Anda di halaman 1dari 9

ASCARIASIS

AGENT
Ascariasis
lumbricoides
merupakan
agent
penyebab penyakit askariasis yang dialami oleh
manusia.
Pada umumnya lebih banyak ditemukan pada anakanak berusia 5 10 tahun sebagai host (penjamu)
yang juga menunjukkan beban cacing yang lebih
tinggi (Haryanti, E, 1993).
20 ekor cacing Ascaris lumbricoides dewasa di
dalam usus manusia mampu mengkonsumsi hidrat
arang sebanyak 2,8 gram dan 0,7 gram protein
setiap hari sehingga mampu menimbulkan
MALNUTRISI

DAUR HIDUP A. lumbricoides

Keterangan
Di tanah, dalam lingkungan yang sesuai telur yang
dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam waktu
kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan
manusia akan menetas menjadi larva di usus halus, larva
tersebut menembus dinding usus menuju pembuluh
darah atau saluran limfa kemudian di alirkan ke jantung
lalu mengikuti aliran darah ke paru-paru. Setelah itu
melalui dinding alveolus masuk ke rongga alveolus, lalu
naik ke trachea melalui bronchiolus dan broncus. Dari
trachea larva menuju ke faring, sehingga menimbulkan
rangsangan batuk, kemudian tertelan masuk ke dalam
esofagus lalu menuju ke usus halus, tumbuh menjadi
cacing dewasa. Proses tersebut memerlukan waktu
kurang lebih 2 bulan sejak tertelan sampai menjadi
cacing dewasa (Gandahusada, 2000:10).

Sumber Penularan
Reservoir adalah manusia, telur ascaris
ditemukan di tanah. Telur A. lumbricoides
keluar bersama tinja, pada tanah yang
lembab dan tidak terkena sinar matahari
langsung telur tersebut berkembang menjadi
bentuk infektif. Infeksi A. lumbricoides terjadi
bila telur yang infektif masuk melalui mulut
bersama makanan atau minuman dan dapat
pula melalui tangan yang kotor (Menteri
Kesehatan,2006).

Gejala dan Diagnosa


Infeksi cacing pada usus halus yang biasanya ditandai
dengan sedikit gejala atau tanpa gejala sama sekali.
Gejala cacingan sering dikacaukan dengan penyakitpenyakit lain. Pada permulaan mungkin ada batuk-batuk
dan eosinofilia. Anak yang menderita cacingan biasanya
lesu, tidak bergairah dan kurang konsentrasi belajar.
Pada anak-anak yang menderita Ascariasis lumbricoides
perutnya tampak buncit, perut sering sakit, diare, dan
nafsu makan kurang. Biasanya anak masih dapat
beraktivitas walau sudah mengalami penuruanan
kemampuan belajar dan produktivitas. Pemeriksaan
tinja sangat diperlukan untuk ketepatan diagnosis yaitu
dengan menemukan telur-telur cacing di dalam tinja
tersebut. Jumlah telur juga dapat dipakai sebagai
pedoman untuk menentukan beratnya infeksi (Menteri
Kesehatan, 2006).

Cara Penularan
Penularan
terjadi
karena
menelan
telur
yangfertiledari
tanah
yang
terkontaminasi
dengan kotoran manusia atau dari produk mentah
yang terkontaminasi dengan tanah yang berisi
telur cacing.Penularan tidak terjadi langsung dari
orang ke orang lain atau dari tinja segar ke orang.
Penularan terjadi paling sering di sekitar rumah,
dimana anak-anak, tanpa adanya fasilitas jamban
yang saniter, mencemari daerah tersebut; infeksi
pada anak kebanyakan karena menelan tanah
yang tercemar. Tanah yang terkontaminasi telur
cacing dapat terbawa jauh karena menempel
pada kaki atau alas kaki masuk ke dalam rumah,
penularan melalui debu juga dapat terjadi.

Sediakan
fasilitas
yang
cukup
memadai untuk pembuangan kotoran
yang layak dan cegah kontaminasi
tanah pada daerah yang berdekatan
langsung dengan rumah, terutama di
tempat anak bermain.
Di daerah pedesaan, buatlah jamban
umum yang konstruksinya sedemikian
rupa
sehingga
dapat
mencegah
penyebaran telur Ascaris melalui
aliran air, angin, dan lain-lain. Kompos
yang dibuat dari kotoran manusia
untuk
digunakan
sebagai
pupuk
kemungkinan tidak membunuh semua
telur.
Dorong kebiasaan berperilaku higienis
pada anak-anak, misalnya ajarkan
mereka
untuk
mencuci
tangan
sebelum
makan
dan
menjamah
makanan.
Di
daerah
endemis,
jaga
agar
makanan selalu ditutup supaya tidak
terkena debu dan kotoran. Makanan
yang telah jatuh ke lantai jangan

Cara Pencegahan
Tidak menggunakan tinja sebagai
pupuk tanaman.
Sebelum
melakukan
persiapan
makanan dan hendak makan serta
sesudah buang air besar, tangan
dicuci
terlebih
dahulu
dengan
menggunkan sabun.
Bagi yang mengkonsumsi sayuran
segar (mentah) sebagai lalapan,
hendaklah dicuci bersih dan disiram
lagi dengan air hangat.
Sebaiknya makan makanan yang
dimasak.
Biasakan memakai jamban/WC.
Mengadakan
kemotrapi
massal
setiap 6 bulan sekali didaerah
endemik ataupun daerah yang
rawan terhadap penyakit askariasis.
Berikan
penyuluhan
kepada
masyarakat untuk menggunakan
fasilitas jamban yang memenuhi
syarat kesehatan.

Pengobatan
Pengobatan dapat dilakukan secara individu
atau masal pada masyarakat. Pengobatan
individu dapat digunakan bermacam-macam
obat misalnya preparat piperasin, pyrantel
pamoate, albendazole atau mebendazole.
Pemilihan obat anticacing untuk pengobatan
massal harus memenuhi beberapa persyaratan,
yaitu:
mudah
diterima
di
masyarakat,
mempunyai efek samping yang minimum,
bersifat polivalen sehingga dapat berkhasiat
terhadap beberapa jenis cacing, harganya
murah (terjangkau) (Menteri Kesehatan, 2006).

Anda mungkin juga menyukai