Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN

A; Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan bagi manusia. Setiap
manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan di manapun ia berada.
Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit
berkembang dan bahkan akan terbelakang. Akhir-akhir ini sudah banyak
usaha-usaha dalam meningkatkan dunia pendidikan, hal ini dapat dilihat pada
penyempurnaan dalam kurikulum dan pengembangan model pembelajaran
(proses belajar mengajar) tidak terkecuali perbaikan mutu tenaga pengajar dari
sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
Upaya pemerintah dalam pembelajaran menuntut guru untuk memiliki
sejumlah kemampuan. Kemampuan tersebut diantaranya kemampuan
mengaplikasikan berbagai teori belajar dalam pembelajaran, kemampuan
memilih dan menerapkan model pembelajaran yang efektif dan efisien,
kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
Pembelajaran yang sering dilaksanakan dalam sekolah-sekolah sekarang ini
masih cenderung menggunakan metode ceramah, sehingga guru harus kreatif
dalam pembelajaran agar siswa tidak mudah jenuh. Guru profesional tidak
hanya dituntut untuk menguasai bidang ilmu, bahan ajar, metode
pembelajaran, memotivasi peserta didik, memiliki ketrampilan yang tinggi dan
wawasan yang luas terhadap dunia pendidikan, tetapi juga harus memiliki
pemahaman yang mendalam tentang hakikat manusia, dan masyarakat
(Mulyasa, 2007: 11).
Berdasarkan observasi pada tanggal 14 Juli-14 September 2008 selama
program pengalaman lapangan (PPL) II di SMK Negeri 1 Tuban yang
dilakukan terhadap siswa kelas 1 MO 1, persentase banyaknya siswa yang
tuntas belajar pada sub kompetensi menggunakan dan memelihara alat ukur
OPKR 10.010 B di kelas 1 MO 1 yang mencapai 70,8%. Berdasarkan teori
tuntas belajar, keberhasilan kelas dapat dilihat dari jumlah siswa yang tuntas
sekurang-kurangnya sebesar 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut
(Mulyasa: 2006: 99). Sejalan dengan kenyataan tersebut diperlukan usahausaha untuk meningkatkan hasil pembelajaran agar tercapai ketuntasan belajar
yang telah ditentukan. Oleh karena itu, guru harus dapat memilih model
pembelajaran yang dapat membantu kesulitan
siswa serta mencapai ketuntasan
1
belajar yang diharapkan.
Untuk mengatasi kenyataan permasalahan tersebut, ada bermacam cara
untuk mencapai ketuntaasn belajar siswa baik kognitif, afektif maupun

psikomotor, salah satunya adalah menerapkan model pembelajaran yang


efektif dan efisien. Di sekolah menengah kejuruan siswa diharapkan
menguasai pengetahuan deklaratif dan prosedural yaitu memahami materi
kompetensi yang diajarkan serta dapat melakukan percobaan dari materi yang
telah diberikan. Pengetahuan prosedural dan deklaratif ini sangat cocok
diajarkan dengan menggunakan model direct instructions, sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Kardi & Nur (2005: 5) bahwa direct instructions diciptakan
secara khusus untuk mempermudah siswa mempelajari pengetahuan
prosedural dan pengetahuan daeklaratif yang direncanakan dengan baik, serta
dipelajari selangkah demi selangkah.
Salah satu sub kompetensi yang terdapat di kelas 1 MO1 SMK
Negeri 1 Tuban adalah menggunakan dan memelihara alat ukur OPKR
10.010 B. Sub kompetensi tersebut mengharapkan siswa untuk melakukan
demonstrasi dan percobaan. Dalam demonstrasi diharapkan setiap langkah
pembelajaran dari hal-hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan
mudah oleh murid melalui prosedur yang benar dan dapat dimengerti materi
yang diajarkan kemudian diikuti atau dicoba oleh siswa untuk melakukannya.
Agar dapat melaksanakan kegiatan penjelasan lisan dan percobaan, diperlukan
pengetahuan prosedural dan juga diperlukan pengetahuan prasyarat yang
berupa pengetahuan deklaratif. Para guru selalu menghendaki agar siswa
memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, supaya mereka dapat
melakukan suatu kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil.

Berdasarkan hasil penelititan yang telah dilakukan oleh Ardani (2008),


diperoleh dengan penerapan model pengajaran langsung dapat mencapai
ketuntasan belajar mahasiswa, pada tiap putaran berturut-turut 24%, 57%,
88%. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Watsiyah (2007), diperoleh
dengan menerapkan pengajaran langsung pada materi garis dan sudut dapat
mencapai ketuntasan klasikal sebesar 87,5%, serta latihan menggunakan alat
diperoleh jumlah rata-rata 80,42% yang dikategorikan aktif.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melakukan penelitian
tentang penerapan model pembelajaran yaitu model pembelajaran
direct instructions. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul Penerapan
Direct Instructions Terhadap Ketuntasan Belajar pada Sub Kompetensi
Menggunakan dan Memelihara Alat Ukur OPKR 10.010 B di Kelas 1 MO 1
SMK Negeri 1 Tuban.

B; Identifikasi masalah
Berdasarkan pengamatan di lapangan, belum meningkatnya ketuntasan
hasil pembelajaran tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1; Pembelajaran di sekolah masih cenderung menggunakan metode ceramah.
2; Ketuntasan belajar siswa belum tercapai.
3; Model direct instructions dapat mencapai ketuntasan belajar siswa.
4; Siswa kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
5; Model pembelajaran diskusi kurang sesuai jika diterapkan dalam
pembelajaran yang psikomotornya lebih dominan.

6; Model pembelajaran kooperatif sering digunakan dalam pembelajaran


sehingga peneliti menggunakan direct instructions untuk penelitian.
7; Diperlukan pengelolaan pembelajaran yang sesuai dengan langkahlangkah model pembelajaran yang terdapat dalam RPP.
8; Siswa lebih senang dengan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

C; Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1; Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran melalui
direct instructions pada sub kompetensi menggunakan dan memelihara
alat ukur OPKR 10.010 B?
2; Bagaimana aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran

dengan

penerapan direct instructions pada sub kompetensi menggunakan dan


memelihara alat ukur OPKR 10.010 B?
3; Bagaimana hasil belajar siswa pada penerapan direct instructions pada sub
kompetensi menggunakan dan memelihara alat ukur OPKR 10.010 B?
4; Bagaimana respon siswa terhadap penerapan direct instructions pada sub
kompetensi menggunakan dan memelihara alat ukur OPKR 10.010 B?

D; Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:

1; Untuk mengetahui kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran


direct instructions pada sub kompetensi menggunakan dan memelihara
alat ukur OPKR 10.010 B?
2; Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran dengan
penerapan direct instructions pada sub kompetensi menggunakan dan
memelihara alat ukur OPKR 10.010 B.
3; Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada penerapan direct instructions
pada sub kompetensi menggunakan dan memelihara alat ukur OPKR
10.010 B.
4; Untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan direct instructions
pada sub kompetensi menggunakan dan memelihara alat ukur OPKR
10.010 B.

E; Manfaat Penelitian
1; Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam mencapai ketuntasan
pembelajaran siswa.
2; Bagi siswa, dengan penerapan direct instructions siswa lebih semangat
dalam belajar.
3; Bagi peneliti, dapat menerapkan model pembelajaran diskusi kelas dan
dijadikan masukan sekolah untuk mencapai ketuntasan belajar siswa.

F; Definisi Operasional, Asumsi, dan Keterbatasan


1; Definisi Operasional
Agar tidak terjadi salah penafsiran dalam memahami penelitian ini
maka peneliti mendefinisikan variabel-variabel yang terkait dalam
penelitian.
a; Model direct instructions
Direct instructions adalah model pembelajaran yang diciptakan secara
khusus untuk mempermudah siswa mempelajari pengetahuan
prosedural dan pengetahuan deklaratif yang direncanakan dengan baik,
serta dipelajari tiap tahapan.
b; Menggunakan dan memelihara alat ukur OPKR 10.010 B
Materi pemelajaran berbasis kompetensi di SMK Negeri 1 Tuban
dibagi menjadi tiga kelompok kompetensi, yaitu: engine, chasis dan
kelistrikan. Menggunakan dan memelihara alat ukur merupakan sub
kompetensi yang masuk kedalam kompetensi kelistrikan. OPKR
10.010 B adalah kode sub kompetensi menggunakan dan memelihara
alat ukur, sedangkan OPKR sendiri adalah operasi kendaraan ringan.
c; Aktivitas Guru dan Siswa
Aktivitas Guru dan siswa adalah kegiatan Guru dan siswa selama
mengikuti pembelajaran melalui penerapan direct instructions pada
sub kompetensi menggunakan dan memelihara alat ukur OPKR
10.010 B.
d; Hasil belajar siswa
Hasil belajar siswa adalah nilai post test yang diperoleh siswa setiap
akhir

pembelajaran pada

sub kompetensi

menggunakan

dan

memelihara alat ukur OPKR 10.010 B. Sedangkan siswa dikatakan


tuntas dalam belajar apabila skor yang dicapai 70. skor 70 ini
didapat dari standar ketuntasan kompetensi minimum dari SMK
Negeri 1 Tuban.

e; Respon siswa
Respon siswa adalah hasil jawaban siswa setelah pembelajaran dengan
direct instructions yang diperoleh dari angket dan dinyatakan dalam
persentase.
2; Asumsi:
a; Pengamat dari guru pengajar memberikan penilaian dengan bersikap
jujur dan obyektif.
b; Nilai 70,8% pada sub kompetensi menggunakan dan memelihara alat
ukur OPKR 10.010 B di kelas 1 MO 1 berdasarkan nilai hasil
mengajar pada PPL II yang disetujui dalam rapat dewan guru. Nilai
tersebut telah di atas nilai ketuntasan minimum 65% (Mulyasa, 2006:
99).
3; Keterbatasan
Penelitian ini hanya menganalisis lembar observasi pengelolaan
pembelajaran, aktivitas guru dan siswa, hasil belajar siswa serta respon
siswa. Penelitian ini dilaksanakan di kelas 1 MO 1 yang berjumlah 37

siswa di SMK Negeri I Tuban pada semester genap


2008/2009.

tahun ajaran

Anda mungkin juga menyukai