ACARA 1
KARBOHIDRAT
DISUSUN OLEH :
Kelompok II
Meita Puspa Dewi
(PT/06167)
Edi Priyanto
(PT/06171)
ACARA 1
KARBOHIDRAT
Tujuan Pratikum
Pratikum ini bertujuan untuk mengetahui hasil reaksi karbohidrat dengan
beberapa penambahan zat tertentu dan mengetahui sifat sifat kimia karbohidrat.
Tinjauan Pustaka
Karbohidrat adalah senyawa organik netral yang berupa polihidroksi aldehida
ataupun polihidroksi-keton dengan formula empiris Cx(H2O)n dengan ketentuan
sebagian besar nilai n sama dengan 3 atau lebih. Di samping unsur penyusun
karbohidrat berupa C, H dan O ada juga karbohidrat yang mempunyai unsur lain yang
berupa fosfor (P), nitrogen (N), atau sulfur (S). Bentuk polihidroksi-aldehida disebut
juga dengan nama aldosa dan yang bentuk polihidroksi keton disebut dengan nama
ketosa. Kedua bentuk karbohidrat tersebut dapat dibagi menjadi 2 golongan besar,
yaitu golongan gula yang terdiri dari monosakarida dan oligosakarida dan golongan
nongula yang terdiri dari polisakarida dan karbohidrat kompleks (McGilvery and
Goldstein, 1996).
Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi
terutama dalam suasana basa. Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk
keperluan identifikasi karbohidrat maupun analisis kuantitatif. Sifat mereduksi ini
disebabkan oleh adanya gugus aldehida atau keton bebas dalam molekul karbohidrat.
Sifat ini tampak pada reaksi reduksi ion-ion logam misalnya ion Cu 2+ dan ion Ag+ yang
terdapat pada pereaksi-pereaksi tertentu. Beberapa contoh diberikan sebagai berikut:
Pereaksi benedict berupa larutan yang mengandung kuprisulfat, natrium karbonat dan
natrium sitrat. Glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dari kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang
kemudian mengendap sebagai Cu2O. Keberadaan natrium karbonat dan natrium sitrat
menyebabkan peraksi benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat
berwarna hijau, kuning atau merah bata. Warna endapan ini tergantung pada
konsentrasi karbohidrat yang diperiksa (Poedjiadi, 1994).
Pereaksi Molisch terdiri atas larutan naftol dalam alkohol. Apabila pereaksi ini
ditambahkan pada larutan glukosa misalnya, kemudian secara hati-hati ditambahkan
asam sulfat pekat, akan terbentuk dua lapisan zat cair. Batas antara kedua lapisan itu
akan terjadi warna ungu karena terjadi reaksi kondensasi antara furfural dengan naftol.
Walaupun reaksi ini tidak spesifik untuk karbohidrat, namun dapat digunakan sebagai
reaksi pendahuluan dalam analisis kualitatif karbohidrat. Hasil negatif merupakan suatu
bukti bahwa tidak ada karbohidrat. Tes ini berguna untuk mengetahui pengaruh asam
terhadap sakarida. Satu cincin merah-ungu menunjukkan adanya karbohidrat(Schlegel,
1994).
Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas akan
membentuk osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazina berlebih. Osazon yang
terjadi mempunyai bentuk kristal dan titik lebur yang khas bagi masing-masing
karbohidrat. Keadaan tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi karbohidrat dan
merupakan salah satu cara untuk membedakan beberapa monosakarida, misalnya
antara glukosa dan galaktosa yang terdapat dalam urine wanita dalam masa menyusui.
Pada
reaksi
antara
flukosa dengan
fenilhirazina,
mula-mula
terbentuk
D-
(Campbell, 2002).
Hasil
Waktu yang diperlukan sampai larutan mendidih adalah 2 menit.
Terdapat sedikit endapan merah bata karena konsentrasi glukosanya
paling kecil.
Waktu yang diperlukan sampai larutan mendidih adalah 1,5 menit.
Terdapat endapan merah bata lebih banyak daripada Tabung A karena
dapat direduksi oleh gugus reduksi yang dimiliki oleh karbohidrat (gugus aldehid dan
keton) menjadi ion Cu+ dan diendapkan dalam bentuk Cu2O berwarna merah bata. Ini
membuktikan bahwa glukosa mempunyai gugus pereduksi. Hal ini sesuai dengan teori
yang mengatakan bahwa monosakarida segera mereduksi mengoksidasi senyawasdenyawa seperti ferisianida, hidrogen peroksida, atau ion kupri (Cu ++). Glukosa dan
gula-gula lain yang mampu mereduksi senyawa pengoksidasi disebut gula pereduksi
(Thenawijaya, 1993).
Berdasarkan uji yang dilakukan diperoleh kesimpulan banyak sedikitnya
endapan merah bata yang terbentuk dipengaruhi oleh konsentrasi glukosa, dimana
semakin besar konsentrasinya, maka endapan yang terbentuk semakin banyak.
Uji Luff.
Berdasarkan uji yang dilakukan didapatkan hasil seperti di bawah ini :
Terdapat
endapan
Hasil
merah bata.
Hal
ini
dikarenakan
Tab.3
Tab.4
Tab.5
reduksi bebas.
Terdapat sedikit sekali endapan bahkan hampir tidak ada dan
tidak terjadi perubahan warna pada larutan. Karena pati
merupakan polisakarida yang harus menjadi disakarida dan
monosakarida terlebih dahulu baru menjadi furfural.
Prinsip kerja pada percobaan ini adalah Reagen Luff mengandung Cu++ yang
dapat direduksi oleh gugus reduksi menjadi Cu+ membentuk endapan merah bata
(CuO). Percobaan ini digunakan untuk membedakan mana yang termasuk
monosakarida, oligosakarida, dan
kemampuan mereduksi sakarida terhadap ion. Tabung 1 dan 2, fruktosa dan glukosa
merupakan monosakarida sehinggga bisa langsung mereduksi R Luff. Keduanya
mempunyai gugus reduksi yakni pada pada atom C no 1 pada glukosa dan no 2 pada
fruktosa (Thenawijaya, 1993). Adanya gugus reduksi ini akan mereduksi ion Cu ++ yang
ada pada reagen Luff dan mengendap dalam bentuk Cu2O berwarna merah bata.
Laktosa merupakan disakarida yang terbentuk dari 2 molekul D-glukosa dengan ikatan
1-4 glikosidik. Laktosa masih mempunyai gugus reduksi sehingga dapat menghasilkan
endapan merah bata ketika diuji menggunakan reagen Luff (Poedjiadi, 1994).Glukosa,
mengandung gugus aldehid sehingga tidak mengalami hidrolisis terlebih dahulu.
Tabung 3 dan 4, merupakan disakarida memiliki jumlah endapan yang lebih kecil
karena membutuhkan waktu untuk berubah menjadi monosakarida, tetapi pada tabung
4 dalam percobaan ini tidak terdapat endapan namun berubah warna. Sakarosa adalah
disakarida dari glukosa dengan fruktosa. Sukrosa tidak mengandung atom karbon
anomer bebas, karena anomer kedua komponen unit monosakarida pada sakarosa
berikatan satu sama lain. Sakarosa bukan merupakan gula pereduksi (Thenawijaya,
1993). Warna merah pada larutan kemungkinan dihasilkan dari hidrolisis sakarosa
menjadi monosakarida pembentuknya, namun karena pemanasan yang dilakukan
singkat sehingga hidrolisis tidak berjalan sempurna dan monosakarida yang dihasilkan
sedikit. Ini menyebabkan tidak adanya endapan namun mengubah warna larutan,
sehingga tidak menghasilkan endapan. Tabung 5 memiliki endapan yang paling
banyak,
dimana
merupakan
polisakarida
terhidrolisis
oligosakarida
Tabung
Tab.1
Tab.2
Tab.3
Tab.4
Hasil
Hasil
Terbentuk cincin ungu sedikit
Cincin ungu sangat sedikit
Cincin ungu sangat sedikit
Cincin ungu paling banyak
Perubahan yang paling cepat pada furfural.
Uji Selliwanoff.
Berdasarkan uji yang dilakukan didapat hasil seperti di bawah ini :
Tabel 1.4 Uji Selliwanoff
Tabung
Tab.1
Hasil
Larutan glukosa setelah dipanaskan 30 menit dan ditambah Selliwanoff
maka warna larutan glukosa tetap.
Tab.2
Prinsip kerja dari percobaan ini yaitu dengan penambahan asam pekat dan
pemanasan maka fruktosa akan terdehidrasi menjadi hidroksimetilfurfural yang
selanjutnya akan bereaksi dengan resorsinol (dlm Reagen Selliwamof) membentuk
senyawa berwarna merah.
Percobaan ini berprinsip bahwa dengan reaksi Selliwanof akan mengubah
fruktosa menjadi hidroksimetilfurfural, kemudian bereaksi dengan resorsinol
membentuk warna merah. Pereaksi ini khas untuk menunjukkan adanya gugus keton
(Poedjiadi, 1994).
Tabung 1 menggunakan glukosa sebagai bahan percobaannya. Glukosa
merupakan monosakarida dari gugus aldehid (Thenawijaya, 1993). Glukosa tidak
memilki gugus keton, sehingga tidak terjadi reaksi dengan larutan Selliwanof. Ttabung
2 menggunakan fruktosa, dihasilkan merah kecoklatan karena fruktosa merupakan
monosakarida dari golongan keton sehingga sesuai dengan prinsip akan membentuk
senyawa berwarna merah (Poedjiadi, 1994).
Berdasarkan percobaan ini diketahui bahwa dalam fruktosa mengandung gugus
keton dan glukosa tidak mengandung gugus keton. Fruktosa termasuk monosakarida
dari golongan keton sedangkan glukosa dari golongan aldehid.
Pembentukan Osazon
Uji Fenilhidrazina.
Berdasarkan uji yang dilakukan didapat hasil seperti di bawah ini :
Tabel 1.5 Uji Fenilhidrazina
Nama Larutan
Glukosazon
GBH
Gb 1.1
Fruktosazon
Gb 1.2
Arabinosazon
Gb 1.3
Prinsip kerja pada percobaan uji fenilhidrazina yaitu monosakarida dalam
keadaan asam dengan pemanasan 100C dan penambahan fenilhidrazina berlebihan
akan bereaksi membentuk fenil-osazon.
(D-glukosa+fenilhidrazin)
H H OH H H
CH2OHCCCCC=O + NNHC6H5 + H2 (D-glukosafenilhidrazon)
OH OH H OH
2 C6H5 NHNH2
H H OH
H
H H OH H
CH2OHCCCC =O + NNHC6H5
(D-arabinosafenilhidrazon)
OH OH H OH
2 C6H5 NHNH2
H OH
H
Hasil Hidrolisis
Uji Benedict.
Berdasarkan uji yang dilakukan didapat hasil seperti di bawah ini :
Tabe 1.6l Uji Benedict
Tabung
Tabung 1
Maltosa
Bagian
Bag. 1a
Hasil
Menghasilkan
endapan yang banyak.
Bag. 1b
Endapan
tidak
sebanyak tabung 1a
Tabung 2
Bag.2 a
Endapan merah bata
banyak
Laktosa
Bag .2b
Endapan hanya di
permukaan
Tujuan dari percobaan menggunakan uji benedict yaitu untuk mengetahui hasil
hidrolisis dengan melihat adanya gugus reduksi pada karbohidrat. Prinsip kerja dalam
pratikum ini yaitu disakarida yang dipanaskan terlebih dahulu dan yang tanpa
pemanasan memberikan hasil yang berbeda. Disakarida yang dipanaskan menghasilkan
endapan merah bata lebih banyak dari pada yang tidak dipanaskan. Pemanasan
berfungsi mempercepat proses hidrolisis sehingga terjadi endapan merah bata yang
banyak.
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan ,tabung 1a dan 2a terdapat
endapan merah bata banyak karena dengan adanya pendidihan menyebabkan terjadinya
proses hidrolisis sehingga menghasilkan gugus reduksi bebas yang lebih banyak.
Tabung 1b, 2b terdapat sedikit endapan merah bata karena tanpa pemanasan
menyebabkan tidak terjadinya hidrolisis sehingga hanya mempunyai sebuah gugus
reduksi bebas.
Terjadinya proses hidrolisis pada saat larutan maltosa, laktosa dan sakarosa
dididihkan sesuai dengan pendapat (Schlegel, 1994) bahwa karbohidrat adalah
polihidroksialdehid, polihidroksiketon, atau zat yang memberikan senyawa seperti itu
jika dihidrolisis. Kimiawi karbohidrat pada dasarnya merupakan kimia gabungan dari
dua gugus fungsi, yaitu gugus hidroksil dan gugus karboksil. Jadi pada proses
hidrolisis gugus karboksil yang memiliki kemampuan mereduksi jumlahnya semakin
banyak.
Uji Selliwanof.
Berdasarkan uji yang dilakukan didapat hasil seperti di bawah ini :
Hasil
Menghasilkan warna merah muda.
Warna tetap tidak berubah
Warna tetap tidak berubah.
fruktosa +glukosa
(gugus keton) (gugus aldehid)
Maltosa
glukosa + glukosa
Laktosa
galaktosa + glukosa
(gugus aldehid)
Prinsip uji selliwanoff bertujuan untuk mengetahui adanya gugus keton. Warna
merah terjadi karena pemanasan mengakibatkan terjadinya proses hidrolisis, maltosa
jika dihidrolisis menghasilkan monosakarida berupa glukosa dan glukosa, laktosa jika
dihidrolisis menghasilkan monosakarida berupa glukosa dan galaktosa. Berdasarkan
pendapat
(McGilvery,
1996),
bahwa
karbohidrat
adalah
polihidroksialdehid,
polihidroksiketon, atau zat yang memberikan senyawa seperti itu jika dihidrolisis.
Kimiawi karbohidrat pada dasarnya merupakan kimia gabungan dari dua gugus fungsi,
yaitu gugus hidroksil dan gugus karboksil.
Maltosa dan laktosa jika diuji dengan uji selliwanoff hasilnya akan negatif
karena maltosa dan laktosa tidak memiliki gugus keton, sehingga tidak dapat merubah
fruktosa menjadi hidroksimetilfurfural, sedangkan sakarosa jika diuji dengan uji
selliwanoff akan positif karena sakarosa memiliki gugus keton sehingga bisa mengubah
fruktosa mejadi hidroksimetilfurfural yang selanjutnya akan bereaksi dengan resorsinol
dan membentuk senyawa berwarna merah.
Polisakarida
Uji Hidrolisis Amilum.
Berdasarkan uji yang dilakukan didapat hasil seperti di bawah ini :
menghasilkan
endapan
berwarna
merah,
pengaruh
asam
akan
Daftar Pustaka
Campbell, Reece-Mitchell. 2002. Biologi Edisi kelima jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Mc. Gilvery, R.W. Goldstein. 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional. Airlangga
University Press. Surabaya.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Indonesia University Press. Jakarta.
Schlegel, Hans G. 1994. Mikrobiologi Umum Edisi Keenam. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Thenawijaya, Maggy. 1993. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Erlangga. Jakarta.