berada
pada kondisi setimbang stabil (stable equilibrium).
Pada posisi (b) bila bola digerakkan perlahan dari kondisi awalnya maka bola
akan meluncur jatuh dan tidak akan kembali lagi ke posisi awalnya walaupun gaya
penyebab perpindahan telah dihilangkan. Kondisi seperti ini disebut kondisi
kesetimbangan tidak stabil (unstable equilibrium).
Pada kondisi (c) apabila bola digerakkan perlahan maka bola akan berpindah
dan tidak akan kembali ke posisi semula walaupun gaya telah dihilangkan. Bola juga
tidak akan bergerak jauh dari posisi setimbang seperti yang dialami oleh bola pada
posisi (b), akan tetapi bola akan berada pada kondisi setimbang di lokasi
perpindahannya yang baru. Kondisi ini disebut kondisi kesetimbangan netral (neutral
equilibrium).
Bola pada gambar di atas menggambarkan kondisi kesetimbangan sistem
sedangkan permukaan yang diarsir menggambarkan total energi potensial yang dialami
oleh sistem tersebut. Stabilitas dari sebuah sistem elastis dapat diinterpretasikan dengan
menggunakan konsep energi potensial total minimum (minimum total potensial energy).
Di alam, sebuah sistem yang elastis cenderung untuk berada pada kondisi dimana energi
potensial total adalah minimum. Sistem akan berada pada kondisi kesetimbangan stabil
21
jika setiap perpindahan atau penyimpangan dari kondisi kesetimbangan awalnya, akan
menghasilkan peningkatan energi potensial total dari sistem. Sistem akan berada pada
22
stabil terhadap beban. Perilaku kolom ini identik dengan ilustrasi bola pada Gambar 2.4.
Konfigurasi terus menerus pada kolom akan menjadi stabil pada pembebanan yang
relatif kecil, tetapi menjadi tidak stabil pada pembebanan besar. Jika hal ini
diasumsikan bahwa keadaan dari kesetimbangan netral berada pada peralihan dari
kondisi kesetimbangan stabil ke tak stabil pada kolom. Kemudian beban pada
konfigurasi terus menerus yang diberikan pada kolom menjadi tidak stabil adalah
beban dimana kesetimbangan netral adalah mungkin. Beban ini biasanya disebut
dengan beban kritis.
Untuk menentukan beban kritis pada kolom, haruslah mencari besaran beban
dimana bagian struktur berada pada kesetimbangan baik pada konfigurasi tekuk penuh
maupun sebahagian. Teknik yang digunakan dalam kriteria ini untuk menghitung
beban kritis disebut dengan metode kesetimbangan netral.
2.3.2
energi potensial minimum dari sebuah sistem: Sebuah sistem elastik konservatif
adalah berada dalam keadaan kesetimbangan jika dan hanya jika nilai dari energi
potensial adalah relatif minimum.
Pemakaian kata relatif minimum karena mungkin masih didapatnya harga
terkecil yang terdekat dari energi potensial seperti Gambar 2.6 dimana dipisahkan oleh
sebuah rintangan tetapi bergerak dari suatu yang minimum dan perlunya suatu
gangguan yang lebih besar.
23
kesetimbangan, secara pasti, hanya untuk kondisi yang cukup memungkinkan terhadap
stabilitas.
2.3.3
2.E
t untuk
k =saja
4 atau hanya pada elemen badan
akibat pembebanan terjadi hanya
pada elemen
sayap
12.(1) h
saja tanpa ada perubahan pada sisi memanjang batang seperti Gambar 2.7.
Sisi memanjang tidak
berpindah
24
fcrf
k.
untuk k = 4
untuk k = 0.43
(2.2)
fcrl k.
be b
t
beb .b
(2.3)
12.(1 ) d
1
(2.4)
f*
f cr
(2.4.1)
dimana:
f*
= Tegangan desain pada elemen tekan yang dihitung berdasarkan lebar desain
efektif.
0.22
1
25
fcr
k
4 untuk elemen dengan pengaku yang ditahan suatu pelat badan pada setiap
tepi longitudinal (harga k untuk berbagai elemen diberikan dalam yang bersesuaian).
E
= Angka Poisson.
Sebagai alternatif, koefisien tekuk pelat ( k ) pada Tabel 2.1, asumsi untuk setiap
elemen rata boleh ditentukan dari analisis tekuk elastis yang rasional dari seluruh
26
penampang sebagai rakitan pelat yang memikul distribusi tegangan longitudinal pada
penampang sebelum mengalami tekuk.
Elemen Aktual
Gambar 2.8 Elemen Aktual dan Lebar Efektif (b) Dari Elemen
dan TeganganRencana (f *) pada elemen efektif
Untuk menentukan kapasitas tekan nominal penampang atau komponen struktur
pada Gambar 2.8, f * harus diambil suatu kesimpulan seperti berikut:
Bila kapasitas penampang nominal ( N s ) dari komponen struktur dalam tekan
dihitung berdasarkan pelelehan awal, maka f * harus sama dengan f y .
Bila kapasitas komponen struktur nominal ( N c ) dari komponen struktur dalam
tekan dihitung berdasarkan tekuk lentur, tekuk torsi atau tekuk lentur-torsi, maka f *
harus sama dengan f n .
2.3.4
yang bekerja padanya berupa gaya aksial yang melalui titik berat penampang efektif
yang dihitung pada tegangan kritis ( fn ). Gaya aksial tekan desain ( N * ) harus
memenuhi berikut ini:
27
(a)
(b)
N * c.Ns
(2.5)
N * c.Nc
(2.5.1)
dimana: c = faktor reduksi kapasitas untuk komponen struktur dalam tekan sesuai
Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Faktor Reduksi Kapasitas
28
(2.6)
Nc Ae . f n
(2.7)
0.673 be b dh
untuk
0.
0.673 be 22 0 .8
dh
b
dimana dh diameter lubang dan dihitung sesuai dengan Persamaan 2.1 dan 2.2.
Nilai be tidak boleh melebihi ( b d h ).
Bila perkalian jumlah lubang sepanjang daerah efektif dengan diameter lubang dibagi
Ae dapat ditentukan dengan
dengan panjang efektif tidak melampaui 0.015,
mengabaikan lubang:
b 1
bd
atau.
fn = tegangan kritis, harus ditentukan dari persamaan
Untuk
Untuk
c 1.5
c 1.5
(2.8)
fn (0.877 / c2 ). f y
(2.9)
dimana:
fn (0.658c ). fy
29
fy
f oc
foc = nilai terkecil dari tegangan tekuk lentur, torsi dan lentur torsi.
(2.10)
Untuk penampang simetris ganda, penampang tertutup dan penampang lain yang
dapat ditunjukkan tidak menerima tekuk torsi atau tekuk lentur-torsi, tegangan tekuk
lentur elastis ( foc ) harus ditentukan sebagai berikut:
2.E
2
foc le / r
(2.11)
dimana:
le = Panjang efektif penampang.
r = Radius girasi dari penampang utuh, tidak tereduksi.
Untuk Persamaan 2.11 jika nilai panjang efektif ( le ) kurang dari 1,1 lo dimana:
E
lo .r. fcr
(2.12)
30
Untuk penampang yang menerima tekuk torsi atau lentur-torsi, foc harus diambil
dari nilai terkecil antara foc dengan r ry dan yang dihitung sebagai berikut:
1
fox foz
foc 2
(2.13)
dimana:
fox dan foz ditentukan berdasarkan persamaan
2 E
(2.14)
fox = tegangan tekuk elastis pada komponen struktur tekan yang dibebani secara aksial
untuk tekuk lentur terhadap sumbu x.
GJ
f oz Aro21
(2.15)
31
2 EIw
1
GJlez2
dimana:
lex, ley , lez = Panjang efektif untuk tekuk terhadap sumbu x, y dan puntir.
G = Modulus elastisitas geser (80 x 103 MPa).
J = Konstanta torsi untuk penampang.
Tegangan tekuk distorsi elastis (fod) dari penampang kanal yang mengalami
tekan seperti pada Gambar 2.9 ditentukan sebagai berikut:
fod
dimana:
E
2A
2
1
(2.16)
k
1E
(2.17)
(2.18)
I x I y
1 2
A
(2.19)
(2.20)
2 4 3
2 0.039 J 2
3
I y 2 y0
1
3 1I
3
32
1 hx2
2 I w I x x0 h
(2.21)
2
(2.22)
3 I xy x0 hx
4 2 y0 hy I y y0 hy 2 3
(2.23)
4.80
0.25
(2.24)
(2.25)
1 . 1 fod bw2
1
Et 2 bw
(2.26)
fod
4bw 2 4 3
Et 3
5.46 bw 0.06
33
2A
1
2
(2.27)
1 I xb2 0.039 J 2
k
(2.28)
1E
ybf I xy
1
(2.29)
(2.30)
I x I y
f A
(2.31)
0.25
(2.32)
3 1I
1 . 1 fod bw2
1 Et 2 bw
1 x2
(2.34)
I b b
4.80
x 3f w
(2.33)
I xybf
1
1 I xb2f 0.039 J2
Et 3
5.46 bw 0.06
34
2bf d1
(2.36)
b2f
y
2b f d1
(2.37)
(2.38)
J
f
bf t3
I x 12
td13
12
d
2
Iy
(2.39)
bf
(2.40)
b f t y 2d1t 21 y
b
f
tb3
t12b f 12
d1
d 1t 3
(2.41)
d1tb f x 2 b f t x
I xy bf t
x y d1t
y bf x
35
Tabel 2.3 Batasan Untuk Komponen Struktur Tekan Yang Telah Diprakualifikasi
2.4
2.4.1
Semiloof Shell Element yang dibentuk dengan menggunakan Konstrain Kirchoff yang
diturunkan dari elemen shell tebal.
36
Perpindahan dan rotasi dianggap bebas dan konfigurasi titik nodal seperti
Gambar 2.11 berikut ini:
dimana:
U ,V ,W pada sudut dan sisi-tengah elemen.
2.
Titik loof diletakkan pada posisi kuadratur Gauss untuk dua titik integrasi
sepanjang sisi elemen, akibatnya untuk dua titik sepanjang sisi elemen
berada pada posisi dengan jarak 1/2J3 (panjang sisi) terhadap pusat.
Parameter pada titik loof j, mempunyai dua rotasi ( i xz dan i zi ) ke arah
X ,Y, Z
normal dan paralel terhadap ujung elemen dan dinyatakan terhadap sistem
koordinat lokal dengan sistem vektor satuan orthogonal
37
3.
Pusat titik sebagai acuan titik dipilih terhadap tiga komponen perpindahan
lokal
bersama
dengan
dua
rotasi
terhadap
koordinat
lengkung
(2.43)
P P
Satu pada arah datar sebelah dalam dapat dipilih untuk arah lokal
(2.44)
Y X Z
{d} u, v, w
(2.46)
38
biasa yaitu:
(2.47)
{d} N { e}
{X }
{ e}
T N
X
N
dimana X
(2.49)
adalah matriks
(3x9) dengan
X . komponen:
X . X
X
Y.
N
N i
N i
Y .
P
P
dan
.
U V
V
,
dan
Y
Persamaan 9 secara eksplisit sama dengan Y X
(2.50)
39
U
2.4.3 Perilaku Ke Arah Luar U
(Out-Plane)
V
U , Z memerlukan perhatian lebih lanjut. Kita dapat menulis dengan:
Z
L
U
Z
(2.51)
Z
Z
t Z
Adalah pangkat pertama yang berhubungan dengan perputaran sudut pada loof
dan titik pusat dan pangkat kedua berhubungan dengan perpindahan sudut, sisi tengah
dan titik pusat.
Untuk menghitung pangkat pertama, vektor ketebalan pada tiap-tiap titik loof
dan titik pusat j sebagai berikut:
S j tj Y
(2.52)
dimana t j adalah tebal elemen shell pada titik j. Rotasi yang dibagikan ke elemen dapat
dinyatakan oleh vektor R j sebagai berikut:
R T Y
j
(2.53)
Vektor R
dan T
(2.54)
Lj
t
L
j T
Lj
t
j T
(2.55)
j1
V
Z
Universitas Sumatera Utara
L T
40
Vuntuk
XZ
dapat diinterpolasi:
9
(2.56)
j1
Vektor T
u t
t X
{R } {X } XZ {S } {X }
(2.57)
XZj
Dimana t adalah tebal shell pada titik yang ditannya dan TX adalah komponen
T sepanjang sumbu x local. Dengan menambahkan kontribusi dari bidang datar YZ
hasilnya adalah:
(2.58)
Z
t
X
N
2.4.4
C A
PA 0
41
11
TX {X
} dieliminasi
}T memberikan total 32
yang masih tinggal, selanjutnya
variabel
TY {X untuk
Y
(2.59)
MC P B
Dimana
PA
menunjukkan
32
derajat
kebebasan
yang
tertinggal,
(11x43).
(2.60)
{G} U ,V ,W , ,
{G}
S B C B C A PA
(2.61)
PB
Dimana submatriks
42
U U V V U V
X Y X Y Z Z
(2.62)
S A
PA 0
Ini adalah fungsi bentuk akhir yang digunakan untuk evaluasi matriks kekakuan.
Untuk kode perhitungan hanya derajat kebebasan yang berhubungan dengan dua
titik loof sepanjang sisi elemen yang berhubungan terhadap titik sisi tengah yang
terletak sepanjang ujung. Akibatnya untuk pemakaian praktis masing-masing titik sisi
tengah diasumsikan mempunyai variabel lima titik setiap sudutnya yang hanya
mempunyai tiga derajat kebebasan.
2.4.5
Masalah instabilitas elastis dalam struktur adalah untuk mereduksi suatu nilai
(2.63)
A B 0
Dimana metode pemecahan dari masalah ini telah banyak dikenal. Dasar dari metode ini
dapat diringkas sebagai berikut:
a.
Jika A dan B matriks simetris dari orde n jumlah nilai eigen dari:
(2.64)
A B 0
lebih besar dari adalah sama untuk jumlah persetujuan dalam pangkat
pada rangkaian Sturm (Sturm sequence).
Pr () DetAr Br
r 0,1,...n
(2.65)
43
1 dimana DetAr B r 1
,hasil
dengan
Ki ,
i 1,...n
i1,r
1rn
kemudia
Pr ()
akan
(2.66)
c.
menghasilkan 1 K1 dan dua pangkat ini akan memberikan tanda yang sama
hanya jika K1 positif. Pangkat ketiga akan diberikan oleh 1K1K 2 dengan
cara yang sama untuk pangkat kedua dan ketiga dari rangkaian yang akan
memberikan tanda yang sama hanya jika K 2 positif. Pada umumnya jika
Pr () baik positif ataupun negatif aka ada suatu perjanjian tanda antara
Pr () dan Pr1 () jika dan hanya jika tanda K r1 adalah positif. Kita dapat
menyimpulkan bahwa sejumlah dalam tanda antara elemen yang berhasil
dari Pr () adalah sama untuk jumlah pangkat diagonal positif dalam bentuk
triangulasi
A B.
44
d.
A B.
45
Mulai
Definisikan
dan cek
Persiapan
B
en
Simpan
fungsi
matri
ks
tu
k
Simp
an
dari pemecahan
Bentuk
matriks
Simpan
matriks
Susun, rangkai
dan eliminasi
matriks
Simpan
matriks
Substitusi ke
Memperkirakan
nilai eigen yang
Hasil keluaran
dicari terbesar
elastis
Tulis nilai eigen
dan vektor eigen
cahan elastis
dan
KG Tulis
G p nilai
S eigen
G p dV
vektor eigen pecahan
elastis
Iterasi untuk
nilai eigen
yang terbesar
Pisahkan nilai
Interpolasi untuk
masing-masing
nilai eigen
Selesai
Gambar 2.12
46
2.4.6
Permasalahan Stabilitas
Masalah stabilitas dalam struktur adalah mereduksi suatu nilai eigen dengan
persamaan:
K E K G { } {0}
dimana:
m
T
V
(2.67)
(2.68)
semiloof adalah 6x32 matriks bentuk didefinisikan
sebagai berikut:
Matriks S
{G}
dengan:
0
0
(2.69)
dimana:
XX
XY
XY
YY
U U V V U V
X Y X Y Z Z
(2.70)
= G p A .
Universitas Sumatera Utara
47
2.5
48
menjadi besar.
49
derajat
struktur
tidak
akan
mencukupi
keseimbangangaya
luar.
Konsekuensinya adalah terjadinya gaya residu (sisa). Maka koreksi akan dilakukan
terhadap prosedur untuk memperoleh keseimbangan.
50
2.5.2
Prosedur Iterasi
51
52
mendekati satuan atau mendekati nol. Jika interval langkah mendekati satuan, pelacakan
baris masih sedikit diperlukan. Jika interval langkah mendekati nol, telah dibuat sedikit
pengembangan terhadap hasil dan arah kenaikan yang baru akan diberikan oleh
pengulangan hasil yang bersifat menguntungkan.
2.5.3
Konvergensi
Jika menggunakan solusi algoritma kenaikan/iteratif, ukuran konvergensi dari
53
2.5.4
Prosedur Inkrementasi
Untuk menggambarkan alur solusi nonlinear diperlukan prosedur kombinasi
Dengan
inkrementasi
manual,
kegagalan
konvergensi
iterasi
54
baru tetapi reduksi beban ini mungkin juga diabaikan sehingga hasilnya mungkin juga
berakhir atau dilanjutkan dengan mengaplikasikan inkrementasi beban selanjutnya.
Metode inkrementasi level beban konstan gagal jika solusi mencapai limit point
seperti Gambar 2.21 dan metode ini tidak bisa diterapkan pada pembebanan paksa
(pressure loading).
Gambar 2.21 Ilustrasi Limit Point Untuk Respon Derajat Kebebasan Tunggal
\
55
56
Misses. Menurut Hibbeler, (1997) kelelahan material ditentukan oleh tegangan geser
atau energi regangan distorsi yang bekerja pada material. Dalam bentuk tegangantegangan utama (principles stress), persamaan kriteria leleh Von Misses.
Model Von Misses didefinisikan sebagai stress potensial model dengan input
data terdiri dari:
1.
2.
57
Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah Metode Hardening Gradient
karena lebih sederhana dari metode lainnya.
a. Hardening Gradient
b. Plastic Strain
c. Total Strain