Anda di halaman 1dari 129

DAMPAK PERNIKAHAN PADA MASA STUDI

TERHADAP PERKULIAHAN MAHASISWA


(Studi Kasus Mahasiswa UIN Malang, Fakultas Tarbiyah, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Angkatan 2003)

SKRIPSI

Oleh :
Akhmad Syamsul Huda
01110216

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
Juli 2007

DAMPAK PERNIKAHAN PADA MASA STUDI


TERHADAP PERKULIAHAN MAHASISWA
(Studi Kasus Mahasiswa UIN Malang, Fakultas Tarbiyah, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Angkatan 2003)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :
Akhmad Syamsul Huda
01110216

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
Juli 2007

HALAMAN PERSETUJUAN

DAMPAK PERNIKAHAN PADA MASA STUDI


TERHADAP PERKULIAHAN MAHASISWA
(Studi Kasus Mahasiswa UIN Malang, Fakultas Tarbiyah, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Angkatan 2003)

SKRIPSI
Oleh :
Akhmad Syamsul Huda
01110216

Telah Disetujui Pada Tanggal 17 Juli 2007

Oleh Dosen Pembimbing :

Drs. H. Bakhruddin Fanani, M.A


NIP. 150 302 530

Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Drs. Moh. Padil, M.Pd.I


NIP. 150 267 235

ii

HALAMAN PENGESAHAN

DAMPAK PERNIKAHAN PADA MASA STUDI


TERHADAP PERKULIAHAN MAHASISWA
(Studi Kasus Mahasiswa UIN Malang, Fakultas Tarbiyah, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Angkatan 2003)

SKRIPSI
Dipersiapkan dan Disusun Oleh
Akhmad Syamsul Huda (01110216)
Telah Dipertahankan Di Depan Dewan Penguji Pada Tanggal
21 Juli 2007 Dengan Nilai B
Dan Telah Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan
Untuk Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Panitia Ujian
Ketua Sidang,

Sekretaris Sidang,

Drs. H. Bakhruddin Fanani, M.A


NIP. 150 302 530

M. Asrori Alfa, M.Ag


NIP. 150 302 235

Pembimbing,

Drs. H. Bakhruddin Fanani, M.A


NIP. 150 302 530
Penguji Utama,

Drs. M. Zainuddin, M.A


NIP. 150 275 502
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony


NIP. 150 042 031

iii

PERSEMBAHAN

Dengan segenap karunia cinta kasih, kusungkurkan dahi diatas sajadah


dengan seraya mengucapkan sykur atas segalanya. Kupanjatkan kehadiran Ilahi
Robby, kupersembahkan karya ini intuk:
1. Yang pertama dan utama untuk kedua orang tuaku tersayang: Ibunda Asiyah
dan Ayahanda Trisilo (alm.) yang telah mengasuh, mengayomi, dan
membimbing dengan sepenuh jiwa dan raga, setulus hati, sebening cinta,
sesuci doa yang tulus serta terlantun disetiap saat, restumu yang selalu
menyertai disetiap langkahku, dari jerih payahmu kesuksesanku berasal, demi
meniti masa depan.
2. Guru-guru serta dosen-dosenku yang kuhormati yang telah menjadi
pembimbing ruhku dimana daku selama ini memperoleh berbagai ilmu
pengetahuan sebagai modal menjalani masa depan.
3. Untuk pak lekku Muhammad Nurhuda yang telah membiayai studiku selama
ini.
4. Untuk mbahku dari ayah dan ibu yang selalu memberikan nasehat yang
membuatku mengerti.
5. Untuk adek dan adek iparku tercinta Naumi Hidayati dan Sukatmadji yang
telah memberiku semangat untuk menyelesaikan studi.
6. Sahabat-sahabat terdekatku: Ivo, Wayan, Agung, Antok dan Memy...mudahmudahan persahabatan ini tak kan pudar untuk selamanya.
7. Teman-teman penghuni PANDA 37: terima kasih atas kerja samanya selama
ini.

Ya Allah ya Tuhanku, berikanlah mereka balasan yang lebih baik serta


rahmat-Mu selamanya, Amien....

iv

MOTTO

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al-Hujuraat: 13)

Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rizki
dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan
mengingkari nimat Allah. (Q.S. An-Nahl: 72)

Drs. H. Bakhruddin Fanani, M.A


Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang
========================
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal
: Skripsi Akhmad Syamsul Huda
Lamp : 4 (Empat) Eksemplar

Malang, 17 Juli 2007

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
di
Malang

Assalamualaikum Wr. Wb.


Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa
maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut
dibawah ini:
Nama
: Akhmad Syamsul Huda
NIM
: 01110216
Jurusdan
: Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Dampak Pernikahan Pada Masa Studi Terhadap
Perkuliahan Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa UIN
Malang, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Angkatan 2003)
Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak
diajukan untuk diujikan.
Demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Pembimbing,

Drs. H. Bakhruddin Fanani, M.A


NIP. 150 302 530

vi

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, Juli 2007

Akhmad Syamsul Huda

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan sukur hanya milik Allah SWT Sang Penguasa
Tunggal, karena dengan anugerah dan kasih sayang-Nya penulis bisa
menyelesaikan tugas ini. Shalawat dan salam semoga tetap terhaturkan atas sang
penggerak sejarah terbesar, pahlawan revolusi Islam Nabi Muhammad SAW,
beserta keluarga dan para sahabatnya.
Campur tangan berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini baik berupa
tenaga, waktu dan pemikiran tidak dapat penulis pungkiri. Untuk itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya atas
keikhlasan bantuan yang telah diberikan, terutama kepada yang terhormat:
1. Ayahanda Trisilo (alm.) dan Ibundaku tercinta Asiyah yang telah
menanamkan norma hidup, siraman cinta dan kasih sayang serta doa tulus
ikhlas kepadaku.
2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku Rektor Universitas Islam Negeri
Malang beserta stafnya yang telah memberikan kesempatan dan pelayanan
kepada penulis untuk menyelesaikan studi di kampus UIN Malang.
3. Bapak Prof. Dr. H.M. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah.
4. Bapak Drs. Moh. Padil, M.Pdi, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam.
5. Bapak Drs. H. Bakhruddin Fanani. M.A, selaku Dosen pembimbing yang
telah tulus ikhlas dan penuh kesabaran memberikan bimbingan, arahan dan
nasehat kepada penulis sehingga terselesaikannya skripsi ini.

viii

6. Bapak dan Ibu Dosen yang budiman, yang telah mengukir jiwa penulis dengan
ilmu selama menyelesaikan studi di UIN Malang.
7. Kesepuluh responden dalam penelitian ini yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Sahabat-sahabatku PAI01, yang dengan rasa persaudaraan dan kesetiaan
selalu bersatu dan berjuang bersama dalam meraih kesuksesan.
9. Semua pihak yang ikut membantu dan memberikan sumbangan pikiran dalam
rangka menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
Teriring dengan doa dan harapan semoga Allah SWT memberikan
balasan kepada jasa yang diberikan kepada penulis dan dipandang sebagai amal
sholeh. Penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak kecuali Allah
Yang Maha Agung. Begitu pula dengan penulisan skripsi ini yang masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu dengan kerendahan hati mengharap kritik dan saran
yang bersifat konstruktif dan membangun dari semua pihak demi kesempurnaan
skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Sekaligus dapat menambah
khazanah pengetahuan untuk pengembangan cakrawala berfikir terutama dalam
dunia pendidikan.
Penulis

ix

DAFTAR TABEL

TABEL 4.1.

RANGKUMAN IDENTITAS RESPONDEN ........................

60

TABEL 4.2.

FAKTOR-FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN ...........

93

TABEL 4.3.

DAMPAK PERNIKAHAN TERHADAP


PERKULIAHAN................................................................... 100

TABEL 4.4.

DAMPAK PERNIKAHAN TERHADAP


AKTIFITAS BELAJAR ........................................................ 102

TABEL 4.5.

DAMPAK PERNIKAHAN TERHADAP


PRESTASI AKADEMIK (NILAI IP) .................................... 104

TABEL 4.6.

DAMPAK PERNIKAHAN TERHADAP KEAKTIFAN


MENGIKUTI ORGANISASI DI KAMPUS .......................... 106

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I

: SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

LAMPIRAN II

: SURAT PENGANTAR PENELITIAN

LAMPIRAN III

: SURAT KETERANGAN PENELITIAN

LAMPIRAN IV

: BUKTI KONSULTASI

LAMPIRAN V

: PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN VI

: FOTO INFORMAN

xi

DAFTAR ISI

Halaman Judul
Halaman Pengajuan....................................................................................

Halaman Persetujuan .................................................................................

ii

Halaman Pengesahan..................................................................................

iii

Halaman Persembahan...............................................................................

iv

Halaman Motto ...........................................................................................

Halaman Nota Dinas...................................................................................

vi

Halaman Pernyataan ..................................................................................

vii

Kata Pengantar ...........................................................................................

viii

Halaman Tabel............................................................................................

Daftar Lampiran.........................................................................................

xi

Daftar isi......................................................................................................

xii

Halaman Abstrak........................................................................................

xv

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................

B. Rumusan Masalah ...........................................................

C. Tujuan Penelitian .............................................................

D. Manfaat Penelitian ...........................................................

E. Hipotesa...........................................................................

xii

F. Ruang Lingkup Pembahasan dan Keterbatasan Penelitian

G. Sistematika Pembahasan ..................................................

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pernikahan Dalam Islam ..................................................

10

1. Pengertian Pernikahan..................................................

10

2. Hukum Pernikahan.......................................................

13

3. Tujuan Pernikahan .......................................................

14

4. Motivasi Pernikahan.....................................................

18

5. Hikmah Pernikahan......................................................

21

B. Persepsi Mahasiswa Terhadap Pernikahan .......................

22

1. Mengutamakan Pendidikan Daripada Pernikahan .........

22

2. Menunda Studi Untuk Pernikahan ................................

25

3. Sama-sama Menjalankan Antara Pernikahan dan Studi

27

C. Pernikahan Mahasiswa dan Aktifitas Belajarnya ..............

27

1. Pengertian Mahasiswa..................................................

27

2. Pernikahan Pada Masa Studi ........................................

30

3. Pengertian Aktifitas Belajar..........................................

31

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................

33

B. Kehadiran Peneliti............................................................

35

C. Lokasi dan Waktu Penelitian............................................

36

xiii

D. Sumber Data ....................................................................

36

E. Prosedur Pengumpulan Data ............................................

39

F. Analisis Data ...................................................................

44

G. Pengecekan Keabsahan Data............................................

46

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian................................................................

48

1. Gamabaran Tentang Subyek Penelitian ........................

48

2. Paparan Data Masing-masing Subyek Penelitian ..........

61

B. Pembahasan .....................................................................

92

1. Pembahasan Tentang Faktor-faktor Pendorong


Melakukan Pernikahan Pada Masa Studi ......................

92

2. Pembahasan Tentang Dampak Pernikahan Pada


Masa Studi Terhadap Perkuliahan ................................ 100
BABV
PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................... 108
B. Saran-saran ...................................................................... 109

DAFTAR PUSTAKA

xiv

ABSTRAK

Akhmad Syamsul Huda. 2001. Dampak Pernikahan Pada Masa Studi


Terhadap Perkuliahan Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa UIN Malang,
Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Angkatan 2003).
Skripsi. Malang: Fakultas Tarbiyah UIN Malang.
Pembimbing: Drs. H. Bakhruddin Fanani, M.A
Kata Kunci: Dampak Pernikahan Pada Masa studi, Perkuliahan, Mahasiswa

Dampak Pernikahan Pada Masa Studi Terhadap Perkuliahan Mahasiswa,


merupakan pokok masalah yang menjadi bahan kajian dalam skripsi ini.
Pernikahan mahasiswa pada masa studi tentunya membawa berbagai dampak
terhadap perkuliahannya. Dalam skripsi ini akan diuraikan secara jelas faktorfaktor pendorong yang melatarbelakangi pernikahan mahasiswa serta
bagaimanakah dampak dari adanya pernikahan tersebut dari segi keaktifan
mengikuti perkuliahan, keaktifan belajar, prestasi akademik (nilai IP), dan
keaktifan mengikuti organisasi di kampus setelah melakukan pernikahan pada
masa studi.
Untuk menggali faktanya penulis menggunakan penelitian kualitatif, yaitu
suatu pendekatan yang bertujuan untuk mendapatkan rentetan dan keluasan
informasi yang diperlukan dari objek penelitian. Sedangkan yang menjadi objek
penelitian dalam studi ini ditetapkan sepuluh mahasiswa yang telah menikah dan
menempuh studi Strata 1 (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Malang,
Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Angkatan 2003. Menurut
hemat penulis penentuan objek tersebut pantas dan memiliki syarat untuk di teliti.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan menunjukkan
bahwa faktor-faktor pendorong melakukan pernikahan pada masa studi sangat lah
beragam antara satu individu dengan individu yang lain.
Dari hasil penelitian yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa
pernikahan pada masa studi tidak sepenuhnya menghambat perkuliahan, keatifan
belajar, pencapaian prestasi akademik (nilai IP), dan keaktifan mengikuti
organisasi di kampus. Dalam artian bagi mahasiswa yang sebelum menikah selalu
aktif mengikuti perkuliahan, selalu aktif belajar, mempunyai prestasi akademik
(Nilai IP) rata-rata baik, selalu aktif mengikuti organisasi di kampus, setelah
melakukan pernikahan, pernikahan tersebut tidak menghambat keaktifan dan
prestasi belajarnya.

xv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan berkeluarga adalah harapan dan niat yang wajar dari setiap
manusia karena hal ini sudah menjadi fitrah bagi manusia. Pada umumnya
setiap orang yang akan atau ingin memasuki gerbang pernikahan pasti
menginginkan terciptanya suatu rumah tangga yang harmonis. Untuk itu
dibutuhkan adanya persiapan yang matang baik secara fisik, psikis maupun
materi diantara keduanya. Harmonis tidaknya sebuah rumah tangga
menentukan nasib kedua pasangan karena itu kedua pasangan harus selalu
berupaya

agar

pernikahannya

berkualitas,

memuaskan

dan

dapat

dipertahankan.
Seperti halnya individu lainnya, mahasiswa yang sedang berada pada
masa dewasa dini juga mempunyai tugas perkembangan yang serupa.
Menyelesaikan kuliah adalah tujuan utama yang hendak dicapai oleh setiap
mahasiswa sebagai modal untuk pelaksanaan tugas perkembangan berikutnya,
yaitu bekerja. Oleh karenanya kegiatan-kegiatan yang dilakukan akan banyak
berorientasi pada masalah-masalah studi.
Disisi lain mahasiswa sebagai individu juga mempunyai dorongandorongan lain yang perlu disalurkan, seperti kebutuhan untuk beraktualisasi
diri yang bisa dipenuhi dengan mengikuti kegiatan-kegiatan intra dan ekstra
kampus, serta kebutuhan yang tidak kalah pentingnya dalam proses

pendewasaan yaitu kebutuhan aveksi dan kebutuhan akan harga diri mereka.
Mahasiswa yang berada pada masa transisi antara masa remaja dan dewasa
akan mulai belajar bertanggung jawab atas dirinya sendiri, misalnya dalam
menentukan arah dan tujuan hidupnya, keyakinan hidupnya, termasuk
menentukan pasangan hidup.
Secara normatif Nabi Muhammad SAW. juga menganjurkan melalui
sabdanya yang diceritakan oleh Adullah ibnu Masud r.a. sebagai berikut:

Artinya: Hai golongan kaum muda, barang siapa di antara kalian


mempunyai biaya, maka hendaklah ia nikah. Karena sesungguhnya nikah itu
lebih merundukkan pandangan mata dan lebih memelihara kehormatan.
Barang siapa yang tidak mempunyai biaya, maka hendaklah ia berpuasa,
karena sesungguhnya puasa itu merupakan peredam keinginan. (H.R.
Khamsah)1.
Hadits diatas merupakan anjuran untuk malakukan pernikahan bagi
orang yang telah mampu, karena pernikahan itu dapat memelihara pandangan
dan menjauhkan diri dari perbuatan zina.
Karena pernikahan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, maka orang mulai berpikir untuk berupaya agar peristiwa yang
sangat penting tersebut mempunyai makna dalam kehidupannya baik dini,
esok, dan yang akan datang.

Mansyur Ali Nashif, Mahkota Pokok-Pokok Hadis Rasulullah SAW (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1993), hlm. 838-839

Seorang mahasiswa yang sudah mengambil keputusan untuk melakukan


pernikahan tentunya harus siap menghadapi adanya kemungkinan persoalanpersoalan yang akan muncul serta bagaimana cara mengatasinya. Karena
kemungkinan persoalan yang muncul itu bukan persoalan pernikahan saja
yang meliputi hubungan suami istri, membesarkan anak, masalah ekonomi,
dan lain-lain. Akan tetapi masalah perkuliahan yang tentunya bukan masalah
kecil.
Pernikahan yang dilakukan oleh mahasiswa pada

masa studi

menuntutnya untuk bisa melakukan dua tugas sekaligus yaitu sebagai seorang
mahasiswa dan seorang yang sudah berkeluarga. Individu sebagai mahasiswa
bertanggung jawab atas masa depannya, mencurahkan segenap perhatiannya
tidak hanya sekedar pergi kuliah saja, namun kesanggupan menyelesaikan
tugas-tugas seperti membuat laporan, paper atau skripsi. Belum lagi
keikutsertaan dalam kegiatan intra maupun ekstra kurikuler. Rutinitas seperti
ini secara bertahap akan mengalami perubahan sesuai dengan situasi dan
kondisi individu, misalnya saja hubungan interpersonal dengan teman kuliah
mulai berkurang dan berubah, yang dulunya sehabis kuliah individu
mempunyai waktu lebih banyak berkumpul dan ngobrol dengan teman atau
sekedar untuk cuci mata kini mulai jarang dilakukan, topik obrolannya juga
tidak lagi berfokus pada model baju apa yang lagi trend dan film apa yang
sekarang laris ditonton. Disadari atau tidak perubahan ini akan membawa
individu pada penyesuaian baru.

Di dalam kehidupan pernikahan suami istri yang berstatus mahasiswa,


selain bertanggung jawab sebagai pelajar seperti yang diuraikan diatas,
individu juga bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarga. Dua tanggung
jawab tersebut mau tidak mau harus berjalan beriringan dan seimbang. Selain
itu disela-sela kesibukan kuliah pasangan suami istri mahasiswa ini juga masih
dibebani tugas rumah tangga yang menyita waktu dan tenaga, seperti seorang
istri

harus

mengurus

keluarganya,

pagi-pagi

harus

bangun

untuk

membersihkan rumah, mencuci dan menyediakan masakan yang akan


dipersiapkan pada jam makan dan masih banyak lagi. Setelah sekiranya tugas
ini sudah selesai mereka harus segera bergegas untuk pergi kuliah.
Melalui skripsi ini dengan judul: Dampak Pernikahan Pada Masa Studi
Terhadap Perkuliahan Mahasiswa (Studi Kasus Mahasiswa UIN Malang,
Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Angkatan 2003)
penulis ingin mendapatkan bukti empiris adanya hubungan pernikahan pada
masa studi terhadap perkuliahan mahasiswa.

B. Rumusan Masalah
Berpijak dari pemikiran di atas, maka alangkahbaiknya penulis
kemukakan dua rumusan masalah yang mendasari masalah selanjutnya.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan mahasiswa UIN Malang,
Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Angkatan 2003
melakukan pernikahan pada masa studi?

2. Bagaimana dampak adanya pernikahan pada masa studi terhadap


perkuliahan mahasiswa?

C. Tujuan Penelitian
Atas dasar rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan mahasiswa UIN
Malang, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Angkatan
2003 melakukan pernikahan pada masa studi.
2. Mengetahui dampak adanya pernikahan pada masa studi terhadap
perkuliahan mahasiswa.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi penulis
untuk mengetahui realita yang sesungguhnya dihadapi oleh mahasiswa
UIN Malang, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Angkatan 2003 yang telah melakukan pernikahan pada masa studi.
2. Pihak lain.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau sumbangan
pemikiran yang konstruktif bagi mahasiswa yang akan melangsungkan
pernikahan dan yang sudah menikah.

E. Hipotesa
Hipotesa dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara
terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul.2
Dalam bentuk sederhana, hipotesa mengemukakan pernyataan tentang
harapan peneliti mengenai hubungan antara variabel-variabel didalam suatu
persoalan. Hipotesa tersebut kemudian diuji didalam penelitian. Oleh sebab itu
penyelidikan selanjutnya yang akan membenarkan atau menolaknya.
Berangkat dari definisi dan uraian dari teori-teori yang telah
dikemukakan diatas, maka hipotesa yang peneliti ajukan adalah pernikahan
pada masa studi berdampak negatif terhadap perkuliahan mahasiswa.
Dari hipotesa diatas, akan peneliti buktikan kebenarannya di lapangan
melalui penelitian di Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Fakultas
Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Angkatan 2003. Kemudian dari
data yang terkumpul akan peneliti analisa dengan analisa deskriptif kualitatif,
sehingga hipotesa tersebut benar-benar akan diketahui kebenarannya di
lapangan.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV


(Yogyakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 67

F. Ruang Lingkup Pembahasan dan Keterbatasan Penelitian


Agar diperoleh gambaran yang jelas dan terhindar dari disinterpretasi
serta mengingat kemampuan penulis baik waktu, materi, fasilitas dan ilmu
yang relatif terbatas, maka dalam penulisan skripsi ini diperlukan adanya
ruang lingkup penelitian. Adapun ruang lingkup pada penelitian ini:
1. Penelitian ini dibatasi pada mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN)
Malang, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Angkatan
2003 yang telah melakukan pernikahan pada masa studi,
2. Pembahasan mengenai faktor-faktor apa saja yang mendorong mahasiswa
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Fakultas Tarbiyah, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Angkatan 2003 melakukan pernikahan pada
masa studi, dan
3. Pembahasan mengenai dampak adanya pernikahan pada masa studi
terhadap perkuliahan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Malang,
Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Angkatan 2003 dari
segi keaktifan mengikuti perkuliahan, keaktifan belajar, prestasi akademik
(nilai IP), dan keaktifan mengikuti organisasi di kampus setelah
melakukan pernikahan pada masa studi.

G. Sistematika Pembahasan
Dari keseluruhan skripsi ini, disusun berdasarkan sistematika sebagai
berikut:
BAB I: Pendahuluan. Bab ini memuat gambaran secara keseluruhan dari pada
isi skripsi. Dari sini nampak acuan untuk memahami keseluruhan pembahsan
yang ada. Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesa, ruang lingkup
pembahasan dan keterbatasan penelitian, dan sistematika pembahasan.
BAB II: Kajian Pustaka. Bab ini memberikan gambaran tentang kajian teori
secara jelas, yang pada beberapa kajian kepustakaan serta beberapa teori
dikemukakan oleh pakar pendidikan. Dalam kajian pustaka ini dibahas tentang
Pernikahan Dalam Islam: Pengertian Pernikahan, Hukum Pernikahan, Tujuan
Pernikahan, Motivasi Pernikahan, dan Hikmah Pernikahan; Persepsi
Mahasiswa Terhadap Pernikahan: Mengutamakan Pendidikan Daripada
Pernikahan, Menunda Studi Untuk Pernikahan, Sama-sama Menjalankan
Antara Pernikahan dan Studi; Penikahan Mahasiswa dan Aktifitas Belajarnya:
Pengertian Mahasiswa, Pernikahan Pada Masa Studi, dan Pengertian Aktivitas
Belajar.
BAB III: Metode Penelitian. Pokok-pokok bahasan pada bab ini menjelaskan
mengenai rancangan atau desain penelitian yang digunakan sehingga peneliti
memperoleh data yang valid sesuai dengan tujuan penelitian. Metode
penelitian ini menjelaskan tentang pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran

peneliti, lokasi penelitian dan waktu penelitian, sumber data, prosedur


pengumpulan data, analisis data, dan pengecekan keabsahan data.
BAB IV: Paparan Data dan analisa. Bab ini merupakan inti pembahasan hasil
penelitian secara empiris yang meliputi latar belakang subyek penelitian,
penyajian data tentang faktor-faktor apa saja yang melatar belakangi
mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Fakultas Tarbiyah,
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Angkatan 2003 melakukan pernikahan pada
masa studi serta dampak pernikahan pada masa studi tersebut terhadap
perkuliahan mahasiswa. Pembahasan ini didasarkan atas kenyataan yang ada
pada subyek penelitian.
BAB IV: Penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran yang
dicantumkan pada bab terakhir dengan maksud untuk mengetahui hasil yang
dicapai dalam penelitian ini. Selanjutnya berdasarkan kenyataan yang ada
penulis akan mengemukakan beberapa saran yang penting terhadap
kekurangan yang ada.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pernikahan Dalam Islam


1. Pengertian Pernikahan
Pernikahan (istilah khusus perkawinan) merupakan sebuah proses dari
pembentukan keluarga, dalam rangka reproduksi dan pemenuhan akan
tuntutan kebutuhan biologis manusia.. Pernikahan merupakan pengaturan
bagi fitrah manusia, agar tidak sama dengan jenis binatang, yang dalam
memenuhi tuntutan fitrahnya menempuh cara-cara yang anarkis dan tanpa
aturan3.
Adapun definisi pernikahan menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a. Menurut Mahmud Yunus, pernikahan adalah akad antara calon laki-laki
dengan calon perempuan untuk memenuhi hajat jenisnya menurut yang
diatur oleh syariat4.
b. Menurut Imam Syafii, pernikahan adalah suatu akad yang dengannya
menjadi halal hubungan seksual antara pria dan wanita5.
c. Menurut Sulaiman Rasyid, pernikahan adalah akad yang menghalalkan
pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban serta tolong menolong
antara seorang laki-laki dan seorang wanita yang bukan muhrim. Nikah
adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama dalam pergaulan

3
Fadloli, dkk. Kuliah Agama Islam, Sebuah Refleksi Ketuhanan dan Kemanusiaan (Malang:
UNIBRAW, 1999), hlm. 100
4
Mahmud Yunus, Hukum Perkawinan dalam Islam (Jakarta: Al-Hidayah, 1990), hlm. 1
5
Muh. Idrus Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 2

10

11

atau masyarakat yang sempurna. Pernikahan bukan saja merupakan salah


satu jalan menuju pintu perkenalan suatu kaum dengan kaum lain dan
perkenalan itu akan menjadi jalan untuk menyampaikan pertolongan
antara satu dengan yang lainnya6.
Dari beberapa pengertian diatas bisa ditarik pengertian bahwa
pernikahan adalah upaya mengikat individu berlainan jenis dalam satu
kehidupan bersama,

untuk mencapai kehidupan yang bahagia lahir dan

bathin. Dalam pernikahan timbul hak dan kewajiban yang harus dipenuhi
antara suami isteri serta bertujuan mengadakan pergaulan yang dilandasi
tolong-menolong dengan mengharap keridloan Allah SWT 7.
Bab pernikahan ini telah ditegaskan Allah dalam firman-Nya:

Artinya: Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hakhak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka
kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat.
Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil maka (kawinilah)
seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu
adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (Q.S. An-Nisaa: 3).8
Al-Quranul karim memandang bahwa pernikahan mempunyai
kedudukan yang tinggi dalam kehidupan individu, keluarga maupun bangsa.
Begitu pentingnya sehingga disebut sebagai kontrak yang berat dan janji
6

Sulaiman Rasyid, Fiqih Islam (Jakarta: Sinar Baru Algesindo, 1994), hlm. 374
Ibid., hlm. 374
8
Al-Quran dan Terjemahnya (Bandung: Gema Risalah Press, 1989), hlm. 115
7

12

yang kuat (al-mitsaq al-ghalidh) yang tidak mudah dilepaskan ikatannya.


Firman allah:

Artinya: Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian


kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-istri. Dan
mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.
(Q.S. An-Nisaa: 21).9
Pernikahan adalah suatu cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi
manusia untuk berkembang biak demi kelestarian hidupnya, sebagaimana
firman Allah:

Artinya: Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. (Q.S. Al-Hujuraat: 13). 10
Dalam soal pernikahan, Islam menfokuskan persoalannya dalam aspek
ketenangan, cinta dan kasih sayang, dan menjadikan basis pelanjutan
keturunan yang berupa anak-anak dan cucu. 11

Ibid., hlm. 120


Ibid., hlm. 847
11
Fadloli, dkk., op.cit. , hlm. 101
10

13

Adapun pengertian pernikahan pada masa studi adalah pernikahan


yang dilakukan oleh mahasiswa ketika masih mengikuti kegiatan belajar di
perguruan tinggi.

2. Hukum Pernikahan
Menurut Sayyid Sabiq hukum pernikahan itu terbagi dalam:
a. Wajib, bagi orang yang sudah mampu kawin, nafsunya telah mendesak,
dan takut terjerumus dalam perzinaan.
b. Sunnah, bagi orang yang nafsunya mendesak lagi mampu kawin, tetapi
masih dapat menahan dirinya dari berbuat zina.
c. Haram, bagi seseorang yang tidak mampu memenuhi nafkah bathin dan
lahirnya kepada istrinya serta nafsunya tidak mendesak.
d. Makruh, bagi seseorang yang lemah syahwatnya dan tidak mampu
memberi belanja istrinya, walaupun tidak merugikan istri,karena ia kaya
dan tidak mempunyai keinginan syahwat yang kuat.
e. Mubah, bagi laki-laki yang tidak terdesak oleh alasan-alasan yang
mewajibkan

segera

kawin

atau

karena

alasan-alasan

mengharamkan untuk kawin.12

12

Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid 6 (Bandung: Al Maarif, 1980), hlm. 17-20

yang

14

3. Tujuan Pernikahan
Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Rostiani, menyebutkan bahwa
tujuan pernikahan dalam Islam13 adalah sebagai berikut:
a. Untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang asasi.
Pernikahan adalah fitrah manusia, maka jalan yang sah untuk
memenuhi kebutuhan ini yaitu dengan aqad nikah (melalui jenjang
pernikahan). Bukan dengan cara yang amat kotor menjijikan seperti
cara-cara orang sekarang seperti: berpacaran, kumpul kebo, melacur,
berzina, lesbi, homo, dan lain sebagainya yang telah menyimpang jauh
dan diharamkan oleh Islam.
b. Untuk membentengi ahlak yang luhur.
Sasaran utama dari disyariatkannya pernikahan dalam Islam di
antaranya ialah untuk membentengi martabat manusia dari perbuatan
kotor dan keji yang telah menurunkan dan meninabobokan martabat
manusia yang luhur. Islam memandang pernikahan dan pembentukan
keluarga sebagai sarana efektif untuk memelihara pemuda dan pemudi
dari kerusakan serta melindungi masyarakat dari kekacauan. Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

13

Rostiani, Tujuan Pernikahan Dalam Islam (http://rostiani.blogsome.com/2006/05/06/tujuanpernikahan-dalam-islam/artikel, diakses 28 April 2007)

15

Artinya: Hai golongan kaum muda, barang siapa di antara kalian


mempunyai biaya, maka hendaklah ia nikah. Karena sesungguhnya
nikah itu lebih merundukkan pandangan mata dan lebih memelihara
kehormatan. Barang siapa yang tidak mempunyai biaya, maka
hendaklah ia berpuasa, karena sesungguhnya puasa itu merupakan
peredam keinginan. (H.R. Khamsah).14
c. Untuk menegakkan rumah tangga yang Islami.
Dalam Al-Quran disebutkan bahwa Islam membenarkan adanya
Thalaq (perceraian). Jika suami istri sudah tidak sanggup lagi
menegakkan batas-batas Allah, sebagaimana firman Allah:

Artinya: Thalaq (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk
lagi dengan cara yang maruf atau menceraikan dengan cara yang baik.
Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu
berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan
dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa
keduanya (suami istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah,
maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan
oleh istri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka
janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang melanggar hukumhukum Allah mereka itulah orang-orang yang zhalim. (Q.S. AlBaqarah : 229).15

14

Mansyur Ali Nashif, Mahkota Pokok-Pokok Hadis Rasulullah SAW (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1993), hlm. 838-839
15
Al-Quran dan Terjemahnya, op.cit. , hlm. 55

16

Yakni keduanya sudah tidak sanggup melaksanakan syariat Allah.


Dan dibenarkan rujuk (kembali nikah lagi) bila keduanya sanggup
menegakkan batas-batas Allah. Sebagaimana yang disebutkan dalam
lanjutan ayat di atas:

Artinya: Kemudian jika si suami menthalaqnya (sesudah thalaq yang


kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dinikahkan
dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu
menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami yang
pertama dan istri) untuk nikah kembali, jika keduanya berpendapat akan
dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah,
diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui. (Q.S. AlBaqarah: 230).16
Jadi tujuan yang luhur dari pernikahan adalah agar suami istri
melaksanakan

syariat

Islam

dalam

rumah

tangganya.

Hukum

ditegakkannya rumah tangga berdasarkan syariat Islam adalah wajib.


d. Untuk meningkatkan ibadah kepada Allah.
Menurut konsep Islam, hidup sepenuhnya untuk beribadah kepada
Allah dan berbuat baik kepada sesama manusia. Dari sudut pandang ini,
rumah tangga adalah salah satu lahan subur bagi peribadatan dan amal
16

Ibid., hlm. 56

17

shalih di samping ibadah dan amal-amal shalih yang lain. Sampaisampai bersetubuh (berhubungan suami-istri) pun termasuk ibadah
(sedekah).
e. Untuk mencari keturunan yang shalih dan shalihah.
Tujuan pernikahan diantaranya ialah untuk melestarikan dan
mengembangkan bani Adam. Allah berfirman:

Artinya: Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri
dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucucucu, dan memberimu rizki dari yang baik-baik. Maka mengapakah
mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nimat Allah.
(Q.S. An-Nahl: 72).17
Yang tak kalah pentingnya, dalam pernikahan bukan hanya sekedar
memperoleh anak, tetapi berusaha mencari dan membentuk generasi
yang berkualitas yaitu mencetak anak yang shalih dan Shalihah serta
bertaqwa kepada Allah SWT.

17

Ibid. , hlm. 412

18

4. Motivasi Pernikahan
Menikah bukan bukan hanya memiliki satu dimensi saja. Motivasi
menikah selain ia sunnah Rasulullah, menikah juga tuntutan, antara lain:
a. Tuntutan syariah
Syariah Islam menuntut kita untuk melaksanakan nikah. Banyak
keutamaan dari ibadah menikah ini. Bahkan Islam mengaharamkan
rohbaniah/tidak menikah. menikah adalah sunnah Rasulullah SAW.
barangsiapa yang ingin mengikuti dan diakui sebagai umat Rasulullah,
SAW hendaknya ia menikah, walaupun hukum menikah bagi ulama
fiqih bukan hanya satu; ia bisa wajib, bisa sunnah, bisa makruh, bisa
mubah dan bisa haram.
b. Tuntutan fitrah
Tuntutan menikah juga merupakan tuntutan fitrah. Manusia bisa
hidup bahagia bersama fitrah kemanusiaannya, ia akan sengsara bila
hidupnya bertentangan dengan fitrahnya. Diantara fitrah ini antara lain
fitrah ingin hidup bersama. Manusia tidak bisa hidup sendiri, ia makhluk
sosial yang senantiasa memerlukan kepada orang lain. Sebagai orang
tua, sebagai teman, sebagai pasangan hidup (suami/istri), sebagai
keturunan (anak cucu) dan lain sebagainya. Menikah adalah merupakan
tuntutan fitrah kemanusiaan.
Dorongan biologis, libido seksual manusia yang sehat selalu
berkembang dan memerlukan penyaluran. Apabila libido seks ini
terkekang maka akan mengebiri potensi manusia itu sendiri. Penyaluran

19

libido seks yang bertanggung jawab akan meningkatkan kualitas dan


vitalitas manusia. Menikah adalah satu-satunya penyaluran yang
bertanggung jawab.
Diantara fitrah manusia adalah ingin merasakan kedamaian, dan
kedamaian yang hakiki adalah kedamaian di bawah lembaga perkawinan
yang baik dan benar di bawah tuntunan agama.
c. Tuntutan sosial
Menikah juga merupakan tuntutan sosial, sebagai makhluk sosial
manusia dituntut untuk melaksanakan pernikahan, tuntutan sosial itu
antara lain:
1) Tuntutan pribadi
Pribadi yang matang, sehat dan bertanggung jawab akan
menuntut dirinya untuk menikah dan mencari pasangan hidup.
Pribadi yang tidak ingin menikah sementara kondisinya sudah
memungkinkan adalah pribadi yang sakit dan akan menjadi penyakit
di masyarakat. Menikah juga merupakan tuntutan keluarga, terlebih
bila kondisi sudah memungkinkan untuk melakukannya. Sebuah
keluarga yang baik tidak bercita-cita untuk mengoleksi bujangbujang dan gadis-gadis yang tidak mau menikah. Pernikahan bagi
keluarga adalah kelanjutan dari sejarahnya penerus generasinya.
2) Tuntutan Masyarakat
Masyarakat yang sehat akan menuntut individu yang ada di
dalamnya untuk menikah. Sebab masyarakat memilki tanggung

20

jawab yang harus diemban. Adanya keluarga baru, berarti


bertambahnya orang yang akan mengemban beban masyarakat, dan
mengurangi satu bebannya.
3) Tuntutan Profesi
Semua orang pasti ingin mencapai cita-citanya dan meraih
prestasi dalam karirnya. Bila sudah sampai ke cita-citanya, profesi
menuntut orang tersebut untuk menikah. Orang yang sampai
dipuncak prestasi dan karir akan gersang dan kering bila tidak
memilki tanggung jawab rumah tangga. Apalah arti semua itu bila
tidak bisa dirasakan oleh orang-orang yang dikasihinya, suami istri,
maupun anak-anaknya. Rumah tangga adalah muara dari profesi dan
prestasi.
4) Tuntutan perjuangan dan dakwah
Menikah adalah tuntutan bagi perjuangan dan dakwah.
Perjuangan sangatlah berat, apalagi bagi orang yang membawa
idealisme dan cita-cita perjuangan. Suka duka perjuangan akan
mudah dilaluinya dalam keharmonisan rumah tangga, sebaliknya
perjuangan akan rentan dengan kegagalan dan penyelewengan bila
jiwa tidak stabil. Rumah tangga adalah salah satu pilar stabilitas jiwa
bagi perjuangan dakwah.18

18

Ibnusyam, Pernikahan Semasa Kuliah


28 April 2007)

(http://ibnusyam.multiply.com/tag/artikel, diakses

21

5. Hikmah Pernikahan
Hikmah pernikahan baik yang menyangkut manfaat dan tujuannya,
dapat kita jumpai dalam firman Allah sebagai berikut:

Artinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan


untumu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berpikir. (Q.S. Ar-Rum : 21). 19
Hikmah dari pernikahan menurut ayat Al-Quran di atas adalah adanya
ketentraman hati, karena dengan pernikahan hasrat kemanusiaan dan gejolak
yang menggebu pada diri manusia setelah melakukan pernikahan dapat
dikendalikan dan disalurkan dengan jalan yang baik dan benar.

Artinya: Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rizki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman
kepada yang bathil dan mengingkari nimat Allah. (Q.S. An-Nahl: 72).20

19
20

Al-Quran dan Terjemahnya, op.cit. , hlm. 644


Ibid. , hlm. 412

22

Adapun hikmah yang dapat diambil dari pernikahan dalam pandangan


sabiq adalah:
a. Bisa memuaskan naluri sex dengan jalan yang baik.
b. Memperbanyak keturunan dan memelihara nasab.
c. Menumbuhkan naluri kebapakan dan keibuan.
d. Mempunyai perasaan tanggung jawab sehingga menimbulkan sikap rajin
dan bersungguh-sungguh dalam memperkuat bakat dan pembawaan
seseorang.
e. Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab antara suami dan istri.
f. Dapat membuahkan tali persaudaraan.21

B. Persepsi Mahasiswa Terhadap Pernikahan


Di dalam membangun sebuah tatanan kehidupan manusia, tidak
terkecuali mahasiswa, haruslah memiliki visi ke depan untuk mewujudkan
harapan-harapannya. Mahasiswa harus memiliki target bagaimana dan kapan
ia harus

melangsungkan pernikahan. Menyikapi pernikahan dalam masa

studi, seorang mahasiswa haruslah mempertimbangkan faktor-faktor sebagai


berikut:
1. Mengutamakan Pendidikan Daripada Pernikahan
Bahwa pendidikan terkait dengan masa depan, maka seorang
mahasiswa

21

yang

akan

Sayyid Sabiq, op.cit. , hlm. 14-16

menikah

haruslah

berpikir

ulang,

23

mempertimbangnkan masak-masak segala konsekwensi logisnya, misal,


sharing kiriman uang dari orang tua dengan isteri.
Dalam memahami makna pernikahan bukan hanya membangun sebuah
keluarg, tetapi lenih jauh dan inti, pernikahan adalah pilar-pilar bangunan
masyarakat, dimana keluarga adalah batu sendi pertama kali terbentuknya
sebuah masyarakat. Apabila sebuah masyarakat atau tergolong baik, maka
bermula dari keluarga yang baik dan begitupun sebaliknya. Maka tidak
berlebihan jika dikatakan bahwa keluarga adalah potret mini masyarakat.22
Adapun kunci untuk membangun sebuah keluarga yang sakinah wa rohmah,
berperadaban

yang

rohmah

adalah

dengan

menuntut

ilmu

atau

berpendidikan.
Muhamad Al-Mubarok dalam Budiman menulis tentang proses
perkembangan masyarakat: Manusia senantiasa hidup dan berkembang dari
suatu lingkaran kepada lingkaran yang lebih besar, yang satu dengan yang
lainnya selalu berhubungan. Pada mulanya ia hidup seorang diri dan ia
memerlukan dipenuhinya kebutuhan jasmani. Lalu ia keluar dari lingkaran
kecil pribadi masuk keunit yang terkecil dalam masyarakat yaitu rumah
tangga. Dari unit ini ia masuk lagi keunit yang lebih besar, dinamakan usroh
(famili besar) dan yang terakhir ia masuk unit yang lebih besar lagi yaitu
masyarakat.23
Melihat begitu besar tanggung jawab dalam sebuah rumah tangga,
keluarga dan masyarakat maka sangat diperlukan bekal dan kematangan
22
23

Arief Budiman, Kuliah Menjelang Pernikahan, cet-II (Jakarta: Studio Press, 1999), hlm. 2
Ibid. , hlm. 3

24

dalam terjun kesebuah pernikahan. Maka dari itu baik dari pihak suami
maupun istri haruslah memiliki modal sehingga ia benar-benar untuk terjun
kedunia pernikahan dengan membekali diri masing-masing sebuah ilmu
yang kelak akan menentukan tata pembangunan berikutnya. Jika
pembangunan awal dapat berhasil, maka pembangunan berikutnya akan
memberi hasil yang memuaskan.
Melihat betapa urgennya pendidikan sebagai modal dalam membangun
sebuah masyarakat, maka hal ini dapat dijadikan sebagai bahan renungan
bagi mahasiswa yang telah mamiliki keinginan/kebimbangan dalam
mensikapi adanya pernikahan selama studi. Pendidikan adalah pondasi
utama dalam membangun bangunan yang kokoh maka dari itu harus
diutamakan.
Adapun hukum menunda pernikahan menurut Thalib itu tergantung
pada akibat yang ditimbulkan pada orang yang menundanya, yaitu:
a. Bila mengakibatkan yang bersangkutan terjerumus kedalam perzinaan
maka menunda pernikahan adalah haram hukumnya.
b. Bila mengakibatkan yang bersangkutan mengalami gangguan-gangguan
ringan kesehatan fisik, menunda pernikahan adalah makruh.
c. Bila tidak berakibat merusak akhlak dan kesehatannya, menunda
pernikahan adalah mubah.24

24

72

M. Thalib, 30 Petunjuk Pernikahan Dalam Islam (Bandung: Irsyad Baitussalam, 2000), hlm.

25

2. Menunda Studi Untuk Pernikahan


Dalam ajaran Islam, pernikahan dapat berlangsung apabila seseorang
telah disebut mukallaf, yakni yang bersangkutan mulai dibebani dengan
berbagai kewajiban untuk menjalankan syariat Islam. Sedangkan tanda usia
mukallaf sering ditandai dengan tumbuhnya bulu ketiak, suara semakin
membesar, tumbuh kumis dan lain-lain.25
Pada hakekatnya setiap orang menginginkan suatu saat membentuk
sebuah keluarga dalam tali pernikahan tidak terkecuali mahasiswa, mereka
memiliki keinginan untuk berumah tangga karena mereka tergolong
mukallaf, dimana apabila dilihat dari segi psikologisnya dapat dikatakan
sudah matang.
Akan tetapi banyak juga usia mahasiswa, dimana pola tingkah mereka
seperti ABG dan masih terasa asing jika mereka harus terjun kedunia
pernikahan, mereka belum memahami apa arti dan dibalik pernikahan.
Sehingga dalam perjalanan panjangnya menuju kehidupan berumah tangga
sering terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, banyak kerikil-kerikil tajam dan
gelombang yang menghadang sehingga apabila tidak dapat mengatasinya
maka penderitaan, penyesalan bahkan perceraianlah yang akan terjadi.
Pernikahan selama studi adalah pernikahan yang syarat dengan
permasalahan yang akan timbul karena mereka memiliki dua tanggung
jawab yaitu tanggung jawab dalam studinya dan tanggung jawab dalam
keluarganya. Menurut Budiman apabila seorang mahasiswa telah terjun

25

Ibid. , hlm. 11

26

kedunia pernikahan maka dapat saja dilatarbelakangi dengan beberapa


faktor, yaitu:
a. Dengan adanya pernikahan dapat menundukkan pandangan mata, yang
berarti seseorang dapat terhindar dari gejolak nafsu syahwat yang tidak
terkendali.

Dengan

melangsungkan

pernikahan

akan

terpelihara

kehormatannya, sehingga terhindar dari perbuatan dosa dan noda seperti


zina, homoseksual, lesbian, onani/masturbasi, ityanul batiniyah dan lainlain.
b. Dengan adanya pernikahan selama studi disebabkan karena desakan
orang tua, dalam arti orang tua memilihkan/jodoh sedangkan ia memiliki
pilihan sendiri atau dapat juga karena orang tua mengharapkan untuk
mempunyai cucu sehingga memaksa untuk menikah.
c. Adanya faktor lain seperti karena terjadinya hubungan seks pra-nikah
yang kadang-kadang sulit dihindari karena telah dipenuhi oleh nafsu
cinta. Jika permasalahannya seperti ini, maka yang bersangkutan
terpaksa menikah yang dikarenakan oleh suatu keadaan.
d. Adanya faktor usia yang telah matang karena memasuki dunia
perkuliahan, telah mencapai umur yang telah matang, seperti umur 25
tahun, sehingga dengan berbagai pertimbangan maka dilangsungkan
pernikahan itu.26

26

Arief Budiman, op.cit. , hlm. 11

27

3. Sama-sama Menjalankan Antara Pernikahan dan Studi


Menjalankan beberapa aktivitas secara bersama-sama akan sangat
menyenangkan apabila hasil dari aktivitas itu dapat maksimal dan
memuaskan. Akan tetapi sebaliknya apabila aktivitas itu tidak dapat
menghasilkan sesuatu yang maksimal bahkan lebih parah lagi adalah adanya
kegagalan maka rasa kecewa, putus asa, dan penyesalan akan selalu
menghantui setiap desah nafas kita.
Tidak jauh berbeda dengan mahasiswa yang sama-sama menjalankan
antara studi dengan menikah, ia akan mendapatkan suatu kepuasan dan
kebanggaan jika target yang telah dibuat telah tercapai yaitu mendapatkan
istri dan mendapatkan gelar sarjana, namun sebaliknya jika dalam kehidupan
keluarganya banyak masalah sehingga mengganggu studi, maka yang ada
adalah kecemasan dan kemarahan, lebih-lebih jika sampai terjadi perceraian
atau studinya gagal.

C. Pernikahan Mahasiswa dan Aktifitas Belajarnya


1. Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa adalah pelajar tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA),
yang sekurang-kurangnya telah mencapai umur 17-18 tahun. Hingga 4-5
tahun berikutnya mahasiswa ini masih disebut sebagai masa akhir remaja
(masa adolesen), dimana seorang mahasiswa masih menuju kedewasaan dan
kematangannya. Usia mahasiswa ditinjau dari sisi perkembangan jasmani,
pertumbuhan mereka telah matang dan telah dapat menjalankan fungsinya,

28

seperti dari segi seks, mereka telah mampu berketurunan, dimana dorongan
seksual pada masa ini akan dapat mempengaruhi dorongan berbagai emosi.27
Pada masa ini, mahasiswa sudah mampu menangkap barang yang
abstrak dan mampu pula mengambil kesimpulan yang abstrak itu dari
kenyataan yang dilihatnya. Kemampuan ini akan menuntut penjelasan yang
masuk akal terhadap semua aturan yang ada. Akan tetapi apabila dilihat dari
segi lain, mereka sebenarnya belum matang karena pertumbuhan pribadinya
masih belum selesai, segi emosi dan sosial masih memerlukan waktu untuk
berkembang

menjadi

dewasa,

kecerdasannya

sedang

mengalami

pertumbuhan, mereka ingin berdiri sendiri dan tidak tergantung pada orang
lain, akan tetapi mereka belum dapat memisahkan diri untuk hidup
berpenghasilan sendiri. Ia ingin dihargai dan diperhatikan pendapatnya akan
tetapi belum dapat bertanggung jawab dari segi ekonomi dan sosial28.
Mahasiswa pada dasarnya belum mampu berdiri sendiri terutama
dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena jiwa
mereka masih dalam kegoncangan dan ketidak pastian. Pertumbuhan sosial
mereka masih berjalan dan mereka sangat mendambakan pengakuan diri dan
penghargaan dari orang lain29.
Mahasiswa termasuk golongan pemuda yang menurut literatur
psikologi, masih dianggap sebagai kelompok yang terbuang dari kawanan
manusia normal dengan suatu struktural tersendiri ditandai dengan berbagai

27

Yunan Yusuf, Masyarakat Utama, Konsep dan Strategi (Jakarta: UMM Press, 1999), hlm. 1
M. Anshari, Dasar-dasar Ilmu Jiwa Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1989), hlm. 75
29
Ibid. , hlm. 206
28

29

perubahan menuju kearah tercapainya kematangan dalam berbagai aspek


seperti intelek, emosional, sikap, nilai, biologis30.
Mahasiswa sebagai salah satu dari golongan pemuda adalah sebagai
penerus perjuangan bangsa, tonggak suatu negara yang syarat dengan
konsep-konsep karena mereka selalu bergelut dengan berbagai bidang
keilmuan dan selalu dikaitkan dengan masalah nilai, hal ini merupakan
penilaian ideologis dan kultural, seperti pemuda harapan bangsa, pemilik
masa depan yang disandang oleh para pelajar atau mahasiswa. Tetapi lain
dari pada itu mahasiswa atau pemuda masih menghadapi berbagai persoalan
seperti rasa cemas masa depan suram, frustasi yang semua itu akibat adanya
kesenjangan antara keinginan dan harapan dengan kenyataan yang mereka
hadapi. Adanya gejala ini disebut sebagai gerakan mencari identitas diri31.
Pada umumnya masa muda yang dialami mahasiswa ini dimulai pada
masa remaja kira-kira umur 15 tahun dan akhir masa 21 tahun yang
terkadang mengalami perpanjangan sampai umur 25 tahun. Akhir masa
remaja ini berarti permualaan masa dewasa dan umur 21 sampai 25 tahun
dinamai masa dewasa muda. Manurut Soelaeman masa dewasa muda
merupakan masa berusaha untuk mempunyai sikap yang pada umumnya
antara lain:
a. Menentukan cita-citanya.
b. Menemukan pribadinya.
c. Menggariskan jalan hidupnya.
30
31

M. Soelaeman Munandar, ISD, Edisi Revisi (Bandung: Eresco Garuda, 1992), hlm. 105
Ibid. , hlm. 105

30

d. Bertanggung jawab.
e. Menghimpun norma-norma sendiri.32
Lewin dalam Said dan Affan mengatakan dengan teori Field, ia
memandang remaja sebaga masa peralihan dengan ciri-ciri ketidakpastian
status, dibebani dengan konflik-konflik, ketidakstabilan emosi33.
Pada suatu kesempatan Malik Fajar memberi arti mahasiswa adalah
anak muda usia yang miskin pengalaman. Namun pada suatu ketika beliau
juga memberi pengertian dan menggolongkan mahasiswa sebagai The Best
Human Material .34

2. Pernikahan Pada Masa Studi


Menikah pada masa kuliah dapat dipandang sebagai peluang sekaligus
tantangan. Disebut peluang, di masa kuliah adalah masa pembentukan jiwa
seseoarang menuju kedewasaan berpikir, sikap, dan sosial. Di masa kuliah
seorang mahasiswa dituntut untuk bisa mendewasakan diri dalam pemikiran,
sikap, kejiwaan dan lain sebaginya. Karena pada masa kuliah itu
kemandirian untuk menempa diri dengan segala keterbukaan dan kebebasan
bisa diraihnya. Apabila seseorang gagal dalam membentuk pribadi semasa
kuliah, maka kmungkinan besar akan gagal di masa-masa yang akan datang
pasca masa kuliah. Pada masa kuliah itu juga merupakan peluang untuk
mencari pasangan hidup baik suami maupun istri. Di situ banyak pilihan dan

32

Ibid. , hlm. 90
Muh Said dan Junimar Affan, Psikologi dari Zaman ke Zaman (Bandung: Jemmars, 1990),
hlm. 146-147
34
Malik Fajar, Dunia PT dan Kemahasiswaan (Malang: P3UMM, 1991), hlm. 18
33

31

alternatif. Yang mana peluang itu mungkin tidak kita dapatkan pasca kuliah.
Mencari pasangan dimasa kuliah adalah kesempatan. Namun menikah
dimasa kuliah juga banyak tantangan. Kondisi mental dan pemikiran yang
sedang berproses, kuliah yang belum selesai dan perlu keseriusan untuk
menyelesaikannya, kondisi pekerjaan dan penghasilan yang belum menentu.
Orang tua juga belum tentu mengizinkan, karena khawatir kuliahnya akan
gagal dan berantakan. Menikah akan bisa kapan saja dan di mana saja bila
diikuti dengan persiapan-persiapan. Walau di usia tua dan sudah mapan
secara ekonomi, menikah akan berantakan bila tidak diiringi dengan
persiapan-persiapan. Apalagi pernikahan pada masa kuliah, yang tentunya
memerlukan persiapan ekstra.35

3. Pengertian Aktivitas Belajar


Kata aktivitas berasal dari kata aktif yang berarti giat (bekerja dan
berusaha), sedangkan aktifitas merupakan kegiatan, keaktifan, atau
kesibukan.36 Adapun pengertian belajar sebagaimana diungkapkan oleh para
ahli pendidikan sebagai berikut:
Belajar adalah proses yang melahirkan atau mengubah suatu kegiatan
melalui jalan latihan (apakah dalam laboratorium atau dalam lingkungan

35
Ibnusyam, Pernikahan Semasa Kuliah (http://ibnusyam.multiply.com/tag/artikel, diakses 28
April 2007)
36
Pius Partanto dan M. Dahlan Al-Barri, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arloka, 1994), hlm.
17

32

ilmiah) yang dibedakan dari perubahan-perubahan oleh faktor-faktor yang


tidak termasuk latihan.37
Belajar adalah proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri manusia (seseorang). Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat
ditunjukkan berbagai bentuk pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah
laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perbuatan-perbuatan aspek
lain yang ada pada individu yang belajar.38
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.39
Dari pengertian diatas, dapat diambil suatu pengertian bahwa aktifitas
belajar merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan secara kontinu oleh
seseorang dengan sadar untuk mendapatkan pengetahuan yang baru yang
berupa perubahan pada diri seseorang.

37

Nasution. S, Didaktis Asas-Asas Mengajar (Bandung: Jemmars, 1986), hlm. 39


Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
1989), hlm. 5
39
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1995), hlm. 2
38

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan
Taylor sebagaimana dikutip Moleong mendefinisikan metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik
(utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisme
ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian
dari suatu keutuhan.40 Menurut Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam
kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam
bahasanya dan dalam peristilahannya.41
Adapun alasan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif adalah
karena dalam penelitian ini data yang dihasilkan berupa data deskriptif yang
diperoleh dari data-data berupa tulisan dan kata-kata yang berasal dari
informan yang dapat diteliti dan dipercaya.
Metode kualitatif digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama,
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan
40

Lexy J. Moleng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003),


hlm. 3
41
Ibid. , hlm. 3

33

34

kenyataan ganda; kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat


hubungan antara peneliti dan informan; dan ketiga, metode ini lebih peka dan
lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama
dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.42
Dalam penelitian kualitatif data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar, dan bukan angka-angka. Selain itu semua data yang dikumpulkan
berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Dengan
demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi
gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari naskah
wawancara, catatan lapangan, foto, video tape, dokumen pribadi, catatan atau
memo, dan dokumen resmi lainnya. Penelitian kualitatif lebih menghendaki
agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan
disepakati oleh manusia yang dijadikan sumber data.43
Ada beberapa alasan menggunakan metode deskriptif. Salah satu
diantaranya adalah bahwa metode ini telah digunakan secara luas dan dapat
meliputi lebih banyak segi dibanding dengan metode-metode penyelidikan
lain, metode ini banyak memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan
melalui pemberian informasi keadaan mutakhir; dan dapat membantu kita
dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang berguna untuk pelaksanaan
percobaan. Selanjutnya, metode ini dapat digunakan dalam menggambarkan
keadaan-keadaan yang mungkin terdapat situasi tertentu.

42
43

Ibid. , hlm. 5
Ibid. , hlm. 8

35

Alasan lain mengapa metode ini digunakan secara luas adalah bahwa
data yang dikumpulkan dianggap sangat bermanfaat dalam membantu kita
untuk menyesuaikan diri, atau dapat memecahkan masalah-masalah yang
timbul dalam kehidupan sehari-hari. Metode deskriptif juga membantu kita
mengetahui bagaimana caranya mencapai tujuan yang diinginkan. Lagi pula,
penelitian deskriptif telah banyak digunakan dalam berbagai bidang
penyelidikan dengan alasan dapat diterapkannya pada berbagai macam
masalah.44
Adapun jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Menurut
Suharsimi Arikunto penelitian kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan
secara intensif, terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau
gejala tertentu. Ditinjau dari wilayahnya, penelitian kasus hanya meliputi
daerah atau subjek yang sangat sempit. Tapi ditinjau dari sifat penelitian,
penelitian kasus lebih mendalam.45

B. Kehadiran Peneliti
Karena dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif maka kehadiran peneliti menjadi sangat penting sekali. Peneliti
menganggap bahwa kehadirannya di tempat penelitian menjadi ukuran akan
hasil yang didapat setelah selesai melakukan penelitian.

44
G. Casullo Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, terj. , Alimudin Tuwu (Jakarta: UI Press,
1993), hlm. 73
45
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV
(Yogyakarta: Rineka Cipta, 1998), hlm. 131

36

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen atau alat


penelitian sekaligus pengumpul data yang dibantu dengan instrumeninstrumen penelitian lainnya baik yang berupa manusia maupun non manusia.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di kota Malang propinsi Jawa Timur, tepatnya di
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Jl. Gajayana No. 50 Malang. Dengan
alasan, pertama ditemui ada beberapa mahasiswa yang melakukan pernikahan
pada masa studi, kedua peneliti merupakan mahasiswa di Universitas Islam
Negeri (UIN) Malang sehingga informasi-informasi yang berkenaan dengan
subjek penelitian dapat langsung diterima oleh peneliti. Sedangkan untuk
pengambilan data dilakukan dengan rentang waktu kurang lebih selama dua
bulan.

D. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari
mana data dapat diperoleh. Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya yang
berjudul Prosedur Penelitian bahwa populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Apabila seseorang memiliki semua elemen yang ada dalam wilayah
penelitian, maka peneliannya merupakan penelitian populasi. Penelitian
populasi hanya dapat dilakukan bagi populasi terhingga dan subjeknya tidak
terlalu banyak.

37

Populasi atau Universe ialah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang
ciri-cirinya akan diduga. Populasi dapat dibedakan pula antara populasi
sampling dengan populasi sasaran.46 Adapun populasi sampling dalam
penelitian ini adalah jumlah keseluruhan mahasiswa Universitas Islam Negeri
(UIN) Malang,

Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam,

Angkatan 2003, yang berjumlah 266 mahasiswa terdiri dari 104 mahasiswa
laki-laki dan 162 mahasiswa perempuan. Sedangkan populasi sasaran dalam
penelitian ini adalah jumlah keseluruhan mahasiswa Universitas Islam Negeri
(UIN) Malang, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Angkatan 2003 yang sudah melakukan pernikahan. Setelah peneliti
melakukan beberapa kali observasi tidak didapatkan berapa jumlah yang pasti
dari populasi sasaran tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Teknik Purposive Sampling
di mana informan dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Dalam Teknik Purposive Sampling tidak ada kriteria baku mengenai berapa
jumlah informan yang harus diwawancarai.47
Dalam hal ini peneliti memberikan kriteria subjek penelitian yang akan
diteliti sebagai berikut: Mahasiswa laki-laki dan perempuan Universitas Islam
Negeri (UIN) Malang, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Angkatan 2003 yang telah melakukan pernikahan pada masa studi; Pernikahan
yang dilakukan telah tercatat di KUA (Kantor Urusan Agama).

46
Masri Singarimbun, Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, Cetakan ke VIII (Jakarta:
LP3ES, 1987), hlm. 108
47
Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, Cetakan ke III (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003), hlm. 182

38

Menurut Lofland dan Lofland, sebagaimana yang dikutip oleh Moleong


menyatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah katakata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainlain.48
Mengingat penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif,
maka data yang terkumpul disajikan berupa kata-kata dan tindakan sebagai
sumber data utama. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi,
dan lain-lain. Pada bagian ini jenis data yang dijadikan penelitian akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Kata-kata dan tindakan
Kata-kata dan tindakan orang-orang diamati atau diwawancarai
merupakan sumber data yang utama. Sumber data utama dicatat menurut
catatan tertulis atau melalui perekaman audio tape.
2. Sumber tertulis
Bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas
sumber buku dan sumber dari arsip dan dokumen pribadi seperti surat
nikah, foto informan, atau rekap nilai KHS informan.

48

Lexy J. Moleng, op.cit. , hlm. 112

39

E. Prosedur Pengumpulan Data


Dalam pelaksanaan pengumpulan data penelitian, peneliti menggunakan
prosedur penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penciptaan hubungan
Penciptaan hubungan disini adalah hubungan antara peneliti dan
subjek yang sudah melebur sehingga seoleh-oleh tidak ada lagi dinding
pemisah antara keduanya. Dengan demikian subjek dengan sukarela dapat
menjawab pertanyaan atau memberi informasi yang diperlukan oleh
peneliti.49
Hubungan yang baik dan harmonis antara peneliti dan informan
adalah sangat penting, karena dari sini bisa menumbuhkan rasa saling
percaya antara keduanya. Selain itu juga dapat memperlancar proses
pengambilan data guna memperoleh informasi yang diperlukan.
Supaya hubungan baik ini bisa terjaga maka kedudukan antara
peneliti dan informan harus disejajarkan. Di bawah ini ada beberapa tahap
dalam penciptaan hubungan:
a. Apprehention, adalah bentuk pendekatan yang dilakukan peneliti
dengan mempersering kontak personal, menunjukkan rasa simpati,
minat dan perhatian terhadap dunia sehari-hari informan. Peneliti perlu
membatasi diri pada penelitian informasi yang bersifat deskriptif
(terbatas pada pengajuan pertanyaan-pertanyaan deskriptif) tidak boleh

49

Ibid. , hlm. 96

40

menilai melebihi apa yang tidak sejalan dengan pandangan atau


pendirian informan.
b. Exploritation, adalah peneliti berupaya untuk mengenal siapa informan
dan bagaimana hubungan antara peneliti dan informan.
c. Cooperation, adalah munculnya rasa percaya dan mau bekerjasama
dengan peneliti. Dalam tahap ini informan sudah tidak curiga pada
peneliti.
d. Participation, adalah tahap penelitian dimana antara peneliti dan
informan sudah terjalin hubungan akrab sehingga memungkinkan
peneliti untuk ikut berpartisipasi pada kesiasatan-kesiasatan tertentu
yang dilakukan informan.50

2. Pengumpulan data
Pada pelaksanaan pengumpulan data peneliti menggunakan metode
yaitu metode wawancara, observasi dan angket terbuka sebagai data
penunjang. Untuk lebih jelasnya akan dijabarkan sebagai berikut:
a. Metode Wawancara (Interview)
Metode interview merupakan metode pengumpulan data dengan
jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan
berlandaskan kepada tujuan penelitian.51
Dalam metode interview ada dua pihak yang masing-masing
mempunyai kedudukan yang berlainan, dimana satu pihak menjadi
50

Sanapiah Faisal, Penelitian Kualitatif,Dasar-Dasar Aplikasi (Malang: YA3 Malang, 1990),


hlm. 55
51
Sutrisno Hadi, Metode Research, Jilid II (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), hlm. 193

41

pengejar informasi sedang pihak yang lain sebagai pihak pemberi


informasi.
Wawancara merupakan cara utama untuk mengumpulkan data
atau informasi. Dengan metode ini peneliti mandapatkan data-data
sesuai dengan keadaan dilapangan yaitu dengan mengadakan
komunikasi langsung antara peneliti dengan informan guna mencari
informasi,

menggunakan

pertanyaan

meminta

penjelasan

dan

keterangan-keterangan lain yang dapat diolah untuk memperoleh


generalisasi atau hal-hal yang bersifat umum yang menunjukkan
kesamaan dengan situasi lain.
Dalam penelitian kualitatif wawancara dianggap memiliki
kelebihan-kelebihan untuk melacak data, dengan alasan pertama,
dengan menggunakan metode wawancara dapat menggali data tidak
hanya sekedar apa yang diketahui atau dialami seseorang atau
informan yang diteliti tetapi juga yang tersembunyi jauh dalam diri
informan, kedua, hal yang akan ditanyakan informan bisa mencakup
hal-hal yang bersifat lintas waktu yang berkaitan dengan masa lampau,
masa sekarang maupun masa yang akan dating.52
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
tidak terstruktur dimana pewawancara (peneliti) membawa pedoman
wawancara yang hanya memuat garis besar tentang hal-hal yang akan

52

Sanapiah Faisal, op.cit. , hlm. 61-62

42

ditanyakan.53 Akan tetapi dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan


peneliti mempunyai kebebasan untuk menggali alasan-alasan dan
dorongan-dorongan dengan probing yang tidak kaku (santai) dengan
begitu arah wawancara tidak keluar.
b. Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan
pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap fenomena yang
diteliti54.
Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif,
pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya seperti yang dikemukakan
oleh Guba dan Lincoln dalam Moleong sebagai berikut:
1) Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara
langsung.
2) Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati
sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana
yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
3) Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa
dengan situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposisional
maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.
4) Teknik pengamatan dapat mengurangi bias atau kemencengan dari
data.

53
54

Suharsimi Arikunto, op.cit. , hlm. 231


Sutrisno Hadi, op.cit. , hlm. 136

43

5) Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami


situasi-situasi yang rumit.
6) Dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnya
tidak memungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat
bermanfaat.55

3. Pencatatan hasil penelitian


Pencatatan hasil penelitian disini dilakukan dengan dua tahap:
a. Catatan yang memuat pokok-pokok saja dan dilakukan dengan
sesegera mungkin saat data dikumpulkan (hasil wawancara, observasi
dan angket terbuka sebagai alat penunjang).
b. Catatan yang memuat deskriptif yang lebih lengkap dan terurai rinci.
Dengan kriteria yang harus dipenuhi sebagai berikut:
1) Suatu catatan yang memuat penjelasan lengkap, termasuk juga
memuat

bagaimana

konteks

suatu

kejadian,

dan

mengidentifikasikan semua informasi penting mengenai subjek


atau lokasi atau benda atau kejadian. Catatan tersebut haruslah
kaya akan rincian, dan dinyatakan dalam paparan semacam cerita
dengan menjelaskan topik yang dideskripsikan.
2) Catatan haruslah lebih sekedar menunjukkan kronologi peristiwa
atau komentar, dan lebih sekedar laporan verbal tentang siapa
mengatakan apa, atau kronologi kejadian hendaknya diletakkan

55

Lexy J. Moleng, op.cit. , hlm. 125-126

44

dalam

konteks

yang

jelas,

dan

konteks

tersebut

harus

dideskripsikan.
3) Catatan haruslah seoptimal mungkin menunjukkan data faktual
atau deskriptif dan haruslah seminimal mungkin memuat hal-hal
yang bersifat kesan atau penilaian peneliti, kecuali bila peneliti
berada dalam keadaan kurang lengkap informasi atau kurang
memahami suatu kejadian .56

F. Analisis Data
Analisis data menurut Patton adalah sebuah proses mengatur urutan
data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian
dasar.57 Bogdan dan Taylor mendefinisikan analisis data sebagai proses yang
merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan
hipotesis (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk
memberikan bantuan pada tema dan hipotesis itu.58 Analisis data merupakan
proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diinterpretasikan. Dengan demikian definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke
dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Dalam

menganalisa

data

yang

terkumpul

baik

melalui

studi

perpustakaan dan studi lapangan, peneliti menggunakan metode analisa data


56

Sanapiah Faisal, op.cit. , hlm. 109


Lexy J. Moleng, op.cit. , hlm. 103
58
Ibid. , hlm. 103
57

45

deskriptif kualitatif dengan analisis induktif yaitu bertolak dari data empiris
untuk membangun konsep dan teori. Dari data ke konsep merupakan suatu
gerak melintas ke tingkat abstraksi yang lebih tinggi, bukan perhitungan
tabulasi. Data yang terakumulasi dibawah suatu label itulah yang akhirnya
dikembangkan menjadi pernyataan-pernyataan tentang devisis nominal,
makna teoritis atau konten subtantif dari suatu konsep. Dengan demikian akan
diperoleh makna atas dasar inter-relasi dalam sistem kategori yang lebih
alamiah sebabnya, sebab keseluruhannya tetap dipertahankan, sebagai fakta
diredusi ke dalam ukuran-ukuran pengangkaan. 59
Laporan penelitian kualitatif dikatakan ilmiah apabila telah memenuhi
kriteria-kriteria keabsahan data yaitu pertama standar credibility (kepercayaan
atau validitas internal) adalah peneliti dapat menunjukkan derajat kepercayaan
kepada masyarakat dengan jalan membuktikan terhadap hasil-hasil penelitian,
kedua standar transferability (keteralihan atau validitas eksternal) adalah hasil
penelitian dapat digeneralisasikan, berlaku dan diterapkan pada semua
konteks, ketiga dependability (ketergantungan atau reliabilitas) jika penelitian
dilakukan dua atau beberapa kali pengulangan suatu studi dalam kondisi yang
sama dan hasilnya secara esensial sama, keempat standar confirmability
(kepastian) bahwa obyektifitas suatu penelitian berarti dapat dipercaya, faktual
dan dapat dipastikan.

59

Sanapiah Faisal, op.cit. , hlm. 90

46

G. Pengecekan Keabsahan Data


Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari
konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi
positivisme dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan
paradigmanya sendiri.60 Pengecekan keabsahan data merupakan pembuktian
bahwa apa yang telah diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang
sesungguhnya ada dalam kenyataan, dan apakah penjelasan yang diberikan
sesuai dengan apa yang sebenarnya ada atau terjadi.61
Untuk mengetahui keabsahan data, maka teknik yang digunakan peneliti
adalah:
1. Melakukan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik triangulasi
yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber
lainnya.62 Triangulasi merupakan cara untuk melihat fenomena dari
berbagai sudut, melakukan pembuktian temuan dengan berbagai sumber
informasi dan teknik, misalnya hasil dari observasi dapat dicek dengan
hasil wawancara atau membaca laporan, serta melihat dengan lebih tajam
hubungan antara berbagai data.63 Dalam hal ini peneliti menggunakan
kajian pustaka sebagai bahan rujukan.

60

Lexy J. Moleng, op.cit. , hlm. 171


Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif (Bandung: Transito, 1996), hlm. 105
62
Lexy J. Moleng, op.cit. , hlm. 178
63
Nasution, op.cit. , hlm. 115
61

47

2. Melakukan peer depriefing, yaitu dengan melibatkan teman yang tidak


ikut dalam penelitian untuk melakukan kritik dan saran untuk semua
proses yang dilakukan selama penelitian.64

64

Sanapiah Faisal, op.cit. , hlm. 32

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Memasuki BAB IV ini penulis ingin memaparkan langkah-langkah dalam
menyajikan data hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh melalui hasil
observasi dan wawancara.
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Tentang Subyek Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada tanggal 8 Mei sampai dengan
tanggal 27 Juni 2007. Sedangkan subyek penelitian yang diambil dalam
penelitian ini adalah lima (5) mahasiwa dan lima (5) mahasiswi Universitas
Islam Negeri (UIN) Malang, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Angkatan 2003 yang sudah menikah. Berikut ini akan dideskripsikan
secara jelas kesepuluh subyek penelitian tersebut:
a. Informan pertama (Achmad Hupron)
Sekitar akhir semester satu (I) informan sudah melakukan
pernikahan dengan salah seorang santriwati ketika informan masih
mondok di pondok pesantren. Dalam usia pernikahannya yang sudah
mencapai empat tahun, informan mempunyai dua orang anak. Informan
beserta istri dan dua orang anaknya tinggal di rumah sendiri tepatnya di Jl.
Kebonagung No. 314, Singosari, Malang. Saat ini informan sedang

48

49

menempuh kuliah di Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam,


semester delapan (VIII), sedangkan istrinya adalah seorang santriwati
lulusan SMP.
Sebelumnya antara peneliti dan informan tidak pernah kenal sama
sekali. Perkenalan antara peneliti dengan informan melalui salah seorang
teman peneliti yang sudah lama mengenal informan. Dari perkenalan
tersebut peneliti berusaha menjalin hubungan baik dengan informan dan
melakukan penelitian terhadap informan. Terjalinnya hubungan baik
antara peneliti dan informan cukup membantu terhadap proses penelitian
terhadap informan-informan berikutnya, karena informan memberitahu
kepada peneliti siapa saja diantara teman-teman informan lainnya yang
juga sudah melakukan pernikahan pada masa studi.
Penelitian terhadap informan pertama dilakukan pada hari selasa
tanggal 8 Mei 2007 pada sore hari. Peneliti mendatangi langsung ke rumah
informan, dengan sebelumnya menyesuaikan waktu luang yang dimiliki
oleh informan. Secara fisik mahasiswa asal Kota Malang ini mempunyai
ciri-ciri berbadan ramping, tinggi badan 163 cm, rambut lurus, kulit
warna putih. Pada waktu peneliti melakukan penelitian informan terkesan
ramah, baik hati, santai dan punya rasa peduli yang tinggi terhadap
permasalahan orang lain.

50

b. Informan kedua (Ahmad Syazili)


Informan melakukan pernikahan dengan salah seorang mahasiswi
Jurusan Psikologi, Universitas Islam (UIN) Malang pada tahun 2005. Saat
itu informan masih semester empat (IV). Dalam usia pernikahannya yang
mencapai dua tahun, informan mempunyai satu orang anak. Informan
beserta istri dan satu orang anaknya tinggal di rumah kontrakan, tepatnya
di Jl. Joyo Utomo Gg. 2 No. 41, Merjosari, Malang. Saat ini informan
sedang menempuh kuliah di Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan
Agama Islam, semester delapan (VIII), sedangkan istrinya telah
menyelesaikan masa studinya pada semester genap tahun ini.
Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan kedua
berkat bantuan dari informan pertama (Achmad Hupron) yang telah
mengenalkan peneliti dengan informan kedua. Pada awalnya perkenalan
tersebut berlangsung melalui telepon dan SMS, hingga akhirnya peneliti
melakukan penelitian terhadap informan. Dari sini hubungan baik antara
peneliti dengan informan dapat dikatakan sudah terjalin.
Penelitian terhadap informan kedua dilakukan pada hari jumat
tanggal 11 Mei 2007. Peneliti membuat janji terlebih dahulu dengan
informan kapan informan mempunyai waktu luang untuk bisa bertemu.
Penelitian dilakukan di kampus, tepatnya di gedung B lantai I sebelah
selatan pada pagi hari. Secara fisik mahasiswa asal Kota Palembang ini
mempunyai ciri-ciri berbadan tegap, tinggi badan 175 cm, rambut lurus,

51

kulit warna coklat sawo. Pada waktu peneliti melakukan penelitian


informan terkesan tegas, sangat menghargai waktu, dan punya disiplin
yang sangat tinggi.
c. Informan ketiga (Hendi Burahman)
Informan melakukan pernikahan dengan salah seorang mahasiswi
Jurusan Kimia, Universitas Islam (UIN) Malang pada tahun 2006. Saat itu
informan masih semester enam (VI). Dalam usia pernikahannya yang
mencapai satu tahun empat bulan, informan belum mempunyai seorang
anak. Informan beserta istrinya tinggal di rumah kontrakan, tepatnya di Jl.
Kertosariro No. 48, Malang. Saat ini informan beserta istrinya sedang
menempuh kuliah semester delapan (VIII). Hanya saja mereka beda
jurusan, informan Jurusan Pendidikan Agama Islam dan istrinya jurusan
Kimia.
Proses perkenalan dan terjalinnya hubungan baik antara peneliti
dan informan ketiga tidak berbeda jauh dengan proses perkenalan dengan
informan kedua (Ahmad Syazili). Pada awalnya perkenalan tersebut
berlangsung melalui telepon dan SMS, hingga akhirnya peneliti
melakukan penelitian terhadap informan. Dari sini hubungan baik antara
peneliti dengan informan dapat dikatakan sudah terjalin. Perkenalan antara
peneliti dengan informan ketiga juga berkat bantuan informan pertama
(Achmad Hupron) yang telah mengenalkan peneliti dengan informan
ketiga.

52

Penelitian terhadap informan ketiga dilakukan pada hari selasa


tanggal 15 Mei 2007. Peneliti membuat beberapa kali janji terlebih dahulu
dengan informan kapan informan mempunyai waktu luang untuk bisa
bertemu. Penelitian dilakukan pada sore hari di lapangan Mahad Sunan
Ampel Al-Ali ketika informan sedang latihan bola folly bersama temantemanya. Kemudian dilanjutkan di rumah kontrakannya, yaitu di Jl.
Kertosariro No. 48, Malang. Secara fisik mahasiswa asal Kota Kalimantan
ini mempunyai ciri-ciri berbadan tegap, tinggi badan 170 cm, rambut
lurus, kulit warna putih. Pada waktu peneliti melakukan penelitian
informan terkesan ramah, baik hati, disiplin, dan orang yang penuh dengan
kesibukan.
d. Informan keempat (Khurin Rakhmawati)
Informan melakukan pernikahan dengan salah seorang Dosen
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang pada pertengahan semester
delapan (VIII), tepatnya tanggal 6 April 2007. Dalam usia pernikahannya
yang baru memcapai satu bulan setengah, informan beserta suaminya saat
ini tinggal terpisah dengan orang tua informan dan orang tua suami, yaitu
di Jl. Bowling No. 47, Tasik Madu, Karang Ploso, Malang. Saat ini
informan sedang menempuh kuliah di Fakultas Tarbiyah, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, semester delapan (VIII).
Sebelumnya peneliti sudah pernah mengenal informan. Pada waktu
informan semester tujuh (VII), peneliti dan informan sama sama satu kelas

53

dalam beberapa mata kuliah. Proses perkenalan dan terjalinnya hubungan


baik antara peneliti dan informan dapat dikatakan sudah terjalin, meskipun
saat itu hubungan peneliti dan informan tidak seberapa akrab.
Penelitian terhadap informan keempat dilakukan pada hari minggu
tanggal 27 Mei 2007. Peneliti membuat beberapa kali janji terlebih dahulu
dengan informan kapan informan mempunyai waktu luang untuk bisa
bertemu. Penelitian dilakukan pada siang hari di rumah saudara informan,
tepatnya di Jl. Bowling No. 47, Tasik Madu, Karang Ploso, Malang.
Secara fisik informan mempunyai ciri-ciri berbadan ramping, tinggi badan
150 cm, dan mengenakan jilbab. Pada waktu peneliti melakukan
penelitian informan terkesan ramah, baik hati, dan ada keinginan untuk
membantu permasalahan orang lain.
e. Informan kelima (Moch. Gozali)
Informan melakukan pernikahan dengan salah seorang siswa SMA
pada tahun 2005. Saat itu informan masih semester lima (IV). Dalam usia
pernikahannya yang mencapai satu setengah tahun, informan belum
mempunyai seorang anak. Saat ini informan beserta istrinya tinggal di
rumah orang tua istri tepatnya di Jl. Lawu, RT 03 RW 06, Wajak, Malang.
Saat ini informan sedang menempuh kuliah di Fakultas Tarbiyah, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, semester delapan (VIII).
Terjalinnya hubungan baik antara peneliti dengan informan berkat
bantuan dari informan ketiga (Hendi Burahman) yang telah mengenalkan

54

peneliti dengan informan. Pada awalnya perkenalan tersebut berlangsung


melalui telepon dan SMS, hingga akhirnya peneliti melakukan penelitian
terhadap informan. Dari sini hubungan baik antara peneliti dengan
informan dapat dikatakan sudah terjalin.
Penelitian terhadap informan kelima dilakukan pada hari selasa
tanggal 29 Mei 2007. Peneliti membuat janji terlebih dahulu dengan
informan kapan informan mempunyai waktu luang untuk bisa bertemu.
Penelitian dilakukan di kampus, tepatnya di gedung B lantai II ruang B
202 pada siang hari. Secara fisik mahasiswa asal Kota Malang ini
berbadan ramping, tinggi badan 160 cm, rambut lurus, kulit warna putih.
Pada waktu peneliti melakukan penelitian informan terkesan ramah, baik
hati, santai dan punya rasa peduli yang tinggi terhadap permasalahan
orang lain.
f. Informan keenam (Choirul Affandi)
g. Informan ketujuh (Ulfa Muniroh)
Informan keenam dan ketujuh melakukan pernikahan pada akhir
semester empat, tepatnya pada tanggal 26 Septembar 2005. Dalam usia
pernikahannya yang mencapai satu tahun sembilan bulan, informan belum
mempunyai seorang anak. Informan keenam dan ketujuh tinggal terpisah
ditempat kos yang berbeda, namun pada hari-hari tertentu mereka berdua
pulang ke rumah orang tua mereka secara bergantian. Saat ini kedua

55

informan sama-sama sedang menempuh kuliah di Fakultas Tarbiyah,


Jurusan Pendidikan Agama Islam, semester delapan (VIII).
Sebelumnya antara peneliti dan informan tidak pernah kenal sama
sekali. Perkenalan antara peneliti dengan kedua informan melalui salah
seorang teman peneliti yang sudah lama mengenal informan. Dari
perkenalan tersebut peneliti berusaha menjalin hubungan baik dengan
informan dan melakukan penelitian terhadap informan. Pada awalnya
perkenalan tersebut berlangsung melalui telepon dan SMS, hingga
akhirnya peneliti melakukan penelitian terhadap informan. Dari sini
hubungan baik antara peneliti dengan informan dapat dikatakan sudah
terjalin.
Penelitian terhadap informan keenam dan ketujuh dilakukan pada
hari rabu tanggal 6 Juni 2007 pada pagi hari. Peneliti mendatangi langsung
kedua informan di tempat kos informan keenam, dengan sebelumnya
menyesuaikan waktu luang yang dimiliki oleh informan, tepatnya di Jl.
Sunan Ampel Gg. 3 No. 3, Malang. Secara fisik informan keenam
mempunyai ciri-ciri berbadan ramping, tinggi badan 155 cm, rambut
sedikit ikal, kulit coklat sawo dan memakai kaca mata. Pada waktu peneliti
melakukan penelitian Informan keenam terkesan ramah, baik hati, santai
dan punya rasa peduli yang tinggi terhadap permasalahan orang lain.
Sedangkan informan ketujuh mempunyai ciri-ciri berbadan ramping,
tinggi badan 150 cm, kulit putih dan mengenakan jilbab. Pada waktu

56

peneliti melakukan penelitian Informan ketujuh terkesan ramah, baik hati


dan santai.
h. Informan kedelapan (Zahrotul Munawaroh)
Informan melakukan pernikahan dengan salah seorang mahasiswa
Fakultas Humaniora dab Budaya, Jurusan Bahasa Arab, Universitas Islam
(UIN) Malang pada tahun 2006. Saat itu informan masih semester tujuh
(VII). Dalam usia pernikahannya yang mencapai delapan bulan, informan
belum mempunyai seorang anak. Informan beserta suaminya tinggal di
rumah sendiri di daerah Blimbing, Malang. Saat ini informan sedang
menempuh kuliah di Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam,
semester delapan (VIII), sedangkan suaminya telah menyelesaikan masa
studinya pada semester genap tahun ini.
Sebelumnya antara peneliti dan informan tidak pernah kenal sama
sekali. Perkenalan antara peneliti dengan informan melalui salah seorang
teman peneliti yang sudah lama mengenal informan. Dari perkenalan
tersebut peneliti berusaha menjalin hubungan baik dengan informan dan
melakukan penelitian terhadap informan. Pada awalnya perkenalan
tersebut berlangsung melalui telepon dan SMS, hingga akhirnya peneliti
melakukan penelitian terhadap informan. Dari sini hubungan baik antara
peneliti dengan informan dapat dikatakan sudah terjalin.
Penelitian terhadap informan kedelapan dilakukan pada hari senin
tanggal 18 Juni 2007. Peneliti membuat janji terlebih dahulu dengan

57

informan kapan informan mempunyai waktu luang untuk bisa bertemu.


Penelitian dilakukan di kampus, tepatnya di gedung B lantai II ruang B
209 pada siang hari dengan didampingi suami informan. Secara fisik
mahasiswi asal Kota Malang ini berbadan ramping, tinggi badan 155 cm,
kulit warna putih, mengenakan jilbab dan kaca mata. Pada waktu peneliti
melakukan penelitian informan terkesan ramah, baik hati, santai dan punya
rasa peduli yang tinggi terhadap permasalahan orang lain.
i. Informan kesembilan (Sriwati Dewi)
Informan melakukan pernikahan dengan salah seorang mahasiswa
Fakultas Humaniora dab Budaya, Jurusan Bahasa Arab, Universitas Islam
(UIN) Malang pada tahun 2006. Saat itu informan masih semester tujuh
(VII). Dalam usia pernikahannya yang mencapai enam bulan, informan
belum mempunyai seorang anak. Informan beserta suaminya tinggal di
bersama orang tuanya di daerah Wagir, Malang. Saat ini informan sedang
menempuh kuliah di Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam,
semester delapan (VIII), sedangkan suaminya telah menyelesaikan masa
studinya pada semester genap tahun ini.
Sebelumnya antara peneliti dan informan tidak pernah kenal sama
sekali. Perkenelan antara peneliti dengan informan berkat bantuan dari
informan delapan (Zahrotul Munawaroh). Dari perkenalan tersebut peneliti
berusaha menjalin hubungan baik dengan informan dan melakukan

58

penelitian terhadap informan. Dari sini hubungan baik antara peneliti


dengan informan dapat dikatakan sudah terjalin.
Penelitian terhadap informan kesembilan dilakukan pada hari rabu
tanggal 20 Juni 2007. Peneliti membuat janji terlebih dahulu dengan
informan kapan informan mempunyai waktu luang untuk bisa melakukan
penelitian terhadap informan. Penelitian dilakukan di kampus, tepatnya di
gedung B lantai II ruang B 207 pada siang hari setelah informan kuliah.
Secara fisik mahasiswi asal Kota Malang ini berbadan ramping, tinggi
badan 155 cm, kulit warna putih dan mengenakan jilbab. Pada waktu
peneliti melakukan penelitian informan terkesan ramah, baik hati, santai
dan ada keinginan untuk membantu permasalahan orang lain.
j. Informan kesepuluh (Umy Baity)
Informan melakukan pernikahan dengan salah seorang mahasiswa
Jurusan Syariah, Universitas Islam (UIN) Malang pada tahun 2005. Saat
itu informan masih semester empat (IV). Dalam usia pernikahannya yang
mencapai dua tahun, informan mempunyai satu orang anak. Informan
beserta suami tinggal di rumah kontrakan, tepatnya di Jl. Candi Mendut
Selatan No. 30, Malang. Sedangkan anak mereka diasuh oleh orang tua
informan. Saat ini informan sedang menempuh kuliah di Fakultas
Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama Islam, semester delapan (VIII),
sedangkan suaminya di Fakultas Syariah Semester sepuluh (X).

59

Sebelumnya antara peneliti dan informan tidak pernah kenal sama


sekali. Perkenelan antara peneliti dengan informan berkat bantuan dari
informan delapan (Zahrotul Munawaroh). Dari perkenalan tersebut peneliti
berusaha menjalin hubungan baik dengan informan dan melakukan
penelitian terhadap informan. Dari sini hubungan baik antara peneliti
dengan informan dapat dikatakan sudah terjalin.
Penelitian terhadap informan kesembilan dilakukan pada hari senin
tanggal 25 Juni 2007. Peneliti membuat janji terlebih dahulu dengan
informan kapan informan mempunyai waktu luang untuk bisa melakukan
penelitian terhadap informan. Penelitian dilakukan di kampus, tepatnya di
gedung B lantai II ruang B 209 pada siang hari setelah informan kuliah.
Secara fisik mahasiswi asal Kota Riau ini berbadan gemuk, tinggi badan
160 cm, kulit warna putih dan mengenakan jilbab. Pada waktu peneliti
melakukan penelitian informan terkesan ramah, baik hati, santai dan ada
keinginan untuk membantu permasalahan orang lain.

60

Untuk lebih menjelaskan identitas kesepuluh informan, berikut


rangkuman identitas kesepuluh informan dalam penelitian ini yang dijelaskan
dalam tabel:
Tabel. 4.1.
Rangkuman Identitas Informan

Identitas Informan
No

Nama Informan
Usia

Fak/Smstr

Kota asal

Jumlah
anak

Usia
Pernikahan

Achmad Hupron

27 Th

PAI/VIII

Malang

4 Tahun

Ahmad Syazili

25 th

PAI/VIII

Palembang

2 Tahun

Hendi Burahman

22 Th

PAI/VIII

Kalimantan

---

1,4 Tahun

Khurin
Rakhmawati

24 Th

PAI/VIII

Malang

---

1,5 Bulan

Moch. Gozali

23 Th

PAI/VIII

Malang

---

1,5 Tahun

Choirul Affandi

22 Th

PAI/VIII

Malang

----

1,9 Tahun

Ulfa Muniroh

21 Th

PAI/VIII

Malang

----

1,9 Tahun

Zahrotul
Munawaroh

23 Th

PAI/VIII

Malang

----

8 Bulan

Sriwati Dewi

23 Th

PAI/VIII

Malang

----

6 Bulan

10

Umy Baity

22 Th

PAI/VIII

Riau

2 Tahun

61

2. Paparan Data Masing-Masing Subyek Penelitian


Informan Pertama
Nama

: Achmad Hupron

Usia

: 27 tahun

Alamat

: Rumah: Jl. Kebonagung No. 314, Singosari, Malang

Fakultas/semester

: Tarbiyah (PAI) / VIII

Tahun menikah

: 2004

Usia pernikahan

: 4 tahun

1. Tentang latar belakang pernikahan:


Pernikahan Achmad Hupron dengan istrinya bermula dari tawaran
salah seorang Kyai kepadanya ketika dia masih mondok di pondok pasantren.
Sebelum melakukan pernikahan, jalinan hubungan Achmad Hupron dengan
istrinya biasa-biasa saja. Mereka hanya saling mengenal sebatas seorang
teman,

kemudian

melakukan penyesuaian,

dan akhirnya

melakukan

pernikahan. Hal ini sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Achmad


Hupron sebagai berikut:
Sebenarnya saya dengan istri saya sebelumnya tidak pernah punya rencana
untuk melangsungkan pernikahan. Ide pernikahan kami bermula dari tawaran
salah seorang Kyai kepada saya waktu masih mondok di Pondok Pesantren
Al-Muqorobin (Lawang). Ketika itu saya dipanggil salah seorang Kyai dan
ditawari untuk menikah. Mungkin bermodal ketaatan kepada seorang Kyai,
dan tentunya juga atas pertimbangan kesiapan yang lain, materi, ilmu dan
mental, saya menerima tawaran tersebut. Sebelumnya saya mengenal istri
saya juga sebatas teman biasa. Setelah itu kami melakukan penyesuaian
mungkin istilahnya pacaran atau pendekatan hanya dalam waktu dua bulan,

62

setelah itu menikah. Itupun kami lakukan setelah adanya tawaran dari Kyai
saya tersebut.
Meskipun ide pertama pernikahan bukan atas rencananya, namun
ketika Achmad Hupron memutuskan untuk melakukan pernikahan pada masa
studi, kedua orang tuanya menyetujuinya. Begitu juga dengan kedua orang tua
istrinya. Berikut penjelasan Achmad Hupron:
Ketika kami berdua memutuskan untuk menikah, meskipun saya masih studi,
kedua orang tua saya dan orang tua istri saya menyetujuinya. Bahkan mereka
mendukung sekali terhadap pernikahan yang kami lakukan.
Sebelum menikah, Achmad Hupron sudah mempunyai pendapatan
sendiri dari usaha bisnis yang ditekuninya selama ini. Meskipun demikian,
orang tua mereka terkadang juga masih menopang kehidupan ekonomi
mereka. Berikut penjelasan Achmad Hupron tentang keadaan ekonominya:
Sebelum menikah saya memang sudah membuka usaha berjualan busana
muslim dan jilbab di pasar Singosari. Dari hasil usaha itulah sampai
sekarang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan juga
biaya kuliah saya selama ini. Meskipun demikian, orang tua saya dan istri
saya tidak sepenuhnya membiarkan kami. Mereka terkadang masih turut
menopang kehidupan keuangan saya sekeluarga, akan tetapi tidak seperti
ketika saya masih belum menikah dulu.
Dalam pernikahannya yang sudah berlangsung selama empat tahun,
Achmad Hupron mempunyai dua orang anak. Saat ini Achmad Hupron
bersama istri dan dua orang anaknya tinggal terpisah dengan kedua orang tua
mereka. Hal ini sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Achmad Hupron
sebagai berikut:
Alhamdulillah saat ini kami sudah dikarunia dua orang anak. Anak yang
pertama berusia dua setengah tahun, dan yang kedua sembilan bulan. Kurang
lebih selama satu tahun setelah pernikahan saya, saya sudah mempunyai

63

rumah sendiri, dan kami sekeluarga tinggal terpisah dengan orang tua
masing-masing.

2. Tentang faktor pendorong melakukan pernikahan:


Adapun faktor pendorong bagi Achmad Hupron untuk melakukan
pernikahan pada masa studi adalah: karena sudah merasa berkemampuan
materi, terhindar dari pergaulan bebas dan untuk memotifasi belajar. Hal ini
sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Achmad Hupron sebagai berikut:
Sebelum memutuskan untuk menikah, saya merasa mempunyai kemampuan
materi untuk menafkahi keluarga karena saya sudah mempunyai pendapatan
sendiri. Mungkin atas pertimbangan hal ini juga Kyai saya menawarkan
kepada saya untuk menikah. Disamping itu saya juga ingin mengamalkan
ilmu (khususnya tentang pernikahan) yang selama ini saya pelajari...
Faktor lain adalah untuk menghindari pergaulan bebas. Saya kira tantangan
terbesar bagi seseorang yang belum menikah adalah terjerumus dalam
pergaulan yang salah. Apalagi pada zaman sekarang, pergaulan muda-mudi
semakin bebas...
Selain itu, dengan menikah saya ingin motivasi belajar saya menjadi lebih
besar. Dan ternyata, setelah menikah memang motivasi belajar saya menjadi
semakain besar, lebih semangat untuk segera menyelesaikan studi.

3. Tentang dampak melakukan pernikahan pada masa studi:


Pernikahan

Achmad

Hupron

tidak

menghambat

aktifitas

perkuliahannya. Justru dengan menikah lebih membantu dalam menyelesaikan


studinya. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Achmad Hupron
sebagai berikut:
Selama ini saya selalu aktif mengikuti perkuliahan, baik sebelum dan
sesudah menikah. Justru setelah menikah saya merasa kuliah saya semakin

64

lancar. Misalnya saja ketika mengerjakan tugas-tugas kuliah, membuat


makalah, laporan dan sebagainya istri saya juga membantu saya.
Pernikahan Achmad Hupron juga tidak menghambat aktifitas
belajarnya. Berikut penjelasan Achmad Hupron:
Pernikahan yang saya lakukan tidak menghambat aktifitas belajar saya.
Dengan menikah, motivasi pada diri justru semakin bertambah, tujuan dan
langkah yang ditempuh semakin jelas. Sebelum dan sesudah menikah saya
selalu aktif belajar.
Prestasi akademik yang diraih oleh Achmad Hupron selama ini cukup
baik, meskipun dia telah melakukan pernikahan pada masa studi. Berikut
penjelasan Achmad Hupron:
Sebelum dan sesudah menikah nilai IP saya selalu baik, rata-rata diatas tiga
koma.
Mengenai aktifitas kegiatan organisasi di kampus, Achmad Hupron
tidak pernah mengikutinya, dikarenakan sudah ada hal yang lebih diutamakan
yaitu keluarga, pekerjaan dan kuliahnya. Berikut penjelasan Achmad Hupron
mengenai keaktifan mengikuti organisasi di kampus:
Selama ini saya tidak pernah mengikuti kegiatan organisasi di kampus,
karena takut menyita banyak waktu, apalagi setelah menikah waktu saya
harus tercurahkan sepenuhnya untuk keluarga, pekerjaan dan kuliah saya.

65

Informan kedua
Nama

: Ahmad Syazili

Usia

: 25 tahun

Alamat

: Kontrakan: Joyo Utomo Gg. 2 No. 41, Merjosari, Malang

Fakultas/semester

: Tarbiyah (PAI) / VIII

Tahun menikah

: 2005

Usia pernikahan

: 2 tahun

1. Tentang latar belakang pernikahan:


Pernikahan Ahmad Syazili dengan istrinya bermula dari kondisi
kehidupannya pada semester satu (I) yang tidak teratur. Dalam keadaan
tersebut, dia berusaha mencari seorang teman hidup yang mau diajak berbagi
dalam kehidupan yang susah. Berikut cerita Ahmad Syazili tentang kehidupan
masa lalunya:
Saya menikah dua tahun yang lalu ketika saya masih semester empat (IV).
Pernikahan saya bermula dari kondisi kehidupan saya yang tidak teratur,
terutama dalam hal mengatur keuangan. Sering kali uang dalam jumlah
delapan ratus ribu rupiah (Rp. 800.000,-00) bahkan satu juta (Rp. 1.000.000,00) habis dalam waktu dua mingguan. Nggak tau juga kemana habisnya uang
tersebut, mungkin untuk keluar sama teman-teman. Yang jelas waktu itu
kondisi keuangan saya benar-benar tidak teratur. Dalam kondisi seperti itu,
saya berusaha mencari seorang teman hidup, biar hidup bisa lebih teratur
dan terarah, terutama dalam hal keuangan.
Ahmad Syazili pernah mencoba beberapa kali pacaran, namun tidak
ada kecocokan. Hingga akhirnya dia mengenal calon istrinya. Berikut
penuturan Ahmad Syazili melanjutkan ceritanya:

66

Sebelumnya saya pernah mencoba beberapa kali pacaran, dengan anak PAI
dan Bahasa Inggris, mahasiswi UIN juga, tapi ternyata belum ada kecocokan.
Sampai akhirnya dalam suatu acara bisnis yang kebetulan waktu itu saya
sebagai pembicaranya bertemu dan kenalan dengan salah seorang mahasiswi
psikologi. Dalam beberapa kali pertemuan berikutnya saya sering bercerita
(curhat) masalah kehidupan saya. Dia pun mau mendengar bahkan berusaha
mencarikan solusi buat saya. Anggapan saya waktu itu mungkin inilah dia,
sosok yang saya cari selama ini. Seseorang yang mau hidup susah bersama
saya. Dalam waktu enam bulan kami pacaran, ternyata kami merasa ada
kecocokan, dan kami pun menjalin hubungan yang lebih serius lagi, yaitu
pernikahan.
Pernikahan Ahmad Syazili dengan istrinya yang juga sama-sama
masih menempuh kuliah mendapatkan restu dari kedua belah pihak orang tua.
Berikut penjelasan Ahmad Syazili:
Orang tua kami masing-masing memberikan restu terhadap pernikahan
kami, asalkan pernikahan kami tidak mengganggu studi kami berdua.
Dalam pernikahannya yang berlangsung selama dua tahun, Ahmad
Syazili mempunyai satu orang anak. Ahmad Syazili bersama istri dan anaknya
tinggal di rumah kontrakan. Hal ini seperti yang dijelaskan olehnya:
Saya sudah mempunyai satu orang anak berusia tiga bulan. Saya bersama
istri dan anak saya tinggal di rumah kontrakan, tepatnya di Joyo Utomo Gg. 2
No. 41, Merjosari, Malang, karena kami sama-sama dari luar Kota Malang.
Istri saya berasal dari Banyuwangi dan saya sendiri dari Palembang.
Setelah melakukan pernikahan, Ahmad Syazili tidak mau lagi
menggantungkan hidupnya kepada orang tuanya ataupun orang tua istrinya.
Kehidupan ekonomi benar-benar terlepas dari kedua orang tua. Berikut
penjelasn Ahmad Syazili:
Selama ini saya ikut salah satu perusahaan MLM. Kehidupan ekonomi saya
benar-benar sudah terlepas dari orang tua kami masing-masing. Orang tua
saya dan istri saya tidak pernah lagi memberikan kiriman karena saya merasa

67

sudah cukup dengan pendapatan saya selama ini, baik itu untuk kebutuhan
keluarga, bahkan biaya kuliah saya dan istri saya.
2. Tentang faktor pendorong melakukan pernikahan:
Faktor pendorong yang melatar belakangi pernikahan Ahmad Syazili
adalah karena takut melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama. Hal ini
seperti penjelasan yang diungkapkan olehnya:
Faktor pendorong yang melatar belakangi pernikahan saya adalah karena
takut melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama. Dengan kata lain
menghindari perbuatan zina.
3. Tentang dampak melakukan pernikahan pada masa studi:
Pernikahan Ahmad Syazili tidak menghambat aktifitas perkuliahannya.
Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan olehnya:
Selama ini saya selalu aktif mengikuti perkuliahan, baik sebelum
menikah ataupun sesudah menikah. Saya merasa pernikahan yang saya
lakukan tidak menghambat aktifitas kuliah saya, karena saya dan istri saya
sudah merencanakannya matang-matang sebelumnya.
Pernikahan Ahmad Syazili tidak menghambat aktifitas belajarnya.
Berikut penjelasan Ahmad Syazili:
Sebelum dan sesudah menikah, saya selalu aktif belajar. Bahkan setelah
saya menikah semangat belajar saya menjadi semakin meningkat.
Prestasi akademik yang diraih Ahmad Syazili setelah menikah menjadi
lebih baik bila dibandingkan dengan sebelum menikah. Hal ini seperti yang
dijelaskan oleh Ahmad Syazili:
Setelah menikah prestasi belajar saya semakin membaik. Sebelum menikah
nikai IP saya tiga koma lima, dan setelah menikah bisa mencapai tiga koma
tujuh.

68

Selama ini Ahmad Syazili tidak pernah mengikuti kegiatan organisasi


di kampus, karena hal ini akan mengurangi waktunya untuk keluarga,
pekerjaan dan kuliahnya. Berikut penjelasan Ahmad Syazili:
Selama ini saya tidak pernah mengikuti kegiatan organisasi di kampus,
karena dengan mengikuti organisasi di kampus waktu saya untuk keluarga,
pekerjaan dan kuliah mungkin akan semakin sedikit. Padahal sesudah
menikah seharusnya waktu saya lebih banyak dihabiskan untuk keluarga.

Informan ketiga
Nama

: Hendi Burahman

Usia

: 22 tahun

Alamat

: Kontrakan: Jl. Kertosariro No. 48, Malang

Fakultas/semester

: Tarbiyah (PAI) / VIII

Tahun menikah

: 2006

Usia pernikahan

: 1 tahun 4 bulan

1. Tentang latar belakang pernikahan:


Hendi Burahman kenal dengan istrinya sejak dia masih semester satu
(I). Waktu itu mereka satu kelompok dalam kegiatan orientasi pengenalan
kampus dan satu kelas dalam kuliah Program Khusus Pelajaran Bahasa Arab
(PKPBA). Berikut cerita yang diungkapkan Hendi Burahman sejak pertama
dia kenal istrinya, masalah yang dihadapi pada waktu awal kuliah, sampai
akhirnya dia melakukan pernikahan:

69

Saya kenal dengan istri saya sejak semester awal. Waktu itu saya dan dia
satu kelompok dalam kegiatan orientasi pengenalan kampus. Dalam kuliah
Program Khusus Pelajaran Bahasa Arab (PKPBA) kami juga satu kelas. Jadi
saya dan dia sejak awal masuk kuliah sudah sama-sama kenal. Hanya saja
kami beda jurusan. Istri saya mengambil Jurusan Kimia. Kami pun sering
ngobrol bareng, meskipun waktu itu belum ada rasa ketertarikan satu dengan
yang lainnya...
Pada awal semester saya menghadapi banyak masalah, terutama masalah
dengan keluarga. Untuk biaya hidup dan kuliah, saya terpaksa mencari
sendiri karena orang tua tidak memberikan kiriman kepada saya. Kerja apa
saja saya lakukan, yang penting bisa hidup dan kuliah saya bisa tetap
berjalan. Hal ini berlangsung sampai semester dua (II). Ketika saya
membutuhkan seseorang untuk mencurahkan keluh kesal terhadap orang tua,
dia sering memberikan perhatian dan masukan kepada saya...
Meskipun waktu itu masih sebatas teman, kami sering ngobrol, curhat,
kadang-kadang juga keluar bareng. Saya mengungkapkan perasaan saya dua
bulan sebelum kami menikah...
Waktu saya ke tempat kos istri saya, kebetulan orang tua istri saya juga
berkunjung. Saat itu seakan-akan saya mendapatkan tantangan baru yang
cukup berat, karena kedua orang tua istri saya tiba-tiba menyuruh saya
beserta keluarga saya untuk berkunjung ke Jember (rumah istri saya) untuk
melamar istri saya. Dengan maksud untuk menghindari fitnah masyarakat.
Mungkin watak dari saya yang suka akan tantangan dan berusaha
menghadapi tantangan tersebut, walau bagaimanapun resikonya, akhirnya
saya memutuskan untuk menerima tantangan dari orang tua istri saya.
Sebulan kemudian keluarga saya berkunjung ke Jember untuk melamar istri
saya, dan selang waktu satu bulan dari lamaran kami pun menikah.
Dalam pernikahannya yang sudah berjalan selama satu tahun empat
bulan, Hendi Burahman belum mempunyai seorang anak. Saat ini Hendi
Burahman beserta istrinya tinggal di rumah kontrakan. Penghasilan dari bisnis
yang dijalankan cukup untuk biaya hidup, serta untuk biaya kuliah dan kuliah
istrinya. Namun demikian, terkadang orang tua mereka masih memberikan
kiriman untuk mereka berdua. Berikut penuturan Hendi Burahman:
Saya belum dikaruniai seorang keturunan. Saat ini saya dan istri saya
tinggal di rumah kontrakan, tepatnya di Jl. Kertosariro No. 48, Malang,
karena kami sama-sama dari luar Kota Malang. Istri saya berasal dari

70

Jember dan saya dari Kalimantan. Selama ini saya menjalankan bisnis jilbab
bersama rekan saya, Achmad Hupron. Disamping itu saya juga mulai merintis
bisnis barang-barang antik. Meskipun saya sudah mempunyai penghasilan
sendiri, namun orang tua kami berdua terkadang masih memberikan kiriman
uang untuk biaya hidup dan kuliah kami di Malang.

2. Tentang faktor pendorong melakukan pernikahan:


Adapun faktor pendorong yang melatar belakangi pernikahan Hendi
Burahman adalah untuk menghindari fitnah masyarakat. Hal ini sebagaimana
yang telah dijelaskan oleh Hendi Burahman sebagai berikut:
Pernikahan saya dengan istri saya pada awalnya atas anjuran orang tua
istri saya, yaitu untuk menghindari fitnah masyarakat. Karena kedua orang
tua saya dan istri saya di masyarakat sangat dipandang. Dengan kata lain
untuk menghindari diri dari perbuatan yang dilarang oleh agama.

3. Tentang dampak melakukan pernikahan pada masa studi:


Menurut Hendi Burahman, ketika seseorang memutuskan untuk
menikah pada masa studi dituntut ke-profesionalannya dalam membagi waktu.
Sehingga kewajiban antara dirinya sebagai seorang mahasiswa, sekaligus
sebagai seorang yang sudah berumah tangga bisa seimbang. Selama ini Hendi
Burahman

selalu

aktif

mengikuti

perkuliahan.

Sebagaimana

yang

dijelaskannya sebagai berikut:


Selama ini saya selalu aktif mengikuti perkuliahan, baik sebelum dan
sesudah menikah. Setiap orang yang memutuskan untuk menikah (khususnya
pada masa studi) dituntut ke-profesionalannya dalam membagi waktu,
Sehingga kewajiban dirinya sebagai seorang mahasiswa, sekaligus sebagai
seorang yang sudah berumah tangga bisa seimbang.

71

Pernikahan Hendi Burahman tidak menghambat aktifitas belajarnya.


Justru dengan menikah lebih semangat untuk segera menyelesaikan studinya.
Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Hendi Burahman sebagai
berikut:
Sebelum dan sesudah menikah saya selalu aktif belajar. Setelah menikah,
justru saya lebih semangat dan ingin secepatnya selesai dari dunia
perkuliahan, agar bisa konsentrasi pada kerja dan keluarga.
Prestasi akademik yang diraih Hendi Burahman setelah melakukan
pernikahan menjadi semakin baik bila dibandingkan dengan sebelum
menikah. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Hendi Burahman:
Setelah menikah prestasi belajar saya semakin membaik. Sebelum menikah
nikai IP saya tiga koma lima, dan setelah menikah bisa mencapai nilai
cumlaude.
Sebelum dan sesudah menikah Hendi Burahman aktif mengikuti
kegiatan organisasi di kampus. Pernikahan yang dilakukan Hendi Burahman
tidak menghambat keaktifannya untuk mengikuti organisasi di kampus.
Berikut penjelasan Hendi Burahman mengenai hal ini:
Selama ini saya aktif mengikuti kegiatan UNIOR di kampus. Dengan
pernikahan yang saya lakukan, aktifitas saya dalam organisasi di kampus
tidak terhambat. Selain itu istri saya juga sangat mendukung terhadap
kegiatan-kegiatan yang saya lakukan, walaupun istri saya sendiri bukan
aktivis / organisatoris.

72

Informan keempat
Nama

: Khurin Rakhmawati

Usia

: 24 tahun

Alamat

: Rumah saudara: Jl. Bowling No. 47, Tasik Madu, Karang


Ploso, Malang

Fakultas/semester

: Tarbiyah (PAI) / VIII

Tahun menikah

: 2007

Usia pernikahan

: 1,5 bulan

1. Tentang latar belakang pernikahan:


Khurin Rakhmawati pertama kenal dengan suaminya sejak dia masih
semester enam (VI). Kebetulan waktu itu suaminya adalah Dosen mata kuliah
Sosiologi Agama yang diikutinya. Berikut cerita yang diungkapkan Khurin
Rakhmawati sejak pertama dia kenal suaminya:
Saya kenal dengan suami saya ketika saya semester enam (VI). Saat itu saya
adalah salah satu mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Sosiologi Agama.
Kebetulan suami saya adalah Dosen mata kuliah tersebut. Beliau mengenal
saya dari daftar nama absen. Pernikahan saya dengan suami saya dapat
dibilang tidak jauh berbeda dengan tradisi di pondok pesantren yang mana
seorang Kyai menikah dengan santrinya, atau tradisi di sekolah seorang guru
menikah dengan siswanya. Sekitar enam bulan dari kedekatan saya dengan
beliau, akhirnya beliau memutuskan untuk menikahi saya dan saya menerima
tawaran tersebut.
Di awal pernikahannya, Khurin Rakhmawati bersama suaminya
tinggal bergantian di rumah orang mereka. Sekitar satu bulan setelah
pernikahannya, Khurin Rakhmawati

bersama suami tinggal di rumah

saudaranya. Berikut penuturan Khurin Rakhmawati:

73

Pada awal pernikahan, saya bersama suami tinggal bergantian di rumah


orang tua. Terkadang tinggal di rumah orang tua saya (di daerah Kasin, Jl.
Arif Margono Gg. VIII, Malang) dan terkadang tinggal di rumah orang tua
suami saya (Jl. Sidorejo, No. 19, Singosari, Malang). Saat ini, saya bersama
suami tinggal di rumah Bu Lek saya tepatnya di Jl. Bowling No. 47, Tasik
Madu, Karang Ploso, Malang. Karena di tempat Bu Lek tinggal ada sebuah
rumah yang belum ada penghuninya.
Sejak awal pernikahannya kehidupan ekonomi Khurin Rakhmawati
bersama suaminya sudah terlepas dari orang tua masing-masing. Kedua orang
tuanya tidak lagi menopang biaya hidupnya. Hal ini sebagaimana yang telah
dijelaskan olehnya:
Meskipun pada awal pernikahan kami masih tinggal bersama orang tua,
tetapi dalam hal keuangan orang tua kami masing-masing sudah tidak lagi
turut campur.

2. Tentang faktor pendorong melakukan pernikahan:


Adapun faktor pendorong bagi Khurin Rakhmawati untuk melakukan
pernikahan adalah: faktor usia, dukungan dari orang tua, dan komitmen yang
kurang suka dengan masa pacaran yang terlalu lama. Hal ini sebagaimana
yang telah dijelaskan oleh Khurin Rakhmawati sebagai berikut:
Setidaknya ada tiga faktor yang melatar belakangi pernikahan saya dengan
suami saya. Faktor usia, menurut saya usia saya sudah cukup untuk
melangsungkan pernikahan dan bukan remaja lagi. Faktor dukungan dari
orang tua. Faktor dari dalam diri saya sendiri dan suami saya yang kurang
suka dengan masa pacaran yang terlalu lama.

74

3. Tentang dampak melakukan pernikahan pada masa studi:


Pernikahan Khurin Rakhmawati tidak sepenuhnya menghambat
aktifitas perkuliahannya. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh
Khurin Rakhmawati sebagai berikut:
Pernikahan yang saya lakukan tidak sepenuhnya menghambat aktifitas
perkuliahan saya, karena di lain sisi suami saya juga ikut serta membantu
untuk terselesaikannya proses studi saya.
Sebelum menikah Khurin Rakhmawati selalu aktif mengikuti
perkuliahan, setelah menikah aktifitas perkuliahan semakin berkurang. Hal ini
sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Khurin Rakhmawati sebagai berikut:
Sebelum menikah saya selalu aktif mengikuti perkuliahan, akan tetapi
setelah menikah keaktifan saya menjadi berkurang. Saat ini saya juga jarang
ke kampus karena sudah tidak ada lagi perkuliahan, tinggal skripsi saja.
Selama ini Khurin Rakhmawati mengaku tidak begitu aktif belajar.
Pernikahan menjadikan waktu untuk belajarnya semakin berkurang,
dikarenakan ada kesibukan baru dalam keluarga. Berikut penjelasan Khurin
Rakhmawati tetang keaktifan belajarnya selama ini:
Sebelum menikah saya memang tidak begitu aktif belajar. Apalagi setelah
melakukan pernikahan, karena sekarang ada kesibukan baru dalam keluarga.
Meskipun sebenarnya waktu untuk belajar juga banyak.
Prestasi akademik yang diraih oleh Khurin Rakhmawati selama ini
dapat dikatakan baik. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Khurin
Rakhmawati:
Selama ini prestasi belajar saya selalu baik, nilai IP rata-rata diatas tiga
koma empat. Setelah menikah justru saya termotivasi untuk segera

75

menyelesaikan studi karena ada beban mental terhadap keluarga jika studi
tidak cepat selesai.
Sebelum dan sesudah menikah Khurin Rakhmawati tidak pernah
mengikuti organisasi di kampus. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Khurin
Rakhmawati:
Selama ini saya tidak pernah mengikuti organisasi di kampus.

Informan Kelima
Nama

: Moch. Gozali

Usia

: 23 tahun

Alamat

: Rumah: Jl. Suropati, RT 04 RW 09, Wajak, Malang

Fakultas/semester

: Tarbiyah (PAI) / VIII

Tahun menikah

: 2006

Usia pernikahan

: 1,5 tahun

1. Tentang latar belakang pernikahan:


Moch. Gozali jauh sebelum masuk kuliah sudah kenal dengan istrinya,
hanya saja kedekatan dengan istrinya ketika dia menjadi pembina pramuka di
sekolah sang istri. Berikut cerita yang diungkapkan Moch. Gozali:
Saya kenal dengan istri saya jauh sebelum saya masuk kuliah. Hanya saja
kedekatan saya dengan istri saya ketika saya menjadi pembina pramuka di
sekolah istri saya. Waktu itu saya masih semester tiga (III). Setelah dua tahun
kedekatan saya dengannya, saya memutuskan untuk menikahinya dengan
maksud menghindari fitnah yang timbul di masyarakat, karena waktu itu
sempat timbul fitnah tentang hubungan kami berdua.

76

Pada awalnya pihak kedua orang tua ragu-ragu terhadap pernikahan


yang mereka lakukan. Akan tetapi akhirnya mereka mendapatkan restu dari
orang tua mereka. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Moch. Gozali:
Pada awalnya orang tua kami ragu-ragu terhadap pernikahan yang kami
lakukan, akan tetapi saya berusaha memberikan pengertian dan keyakinan
terhadap mereka, dan mereka akhirnya merestui pernikahan yang kami
lakukan.
Dalam perniakahan yang sudah berjalan selama satu setengah tahun
Moch. Gozali belum mempunyai seorang anak. Meskipun Moch. Gozali sudah
mempunyai pendapatan sendiri orang tua mereka terkadang masih menopang
biaya hidup mereka. Sejak pernikahannya hingga saat ini Moch. Gozali
beserta istri tinggal di rumah orang tua istri. Hal ini seperti yang dijelaskan
oleh Moch. Gozali:
Sampai saat ini saya dan istri saya belum dikaruniai anak oleh Allah SWT.
Meskipun saya sudah mempunyai pendapatan sendiri dari hasil kerja dan
pendapatan Counter HP yang saya jalankan, orang tua kami terkadang masih
menopang biaya hidup kami. Sampai saat ini saya dan istri saya tinggal di
rumah orang tua istri saya, tapatnya di Jl. Lawu, RT 03 RW 06, Wajak,
Malang.

2. Tentang faktor pendorong melakukan pernikahan:


Adapun faktor pendorong bagi Moch. Gozali untuk melakukan
pernikahan adalah: manjaga diri dari perbuatan zina, ingin segera manikmati
hidup baru dengan keluarga yang baru, dan ingin hidup mandiri dengan
tantangan yang ada. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Moch.
Gozali sebagai berikut:

77

Faktor pendorong pernikahan yang saya lakukan adalah untuk menjaga diri
agar tidak terjerumus pada perzinaan, ingin segera manikmati hidup baru
dengan keluarga yang baru, dan ingin hidup mandiri dengan tantangan yang
ada.

3. Tentang dampak melakukan pernikahan pada masa studi:


Pernikahan Moch. Gozali tidak sepenuhnya menghambat aktifitas
perkuliahannya. Justru yang menghambat perkuliahannya adalah aktifitas
kegiatan-kegiatan sosial di kampung. Hal ini sebagaimana yang telah
dijelaskan oleh Moch. Gozali sebagai berikut:
Pernikahan yang saya lakukan sama sekali tidak menghambat aktifitas
perkuliahan saya. Justru yang menghambat perkuliahan saya adalah faktor
sosial, bukan pernikahan. Kegiatan-kegiatan sosial di kampung menjadikan
kuliah saya terhambat, akan tetapi saya tidak menyesalinya karena saya bisa
membantu orang lain dan bermanfaat bagi orang lain.
Selama ini Moch. Gozali tidak bisa sepenuhnya aktif mengikuti
perkuliahan. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Moch. Gozali
sebagai berikut:
Sebelum dan sesudah menikah saya tidak bisa sepenuhnya aktif mengikuti
perkuliahan.
Meskipun dalam pernikahannya Moch. Gozali juga aktif mengikuti
kegiatan-kegiatan di kampungnya, namun hal ini tidak menjadikan aktifitas
belajarnya terhambat. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan olehnya:
Selama ini saya tidak pernah mengikuti organisasi di kampus, tapi kalau
organisasi di kampung saya aktif mengikutinya baik sebelum dan sesudah
saya menikah. Namun demikian aktifitas belajar saya tidak menjadi tehambat,
yang penting adalah bagaimana bisa mengatur waktu saja.

78

Prestasi akademik yang diraih oleh Moch. Gozali selama ini dapat
dikatakan baik. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Moch. Gozali:
Selama ini prestasi belajar saya selalu baik, nilai IP rata-rata diatas tiga
koma. Prestasi sebelum dan sesudah menikah masih tetap sama yang penting
bisa mengatur waktu untuk kuliah dan belajar.

Informan Keenam
Nama

: Choirul Affandi

Usia

: 22 tahun

Alamat

: Tempat kos: Jl. Sunan Ampel Gg. 3 No. 3, Malang

Fakultas/semester

: Tarbiyah (PAI) / VIII

Tahun menikah

: 2005

Usia pernikahan

: 1,9 tahun

Informan Ketujuh
Nama

: Ulfa Muniroh

Usia

: 21 tahun

Alamat

: Tempat kos: Jl. Kertosariro No. 3, Malang

Fakultas/semester

: Tarbiyah (PAI) / VIII

Tahun menikah

: 2005

Usia pernikahan

: 1,9 tahun

79

1. Tentang latar belakang pernikahan:


Choirul Affandi dan Ulfa Muniroh sudah saling kenal sejak mereka
masih masih semester satu (I). Waktu itu mereka satu kelompok dalam
kegiatan orientasi pengenalan kampus dan satu kelas dalam kuliah Program
Khusus Pelajaran Bahasa Arab (PKPBA). Dalam beberapa mata kuliah yang
lain mereka juga selalu satu kelas, hanya saja pada waktu semester dua (II)
mereka berbeda kelas. Berikut cerita yang diungkapkan kedua pasangan suami
istri Choirul Affandi dan Ulfa Muniroh sejak pertama mereka saling
mengenal:
Kami berdua sudah saling mengenal sejak awal masuk kuliah. Waktu itu
kami sama-sama satu kelompok pada saat kegiatan orientasi pengenalan
kampus. Dalam kuliah Program Khusus Pelajaran Bahasa Arab (PKPBA)
dan beberapa mata kuliah yang lain kami juga satu kelas, kecuali pada waktu
semester dua (II) kami berbeda kelas. Karena kami sering satu kelas sejak
awal semester, kami pun sering ngobrol bareng, curhat dan terkadang juga
keluar bareng, meskipun waktu itu belum ada rasa ketertarikan satu dengan
yang lainnya.
Pencetus ide pertama dalam pernikahan yang dilakukan oleh kedua
informan adalah Ulfa Muniroh, dan hal ini mendapat tanggapan yang baik dari
Choirul Affandi. Berikut penjelasan Choirul Affandi:
Sebenarnya yang mempunyai ide pernikahan pertama kali adalah istri saya
(Ulfa Muniroh). Setelah satu tahun kami melakukan pacaran dan merasa
saling ada kecocokan, kami pun memutuskan untuk menikah
Pada awalnya sikap orang tua Choirul Affandi dan Ulfa Muniroh tidak
menyetujui pernikahan yang mereka lakukan. Hal ini dikarenakan mereka
masih dalam masa-masa kuliah. Selain itu mereka juga belum mempunyai

80

pendapatan sendiri. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Ulfa Muniroh
sebagai berikut:
Orang tua tua saya sempat marah dan menolak terhadap pernikahan yang
kami lakukan, karena kondisi kami berdua masih dalam masa studi, calon
suami belum mempunyai pekerjaan, selain itu juga ada beban mental karena
kedua kakak saya belum menikah.
Sedangkan orang tua Choirul Affandi menerima dan memberikan restu
dengan catatan pernikahan yang mereka lakukan tidak menghambat proses
studinya. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Choirul Affandi sebagai
berikut:
Ada kekhawatiran orang tua saya kalau dengan pernikahan yang kami
lakukan samapai menghambat studi kami. Tapi akhirnya orang tua juga
menyetujuinya dengan catatan studi tidak menjadi terhambat dengan adanya
pernikahan yang kami lakukan.
Dalam usia pernikahannya yang sudah berjalan selama satu tahun
sembilan bulan, Choirul Affandi dan Ulfa Muniroh sengaja menunda untuk
mempunyai keturunan. Hal ini dikarenakan mereka berdua belum siap dengan
hadirnya seorang anak diantara mereka. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan
oleh Ulfa Muniroh sebagai berikut:
Saat ini saya masih ingin konsentrasi terhadap studi dulu, dan belum ingin
terganggu dengan hadirnya seorang anak dalam keluarga kami. Selain itu
kami juga belum siap secara materi, waktu, tenaga dan pikiran dengan
adanya seorang anak.
Sedangkan Choirul Affandi menunda untuk mempunyai seorang anak
dikarenakan belum mempunyai pendapatan sendiri, takut terhambat studinya,
dan usia mereka yang masih muda. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh
Choirul Affandi sebagai berikut:

81

Kami sengaja menunda untuk tidak mempunyai anak dikarenakan saya


belum mempuyai pendapatan tetap, takut menghambat studi, selain itu usia
kami juga masih terlalu muda.
Saat ini Choirul Affandi dan Ulfa Muniroh tinggal di tempat kos
secara terpisah, namun demikian mereka berdua sering kali pulang ke tempat
orang tua mereka secara bergantian. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh
Choirul Affandi sebagai berikut:
Kami sengaja tinggal di tempat kos yang berbeda, tidak mengontrak sebuah
rumah. Hal ini kami lakukan agar biaya untuk tempat tinggal kami berdua
lebih murah. Namun demikian, setiap akhir pekan kami berdua sering kali
pulang ke tempat orang tua kami secara bergantian karena saya dan istri
saya asal Malang. Saya asal Sumbermanjing dan istri saya asal Dampit.

2. Tentang faktor pendorong melakukan pernikahan:


Adapun faktor pendorong bagi Ulfa Muniroh untuk melakukan
pernikahan pada masa studi adalah untuk memotivasi kagiatan studi. Hal ini
sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Ulfa Muniroh sebagai berikut:
Dengan menikah saya berharap ada teman yang menemani saya kapan saja
dan di mana saja, ada yang membantu dan memfasilitasi kegiatan studi
saya.
Sedangkan faktor pendorong bagi Choirul Affandi untuk melakukan
pernikahan pada masa studi adalah: untuk menghindari perzinaan, merasa
sudah menemukan pasangan yang cocok, dan secara ekonomi orang tua masih
membantu. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Choirul Affandi sebagai
berikut:

82

Faktor pendorong bagi pernikahan yang saya lakukan adalah untuk


menghindari perzinaan, sudah menemukan pasangan yang cocok, dan secara
ekonomi orang tua masih membantu.

3. Tentang dampak melakukan pernikahan pada masa studi:


Pernikahan Choirul Affandi dan Ulfa Muniroh tidak menghambat
aktifitas perkuliahannya, karena mereka satu Fakultas, satu Program Studi,
dan satu kelas pada saat kuliah. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan
oleh Choirul Affandi sebagai berikut:
Pernikahan yang kami lakukan tidak sepenuhnya menghambat aktifitas
perkuliahan. Selama ini kami satu Fakultas, satu Program Studi, dan satu
kelas pada saat kuliah. Sehingga tugas-tugas kuliah kami kebanyakan sama.
Sebelum dan sesudah menikah, kami selalu aktif mengikuti perkuliahan.
Pernikahan Choirul Affandi dan Ulfa Muniroh tidak menghambat
aktifitas belajarnya. Hanya saja waktu belajar sedikit berkurang bila
dibandingkan pada saat belum menikah. Berikut penjelasan Ulfa Muniroh
tentang aktifitas belajarnya:
Selama ini saya selalu aktif belajar, begitu juga dengan suami saya. Hanya
saja setelah menikah waktu untuk belajar sedikit tersita.
Prestasi akademik yang diraih oleh Choirul Affandi dan Ulfa Muniroh
selama ini cukup baik. Pernikahan menjadi motivasi untuk lebih baik dari
pasangan. Berikut penjelasan Ulfa Muniroh:
Sebelum dan sesudah menikah nilai IP kami berdua selalu baik, rata-rata
diatas tiga koma tiga. Dengan menikah kami saling memberikan semangat
dan dukungan untuk mendapatkan nilai yaang lebih baik. Saya merasa malu
seandainya nilai IP dibawah suami saya .

83

Mengenai aktifitas kegiatan organisasi di kampus, Choirul Affandi dan


Ulfa Muniroh tidak pernah mengikutinya. Berikut penjelasan Choirul Affandi
dan Ulfa Muniroh mengenai keaktifan mengikuti organisasi di kampus:
Selama ini kami berdua tidak pernah mengikuti organisasi di kampus.

Informan Kedelapan
Nama

: Zahrotul Munawaroh

Usia

: 23 tahun

Alamat

: Rumah: Jl. Plaosan Timur Gg. V No. 1B, RT 05 RW 12,


Kel. Purwodadi, Kec. Blimbing, Malang

Fakultas/semester

: Tarbiyah (PAI) / VIII

Tahun menikah

: 2006

Usia pernikahan

: 8 bulan

1. Tentang latar belakang pernikahan:


Zahrotul Munawaroh kenal dengan suaminya sejak dia masih semester
lima (V). Kedekatan hubungan Zahrotul Munawaroh dengan suaminya terjalin
pada pertengahan semester enam (VI). Dalam waktu lima bulan masa pacaran,
suami memutuskan untuk menikah. Keputusan tersebut disambutnya dengan
senang hati walau pada awalnya kedua pihak orang tua kurang menyetujuinya
dikarenakan mereka masih dalam masa studi. Berikut cerita yang diungkapkan
Zahrotul Munawaroh:

84

Saya kenal dengan suami saya ketika masih semester lima (V), kedekatan
hubungan kami terjalin pada pertengahan semester enam (VI), lima bulan
masa pacaran suami memutuskan untuk menikah karena suami saya tidak
mau manjalin hubungan pacaran terlalu lama. Sebenarnya kedua pihak orang
tua kurang menyatujui pernikahan kami, dikarenakan kami masih dalam
masa-masa studi. Mereka menyetujui pernikahan kami dengan syarat: kita
berdua harus bisa menyelesaikan studi, suami harus ikut istri sebab sudah
disediakan rumah sendiri (oleh orang tua istri), dan harus mempunyai
pendapatan sendiri sebagai bentuk tanggung jawab berkeluarga. Dan kami
melangsungkan pernikahan pada tanggal 17 November 2006.
Meskipun Zahrotul Munawaroh dan suaminya sudah mempunyai
pendapatan sendiri, pihak orang tua terkadang masih turut menopang biaya
hidupnya. Berikut penjelasan Zahrotul Munawaroh:
Memang selama ini saya dan suami saya sudah mempunyai pendapatan
sendiri, namun demikian orang tua kami berdua terkadang masih turut
menopang biaya hidup kami. Saya mengajar di SDN Capang I Purwodadi,
Pasuruhan dan suami saya di SD Kartika IV-6 Malang.
Sejak awal melakukan pernikahan, Zahrotul Munawaroh bersama
suami sudah tinggal terpisah dari orang tua mereka. Saat ini Zahrotul
Munawaroh bersama suaminya belum mempunyai keturunan karena usia
pernikahannya yang masih muda, selain itu mereka ingin menyelesaikan
studinya terlebih dahulu. Berikut penjelasan Zahrotul Munawaroh:
Kami tinggal terpisah dari orang tua masing-masing karena orang tua saya
sudah menyediakan rumah untuk kami berdua. Saat ini kami belum
mempunyai anak, karena kami ingin menyelesaikan studi lebih dahulu setelah
itu merencanakan untuk mempunyai anak.

2. Tentang faktor pendorong melakukan pernikahan:


Adapun faktor pendorong bagi Zahrotul Munawaroh untuk melakukan
pernikahan adalah: rasa cinta, rasa saling memahami dan mengerti satu sama

85

lain, dan keinginan mendekatkan diri kepada Allah SWT serta menjalankan
Sunnah Nabi. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Zahrotul
Munawaroh sebagai berikut:
Faktor pendorong pernikahan yang saya lakukan adalah karena kami saling
mencintai, saling memahami dan mengerti satu sama lain, dan untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT serta menjalankan Sunnah Nabi.

3. Tentang dampak melakukan pernikahan pada masa studi:


Pernikahan

Zahrotul

Munawaroh

tidak

menghambat

aktifitas

perkuliahannya. Justru dengan menikah lebih semangat untuk segera


menyelesaikan studinya. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh
Zahrotul Munawaroh sebagai berikut:
Selama ini saya selalu aktif mengikuti perkuliahan, baik sebelum dan
sesudah menikah. Dengan pernikahan yang kami lakukan, justru lebih
semangat untuk segera menyelesaikan studi. Selain itu ada yang membantu
dalam mengerjakan tugas-tugas kuliah dan antar jemput sewaktu berangkat
dan pulang kuliah, yaitu suami.
Selama ini Zahrotul Munawaroh mengaku tidak begitu aktif belajar.
Namun demikian semangat untuk segera menyelesaikan studi menjadi lebih
besar. Berikut penjelasan Zahrotul Munawaroh tetang keaktifan belajarnya
selama ini:
Selama ini saya memang tidak begitu aktif belajar, baik sebelum dan
sesudah menikah. Namun demikian semangat untuk segera menyelesaikan
studi menjadi lebih besar.

86

Prestasi akademik yang diraih Zahrotul Munawaroh setelah melakukan


pernikahan menjadi semakin baik bila dibandingkan dengan sebelum
menikah. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Zahrotul Munawaroh:
Setelah menikah prestasi belajar saya semakin membaik. Sebelum menikah
nikai IP saya tiga koma dua, dan setelah menikah tiga koma tiga.
Mengenai

aktifitas

kegiatan

organisasi

di

kampus,

Zahrotul

Munawaroh tidak pernah mengikutinya. Berikut penjelasan Zahrotul


Munawaroh mengenai keaktifan mengikuti organisasi di kampus:
Selama ini saya tidak pernah mengikuti organisasi di kampus, baik sebelum
dan sesudah saya menikah.

Informan Kesembilan
Nama

: Sriwati Dewi

Usia

: 23 tahun

Alamat

: Rumah: Wagir, Malang

Fakultas/semester

: Tarbiyah (PAI) / VIII

Tahun menikah

: 2006

Usia pernikahan

: 6 bulan

1. Tentang latar belakang pernikahan:


Sriwati Dewi kenal dengan suaminya sejak dia masih semester dua
(II). Dalam waktu tiga tahun masa pacaran, suami memutuskan untuk
menikah. Keputusan tersebut disambutnya dengan senang hati walau pada

87

awalnya kedua pihak orang tua kurang menyetujuinya dikarenakan mereka


masih dalam masa studi. Berikut cerita yang diungkapkan Sriwati Dewi:
Saya kenal dengan suami saya ketika masih semester dua (II), dalam waktu
tiga tahun masa pacaran suami memutuskan untuk menikah. Sebenarnya
kedua pihak orang tua kurang menyatujui pernikahan kami, dikarenakan kami
masih dalam masa-masa studi. Dan kami melangsungkan pernikahan pada
akhir semester tujuh (VII) yang lalu.
Meskipun Sriwati Dewi dan suaminya sudah mempunyai pendapatan
sendiri, pihak orang tua terkadang masih turut menopang biaya hidupnya.
Berikut penjelasan Sriwati Dewi:
Memang selama ini suami saya sudah mempunyai pendapatan sendiri,
namun demikian orang tua kami berdua terkadang masih turut menopang
biaya hidup kami.
Sejak awal melakukan pernikahan, Sriwati Dewi bersama suami
tinggal bersama orang tua mereka. Saat ini Sriwati Dewi bersama suaminya
belum mempunyai keturunan karena usia pernikahannya yang masih muda,
selain itu mereka ingin menyelesaikan studinya terlebih dahulu. Berikut
penjelasan Sriwati Dewi:
Saya bersama suami tinggal bersama orang tua di daerah Wagir, Malang.
Saat ini kami belum mempunyai anak, karena kami ingin menyelesaikan studi
lebih dahulu setelah itu merencanakan untuk mempunyai anak

2. Tentang faktor pendorong melakukan pernikahan:


Adapun faktor pendorong bagi Sriwati Dewi untuk melakukan
pernikahan adalah untuk menghindari perbuatan yang negatif, dengan kata

88

lain 1menghindari perbuatan yang dilarang oleh agama. Hal ini sebagaimana
yang telah dijelaskan oleh Sriwati Dewi sebagai berikut:
Faktor pendorong pernikahan yang saya lakukan adalah karena untuk
menghindari perbuatan negatif yang dilarang oleh agama.

3. Tentang dampak melakukan pernikahan pada masa studi:


Pernikahan Sriwati Dewi sama sekali tidak menghambat aktifitas
perkuliahannya. Justru dengan menikah lebih semangat untuk kuliah karena
suami mendukung 100 %. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh
Sriwati Dewi sebagai berikut:
Pernikahan yang saya lakukan sama sekali tidak menghambat perkuliahan
saya, justru dengan menikah saya lebih semangat dalam kuliah karena suami
mendukung 100 % perkuliah saya.
Pernikahan Sriwati Dewi sama sekali tidak menghambat aktifitas
belajarnya, justru setelah menikah aktifitas belajarnya semakin meningkat. Hal
ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Umy Baity sebagai berikut:
Pernikahan yang saya lakukan sama sekali tidak menghambat aktifitas
belajar saya, justru setelah menikah belajar saya semakin meningkat bila
dibandingkan sebelum menikah. Sebelum menikah memang saya tidak begitu
aktif belajar, tapi setelah menikah saya menjadi lebih aktif belajar .
Prestasi akademik yang diraih oleh Sriwati Dewi sebelum dan sesudah
menikah cukup baik. Berikut penjelasan Ulfa Muniroh:
Prestasi akademik saya sebelum dan sesudah menikah bisa dibilang baik,
rata-rata diatas tiga koma.

89

Sebelum dan sesudah menikah Sriwati Dewi aktif mengikuti kegiatan


organisasi di kampus. Pernikahan yang dilakukan Sriwati Dewi tidak
menghambat keaktifannya untuk mengikuti organisasi di kampus. Berikut
penjelasan Hendi Burahman mengenai hal ini:
Sebelum dan sesudah menikah saya aktif mengikuti kegiatan Pramuka di
kampus. Dengan pernikahan yang saya lakukan, aktifitas saya dalam
organisasi di kampus tidak terhambat.

Informan Kesepuluh
Nama

: Umy Baity

Usia

: 22 tahun

Alamat

: Rumah: PT. SLS, RT 24, SPI, Lirik-Ukui-Riau

Fakultas/semester

: Tarbiyah (PAI) / VIII

Tahun menikah

: 2005

Usia pernikahan

: 2 tahun

1. Tentang latar belakang pernikahan:


Umy Baity melakukan pernikahan dengan mahasiswa Universitas
Islam (UIN) Malang, Jurusan Syariaah pada tahun 2005. Proses perkenalan
Umy Baity dengan suaminya melalui salah seorang teman akrabnya. Dalam
tiga kali pertemuan berikutnya mereka memutuskan untuk pacaran, dan dalam
lima bulan masa pacara mereka memutuskan untuk menikah karena kurang
senang dengan masa pacaran yang terlalu lama. Keputusan tersebut disambut

90

dengan senang hati oleh kedua pihak orang tua mereka. Berikut cerita yang
diungkapkan Umy Baity:
Proses perkenalan saya dengan suami saya melalui salah seorang teman
akrab saya pada pertengahan semester empat (IV). Dalam tiga kali
pertemuan berikutnya kami memutuskan utuk pacaran, dan dalam lima bulan
masa pacaran kami memutuskan untuk menikan. Keputusan kami mendapat
tanggapan yang baik dari kedua orang tua kami, mereka sangat setuju dan
mendukung pernikahan yang kami lakukan.
Dalam pernikahannya yang sudah berlangsung selama dua tahun, Umy
Baity mempunyai satu orang anak. Saat ini Umy Baity bersama suami tinggal
di rumah kontrakan, sedangkan anak mereka di asuh oleh orang tuanya. Hal
ini sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Umy Baity sebagai berikut:
Kami sudah mempunyai satu orang anak berusia sembilan bulan. Saat ini
anak kami diasuh oleh orang tua saya di Riau karena saya dan suami saya
berasal dari Riau. Di Malang kami tinggal di rumah kontrakan tepatnya di Jl.
Candi Mendut Selatan No. 30, Malang.
Selama ini Umy Baity dan suaminya sudah mempunyai pendapatan
sendiri dari usaha les privat yang dijalankannya. Kehidupan ekonomi mereka
setelah menikah benar-terlepas dari kedua orang tua. Orang tua mereka tidak
pernah lagi memberikan kiriman untuk biaya hidup di Malang. Hal ini
sebagaimana yang telah dijelaskan olehnya:
Selama ini saya dan suami membuka les privat dan ngaji di rumah
(kontrakan) pada sore hari. Alhamdulillah, usaha tersebut berjalan dengan
baik dan banyak peminatnya mulai dari anak-anak SD sampai orang dewasa.
Dari pendapatan tersebut biaya hidup kami bisa terpenuhi dan orang tua
kami tidak lagi memberikan kiriman untuk biaya hidup kami di Malang.

91

2. Tentang faktor pendorong melakukan pernikahan:


Faktor pendorong yang melatar belakangi pernikahan Umy Baity
adalah karena untuk menghindari maksiat, dengan kata lain menghindari
perbuatan yang dilarang oleh agama. Hal ini seperti penjelasan yang
diungkapkan olehnya:
Faktor pendorong yang melatar belakangi pernikahan saya adalah karena
untuk menghindari maksiat.

3. Tentang dampak melakukan pernikahan pada masa studi:


Pernikahan Umy Baity sama sekali tidak menghambat aktifitas
perkuliahannya. Justru dengan menikah lebih semangat untuk kuliah. Hal ini
sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Umy Baity sebagai berikut:
Selama ini saya selalu aktif mengikuti perkuliahan, baik sebelum dan
sesudah menikah. Pernikahan yang kami lakukan sama sekali tidak
menghambat perkuliahan, justru dengan menikah lebih semangat untuk
kuliah.
Sebelum dan sesudah menikah, Umy Baity selalu aktif belajar.
Pernikahan yang dilakukan sama sekali tidak menghambat aktifitas
belajarnya. Hal ini sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Umy Baity sebagai
berikut:
Selama ini saya selalu aktif belajar, baik sebelum dan sesudah menikah.
Pernikahan yang saya lakukan sama sekali tidak menghambat aktifitas
belajar saya.

92

Prestasi akademik yang diraih Umy Baity setelah melakukan


pernikahan menjadi semakin baik bila dibandingkan dengan sebelum
menikah. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Umy Baity:
Setelah menikah prestasi belajar saya semakin membaik. Sebelum menikah
nilai IP saya cukup-cukupan, tapi setelah menikah bisa dibilang baik, ratarata diatas tiga koma.
Mengenai aktifitas kegiatan organisasi di kampus, Umy Baity tidak
pernah mengikutinya, dikarenakan waktu utntuk mengikuti kegiatan
organisasi di kampus terkalahkan dengan tugas-tugas keluarga. Berikut
penjelasan Umy Baity mengenai keaktifan mengikuti organisasi di kampus:
Sebelum dan sesudah menikah saya tidak pernah mengikuti organisasi di
kampus, karena waktu untuk mengikuti organisasi tersebut terkalahkan
dengan tugas-tugas dalam keluarga, mengurus suami dan melakukan
pekerjaan yang lebih bermanfaat untuk keluarga.

B. Pembahasan
1.

Pembahasan

Tentang

Faktor-Faktor

Pendorong

Melakukan

Pernikahan Pada Masa Studi


Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan dari
sepuluh

informan

menunjukkan

bahwa

faktor-faktor

pendorong

melakukan pernikahan pada masa studi sangat lah beragam antara satu
individu dengan individu yang lain. Untuk lebih menjelaskan gambaran
tentang keberagaman faktor pendorong pernikahan pada kesepuluh
informan dalam penelitian ini, maka akan diuraian dalam tabel berikut:

93

Tabel. 4. 2.
Faktor-faktor Pendorong Pernikahan

No

Nama Informan

Achmad Hupron

Ahmad Syazili

Hendi Burahman

Faktor-faktor Pendorong Pernikahan


-

sudah berkemampuan materi.

terhindar dari pergaulan bebas.

memotivasi belajar.

takut melakukan perbuatan yang dilarang


agama.

menghindari fitnah di masyarakat.

takut mencemarkan nama baik orang tua.

usia yang sudah cukup untuk melakukan


pernikahan.

dukungan dari orang tua.

tidak suka dengan masa pacaran yang terlalu


lama.

manjaga diri dari perbuatan zina.

ingin segera manikmati hidup baru dengan


keluarga yang baru.

ingin hidup mandiri dengan tantangan yang


ada.

takut terjerumus dalam perzinaan.

sudah menemukan pasangan yang cocok.

orang tua masih membantu.

menginginkan ada teman yang bisa menemani


kapan saja dan dimana saja.

biar ada yang membantu dan memfasilitasi


kegiatan studi.

Khurin
Rakhmawati

Moch. Gozali

Choirul Affandi

Ulfa Muniroh

94

Zahrotul

rasa saling mencinta.

rasa saling memahami dan mengerti satu sama


lain.

keinginan mendekatkan diri kepada Allah


SWT serta menjalankan Sunnah Nabi.

Munawaroh

Sriwati Dewi

menghindari perbuatan negatif yang dilarang


agama.

10

Umy Baity

menghindari maksiat.

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa faktor-faktor pendorong


pernikahan

mahasiswa

pada

masa

studi

sangatlah

beragam.

Keberagaman faktor tersebut selaras dengan yang diungkapkan oleh


Budiman, tentang beberapa kemungkinan faktor pendorong yang
melatarbelakangi pernikahan mahasiswa:
a.

Dengan adanya pernikahan dapat menundukkan pandangan mata,


yang berarti seseorang dapat terhindar dari gejolak nafsu syahwat
yang tidak terkendali. Dengan melangsungkan pernikahan akan
terpelihara kehormatannya, sehingga terhindar dari perbuatan dosa
dan noda seperti zina, homoseksual, lesbian, onani/masturbasi,
ityanul batiniyah dan lain-lain.

b.

Dengan adanya pernikahan selama studi disebabkan karena


desakan orang tua, dalam arti orang tua memilihkan/jodoh
sedangkan ia memiliki pilihan sendiri atau dapat juga karena orang
tua mengharapkan untuk mempunyai cucu sehingga memaksa
untuk menikah.

95

c.

Adanya faktor lain seperti karena terjadinya hubungan seks pranikah yang kadang-kadang sulit dihindari karena telah dipenuhi
oleh nafsu cinta. Jika permasalahannya seperti ini, maka yang
bersangkutan terpaksa menikah yang dikarenakan oleh suatu
keadaan.

d.

Adanya faktor usia yang telah matang karena memasuki dunia


perkuliahan, telah mencapai umur yang telah matang, seperti umur
25

tahun,

sehingga

dengan

berbagai

pertimbangan

tersebut

dapat

maka

dilangsungkan pernikahan itu.65


Keberagaman

faktor-faktor

digolongkan

berdasarkan motivasi melakukan pernikahan yaitu: tuntutan menjalankan


syariat Agama, tuntutan fitrah, dan tuntutan sosial.
a.

Tuntutan menjalankan syariat Agama


Indikasi adanya tuntutan menjalankan syariat Agama dapat
dilihat dari adanya beberapa faktor yang melatar belakangi
pernikahan pada kesepuluh informan, diantaranya: menghindari
diri dari pergaulan bebas, takut melakukan perbuatan yang dilarang
agama, manjaga diri dari perbuatan zina, takut terjerumus dalam
perzinaan, keinginan mendekatkan diri kepada Allah SWT serta
menjalankan Sunnah Nabi, menghindari maksiat, menghindari
perbuatan negatif yang dilarang agama.

65

Arief Budiman, Kuliah Menjelang Pernikahan, cet-II (Jakarta: Studio Press, 1999), hlm. 11

96

Hal di atas selaras dengan Hadits Rasulullah SAW. yang


diriwayatkan oleh Adullah ibnu Masud r.a. sebagai berikut:

Artinya: Hai golongan kaum muda, barang siapa di antara kalian


mempunyai biaya, maka hendaklah ia nikah. Karena
sesungguhnya nikah itu lebih menundukkan pandangan mata dan
lebih memelihara kehormatan. Barang siapa yang tidak
mempunyai biaya, maka hendaklah ia berpuasa, karena
sesungguhnya puasa itu merupakan peredam keinginan. (H.R.
Khamsah)66.
Kata

dalam hadits di atas

yang berarti menundukkan pandangan mata dan memelihara


kehormatan, dalam implementasinya dapat berupa: menghindari
diri dari pergaulan bebas, menghindari diri dari perbuatan yang
dilarang agama, manjaga diri dari perbuatan zina, menghindari
maksiat, menghindari perbuatan negatif yang dilarang agama, yang
merupakan faktor-faktor pendorong pernikahan dalam penelitian
ini.
b.

Tuntutan fitrah
Tuntutan menikah juga merupakan tuntutan fitrah. Manusia
bisa hidup bahagia bersama fitrah kemanusiaannya, ia akan
sengsara bila hidupnya bertentangan dengan fitrahnya. Diantara

66

Mansyur Ali Nashif, Mahkota Pokok-Pokok Hadis Rasulullah SAW (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1993), hlm. 838-839

97

fitrah ini antara lain fitrah ingin hidup bersama. Manusia tidak bisa
hidup sendiri, ia makhluk sosial yang senantiasa memerlukan
kepada orang lain. Sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai
pasangan hidup (suami/istri), sebagai keturunan (anak cucu) dan
lain sebagainya. Menikah adalah merupakan tuntutan fitrah
kemanusiaan.
Dorongan biologis, libido seksual manusia yang sehat
selalu berkembang dan memerlukan penyaluran. Apabila libido
seks ini terkekang maka akan mengebiri potensi manusia itu
sendiri. Penyaluran libido seks yang bertanggung jawab akan
meningkatkan kualitas dan vitalitas manusia. Menikah adalah satusatunya penyaluran yang bertanggung jawab.
Diantara fitrah manusia adalah ingin merasakan kedamaian,
dan kedamaian yang hakiki adalah kedamaian di bawah lembaga
perkawinan yang baik dan benar di bawah tuntunan agama.67
Indikasi adanya tuntutan fitrah dapat dilihat dari adanya
beberapa faktor yang melatar belakangi pernikahan pada kesepuluh
informan, diantaranya: sudah berkemampuan materi, memotivasi
belajar, usia yang sudah cukup untuk melakukan pernikahan, tidak
suka dengan masa pacaran yang terlalu lama, ingin segera
manikmati hidup baru dengan keluarga yang baru, ingin hidup
mandiri dengan tantangan yang ada, sudah menemukan pasangan
67

Ibnusyam, Pernikahan Semasa Kuliah (http://ibnusyam.multiply.com/tag/artikel, diakses 28


April 2007)

98

yang cocok, menginginkan ada teman yang bisa menemani kapan


saja dan dimana saja, biar ada yang membantu dan memfasilitasi
kegiatan studi, rasa saling mencinta, rasa saling memahami dan
mengerti satu sama lain.
c.

Tuntutan sosial
Menikah juga merupakan tuntutan sosial, sebagai makhluk
sosial manusia dituntut untuk melaksanakan pernikahan, tuntutan
sosial itu antara lain:
f. Tuntutan pribadi
Pribadi yang matang, sehat dan bertanggung jawab akan
menuntut dirinya untuk menikah dan mencari pasangan hidup.
Pribadi yang tidak ingin menikah sementara kondisinya sudah
memungkinkan adalah pribadi yang sakit dan akan menjadi
penyakit di masyarakat. Menikah juga merupakan tuntutan
keluarga, terlebih bila kondisi sudah memungkinkan untuk
melakukannya.
g. Tuntutan Masyarakat
Masyarakat yang sehat akan menuntut individu yang
ada di dalamnya untuk menikah. Sebab masyarakat memilki
tanggung jawab yang harus diemban. Adanya keluarga baru,
berarti bertambahnya orang yang akan mengemban beban
masyarakat, dan mengurangi satu bebannya.

99

h. Tuntutan Profesi
Semua orang pasti ingin mencapai cita-citanya dan
meraih prestasi dalam karirnya. Bila sudah sampai ke citacitanya, profesi menuntut orang tersebut untuk menikah. Orang
yang sampai dipuncak prestasi dan karir akan gersang dan
kering bila tidak memilki tanggung jawab rumah tangga.
Apalah arti semua itu bila tidak bisa dirasakan oleh orangorang yang dikasihinya, suami istri, maupun anak-anaknya.
Rumah tangga adalah muara dari profesi dan prestasi.
i. Tuntutan perjuangan dan dakwah
Menikah adalah tuntutan bagi perjuangan dan dakwah.
Perjuangan sangatlah berat, apalagi bagi orang yang membawa
idealisme dan cita-cita perjuangan. Suka duka perjuangan akan
mudah

dilaluinya

dalam

keharmonisan

rumah

tangga,

sebaliknya perjuangan akan rentan dengan kegagalan dan


penyelewengan bila jiwa tidak stabil. Rumah tangga adalah
salah satu pilar stabilitas jiwa bagi perjuangan dakwah.68
Indikasi adanya tuntutan sosial dapat dilihat dari adanya
beberapa faktor yang melatar belakangi pernikahan pada kesepuluh
informan, diantaranya: menghindari fitnah di masyarakat, takut
mencemarkan nama baik orang tua, dukungan dari orang tua.

68

Ibnusyam, Pernikahan Semasa Kuliah

28 April 2007)

(http://ibnusyam.multiply.com/tag/artikel, diakses

100

2. Pembahasan Tentang Dampak Pernikahan Pada Masa Studi Terhadap


Perkuliahan
Pembahasan tentang dampak pernikahan pada masa studi terhadap
perkuliahan dalam penelitian ini dilihat dari empat hal, yaitu: dari segi
keaktifan mengikuti perkuliahan, dari segi keaktifan belajar, dari segi
prestasi akademik (Nilai IP), dan dari segi keaktifan mengikuti organisasi
di kampus.
berikut akan dijelaskan dampak pernikahan terhadap perkuliahan
dari kesepuluh informan dalam penelitian ini yang dijelaskan dalam tabel:
Tabel. 4. 3.
Dampak Pernikahan Terhadap Perkuliahan

No

Nama Informan

Achmad Hupron

Ahmad Syazili

Hendi Burahman

Dampak Pernikahan Terhadap Perkuliahan


-

sebelum dan sesudah menikah selalu aktif


mengikuti perkuliahan.

dengan menikah kuliah semakin lancar, karena


ada yang membantu dalam mengerjakan
makalah, laporan dan tugas-tugas kuliah
lainnya.

sebelum dan sesudah menikah selalu aktif


mengikuti perkuliahan.

pernikahan tidak menghambat aktifitas kuliah,


karena sudah direncanakan matang-matamg
sebelumnya.

sebelum dan sesudah menikah selalu aktif


mengikuti perkuliahan.

101

pernikahan tidak menghambat aktifitas kuliah,


karena bisa membagi waktu.

sebelum menikah selalu aktif mengikuti


perkuliahan, setelah menikah tidak bisa aktif
mengikuti perkuliahan.

pernikahan tidak sepenuhnya menghambat,


karena di lain sisi dengan pernikahan suami
juga ikut serta membantu terselesaikannya
proses studi.

Sebelum dan sesudah menikah tidak bisa


sepenuhnya aktif mengikuti perkuliahan.

Hal ini bukan merupakan dampak dari


pernikahan yang dilakukannya, akan tetapi
karena kesibukannya mengikuti kegiatankegiatan di kampungnya.

sebelum dan sesudah menikah selalu aktif


mengikuti perkuliahan.

pernikahan tidak sepenuhnya menghambat,


karena orang tua masih bertanggung jawab.
Selain itu tanggung jawab perkuliahan sama
(istri satu fakultas dan satu angkatan).

sebelum dan sesudah menikah selalu aktif


mengikuti perkuliahan.

pernikahan tidak sepenuhnya menghambat,


karena orang tua masih bertanggung jawab.
Selain itu tanggung jawab perkuliahan sama
(suami satu fakultas dan satu angkatan).

sebelum dan sesudah menikah selalu aktif


mengikuti perkuliahan.

pernikahan tidak menghambat aktifitas


perkuliahannya. Justru dengan menikah lebih
semangat untuk segera menyelesaikan
studinya.

sebelum dan sesudah menikah selalu aktif


mengikuti perkuliahan.

Khurin
Rakhmawati

Moch. Gozali

Choirul Affandi

Ulfa Muniroh

Zahrotul
Munawaroh

Sriwati Dewi

102

10

Umy Baity

pernikahan sama sekali tidak menghambat


aktifitas perkuliahannya. Justru dengan
menikah lebih semangat untuk kuliah karena
suami mendukung 100 %.

sebelum dan sesudah menikah selalu aktif


mengikuti perkuliahan.

pernikahan sama sekali tidak menghambat


aktifitas perkuliahannya. Justru dengan
menikah lebih semangat untuk kuliah.

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pernikahan pada masa


studi tidak sepenuhnya menghambat perkuliahan. Hal ini dapat dilihat dari
adanya mahasiswa yang sebelum menikah selalu aktif mengikuti
perkuliahan, setelah melakukan pernikahan, pernikahan tersebut tidak
menghambat keaktifaanya untuk mengikuti perkuliahan.
Berikut rangkuman dampak pernikahan yang dialami kesepuluh
informan terhadap aktifitas belajar dalam penelitian ini yang dijelaskan
dalam tabel:
Tabel. 4. 4.
Dampak Pernikahan Terhadap Aktifitas Belajar

No

Nama Informan

Dampak Pernikahan Terhadap Aktifitas Belajar


-

sebelum dan sesudah menikah selalu aktif


belajar.

pernikahan tidak menghambat aktifitas belajar,


justru motivasi pada diri semakin bertambah.

Achmad Hupron

103

sebelum dan sesudah menikah selalu aktif


belajar.

setelah menikah semangat belajar menjadi


semakin meningkat.

sebelum dan sesudah menikah selalu aktif


belajar.

setelah menikah semanagt belajar menjadi


semakin meningkat dan ingin secepatnya selesai
dari dunia perkuliahan, agar bisa kosentrasi
pada kerja dan keluarga.

sebelum dan sesudah menikah tidak begitu aktif


belajar.

sedikit berkurang, karena ada kesibukan baru


dalam keluarga.

sebelum dan sesudah menikah selalu aktif


belajar.

pernikahan tidak menghambat aktifitas belajar,


yang penting bisa mengatur waktu saja.

sebelum dan sesudah menikah selalu aktif


belajar.

pernikahan tidak menghambat aktifitas belajar,


karena orang tua masih bertanggung jawab.
Selain itu tanggung jawab perkuliahan sama
(istri satu fakultas dan satu angkatan).

sebelum dan sesudah menikah selalu aktif


belajar.

setelah menikah waktu untuk belajar sedikit


tersita.

sebelum dan sesudah menikah tidak begitu aktif


belajar.

namun demikian semangat untuk segera


menyelesaikan studi menjadi lebih besar.

Ahmad Syazili

Hendi Burahman

Khurin
Rakhmawati

Moch. Gozali

Choirul Affandi

Ulfa Muniroh

Zahrotul
Munawaroh

104

Sriwati Dewi

10

sebelum menikah tidak begitu aktif belajar.

dengan pernikahan semangat belajar menjadi


lebih meningkat.

sebelum dan sesudah menikah selalu aktif


belajar.

pernikahan yang dilakukan sama sekali tidak


menghambat aktifitas belajarnya.

Umy Baity

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pernikahan pada masa


studi tidak sepenuhnya menghambat aktifitas belajar mahasiswa. Hal ini
dapat dilihat dari adanya mahasiswa yang sebelum menikah selalu aktif
belajar, setelah melakukan pernikahan, pernikahan tersebut tidak
menghambat keaktifan belajarnya.

Berikut rangkuman dampak pernikahan yang dialami kesepuluh


informan terhadap prestasi akademik (nilai IP) dalam penelitian ini yang
dijelaskan dalam tabel:
Tabel. 4. 5.
Dampak Pernikahan Terhadap Prestasi Akademik (Nilai IP)

Dampak Pernikahan Terhadap Prestasi Akademik


(Nilai IP)

No

Nama Informan

Achmad Hupron

sebelum dan sesudah menikah nilai IP selalu


baik rata-rata diatas tiga koma.

Ahmad Syazili

sebelum menikahn nilai IP selalu baik rata-rata


diatas tiga koma.

105

setelah menikah nilai IP semakin baik rata-rata


tiga koma tujuh.

sebelum menikahn nilai IP selalu baik rata-rata


diatas tiga koma.

setelah menikah nilai IP semakin baik, bahkan


bisa mencapai nilai cumlaude.

sebelum menikah nilai IP selalu baik rata-rata


diatas tiga koma empat dan pernah mencapai
tiga koma delapan.

Rakhmawati

setelah menikah belum tau (untuk semester ini


KHS belum keluar, akan tetapi perkiraan
informan nilai IP masih bisa baik).

Moch. Gozali

sebelum dan sesudah menikah nilai IP selalu


baik, rata-rata diatas tiga koma.

Choirul Affandi

sebelum dan sesudah menikah nilai IP selalu


baik rata-rata diatas tiga koma empat.

Ulfa Muniroh

sebelum dan sesudah menikah nilai IP selalu


baik rata-rata diatas tiga koma tiga.

sebelum menikahn nilai IP selalu baik rata-rata


diatas tiga koma dua.

Munawaroh

setelah menikah nilai IP semakin baik, menjadi


tiga koma tiga.

Sriwati Dewi

sebelum dan sesudah menikah nilai IP selalu


baik, rata-rata diatas tiga koma.

Sebelum menikah nilai IP cukup-cukupan.

Setelah menikah nilai IP semakin membaik


rata-rata diatas tiga koma.

Hendi Burahman

Khurin

Zahrotul

10

Umy Baity

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pernikahan yang


dilakukan mahasiswa pada masa studi tidak sepenuhnya berpengaruh
negatif terhadap prestasi akademik. Hal ini dapat diketahui dari adanya

106

mahasiswa yang sebelum menikah mempunyai prestasi akademik (Nilai


IP) rata-rata baik, setelah melakukan pernikahan, pernikahan tersebut tidak
mengakibatkan menurunnya nilai IP. Bahkan nilai IP menjadi lebih baik.
Berikut rangkuman dampak pernikahan yang dilakukan kesepuluh
informan terhadap keaktifan mengikuti organisasi di kampus dalam
penelitian ini yang dijelaskan dalam tabel:
Tabel. 4. 6.
Dampak Pernikahan Terhadap Keaktifan Mengikuti Organisasi di Kampus

No

Dampak Pernikahan Keaktifan di Organisasi


Kampus

Nama Informan
-

sebelum dan sesudah menikah tidak pernah


mengikuti organisasi di kampus, karena takut
menyita banyak waktu, apalagi setelah
menikah
waktu
harus
tercurahkan
sepenuhnya untuk keluarga, pekerjaan dan
kuliah.

sebelum dan sesudah menikah tidak pernah


mengikuti organisasi di kampus, karena
dengan mengikuti organisasi di kampus
waktu untuk keluarga, pekerjaan dan kuliah
akan semakin sedikit. Padahal sesudah
menikah seharusnya waktu lebih banyak
dihabiskan untuk keluarga.

selama ini aktif mengikuti kegiatan UNIOR


di kampus.

dengan pernikahan yang lakukan, aktifitas


dalam organisasi di kampus tidak terhambat.

selain itu istri juga sangat mendukung atas


kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

sebelum dan sesudah menikah tidak pernah

Achmad Hupron

Ahmad Syazili

Hendi Burahman

Khurin Rakhmawati

107

mengikuti organisasi di kampus.

sebelum dan sesudah menikah tidak pernah


mengikuti organisasi di kampus, akan tetapi
aktif mengikuti kagiatan-kegiatan di
kampungnya.

Pernikahan tidak menghambat keaktifannya


dalam mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut.

Moch. Gozali

Choirul Affandi

sebelum dan sesudah menikah tidak pernah


mengikuti organisasi di kampus.

Ulfa Muniroh

sebelum dan sesudah menikah tidak pernah


mengikuti organisasi di kampus.

Zahrotul Munawaroh

sebelum dan sesudah menikah tidak pernah


mengikuti organisasi di kampus.

selama ini aktif mengikuti kegiatan Pramuka


di kampus.

dengan pernikahan yang lakukan, aktifitas


dalam organisasi di kampus tidak terhambat.

sebelum dan sesudah menikah tidak pernah


mengikuti organisasi di kampus.

Waktu lebih dicurahkan untuk keluarga.

10

Sriwati Dewi

Umy Baity

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pernikahan yang


dilakukan mahasiswa pada masa studi tidak sepenuhnya menghambat
keaktifan dalam mengikuti organisasi di kampus. Hal ini dapat diketahui
dari adanya mahasiswa yang sebelum menikah selalu aktif mengikuti
organisasi di kampus, setelah melakukan pernikahan, pernikahan tersebut
tidak menghambat keaktifannya dalam mengikuti organisasi di kampus
tersebut.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis, tentang Dampak
Pernikahan Pada Masa Studi Terhadap Perkuliahan Mahasiswa (Studi Kasus
Mahasiswa UIN Malang, Fakultas Tarbiyah, Jurusan Pendidikan Agama
Islam, Angkatan 2003), dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan menunjukkan
bahwa faktor-faktor pendorong melakukan pernikahan pada masa studi
sangat lah beragam antara satu individu dengan individu yang lain.
Adapaun faktor-faktor pendorong melakukan pernikahan pada masa studi
antara lain: sudah berkemampuan materi, terhindar dari pergaulan bebas,
memotivasi belajar, menghindari fitnah di masyarakat, takut mencemarkan
nama baik orang tua, usia yang sudah cukup untuk melakukan pernikahan,
dukungan dari orang tua, ingin segera manikmati hidup baru dengan
keluarga yang baru, ingin hidup mandiri dengan tantangan yang ada, sudah
menemukan pasangan yang cocok, orang tua masih membantu,
menginginkan ada teman yang bisa menemani kapan saja dan dimana saja,
agar ada yang membantu dan memfasilitasi kegiatan studi, rasa saling
mencintai, rasa saling memahami dan mengerti satu sama lain, keinginan
mendekatkan diri kepada Allah SWT serta menjalankan Sunnah Nabi.

108

109

2. Dari hasil penelitian yang diperoleh di lapangan menunjukkan bahwa


pernikahan pada masa studi tidak sepenuhnya menghambat perkuliahan,
keatifan belajar, pencapaian prestasi akademik (nilai IP), dan keaktifan
mengikuti organisasi di kampus. Dalam artian bagi mahasiswa yang
sebelum menikah selalu aktif mengikuti perkuliahan, selalu aktif belajar,
mempunyai prestasi akademik (Nilai IP) rata-rata baik, selalu aktif
mengikuti organisasi di kampus; setelah melakukan pernikahan,
pernikahan

tersebut

tidak

menghambat

keaktifan

perkuliahannya,

keaktifan belajarnya, tidak berdampak terhadap menurunnya nilai IP, dan


keaktifan mengikuti organisasi di kampus.

B. Saran-saran
1. Bagi mahasiswa yang sudah melakukan pernikahan:
Hendakanya lebih bisa mengatur dan membagi waktu untuk
keluarga, pekerjaan dan studi, mengingat setelah menikah mempunyai dua
tanggung jawab sekaligus yang harus dijalankan. Tanggung jawab
mahasiswa sebagai seorang yang sudah berkeluarga, dan tanggung jawab
mahasiswa yang sedang melakukan studi.
2. Bagi Mahasiswa yang belum melakukan pernikahan:
Hendaknya sebelum memutuskan untuk memasuki dunia pernikahan,
diharapkan telah memiliki persiapan dan kesiapan secara material maupun
spiritual yang matang.

110

3. Bagi peneliti selanjutnya:


Penulis menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan,
untuk itu bagi peneliti yang ingin mengadakan penelitian dengan topik
yang sama hendaknya lebih memperbanyak sampel agar data hasil
penelitan lebih bervariasi.
4. Bagi orang tua:
Hendaknya memberikan dukungan baik secara material maupun
spiritual serta arahan kepada anak-anaknya yang sedang maupun yang
akan memasuki dunia pernikahan. Adanya hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa pernikahan pada masa studi tidak sepenuhnya
menghambat perkuliahan, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
menanggapi keinginan anaknya untuk melakukan pernikahan pada masa
studi.

REFERENSI

Ali Nashif, Mansyur. 1993. Mahkota Pokok-Pokok Hadis Rasulullah SAW.


Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Anshari, H.M. Nafi. 1989. Dasar-Dasar Ilmu Jiwa Agama. Surabaya: Usaha
Nasional.
Arikunto Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi
Revisi IV. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Budiman, Arief. 1999. Kuliah Menjelang Pernikahan, cet-II. Jakarta: Studio
Press.
Deddy Mulyana. Metode Penelitian Kualitatif, Cet-III. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Depag RI. 1989. Al-Quran dan Terjemahnya. Bandung: Gema Risalah Press.
Fadloli, dkk, . 1999. Kuliah Agama Islam (Sebuah Refleksi Ketuhanan dan
Kemanusiaan). Malang: UNIBRAW.
Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian Kualitatif (Dasar-Dasar Aplikasi). Malang:
YA3 Malang.
Fajar, Malik. 1991. Dunia PT dan Kemahasiswaan. Malang: P3UMM.
Hadi, Sutrisno. 1991. Metode Research, Jilid II. Yogyakarta: Andi Offset.
Ibnusyam.

2007.

Pernikahan

Semasa

Kuliah.

http://ibnusyam.multiply.com/tag/artikel.
Nana Sudjana. 1989. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.

Nasution, S. 1996. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Transito.


_______ . 1986. Didaktis Asas-Asas Mengajar. Bandung: Jemmars.
Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Masri Singarimbun, Sofian Effendi. 1987. Metode Penelitian Survai, Cet-VIII.
Jakarta: LP3ES.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Partanto, Pius. A. dan Al-Barri, M. Dahlan. 1994. Kamus Ilmiah Populer.
Surabaya: Arloka.
Poerwadarminto. 1986. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ramulyo, Muh. Idrus. 1996. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Rasyid, H. Sulaiman. 1994. Fiqih Islam. Jakarta: Sinar Baru Algesindo.
Rostiani.

2006.

Tujuan

Pernikahan

Dalam

Islam.

http://rostiani.blogsome.com/2006/05/06/tujuan-pernikahan-dalamislam/artikel.
Sabiq, Sayyid. 1980. Fiqih Sunnah, Jilid 6. Bandung: Al Maarif.
Said, Muh. dan Affan, Junimar. 1990. Psikologi dari Zaman ke Zaman. Bandung:
Jemmars.
Sevilla, Casullo. G. et.al. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Terj. Alimudin
Tuwu. Jakarta: UI Press.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Soelaeman, M. Munandar. 1992. ISD Edisi Revisi. Bandung: Eresco Garuda.

Thalib, M. 2000. 30 Petunjuk Pernikahan Dalam Islam. Bandung: Irsyad


Baitussalam.
Yunus, M. Mahmud. 1990. Hukum Perkawinan dalam Islam. Jakarta: AlHidayah.
Yusuf, Yunan. 1999. Masyarakat Utama, Konsep dan Strategi. Jakarta: UMM
Press.

Anda mungkin juga menyukai