Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang
Kristal hydroxyapatite [Ca10(PO4)6(OH)2] merupakan
komponen yang membentuk mayoritas komponen tulang dan gigi
manusia. Sehingga, hydroxyapatite memiliki peranan yang sangat
penting dalam regenerasi cacat tulang (Dahotre, 2008).
Biokeramik hydroxyapatite (HA) juga banyak digunakan untuk
memperbaiki dan merekontruksi bagian tulang manusia yang
rusak terutama sebagai tulang pengganti dalam pengisian tulang
(Descamps dkk, 2008). Dalam aplikasi dibidang biomedis,
morfologi dan ukuran partikel menjadi parameter penting karena
mineral tulang terdiri dari kristal hidroksiapatit kecil di
nanoregime. Nanostruktur hidroksiapatit memiliki bioaktivitas
yang lebih baik daripada kristal kasar, sehingga hal inilah yang
mendorong berkembangnya nanoteknologi untuk membuat
material HA dengan skala nanometer (Fathi dkk, 2008).
Walaupun hydroxyapatite dapat meniru struktur tulang
manusia, perbaikan kualitas sifat mekanik masih sangat banyak
diinginkan. Kerapuhan dan rendahnya daya tarik menyebabkan
terbatasnya aplikasi dari HA. Selain itu, bahan bioaktif seperti itu
harus secara spontan mengikat dan mengintegrasikan dengan
tulang di tubuh yang hidup. Dengan demikian, pengembangan
material HA masih diperlukan. Sifat kimia dan struktur morfologi
HA sangat bergantung terhadap perubahan komposisi kimia dan
kondisi pengolahan (Bogdanoviciene dkk, 2006).
Disamping morfologi dan ukuran partikel, kemurnian dari
serbuk berpengaruh terhadap properti HA yang akan
diaplikasikan dalam bidang ortopedi, bahan pembuat gigi,
maupun implant jaringan. Oleh karena itu, hydroxyapatite
berukuran nanometer telah dikembangkan dengan kemurnian
serta kristalinitas tinggi untuk meningkatkan kerapatan, kekuatan
dan sifat bioaktifnya.
Keramik adalah senyawa anorganik dari logam atau non
logam, dengan ikatannya ionik atau kovalen dan biasanya
terbentuk pada suhu yang tinggi. Bioceramics adalah bahan yang
digunakan untuk memperbaiki kerangka atau jaringan keras.

Bab I Pendahuluan

I-2

Bioceramics terdiri dari bioinert


(alumina, zirkonia),
bioresorbable (tricalcium fosfat), bioaktif (hidroksiapatit,
bioactive glasses, dan glass ceramics), dan keramik yang
memiliki pori digunakan untuk jaringan yang masih tumbuh
(lapisan hidroksiapatit, dan lapisan bioglass pada bahan metalik)
(Dahotre, 2008)
Keramik bioinert tidak berpengaruh dan berinteraksi
dengan jaringan tubuh sedangkan keramik bioaktive dapat
berikatan dengan jaringan tulang yang hidup. Fenomena
bioaktifitas tersebut menunjukkan adanya reaktivitas material
tersebut dengan lingkungannya. Keramik tipe bioinert seperti
alumina dan zirkonia digunakan sebagai prototipe yang
diaplikasikan secara klinis sebagai bahan implant. Keramik
tersebut memiliki kinetika reaksi yang sangat lambat sehingga
dikatakan sebagai material yang hampir inert. Tetapi
kebalikannya keramik bioaktif memiliki kinetika reaksi yang
sangat cepat sehingga dapat bereaksi dengan cairan tubuh
menghasilkan bahan tulang baru. Oleh karena itu, keramik
bioaktif dapat digunakan untuk memperbaiki bagian tulang, yaitu
dengan cara mengganti bagian tulang yang rusak atau
meregenerasi tulang. Pada saat ini pembahasan keramik bioactive
lebih dipusatkan pada sintesis HA dengan penambahan additive.
Ada beberapa metode untuk membuat serbuk
hydroxyapatite yaitu dengan reaksi pada kondisi padat (solid-state
reaction) dan metode larutan-cair (liquid-solution). Reaksi pada
kondisi padat dilakukan pada temperatur tinggi memiliki
keuntungan antara lain HA yang dihasilkan memiliki kemurnian
dan kristalinitas yang baik. Tetapi, HA yang dibuat dengan
metode reaksi pada kondisi padat (solid-state reaction)
menghasilkan partikel dengan ukuran besar dan morfologi tidak
teratur. Metode larutan-cair (liquid-solution) seperti sol-gel,
hydrothermal, mikroemulsi, dan presipitasi memiliki keuntungan
pengaturan morfologi serta ukuran serbuk HA cukup baik
sehingga telah diaplikasikan untuk membuat serbuk HA
berukuran nano. Tetapi metode ini memiliki kelemahan yaitu
produk yang dihasilkan mengandung kontaminan serta
kristalinitas yang rendah karena proses pembuatannya dilakukan
Laboratorium Mekanika Fluida dan Pencampuran
Jurusan Teknik Kimia FTI - ITS

Bab I Pendahuluan

I-3

pada temperatur rendah sehingga produk yang dihasilkan kurang


memenuhi syarat apabila diaplikasikan dibidang biomedis.
Metode lain yang lebih modern dikembangkan untuk
menghasilkan kristal HA dengan kristalinitas, morfologi, ukuran
partikel serta kemurnian yang tinggi adalah metode sintesis
dengan teknik aerosol. Dalam metode ini prekursor dicampur
pada larutan pada level atomik. Yang tergolong dalam metode ini
adalah metode spray pyrolysis dan flame spray pyrolysis.
Pada metode spray pyrolysis sumber panas peroleh dari
dinding yang dipanaskan secara elektrik, sedangkan flame spray
pyrolysis flame sebagai sumber panas yang diperoleh dari
pembakaran bahan bakar (LPG). Kedua metode tersebut diadopsi
untuk membuat bubuk yang berukuran nanometer. Kelebihan
flame spray pyrolisys dibandingkan spray pyrolysis adalah
sumber energi pemanas (LPG) harganya lebih murah
dibandingkan pemanasan melalui dinding yang mengkonsumsi
energi (elektrik) yang lebih besar dan lebih mahal. Metode flame
spray pyrolysis juga lebih mudah di scale up untuk kuantitas
komersial daripada metode spray pyrolysis, sehingga hal inilah
yang menjadi dasar pemilihan sintesis serbuk HA dengan metode
flame spray pyrolysis. Dalam metode ini penambahan additive,
temperatur pembakaran dan waktu tinggal partikel didalam proses
pembakaran adalah parameter yang penting untuk menentukan
karakteristik serbuk HA.

I.2

Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan yang akan diselesaikan adalah
melakukan eksperimen untuk mengetahui pengaruh penambahan
additive dalam proses sintesis serbuk hydroxyapatite (HA)
dengan metode flame spray pyrolysis terhadap kemurnian,
ukuran, dan bentuk partikel hydroxyapatite.

I.3

Batasan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode flame spray pyrolysis
untuk mensintesis/memperoleh partikel hydroxyapatite (HA)
Laboratorium Mekanika Fluida dan Pencampuran
Jurusan Teknik Kimia FTI - ITS

Bab I Pendahuluan

I-4

dengan peralatan utama yang terdiri dari ultrasonic nebulizer,


flame nozzle, cyclone, burner, powder collector, water trap dan
pompa vakum. Prekursor yang digunakan dalam penelitian ini
adalah larutan Ca(NO3)2.4H2O, (NH4)2HPO4, solvent aquadest
(H2O), dan additive berupa etilen glikol, glukosa dan urea. Udara
digunakan sebagai carier gas sekaligus oksidizer, dan untuk bahan
bakar digunakan LPG.

I.4

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan additive pada proses sintesis hydroxyapatite (HA)
powder dengan metode flame spray pirolysis terhadap kemurnian,
ukuran, dan bentuk partikel hydroxyapatite yang terbentuk.

I.5

Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan dapat mengetahui
pengaruh additive dari beberapa variabel dan membandingkannya
sehingga diperoleh kondisi terbaik dalam mendapatkan
hydroxyapatite dari segi struktur, kristalinitas, dan ukuran partikel
tersebut

I.6

Penelitian Terdahulu
Penelitian
sebelumnya
adalah
tentang
sintesis
hydroxyapatite berukuran nano dengan metode flame spray
pyrolysis dilakukan oleh Cho dan Kang (2007). Penelitian
tersebut bertujuan untuk menghasilkan HAp dengan ukuran
nanometer yang memiliki kristalinitas tinggi dan ketepatan
stoichiometri yang sesuai yang dibuat pada temperatur tinggi
dengan metode flame spray pyrolysis dari spray larutan dengan
polyethylene glycol (PEG) sebagai additive. Ukuran rata-rata
partikel yang dihasilkan melalui teknik ini adalah beberapa puluh
hingga ratusan nanometer tergantung dari PEG yang ditambahkan
dalam spray larutan pada temperatur post-treatment 800oC. Dalam
analisa TEM-EDX (Transmission Electron Microscope & Energy
Dispersive X-ray) diperoleh rasio antara kalsium dan posfat
sebesar 1,69. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Warsito dan
Laboratorium Mekanika Fluida dan Pencampuran
Jurusan Teknik Kimia FTI - ITS

Bab I Pendahuluan

I-5

Setyawan (2009) yang mempelajari pengaruh dari fuel gas,


oxidizer dan gas pembawa terhadap morfologi dan kristalinitas
partikel. Prasetyo dan Akmal (2010) melakukan penelitian sintesa
HA menggunakan metode flame spray pyrolysis bertujuan
mendapatkan partikel berukuran nanometer dengan penambahan
additive urea, ethylene glycol, dan glukosa.

Laboratorium Mekanika Fluida dan Pencampuran


Jurusan Teknik Kimia FTI - ITS

Bab I Pendahuluan

I-6

(Halaman ini sengaja dikosongkan)

Laboratorium Mekanika Fluida dan Pencampuran


Jurusan Teknik Kimia FTI - ITS

Anda mungkin juga menyukai