dr.
REFERAT
IMPLIKASI KLINIS
REFLEKS ADUKTOR
Pembimbing :
LARINGEAL
dr., Sp. THT
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Refleks aduktor laringeal (LAR) merupakan sebuah respon
protektif involunter di dalam laring untuk melindungi laring
maupun struktur di bawahnya. Refleks ini dikenal juga sebagai
refleks penutupan glottis.Defisit sensori pada LP ini akan
menyebabkan peningkatan risiko terjadinya penetrasi dan
aspirasi selama menelan (Johnson et al., 2014).
Sensasi
LP merupakan target
potensial untuk intervensi terhadap
kondisi yang disebutkan sebelumnya
meski kini masih menjadi ladang
penelitian yang aktif. Penelitian
mengenai LAR masih terus
dikembangkan karena terbatasnya
referensi mengenai LAR. Meskipun
LAR hanya merupakan salah satu dari
sebagian banyak mekanisme di
dalam tubuh manusia dan jarang
menjadi perhatian, namun LAR
memiliki fungsi penting yang jika
terdapat kelainan pada LAR maka
akan menyebabkan gangguan-
Tujuan Penulisan
untuk menambah pengetahuan mengenai
neurologi dan implikasi klinis dari refleks aduktor
laringeal sehingga dapat mengenali dan
melakukan penatalaksanaan pasien dengan
keluhan yang terkait dengan refleks aduktor
laringeal dengan lebih tepat.
Manfaat Penulisan
Manfaat di bidang akademis untuk mengetahui
neurofisiologi dan implikasi klinis dari refleks
aduktor laringeal. Manfaat klinis adalah untuk
dapat mengenali dan melakukan penatalaksanaan
pasien dengan keluhan yang terkait dengan
refleks aduktor laringeal dengan lebih tepat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
SEKILAS
ANATOMI LARING
Laring adalah bagian dari saluran
pernafasan bagian atas yang merupakan
suatu rangkaian tulang rawan yang
berbentuk corong dan terletak setinggi
vertebra cervicalis IV VI, dimana pada
anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih
tinggi. Laring pada umumnya selalu
terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup
bila sedang menelan makanan.
Batas-batas laring
Kartilago
Laring
Otot
Gerakan
laring disebabkan
oleh kedua otot intrinsik
dan otot ekstrinsik.
Otot intrinsik merupakan
otot-otot yang origo
maupun insersio berada
dalam laring.
Otot ekstrinsik merupakan
otot-otot yang salah
satunya perlekatannya
berada laring sedangkan
yang lain berada pada luar
laring, yang terdiri dari
musculus depressor laring
dan musculus levator
laring
M. sternohyoideus
M. thyroideus
M. sternothyroideus
M. digastricus
M. omohyoideus
M. stylohyoideus
M. stylopharyngeus
M. palatopharyngeus
Fungsi
Membuka
glottis/
Nama Otot
rima M.cricoarytenoideus posterior
glottides
Menutup glottis
M. cricoarytenoideus lateralis
M. arytenoideus transversus
M. thyroarytenoideus
Menegangkan
M. cricothyroideus
ligamentum vocale
Mengendorkan
M. thyroarytenoideus
ligamentum vocale
M. vocalis
M. thyroepiglottica
M. arytenoideus transversus
M. arytenoudeus obliquus
Inervasi
Motorik
Sensorik
Mekanisme Persyarafan
Superior laryngeal nerve (SLN) menginervasi mukosa
laringofaringeal di mana terdapat mekanoreseptor dan
kemoreseptor di dalamnya. SLN berperan sebagai
komponen aferen dari LAR.
Informasi/ impuls sensoris yang dibawa oleh cabang
internal SLN tersebut kemudian diteruskan melalui
sistem saraf pusat via nukleus traktus solitarius ke
nukleus ambiguss ipsilateral dalam medula batang
otak.
Pemeriksaan LAR
Pemeriksaan sensoris
pada evaluasi menelan
dengan endoskopi
fleksibel dinamakan
flexible endoscopic
evaluation of
swallowing with
sensory testing (FEEST)
menggunakan
laringoskop fleksibel
yang masuk melalui
jalur transnasal untuk
membawa pulsasi
udara ke mukosa
aritenoid.
FEEST
dilakukan menggunakan ujung
endoskopi fleksibel atau bisa langsung
dihitung menggunakan stimulator
pulsasi udara LP.
Tekanan pulsasi udara yang dialirkan
melalui endoskopi (mmHg) bisa diubah
untuk mengkuantifikasi besar stimulus
yang diperlukan untuk menimbulkan
LAR.
. Seorang individu dengan sensasi LP
normal akan timbul LAR pada tekanan
pulsasi kurang dari 4 mmHg.
Disfagia
Disfagia didefiniskan sebagai
gangguan perjalanan bolus.
Kegagalan mekanisme LAR
dapat menyebabkan disfagia.
Pada orang dewasa, perubahan
sensasi LP, khususnya ketika
terjadi bilateral, merupakan
risiko terjadinya gangguan
menelan yang bisa
membahayakan
Pediatri
Pada pasien pediatri, mereka
menemukan bahwa peningkatan
ambang batas sensoris LP, atau LAR
yang menurun, akan secara signifikan
meningkatkan kecenderungan
terjadinya penetrasi dan aspirasi
refluks laringeal.
penurunan sensitivitas LP berujung
pada paparan sekresi berlebih dan
berkepanjangan dengan demikian
akan memicu apnea pada bayi
Tatalaksana
Terapi pembedahan, medis dan perilaku telah
diusulkan untuk mengatasi gangguan LAR.
pemulihan LAR normal dengan melakukan
anastomosis saraf antara nervus aurikuler mayor
dan nervus laringeal superior pada dua individu
dengan gangguan sensasi LP akibat stroke
batang otak.
perbaikan sensasi LP yang diukur melalui
ambang batas LAR, pada pasien dengan
laryngopharyngeal reflux (LPR) yang diberi
proton pump inhibitor (PPI) atau Nissen
fundoplication
SIMPULAN
SARAN
Dianjurkan pemeriksaan FEEST pada
individu dengan risiko tinggi terjadi
kelainan LAR.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai refleks aduktor laringeal
karena masih terbatasnya referensi
yang ada.
Perlu adanya penelitian lebih lanjut
untuk dapat menilai refleks aduktor
laringeal melalui pemeriksaan yang
bersifat non invasif.
Terima Kasih